Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


DENSITAS, SAND CONTENT, DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK

DISUSUN OLEH:
NAMA : CHRISNA EVAN NIDWITAMA
NIM : 113 180 053
PLUG :G

LABORATORIUM ANALISA LUMPUR PEMBORAN


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISA LUMPUR PEMBORAN
DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN KADAR MINYAK
PADA LUMPUR BOR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan syarat Praktikum Analisa Lumpur


Pemboran Tahun Akademik 2019/2020, Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH:
NAMA : CHRISNA EVAN NIDWITAMA
NIM : 113 180 039
PLUG :G

Disetujui Untuk Laboratorium


Analisa Lumpur Pemboran
Oleh :
Asisten Praktikum

(ABI NUGRAHA PANGESTU)


113 150 017
KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada praktikan sehingga dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Analisa Lumpur Pemboran tepat pada waktunya.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak
baik langsung maupun tidak langsung, untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ketua Jurusan Teknik Perminyakan Bapak Dr. Ir, Drs. H. Herianto, M.T.
2. Pada Dosen Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Asisten Pembimbing (Abi Nugraha Pangestu) yang telah memberikan sya
arahan selama saya mengerjakan praktikum.
4. Seluruh staff Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran Jurusan Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum dan
penyusunan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
praktikan mengharapkan adanya saran, kritik, dan tanggapan yang bersifat
membangun dalam upaya pembelajaran lebih lanjut.
Akhir kata praktikan mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik
bagi praktikan sendiri maupun bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, September 2019


Praktikan

Chrisna Evan Nidwitama


BAB I
PENDAHULUAN

Lumpur pemboran adalah fluida yang dipakai, yang didesain untuk membantu
proses pemboran. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh terhadap
suatu operasi pemboran karena salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya
suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur pemboran. Kecepatan pemboran,
efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran sangat tergantung dari lumpur
pemboran yang dipakai.
Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran adalah :
1. Mengangkat cutting ke permukaan.
2. Mengontrol tekanan formasi.
3. Mendinginkan dan melumasi pahat dan drillstring.
4. Membersihkan dasar lubang bor.
5. Membantu stabilitas formasi.
6. Melindungi formasi produktif.
7. Membantu dalam evaluasi formasi.
Fungsi lumpur pemboran tersebut di atas ditentukan oleh komposisi kimia dan
sifat fisik lumpur. Kesalahan dalam mengontrol sifat fisik lumpur akan
menyebabkan kegagalan dari fungsi lumpur yang pada gilirannya dapat
menimbulkan hambatan pemboran dan akhirnya menimbulkan kerugian besar.
Secara umum lumpur pemboran mempunyai empat komponen atau fasa :
a. Fasa cair (cair atau minyak).
b. Reaktif solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay).
c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi).
d. Fasa kimia.
Sedangkan pengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, yaitu :
1. Lumpur air tawar (Fresh water Mud).
2. Lumpur air asin (Salt water Mud).
3. Oil in water emulsion Mud.
4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.
5. Gaseous drilling fluids.
Lumpur pemboran dibuat dan digunakan sesuai dengan fungsinya dan sesuai
dengan formasi yang hendak ditembus. Selama proses pemboran berlangsung,
lumpur pemboran selalu dikontrol sifat-sifatnya terutama sifat fisik dan sifat
kimianya.
Lumpur pemboran sudah menjadi salah satu pertimbangan penting dalam
mengoptimasikan operasi pemboran. Oleh karena itu untuk memelihara dan
mengontrol sifat–sifat fisik lumpur pemboran agar sesuai dengan yang diinginkan,
maka perlu diketahui dasar-dasar operasi pemboran khususnya mengenai lumpur
pemboran, yang meliputi beberapa acara praktikum, yaitu :
1. Pengukuran densitas, sand content, dan pengukuran kadar minyak dalam
lumpur pemboran.
2. Pengukuran viskositas dan gel strength.
3. Pengukuran tebal mud cake dan filtrasi.
4. Analisa kimia lumpur pemboran.
5. Kontaminasi lumpur pemboran.
6. Pengukuran harga MBT (Methylene Blue Test).
BAB II
LUMPUR DASAR DAN DENSITAS

2.1. TUJUAN PERCOBAAN

 Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi-fungsi


utamanya.
 Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat Mud
Balance.
2.2. DASAR TEORI
2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya
suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat – sifat dari lumpur
tersebut, seperti densitas viskositas, gel strength, atau filtration loss. Dalam
percobaan ini akan dibahas satu sifatnya saja, yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting,
karena peranannya berhubugan langsung dengan fungsi lumpur bor sebagai
pengontrol tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (loss circulation), sedangkan jika terlalu
kecil dapat menyebabkan “kick” (masuknya fluida ke lubang sumur). Maka
densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari lumpur bor
dalam psi/ft. Tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon).
Asumsi – asumsi:
1. Volume setiap material adalah merupakan additive:
Vs + Vml = Vmb……………………………………………………..(2.1)
2. Jumlah berat adalah merupakan additive:
ds x Vs + dml x Vml = dmb x Vmb …………………………………. (2.2)
Dimana :
Vs : Volume solid, bbl
Vml : Volume lumpur lama, bbl
Vmb : Volume lumpur baru
ds : berat jenis solid, ppg
dml : berat jenis lumpur lama, ppg
dmb : berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (2.1) dan (2.2) diperoleh:
(d mb  d ml )
Vs = x Vml …………………………………………....(2.3)
(d s  d mb )
Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah:
Ws = Vs x ds
Bila dimasukkan ke dalam persaman (2.3)
(d mb  d ml )
Ws = x (d s xVml ) ………………………………………..(2.4)
(d s  d mb )
% volume solid :
Vs (d  d ml )
x 100%  mb x 100% …………………………………..(2.5)
Vmb (d s  d mb )
% berat solid :
d s xVs d (d  d ml )
x 100%  s mb x 100% ………………………….(2.6)
d mb xVmb d ml (d s  d mb )

Maka bila yang digunakan adalah barit dengan SG = 4.3, untuk menaikkan
densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
(d mb  d ml )
Ws = 684 x …………………………………………...(2.7)
(35.8  d mb )

Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan :
(d mb  d ml )
Ws = 398 x …………………………………………...(2.8)
(20.8  d mb )
Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama

2.3. ALAT DAN BAHAN


2.3.1. Alat
 Mud Balance
 Retort Kit
 Multi Mixer
 Gelas Ukur 500 cc
2.3.2. Bahan
 Bentonite
 Barite
 Aquadest
 Pasir
2.3.3. Gambar Alat

2 3
1 4
5 6 7

Keterangan
1. Lid
2. Cup
3. Base
4. Knife dan Fulcrum
5. Rider
6. Arm Balance
7. Calibrator

Gambar 2.1. Mud Balance


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
1 3
1 1

2 5
1 1 4
1
Keterangan:
1. Kondensator
2. Gelas Ukur
3. Insulator Block
4. Wetting Agent
5. Upper Chamber

Gambar
Gambar 2.3.
2.3. Retort
Retort Kit
Kit
(Laboratorium Analisa pribadi)
(Dokumen Lumpur Pemboran)
2

Keterangan:
1. Mixer Hanging
2. Mixer

Gambar 2.4. Multi Mixer


(Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran)
2.4. PROSEDUR PERCOBAAN
2.4.1. Prosedur Operasi Standar
2.4.1.1. Mud Balance
a. Mengambil alat Mud Balance dari box.
b. Mencuci cup pada wastafel, kemudian di lap dengan kanebo.
c. Melakukan kalibrasi alat dengan mengukur densitas air, caranya dengan
mengisi air ke dalam cup sampai penuh kemudian ditutup (apabila ada air
yang tumpah dilap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
d. Meletakkan Mud Balance pada box (posisi knife berada di atas fulcrum),
kemudian mengukur densitas air yang sudah diketahui harganya (p = 8,33
ppg pada 70o F), caranya dengan menggeser rider ke angka 8,33 ppg (pada
skala bagian atas) atau ke angka 1 gr/cc (pada skala bagian bawah), jika
kalibrasi berhasil gelembung udara pada level glass akan berada di tengah-
tengah atau menyentuh garis tengah, jika masih belum tepat, takar ulang
lah pasir yang ada pada ujung balance arm sampai kalibrasi berhasil.
Setelah itu air dibuang lalu cup dibersihkan kembali.
e. Mengukur densitas lumpur yang akan diuji dengan cara memasukkan
lumpur pada cup sampai penuh kemudian di tutup (apabila ada lumpur
yang tumpah di lap dengan kanebo agar pengukurannya lebih tepat).
f. Meletakkan Mud Balance pada box kemudian mengukur densitas lumpur
dengan cara menggeser rider, sampai gelembung udara pada level glass
berada di tengah-tengah.
g. Setelah harga densitas diketahui, lumpur dibuang, lalu cup dibersihkan
lalu Mud Balance ditaruh kembali ke dalam box.

2.4.1.2. Multi Mixer


a. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lumpur.
b. Mengisi cup lumpur dengan air.
c. Mengkaitkan cup pada Multimixer dengan menekan pada penjepit atas dan
meletakkan cup pada penyangga bawah hingga mixer berputar
d. Memasukkan bahan-bahan solid yang akan digunakan.
e. Setelah campuran lumpur selesai dibuat, lepas cup dengan menaikkan cup,
kemudian tarik ke bawah.
f. Membersihkan mixer dengan memasang cup berisi air bersih lalu lap
hingga bersih.

2.4.2. Prosedur Percobaan


2.4.2.1. Densitas Lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan Mud Balance sebagai berikut :
 Membersihkan peralatan Mud Balance.
 Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. menegeringkannya dengan kertas tissue.
 Meletakkan kembali Mud Balance pada kedudukan semula.
 Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
 Mengecek pada Level Glass, bila tidak seimbang, mengatur
Calibration Screw sampai seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan sesuai dengan petunjuk asisten.
3. Menakar air 350 cc dan mencampurnya dengan 22,5 gr bentonite. Caranya
memasukkan air ke dalam bejana, lalu memasang bejana pada Multimixer
dan memasukkan bentonite sedikit demi sedikit setelah mixer dijalankan,
selang beberapa menit setelah tercampur, mengambil bejana dan
menuangkan lumpur yang telah dibuat kedalam cup Mud Balance.
4. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang melekat pada dinding
bagian luar dan penutup cup sampai bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang dan membaca densitas yang ditunjukkan pada skala.
6. Mengulang langkah 5 untuk kompisisi campuran yang diberikan asisten.
2.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
2.5.1. Hasil Percobaan

Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas

Lumpur Dasar Additive


Densitas
PLUG Air Bentonite Barite Thinner
(ppg)
(ml) (gr) (gr) (ml)
Asisten 350 22,5 - - 8,6
A 350 22,5 5 8,8
B 350 22,5 10 8,8
C 350 22.5 15 9,2
D 350 22.5 20 9,1
E 350 22.5 25 9,1

F 350 22.5 30 9,2

G 350 22.5 35 9,25

H 350 22.5 2,5 8,6

I 350 22.5 5 8,52

J 350 22.5 7,5 8,5

K 350 22,5 10 8,25

L 350 22,5 12,5 8,2

M 350 22,5 15 8,1


2.5.2. Perhitungan
1. Pengukuran Densitas
a) Lumpur dasar : 350 ml air + 22,5 gr Bentonite + 35 ml barite
b) Densitas lumpur dasar + 2 gr barite = 9,25 ppg
Densitas (ppg)

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Barite (gr)

Additive Barite vs Density Additive Thinner vs Density


Linear (Additive Barite vs Density) Linear (Additive Thinner vs Density)
2.6. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Lumpur Dasar dan Densitas” dengan tujuan yaitu
untuk mengetahui komponen lumpur, fungsi lumpur, dan menentukan densitas
lumpur. Alat yang digunakan pada percobaan pengukuran densitas adalah Mud
Balance. Dan mud mixer digunakan untuk pengadukan lumpur pada saat kita
membuat lumpur.
Dalam pengukuran densitas digunakan prinsip keseimbangan berat, dengan
langkah awal yaitu melakukan pengkalibrasian menggunakan air tawar, dengan
meletakan rider pada skala 8,3 ppg. Untuk pengukuran densitas didapatkan data
yaitu sebesar 9.25 ppg.
Salah satu metode pemboran yaitu menggunakan under balance drilling, yaitu
metode drilling dengan menggunakan tekanan hidrostatis dibawah tekanan formasi
yaitu dengan penggunaan mud weight yang SGnya lebih kecil daripada tekanan
formasi. Yang berfungsi untuk mencegah atau mengurangi infiltrasi mud ke formasi
yang dapat merusak formasi atau pembentukan skin pada formasi
Pada pengukuran densitas, yang menggunkan lumpur yang dicampurkan
dengan additive bentonite. Alat yang digunakan dengan mud balance adalah untuk
mengukur densitas lumpur. Pertama-tama mud balance perlu dikalibrasi agar
pengukuran yang dilakukan akurat. Sebelum mengukur sifat fisika, kita harus
membuat lumpur pendulu dengan alat multi mixer. Mud balance menggunakan
prinsip kesetimbangan yang dimana takarannya adalah densitas air yaitu 8,33 ppg.
Setelah itu, level glassnya dicek, bila tidak seimbag atur calibration screw sampai
seimbang. Takar air 350cc dan campur dengan 22,5 bentonite dan 35 gr barite.
Caranya air dimasukan kedalam bejana, lalu dipasang pada multimixer. Lalu
bentonite dan barite dimasukkan sedikit demi sedikit. Selang beberapa ment setelah
dicampur, bejana diambil dan isi cup mud balance dengan lumpur yang telah dibuat.
Letakkan balance arm pada kedudukannya semula, lalu mengatur hingga rider
seimbang. Baca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini yaitu untuk membuat lumpur sesuai
dengan kondisi yang dibutuhkan agar tidak terjadi loss maupun kick.

1
2

Aplikasi lapangan dari percobaan pengukuran densitas lumpur pemboran


adalah untuk dapat menentukan besarnya tekaan hidrostatik didalam lubang bor,
dan menghitung densitas lumpur. Dengan mengetahui dasar-dasarnya dalam
pembuatan lumpur, maka dapat digunakan pada sumur pemboran dengan
karakteristik sumurnya masing-masing. Jika tekanan hidrostatik lumpur melebihi
tekanan formasi maka akan mengakibatkan terjadinya lost circulation sedangkan
jika tekanan hidrostatik lumpur lebih rendah akan menyebabkan kick. Maka dari
itu, densitas suatu lumpur harus disesuaikan dengan pressure window agar dapat
bekerja dengan maksimal.
2

2.7. KESIMPULAN
1. Hasil Percobaan:
 Densitas Lumpur Dasar = 8,75 ppg
2. Densitas yang terlalu kecil akan menyebabkan kick sedangkan densitas yang
besar justru akan menyebabkan lost circulation.
3. Adanya kandungan pasir akan menaikkan densitas lumpur dan merugikan
karena bersifat abrasive.
4. Dari percobaan diperoleh grafik penambahan barite vs densitas dan
penambahan air vs densitas yang dapat disimpulkan bahwa setiap
penambahan barite ke dalam lumpur akan menaikkan harga densitas lumpur,
dan berlaku sebaliknya untuk penambahan air. Dari percobaan didapat grafik
penambahan pasir vs densitas. Dari grafik ini dapat kita simpulkan bahwa
penambahan pasir akan menaikkan densitas lumpur. Sedangkan dari grafik
volume solar vs kadar minyak menunjukkan bahwa semakin tinggi
penambahan solar pada lumpur maka akan meningkatkan kadar minyak pada
lumpur tersebut.
5. Prinsip kerja dari mud balance adalah kesetimbangan.

Anda mungkin juga menyukai