DISUSUN OLEH:
NAMA : CHRISNA EVAN NIDWITAMA
NIM : 113 180 053
PLUG :G
DISUSUN OLEH:
NAMA : CHRISNA EVAN NIDWITAMA
NIM : 113 180 039
PLUG :G
Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada praktikan sehingga dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Analisa Lumpur Pemboran tepat pada waktunya.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dari berbagai pihak
baik langsung maupun tidak langsung, untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ketua Jurusan Teknik Perminyakan Bapak Dr. Ir, Drs. H. Herianto, M.T.
2. Pada Dosen Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
3. Asisten Pembimbing (Abi Nugraha Pangestu) yang telah memberikan sya
arahan selama saya mengerjakan praktikum.
4. Seluruh staff Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran Jurusan Teknik
Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum dan
penyusunan laporan ini.
Praktikan menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
praktikan mengharapkan adanya saran, kritik, dan tanggapan yang bersifat
membangun dalam upaya pembelajaran lebih lanjut.
Akhir kata praktikan mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik
bagi praktikan sendiri maupun bagi pembaca sekalian.
Lumpur pemboran adalah fluida yang dipakai, yang didesain untuk membantu
proses pemboran. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh terhadap
suatu operasi pemboran karena salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya
suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur pemboran. Kecepatan pemboran,
efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran sangat tergantung dari lumpur
pemboran yang dipakai.
Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran adalah :
1. Mengangkat cutting ke permukaan.
2. Mengontrol tekanan formasi.
3. Mendinginkan dan melumasi pahat dan drillstring.
4. Membersihkan dasar lubang bor.
5. Membantu stabilitas formasi.
6. Melindungi formasi produktif.
7. Membantu dalam evaluasi formasi.
Fungsi lumpur pemboran tersebut di atas ditentukan oleh komposisi kimia dan
sifat fisik lumpur. Kesalahan dalam mengontrol sifat fisik lumpur akan
menyebabkan kegagalan dari fungsi lumpur yang pada gilirannya dapat
menimbulkan hambatan pemboran dan akhirnya menimbulkan kerugian besar.
Secara umum lumpur pemboran mempunyai empat komponen atau fasa :
a. Fasa cair (cair atau minyak).
b. Reaktif solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay).
c. Inert solids (zat padat yang tak bereaksi).
d. Fasa kimia.
Sedangkan pengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, yaitu :
1. Lumpur air tawar (Fresh water Mud).
2. Lumpur air asin (Salt water Mud).
3. Oil in water emulsion Mud.
4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.
5. Gaseous drilling fluids.
Lumpur pemboran dibuat dan digunakan sesuai dengan fungsinya dan sesuai
dengan formasi yang hendak ditembus. Selama proses pemboran berlangsung,
lumpur pemboran selalu dikontrol sifat-sifatnya terutama sifat fisik dan sifat
kimianya.
Lumpur pemboran sudah menjadi salah satu pertimbangan penting dalam
mengoptimasikan operasi pemboran. Oleh karena itu untuk memelihara dan
mengontrol sifat–sifat fisik lumpur pemboran agar sesuai dengan yang diinginkan,
maka perlu diketahui dasar-dasar operasi pemboran khususnya mengenai lumpur
pemboran, yang meliputi beberapa acara praktikum, yaitu :
1. Pengukuran densitas, sand content, dan pengukuran kadar minyak dalam
lumpur pemboran.
2. Pengukuran viskositas dan gel strength.
3. Pengukuran tebal mud cake dan filtrasi.
4. Analisa kimia lumpur pemboran.
5. Kontaminasi lumpur pemboran.
6. Pengukuran harga MBT (Methylene Blue Test).
BAB II
LUMPUR DASAR DAN DENSITAS
Maka bila yang digunakan adalah barit dengan SG = 4.3, untuk menaikkan
densitas dari lumpur lama seberat dml ke lumpur baru sebesar dmb setiap bbl
lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
(d mb d ml )
Ws = 684 x …………………………………………...(2.7)
(35.8 d mb )
Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barit/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk
tiap barrel lumpur diperlukan :
(d mb d ml )
Ws = 398 x …………………………………………...(2.8)
(20.8 d mb )
Dimana Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama
2 3
1 4
5 6 7
Keterangan
1. Lid
2. Cup
3. Base
4. Knife dan Fulcrum
5. Rider
6. Arm Balance
7. Calibrator
2 5
1 1 4
1
Keterangan:
1. Kondensator
2. Gelas Ukur
3. Insulator Block
4. Wetting Agent
5. Upper Chamber
Gambar
Gambar 2.3.
2.3. Retort
Retort Kit
Kit
(Laboratorium Analisa pribadi)
(Dokumen Lumpur Pemboran)
2
Keterangan:
1. Mixer Hanging
2. Mixer
Tabel II-1
Tabel Pengukuran Densitas
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Barite (gr)
1
2
2.7. KESIMPULAN
1. Hasil Percobaan:
Densitas Lumpur Dasar = 8,75 ppg
2. Densitas yang terlalu kecil akan menyebabkan kick sedangkan densitas yang
besar justru akan menyebabkan lost circulation.
3. Adanya kandungan pasir akan menaikkan densitas lumpur dan merugikan
karena bersifat abrasive.
4. Dari percobaan diperoleh grafik penambahan barite vs densitas dan
penambahan air vs densitas yang dapat disimpulkan bahwa setiap
penambahan barite ke dalam lumpur akan menaikkan harga densitas lumpur,
dan berlaku sebaliknya untuk penambahan air. Dari percobaan didapat grafik
penambahan pasir vs densitas. Dari grafik ini dapat kita simpulkan bahwa
penambahan pasir akan menaikkan densitas lumpur. Sedangkan dari grafik
volume solar vs kadar minyak menunjukkan bahwa semakin tinggi
penambahan solar pada lumpur maka akan meningkatkan kadar minyak pada
lumpur tersebut.
5. Prinsip kerja dari mud balance adalah kesetimbangan.