Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK OPERASI PEMBORAN II

Modul II: Cementing Operation

Nama : Aulia Bimo M. (12213054)

Freddy Arrizal (12213054)

Ery Budiono (12213054)

Khendry Tjiuandry (12213054)

Kelompok :

Tanggal Praktikum :

Tanggal Penyerahan :

Dosen : Dr.-Ing. Ir. Bonar Tua Halomoan Marbun

Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK OPERASI PEMBORAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2016

BAB 1
TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan densitas semen berdasarkan komposisi additif yang digunakan


2. Menentukan desain operasi primary cementing pada setiap bagian casing
3. Menentukan desain operasi plug balancing
4. Menentukan desain operasi squeeze cementing
5. Menentukan desain operasi flow calculation

BAB II

2
DATA PERCOBAAN DAN OUTPUT PROGRAM

Berikut ditampilkan data pecobaan dan tampilan input/output dari program cementing.exe.

1. Design Sumur

Berikut adalah design sumur yang kami ajukan dalam program cementing.

Gambar 1 Design Sumur

Untuk menghitung pasca produksi, atau pada kondisi sumur akan ditutup, diasumsikan telah
dipasang production tubing dengan ukuran ID 3.35 inch dan OD 4 inch, hingga depth di atas top
spacer fluid pada proses plug-balance cementing.

2. Data dan Output Data Densitas Semen

3
Densitas semen yang digunakan dibagi dalam 3 jenis semen, untuk surface casing, intermediate
casing, dan production casing. Berikut rinciannya:

a. Surface Casing

Gambar 2 Input Densitas Semen Surface Casing

Gambar 3 Output Densitas Semen Surface Casing

4
b. Intermediate Casing

Gambar 4 Input Densitas Semen Intermediate Casing

Gambar 5 Output Densitas Semen Intermediate Casing

5
c. Production casing

Gambar 6 Input Data Densitas Semen Production Casing

Gambar 7 Output Data Densitas Semen Production Casing

6
3. Data dan Output Data Primary Cementing

Berikut ditampilkan input dan output data program tentang design Primary Cementing yang kami
lakukan:

a. Surface Casing Cementing

Gambar 8 Input Data Primary Cementing pada Surface Casing

Gambar 9 Output data Primary Cementing pada Surface Casing

7
b. Intermediate Casing Cementing

Gambar 10 Input Data Primary Cementing pada Intermediate Casing

Gambar 11 Output Data Primary Cementing pada Intermediate Casing

8
c. Production Casing Cementing

Gambar 12 Input Data Primary Cementing pada Production Casing

Gambar 13 Output Data Primary Cementing pada Production Casing

9
4. Data dan Output Data Plug Balancing

Gambar 14 Input Data Plug-Balance Cementing

5. Data dan Output Data Squeeze Cementing

Gambar 15 Output Data Squeeze Cementing

6. Data dan Output Data Flow Calculation

10
a. Surface casing

Gambar 16 Input Data Aliran Semen Surface Casing

Gambar 17 Output data Aliran Semen Surface Casing

11
b. Intermediate Casing

Gambar 18 Input Data Aliran Semen Intermediate Casing

Gambar 19 Output data Aliran Semen Intermediate Casing

12
c. Production Casing

Gambar 20 Input data Aliran Semen Production casing

Gambar 21 Output Data Aliran Semen Production Casing

BAB III

13
CONTOH PENGOLAHAN DATA SECARA MANUAL

1. Perhitungan Densitas Slurry of Cement

Berikut adalah contoh perhitungan pada Surface Casing Cement sesuai dengan data yang
telah di sampaikan di bagian sebelumnya:

1 sack of class G cement = 94 lb


Absolute volume = 0.0382 gal/lb
Volume yang ditempati = 94 (0.0382) = 3.5908 gal

Fresh water 44% BWOC = 0.44 (94 lb) = 41.36 lb


Absolute volume = 0.1202 gal/lb
Volume yang ditempati = 41.36 (0.1202) = 4.97 gal

Bentonite 8% BWOC = 0.08 (94 lb) = 7.52 lb


Absolute volume = 0.0454 gal/lb
Volume yang ditempati = 7.52 (0.0454) = 0.3414 gal

HR-4 8% BWOC = 0.08 (94 lb) = 7.52 lb


Absolute volume = 0.0239 gal/lb
Volume yang ditempati = 7.52 (0.0239) = 0.18 gal

.
Slurry density = (total weight) / (total volume)
= (94+41.36+7.52+7.52) lb / (3.5908+4.97+0.3414+0.18) gal
= 16.55 lb/gal

2. Perhitungan Plug and Balancing

Berikut adalah langkah-langkah untuk menghasilkan data output di software. Data


disesuaikan di inut data Plug-Balancing Cementing, namun dengan asumsi adanya cement string
(ID 2.44 inch) dan Production Tubing (ID 3.35 Inch, OD 4 inch, dan Depth hingga 9800 ft)

a. Mencari volume semen

Volume semen= panjang penyemenan x holecapacity

sedangkan hole capacity diperoleh dari

14
e
hole siz

2

Hole capacity=

Sehingga

Volume semen=1000 x 0.02938=29.38605bbl 165 cuft

dan jumlah sack semen yang diperlukan:

volume semen 165


Sack semen= = =120.61 sack 121 sack semen
yield Slurry 1.368

b. Ketinggian Semen (ada semen string dalam sumur)

( ID semen string )2 2.442


Kapasitas semen string= = =0.005782bbl /ft
1029.4 1029.6

Sedangkan kapasitas antara semen string dan lubang sumur adalah:


5.52 2.442 bbl
Kapasitas annular = =0.023598
1029.4 ft
Sehingga panjang semen dalam drillpipe:

volume semen 29.38605


Panjang semen dalam pipa= = =1000.2 ft
kapasitas semen+ kapasitas annular 0.005782+0.023598

Dengan demikian, TOC (top of cement) atau batas atas semen yang kontak dengan spacer
akan memiliki kedalaman dari surface sebesar:

Kedalaman top of cement=110001000.2=9999.8 ft 10000 ft

c. Ketinggian spacer (ada semen string dalam sumur)

Volume spacer dari top of cement (TOC) stringer (Spacer volume 1) dapat dicari dengan
mangalikan kapasitas annular dan panjang kolom semen antara top of semen hingga top of
semen string. Top of string tidak lain adalah batas tubing produksi dipasang.

Spacer volume 1=0.023598 x ( 9999.89800 )=4.7148 bbl

15
Sisa volume spacer yaitu (50-4.7148) atau 45.2851 bbl antara drill pipe (production tubing)
dan hole. Sehingga, panjang spacer antara drill pipe dan hole adalah:

sisa volume spacer


Length spacer antara drillpipe hole=
kapasitas anular antaradrillpipe hole
45.2851
Length spacer antara drillpipe hole= =3271.33 ft
5.524 2
1029.4
Sehingga kedalaman top of spacer dari surface dapat diperoleh sebagai berikut:

Top of spacer=top o f stringlength spacer antaradrillppe hole=6728.46 ft

d. Volume spacer di dalam string (semen string maupun tubing)

Volume total spacer di dalam semen dapat di hitung dengan mencari volume spacer di semen
string dan volume spacer di dalam tubing.

Volume spacer di semen string=kapasitas semen string x (top of sementopof string)

Volume spacer di semen string=0.005782 x ( 9999.89800 )=1.1552 bbl

sedangkan, volume spacer di dalam tubing adalah:

Volume spacer di tubing=kapasitas tubing x (top of stringtop of spacer)

Volume spacer di tubing=0.0109 x ( 98006728.46 )=33.4858 bbl

Sehingga total volume spacer di dalam string adalah

Total volume spacer didalam string=34.6410 bbl

e. Mud displacement

Mud displacement dapat dicari dengan mengalikan kapasitas drillpipe dengan kedalaman
hingga batas top of spacer.
2
3.35
Mud displacement= x 6728.46=73 .35 bbl
1029.4

16
BAB IV

ANALISIS

1. Analisis Densitas Semen

a. Densitas Semen di Surface Casing

Dengan kedalaman yang rendah dan temperature formasi yang masih relatif rendah, maka
dapat digunakan densitas semen yang cukup rendah. Extender digunakan pada semen yang akan
kami gunakan pada surface casing ini. Extender berfungsi untuk menurunkan nilai densitas
semen yang akan kami gunakan. Extender yang kami gunakan adalah bentonite dengan kadar 8 %
BWOC. Selain itu, bentonite juga dapat digunakan untuk mencegah separasi solid, mengurangi
free water, mengurangi fluidloss, dan meningkatkan slurry yield.

Retarder yang kami gunakan untuk membuat semen yang kami pompakan mempunyai
thickening time yang panjang.

17
Gambar 22 Retarder pada Semen

Dapat dilihat berdasarkan gambar di atas, HR-4 akan optimum jika digunakan pada low
temperature. Suhu kerja HR-4 optimum adalah 52-80 . Dengan demikian, pemilihan 8%

BWOC retarder jenis HR-4 dinilai sudah tepat pada kasus ini.

b. Densitas Semen di Intermediate Casing

Di intermediate casing hanya digunakan weighting agent dan Fluid loss agent. Weighting
agent digunakan untuk menambah densitas dari semen yang akan kita gunakan. Hal ini
dikarenakan dibutuhkan densitas semen yang lebih besar untuk mengimbangi tekanan formasi
pada daerah intermediate casing. Selain untuk mengimbangi tekanan formasi, weighting agent
juga digunakan untuk menambah compressive strength dari semen yang akan digunakan.
Weighting agent yang digunakan adalah silica flour dengan 35% BWOC.

Kami juga menggukan Fluid loss agent untuk mencegah kehilangan fasa liquid dari semen
ke dalam formasi. Hal ini dikarenakan intermediate casing mempunyai zona tekanan yang
abnormal. Penggunaka fluid loss agent pada kasus seperti ini sangatlah penting. Fluid loss agent
yang kami gunakan adalah cellulostic 2% BWOC.

c. Densitas Semen di Production Casing

Di production casing, biasanya terdapat banyak masalah perihal tekanan oleh formasi.
Oleh karena itu, aditif yang digunakan pada semen untuk production casing lebih banyak jika

18
dibandingkan dengan surface dan intermediate casing. Kami menggunakan aditif seperti
weighting agent, retarders, Fluid loss agent, dan lost circulation control agent.

Weighting agent yang digunakan adalah hematit. Hematit akan memberikan efek
pertambahan densitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan silica flour. Sementara itu,
dikarenakan formasi yang dihadapi terdapat pada formasi yang cukup dalam dan membutuhkan
compressive strength yang tinggi pada semen, maka digunakan hematit 40% BWOC.

Retarder yang digunakan adalah CFR-1. Seharusnya, perlu juga menambahkan aditif
dispersant pada semen di production casing ini. Namun, pada Cement Additives Cross Reference,
Messina Chemicals, dinyatakan bahwa CFR-1 ini lebih berperan sebagai dispersant dibandingkan
dengan retarder. Dengan demikian, fungsi dispersant telah dicakup seklaigus dengan fungsi
retarder jika digunakan CFR-1.

Penggunaan Lost circulation dan Fluid loss agent dipengaruhi oleh penggunaan hematit
dengan 40 % BWOC. Dengan penggunaan hematite, maka nilai densitas semen akan sangat
tinggi sehingga dapat menyebabkan potensi lost circulation. Untuk itu, digunakanan Halad-14 4
% BWOC sebagai Fluid loss agent dan Cal-Seal 4 %BWOC.

Dapat dianalisis bahwa, slurry density dari masing-masing segmen casing berbeda-beda.
Perbandingannya dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

d. Komparasi Densitas Antar Bagian Casing

Berikut disarikan densitas masing-masing seksi pada sumur yang didesign:

Slurry Slurry Volum


Aditif
Density Yield e
(cuft /
( ppg ) cuft
sack )
Surface Extender (Bentonite 8 % BWOC) dan Retarder (8
16.364 1.244 1.244
Casing % BWOC)
Intermediate Weighting Agent (Silica Flour 35 % BWOC) dan
16.630 1.368 1.368
Casing Fluid Loss Agent (Cellulosic 2 % BWOC)
Weighting Agent (Hematite 40 % BWOC),
Production Retarders (CFR-1 10 % BWOC), Fluid Loss Agent
17.774 1.428 1.428
Casing (Halad 14 4 % BWOC), dan Lost Circ. Agents
(Cal-Seal 4 % BWOC)
Tabel 1 Densitas Semen untuk Masing-masing Seksi Casing

Berdasarkan tabel diatas, mulai dari surface casing hingga production casing, nilai
densitas semen yang digunakan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan

19
formasi yang meningkat. Tentu, hal ini sesuai dengan ekspektasi bahwa nilai tekanan
hidrostatik yang semakin besar seiring dengan pertambahan kedalaman.

e. Komparasi Hasil Perhitungan Manual versus Software

Berdasarkan hasil eksekusi program dan perhitungan manual densitas (Lihat BAB III sub
bab 1 Perhitungan Densitas Slurry of Cement), terdapat hasil perhitungan yang sangat
mendekati. Perbedaan hanya dijumpai di desimal dari output software. Hal ini kemungkinan
terdapat perbedaan asumsi absolute volume, dikarenanakan perbedaan penggunaan referensi.
Selain itu, pada perhitungan manual digunakan asumsi bahwa digunakan semen kelas G.
Terdapat kemungkinan bahwa semen pada program tidak menggunakan semen kelas G,
melainkan semen API kelas lain, yang tentunya memiliki berat per sack yang berbeda dari
semen kelas G. Untuk itu, tampaknya program cementing.exe ini perlu dilengkapi lagi perihal
asumsi yang digunakan, sehingga user dapat meng-croscheck perhitungan.

2. Analisis Primary Cementing

20
3. Analisis Plug and Balancing

Salah satu metode penutupan sumur setelah tidak ekonomis untuk diproduksikan lagi
adalah dengan Plug-Balance cementing. Analisis ini menggunakan perhitungan production
casing data dikarenakan lokasi perforasi ada di production casing. Pada kasus ini, diasumsikan
tubing produksi yang telah ada pada sumur (semasa produksi) memiliki ukuran ID 3.35 inch dan
OD 4 inch. Asumsi tubing ini dipasang hingga kedalaman 9800 ft. Adapun cement string yang
digunakan diasumsikan memiliki ukuran 2 7/8 inch, dengan ID 2.44 inch. Selain asumsi ukuran
tubing dan cement string, juga diasumsikan volume space sebesar 50 bbl, panjang kolom semen
adalah 1000 ft, dan yield slurry adalah 1.368 cu ft/sack.

Berdasarkan hasil di atas, diperoleh jumlah semen dengan slurry yield 1.368 cu ft/sack
untuk proses plug balance adalah 164.988 cuft. Nilai ini tidak lain memerlukan sekitar 121 sack
semen.

Komparasi antara software dan perhitungan manual menunjukan bahwa terdapat


perbedaan antara volume spacer behind the cement, length of balanced plug, dan mud
displacement. Perbedaan ini disebabkan karena perhitungan manual menggunakan asumsi batas
pemasangan tubing produksi hingga sampai kedalaman 9800 ft. Adapun dalam software

21
diasumsikan bahwa tubing tidak sampai menyentuh batas spacer atau dalam artian tubing
dipasang sejauh mungkin dari plug-balance cementing.

Akhir dari Plug-Balancing cement ini adalah diambilnya production casing (sebelum
sement mengeras). Hal ini akan mengakibatkan hanya tersisanya semen dan spacer yang dalam
posisi kesetimbangan dengan mud drilling (di atas spacer) dan antara tekanan formasi.

Berdasarkan perhitungan dan hasil program, terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam design plug-balancing ini. Jika diperhatikan, variabel-variabel yang akan
mempengaruhi design plug-balance cementing seperti:

a. Slurry Yield
Semakin besar nilainya, maka akan memerlukan lebih sedikit jumlah sack semen.

b. Ukuran semen string, drill pipe (tubing), dan lubang sumur


Akan mempengaruhi kapasitas tubing, yaitu
2
( diamete r 1diamete r 2 )
kapasitas (bbl )=
1029.4

c. Kedalaman tubing shoe terhadap formasi


Dapat dilihat bahwa software ini mengasumsikan bahwa jarak tubing shoe cukup jauh
sehingga tidak mengenai spacer.

d. Volume spacer yang diperlukan


Akan mempengaruhi letak top dan bottom of spacer

e. Panjang design semen yang diinginkan


Tergantung dari perhitungan keamanan penutupan dan ketersediaan semen

Dengan menggunakan design sesuai software (asumsi juga sesuai software), dapat
digambarkan design plug-balancing beserta langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pompakan 50 bbl Spacer


b. Pompakan 164.988 cuft semen atau 29.38 bbl semen
c. Pompakan 39.377 spacer di dalam string semen
d. Lalu pompakan 67.588 drilling mud
e. Masuk ke proses penarikan string

22
Gambar 23 Sketsa Proses Plug-Balancing

4. Analisis Squeeze Cementing

Pada primary cementing yang kelompok kami lakukan, software cementing mendeteksi
adanya kebocoran atau kegagalan primary cementing di production casing pada mid perforation
10,500ft. Karena kegagalan primary cementing itu kami melakukan squeeze cementing untuk
memperbaiki kebocoran atau kegagalan cementing pada casing tersebut.

Pertama kami mengeset di mana kami akan melakukan perforasi untuk melakukan
perbaikan,yaitu pada kedalaman 10,500 ft. Selanjutnya kami mengeset packer pada kedalaman
10,200 ft. Pertimbangan memasang packer 200 ft di atas perforasi adalah agar cement slurry tidak

23
terkontaminasi dengan fluida komplesi. Sifat Slurry seperti fluid loss ,thickening time, dan
viskositas akan berubah oleh kontaminasi tersebut dan penempatan slurry akan berubah.
Pemilihan dari kedalam perforasi adalah efektifitas dari perbaikan cement. Kita menginginkan
perbaikan dengan kinerja optimum dan biaya minimal mungkin jadi lebih optimum apabila kita
membuat perforasi pada kedalaman tersebut ditambah dengan margin dengan asumsi bahwa
daerah bocor tersebar pada margin tersebut. Semen yang diinput memiliki properti, yaitu slurry
density 17.774 ppg dan slurry yield 1.428 cuft/sack. Meninjau dari properties dan suspensi semen,
maka dapat dinyatakan hal-hal berikut:

a. Compressive strength, faktor ini bukan faktor yang penting pada properti semen. Semen
dengan kekuatan tekan 24 jam dari 500 sampai 1000 psi akan menyumbat perforasi dengan
baik. Dari segi teknis, cement harus dapat : menahan pipa di lubang, mengisolasi permeable
zone, dan menahan rekahan permukaan pada zona yang di inginkan.

b. Waiting on cement, faktor ini sangat dipengaruhi oleh temparatur ,tekanan,WCR,compressive


strength, retarder, dll. Berdasarkan pengalaman di lapangan, waktu yang dibutuhkan adalah
4-12 jam setelah tekanan squeeze akhir dicapai.

c. Water cement ratio, jika air yang diberikan kurang dari minimum maka friksi diantara
annulus bertambah dan jika kita menambahkan dengan tekanan hidrostatik semen maka akan
menyebabkan formasi rekah. Lalu, dengan sedikitnya air, maka kehilangan air walaupun
sedikit di tubing collar sewaktu squeeze dapat menyebabkan semen terhenti pada formasi
permeabel yang lebih dekat ke sumur. Tetapi pekerjaan plug back diperlukan WCR minimum
agar strength maksimal atau dalam menutup formasi-formasi bertekanan tinggi, dimana SG
dengan WCR rendah akan dapat meningkat.

d. Fluid loss control, Fluid loss pada semen murni sangat besar, jika semen slurry murni
bertemu dengan zone permeabel dimana mud cake telah hilang. Umumnya fluid loss menurut
API adalah :
1) 200 ml/30 min untuk formasi yang sangat permeabel
2) 100 - 200 ml/30 min untuk formasi low permeable
3) 35 - 100 ml/30 min untuk formasi high permeability
Oleh karena itu kami tidak menggunakan cement murni untuk mencegah fluid loss.

e. Viskositas, Slurry dengan viskositas yang rendah akan bisa menembus lubang/rekahan yang
kecil.

f. Spacers and washes, Ada dua faktor yang akan membuat berhasilnya proses cementing yaitu :
1) Pembersihan dari perforasi dan ruang disekitarnya dari padatan yang dibawa
oleh fluida atau lumpur pemboran.
2) Menghindari kontaminasi pada cement slurry, yang akan mengakibatkan
berubahnya sifat slurry seperti fluid loss, tickening time, dan juga viskositasnya.

Biasanya kontaminasi cement slurry dihindari dengan cara memompakan spacer air diatas

24
dan dibawah semen. Bisa juga dengan menggunakan chemical wash atau larutan asam lemah
yang diletakkan diatas slurry, dimana dipisahkan oleh fluida yang kompatibel.

Nilai dari completion fluid density yang kami gunakan adalah 9 ppg. Nilai dari
completion fluid density tersebut tidak jauh berbeda dari air yaitu 8.3 ppg. Jadi, dapat kami
simpulkan bahwa completion fluid yang kami gunakan adalah air ditambah additive weighting
agent sehingga menjadi 9 ppg. Nilai margin tekanan yang kami input adalah 500 psi. Formation
fracture gradient yang kami pakai adalah 0.7 psi/ft. Data yang kami gunakan untuk completion
fluid density dan formation fracture gradient adalah nilai default dari program karena nilai tersbut
adalah rekomendasi dari program yang mana nilai nilai tersebut adalah nilai umum yang
dipakai di lapangan. Untuk nilai dari fracture gradient kami asumsikan bahwa fracture gradient
dari formasi yang kami perforasi adalah 0.7psi/ft.

Selanjutnya untuk casing (2,950-11,000 ft ; P-110 ; OD 5.5 ID 4.778) nilai casing


collapse dan burst berturut turut 11,100 psi dan 12,640 psi. yang terakhir nilai dari final squeeze
pressure yang kami set adalah 4000psi.

Untuk high pressure squeeze, yang dilakukan pada formasi yang rekah diperlukan
volume slurry yang lebih besar. Smith menyebutkan beberapa rule of thumb :

a. Volume tidak boleh melebihi kapasitas running string


b. Dua sacks semen digunakan untuk interval perforasi sepanjang satu feet.
c. Minimum volume adalah 100 sacks jika rate injeksi adalah 2 bbl/min yang dapat dicapai
sesudah break down, sebaliknya harus 50 sacks.

5. Analisis Flow Calculation

Flow calculation digunakan untuk menentukan kemampuan dan desain dari pompa
semen yang akan digunakan. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, dapat ditentukan plug
critical velocity, yaitu kecepatan kritis untuk menurunkan plug. Selain itu, juga dapat diperoleh
nilai minimum pump pressure dari pressure drop yang didapatkan dari ketiga casing tersebut.
Sehingga, dapat ditentukan kemampuan dari pompa.

Plug Critical Velocity

25
Pipe Flow (ft/min) Annular Flow (ft/min)
Surface Casing 63.135 55.441
Intermediate Casing 62.921 56.268
Production Casing 61.091 56.327
Tabel 2 Plug Critical Velocity

Tabel diatas menunjukkan nilai dari kecepatan kritis plug yang dapat kita turunkan pada
masing-masing section casing.

Berdasarkan output dari aplikasi yang kami gunakan akan didapatkan masing-masing
pressure drop pada setiap section casing. Tabel dibawah akan menunjukkan masing-masing
pressure drop yang dapat terjadi:

Jenis Casing Pressure drop at Pipe Pressure drop at Total Pressure Drop
(Psi) Annulus (psi) (Psi)
Surface 26.749 98.921 125.67
Intermediate 191.613 1314.363 1505.976
Production 870.092 16127.618 16997.71
Tabel 3 Pressure Drop

Nilai pressure drop yang terbesar terdapat pada production casing, yaitu 16997.71 psi.
dan hal tersebut sangatlah tinggi , nilai pressure drop yang sangat tinggi tersebut didapatkan dari
nilai densitas semen yang sangat berat sehingga dibutuhkan tekanan dari pompa yang sangat
besar pula. Untuk dapat menyelesaikan proses penyemenan tersebut dibutuhkan spesifikasi
pompa dengan minimum pump pressure yaitu 17000 psi.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

a. Berdasarkan output program, diperoleh komposisi semen sebagai berikut dengan masing-
masing densitas pada seksi:

26
Slurry Slurry Volum
Aditif
Density Yield e
(cuft /
( ppg ) cuft
sack )
Surface Extender (Bentonite 8 % BWOC) dan Retarder (8
16.364 1.244 1.244
Casing % BWOC)
Intermediate Weighting Agent (Silica Flour 35 % BWOC) dan
16.630 1.368 1.368
Casing Fluid Loss Agent (Cellulosic 2 % BWOC)
Weighting Agent (Hematite 40 % BWOC),
Production Retarders (CFR-1 10 % BWOC), Fluid Loss Agent
17.774 1.428 1.428
Casing (Halad 14 4 % BWOC), dan Lost Circ. Agents
(Cal-Seal 4 % BWOC)

b. Design Primary Cementing yang digunakan:

c. Design operasi plug balancing yang digunakan:


1) Pompakan 50 bbl Space
2) Pompakan 164.988 cuft semen atau 29.38 bbl semen
3) Pompakan 39.377 spacer di dalam string semen
4) Lalu pompakan 67.588 drilling mud
5) Masuk ke proses penarikan string
6) Adapun batas Top Plug Depth pada 10000 ft dan Length of Balanced Plug 1187.555 ft.

d. Design dari Squeeze Cementing yang digunakan:

Pertama kami mengeset di mana kami akan melakukan perforasi untuk melakukan
perbaikan,yaitu pada kedalaman 10,500 ft. Selanjutnya kami mengeset packer pada
kedalaman 10,200 ft. Pertimbangan memasang packer 200 ft di atas perforasi adalah agar
cement slurry tidak terkontaminasi dengan fluida komplesi. Sifat Slurry seperti fluid loss
,thickening time, dan viskositas akan berubah oleh kontaminasi tersebut dan penempatan
slurry akan berubah. Pemilihan dari kedalam perforasi adalah efektifitas dari perbaikan
cement. Kita menginginkan perbaikan dengan kinerja optimum dan biaya minimal mungkin
jadi lebih optimum apabila kita membuat perforasi pada kedalaman tersebut ditambah dengan
margin dengan asumsi bahwa daerah bocor tersebar pada margin tersebut. Semen yang
diinput memiliki properti, yaitu slurry density 17.774 ppg dan slurry yield 1.428 cuft/sack.

e. Design flow calculation, didapati pressure drop dan Flow critica Plug sebagai berikut:

Jenis Casing Pressure drop at Pipe Pressure drop at Total Pressure Drop
(Psi) Annulus (psi) (Psi)
Surface 26.749 98.921 125.67
Intermediate 191.613 1314.363 1505.976

27
Production 870.092 16127.618 16997.71

Plug Critical Velocity


Pipe Flow (ft/min) Annular Flow (ft/min)
Surface Casing 63.135 55.441
Intermediate Casing 62.921 56.268
Production Casing 61.091 56.327

2. Saran

a. Perlu diberikan asumsi pada program, sehingga user dapat mengantisispasi perhitungan pada
kasus lain, seperti kondisi tubing pasca produksi, kondisi semen dan lain sebaginya.
b. Perlu dipadukan dengan Burst Collpase Tension secara lebih detail agar dapat diketahui
alasan penggunaan semen dan casing
c. Perlu ditampilkan pada program proses perhitungan manualnya
d. Perbaikan tampilan interface program

DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai