Anda di halaman 1dari 3

6.7.

PEMBAHASAN
Praktikum Analisa Lumpur Pemboran (ALP) minggu ketiga acara pertama
yaitu “Analisa Kimia Lumpur Pemboran”. Secara umum tujuan dari praktikum ini
yaitu memahami prinsip-prinsip dalam analisa kimia serta penerapannya di
lapangan, menentukan pH, alkalinitas, kesadahan total, dan kandungan ion-ion
yang terdapat dalam lumpur pemboran.
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain labu erlenmeyer 250 ml,
buret, statif, gelas ukur 10 ml, filter paper, filter press, dan multimixer. Bahan
yang digunakan yaitu air, bentonite, NaCl, NaHCO3, NaOH, CaCO3, H2SO4,
AgNO3, indikator PP, dan indikator MO.
Pertama-tama lumpur dasar dibuat dengan mencampur 350 ml air dan 22,5
gram bentonite pada multimixer sampai homogen. Lalu ditambahkan additive 0,3
gram NaHCO3, 0,3 gram NaOH, 0,3 gram CaCO3, dan 0,3 gram NaCl, berikutnya
lumpur terus diaduk sampai homogen. Proses ini berlangsung selama kurang lebih
10 menit.
Setelah lumpur selesai dibuat, selanjutnya adalah mengambil filtrat dari
lumpur tersebut menggunakan filter press. Filter dan screen dipasang serapat
mungkin pada dasar base cup lalu dipasang frame. Selanjutnya lumpur
dimasukkan ke dalamnya. Kemudian ditutup dengan top cup lalu dipasang pada
alat filter press. Udara dialirkan dengan tekanan 100 psi dan filtrat yang keluar
ditampung dengan menggunakan gelas ukur. Lumpur diambil filtratnya selama
kurang lebih 20 menit dan didapatkan volume filtrat 12 ml. Tekanan udara
dihentikan dan tekanan udara dibuang (bleed off). Filtrat yang telah ditampung
pada gelas ukur diukur pH-nya dan kemudian digunakan untuk titrasi.
Untuk melakukan titrasi, filtrat diambil sebanyak 3 ml lalu dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator PP sampai
berwarna merah keunguan. Titrasi dilakukan dengan menambahkan H2SO4
menggunakan buret hingga warna larutan berubah menjadi bening. Volume
H2SO4 yang terpakai dicatat sebagai P. Setelah itu larutan ditetesi 2 tetes indikator
MO dan titrasi dilanjutkan sampai larutan berubah warna menjadi jingga tua.
Volume H2SO4 yang dipakai pada titrasi kedua dicatat sebagai M. Didapatkan
hasil P = 0,8 ml dan m = 1,7 ml. Berdasarkan perhitungan, 2 P < M yang berarti
lumpur mengandung gugus ion CO3- dan HCO3-.
Titrasi selanjutnya menggunakan AgNO3, Filtrat diambil sebanyak 2 ml lalu
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan sedikit MgO lalu
diaduk sampai tercampur rata. Selanjutnya larutan ditetesi K2CrO4 sebanyak 3
tetes. Larutan dititrasi menggunakan AgNO3 pada buret sampai terbentuk warna
endapan jingga. Volume AgNO3 yang digunakan dicatat untuk mencari
kandungan klorida.
Berdasarkan perhitungan, diketahui kandungan HCO3- sebesar 40,607 ppm,
dan kandungan CO3- sebesar 80 ppm. Sementara alkalinitas total 11,303 ppm dan
kandungan klorida 1065 ppm. Alkalinitas adalah kemampuan suatu larutan untuk
bereaksi dan menetralisir suatu zat asam.
Pada operasi pemboran, pengontrolan kualitas lumpur harus selalu dilakukan
agar lumpur pemboran tetap berfungsi dengan normal. Perubahan kandungan ion-
ion tertentu dapat mempengaruhi sifat fisik lumpur. Dengan analisa kimia
terhadap lumpur bor dapat diketahui pH, alkalinitas, kesadahan total, dan
kandungan ion-ion yang terdapat pada lumpur pemboran seperti hidroksil,
bikarbonat, dan klorida. Pengetahuan tentang ion-ion dalam lumpur diperlukan
misalnya untuk mengetahui pelarutan batu kapur yang masuk dalam sistem
lumpur saat pembuatan menembus formasi limestone. Dari perhitungan diketahui
2P < M yang berarti lumpur mengandung gugus ion CO3- dan HCO3- yang berarti
lumpur tidak stabil dan sulit dikontrol.
Penentuan ion klorida bermanfaat untuk mengetahui kontaminasi garam pada
lumpur pemboran saat menembus formasi garam atau kontaminasi garam dari air
formasi. Kandungan klorida yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada pipa pemboran.
6.8. KESIMPULAN
1. Data yang diperoleh :
a. Kandungan HCO3- : 40,67 ppm
b. Kandungan OH- : 0 ppm
c. Kandungan CO3- : 320 ppm
d. Alkalinitas total : 11,33 ppm
e. Kandungan Cl- : 1065 ppm
2. Pada operasi pemboran, pengontrolan kualitas lumpur harus selalu
dilakukan agar lumpur pemboran tetap berfungsi dengan normal.
3. Dengan analisa kimia terhadap lumpur bor dapat diketahui pH, alkalinitas,
kesadahan total, dan kandungan ion-ion yang terdapat pada lumpur
pemboran seperti hidroksil, bikarbonat, dan klorida.
4. Alkalinitas adalah kemampuan suatu larutan untuk bereaksi dan
menetralisir suatu zat asam.
5. Dari perhitungan diketahui 2P < M yang berarti lumpur mengandung
gugus ion CO3- dan HCO3- yang berarti lumpur tidak stabil dan sulit
dikontrol.
6. Aplikasi lapangan dari penentuan ion klorida adalah untuk mengetahui
kontaminasi garam pada lumpur pemboran saat menembus formasi garam
atau kontaminasi garam dari air formasi. Kandungan klorida yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pipa pemboran.

Anda mungkin juga menyukai