Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Penyerahan :
Asisten :
2016
BAB 1
TUJUAN PERCOBAAN
BAB II
2
DATA PERCOBAAN DAN OUTPUT PROGRAM
Berikut ditampilkan data pecobaan dan tampilan input/output dari program cementing.exe.
1. Design Sumur
Berikut adalah design sumur yang kami ajukan dalam program cementing.
Untuk menghitung pasca produksi, atau pada kondisi sumur akan ditutup, diasumsikan telah
dipasang production tubing dengan ukuran ID 3.35 inch dan OD 4 inch, hingga depth di atas top
spacer fluid pada proses plug-balance cementing.
3
Densitas semen yang digunakan dibagi dalam 3 jenis semen, untuk surface casing, intermediate
casing, dan production casing. Berikut rinciannya:
a. Surface Casing
4
b. Intermediate Casing
5
c. Production casing
6
3. Data dan Output Data Primary Cementing
Berikut ditampilkan input dan output data program tentang design Primary Cementing yang kami
lakukan:
7
b. Intermediate Casing Cementing
8
c. Production Casing Cementing
9
4. Data dan Output Data Plug Balancing
10
a. Surface casing
11
b. Intermediate Casing
12
c. Production Casing
BAB III
13
CONTOH PENGOLAHAN DATA SECARA MANUAL
Berikut adalah contoh perhitungan pada Surface Casing Cement sesuai dengan data yang
telah di sampaikan di bagian sebelumnya:
.
Slurry density = (total weight) / (total volume)
= (94+41.36+7.52+7.52) lb / (3.5908+4.97+0.3414+0.18) gal
= 16.55 lb/gal
14
e
hole siz
2
Hole capacity=
Sehingga
Dengan demikian, TOC (top of cement) atau batas atas semen yang kontak dengan spacer
akan memiliki kedalaman dari surface sebesar:
Volume spacer dari top of cement (TOC) stringer (Spacer volume 1) dapat dicari dengan
mangalikan kapasitas annular dan panjang kolom semen antara top of semen hingga top of
semen string. Top of string tidak lain adalah batas tubing produksi dipasang.
15
Sisa volume spacer yaitu (50-4.7148) atau 45.2851 bbl antara drill pipe (production tubing)
dan hole. Sehingga, panjang spacer antara drill pipe dan hole adalah:
Volume total spacer di dalam semen dapat di hitung dengan mencari volume spacer di semen
string dan volume spacer di dalam tubing.
e. Mud displacement
Mud displacement dapat dicari dengan mengalikan kapasitas drillpipe dengan kedalaman
hingga batas top of spacer.
2
3.35
Mud displacement= x 6728.46=73 .35 bbl
1029.4
16
BAB IV
ANALISIS
Dengan kedalaman yang rendah dan temperature formasi yang masih relatif rendah, maka
dapat digunakan densitas semen yang cukup rendah. Extender digunakan pada semen yang akan
kami gunakan pada surface casing ini. Extender berfungsi untuk menurunkan nilai densitas
semen yang akan kami gunakan. Extender yang kami gunakan adalah bentonite dengan kadar 8 %
BWOC. Selain itu, bentonite juga dapat digunakan untuk mencegah separasi solid, mengurangi
free water, mengurangi fluidloss, dan meningkatkan slurry yield.
Retarder yang kami gunakan untuk membuat semen yang kami pompakan mempunyai
thickening time yang panjang.
17
Gambar 22 Retarder pada Semen
Dapat dilihat berdasarkan gambar di atas, HR-4 akan optimum jika digunakan pada low
temperature. Suhu kerja HR-4 optimum adalah 52-80 . Dengan demikian, pemilihan 8%
BWOC retarder jenis HR-4 dinilai sudah tepat pada kasus ini.
Di intermediate casing hanya digunakan weighting agent dan Fluid loss agent. Weighting
agent digunakan untuk menambah densitas dari semen yang akan kita gunakan. Hal ini
dikarenakan dibutuhkan densitas semen yang lebih besar untuk mengimbangi tekanan formasi
pada daerah intermediate casing. Selain untuk mengimbangi tekanan formasi, weighting agent
juga digunakan untuk menambah compressive strength dari semen yang akan digunakan.
Weighting agent yang digunakan adalah silica flour dengan 35% BWOC.
Kami juga menggukan Fluid loss agent untuk mencegah kehilangan fasa liquid dari semen
ke dalam formasi. Hal ini dikarenakan intermediate casing mempunyai zona tekanan yang
abnormal. Penggunaka fluid loss agent pada kasus seperti ini sangatlah penting. Fluid loss agent
yang kami gunakan adalah cellulostic 2% BWOC.
Di production casing, biasanya terdapat banyak masalah perihal tekanan oleh formasi.
Oleh karena itu, aditif yang digunakan pada semen untuk production casing lebih banyak jika
18
dibandingkan dengan surface dan intermediate casing. Kami menggunakan aditif seperti
weighting agent, retarders, Fluid loss agent, dan lost circulation control agent.
Weighting agent yang digunakan adalah hematit. Hematit akan memberikan efek
pertambahan densitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan silica flour. Sementara itu,
dikarenakan formasi yang dihadapi terdapat pada formasi yang cukup dalam dan membutuhkan
compressive strength yang tinggi pada semen, maka digunakan hematit 40% BWOC.
Retarder yang digunakan adalah CFR-1. Seharusnya, perlu juga menambahkan aditif
dispersant pada semen di production casing ini. Namun, pada Cement Additives Cross Reference,
Messina Chemicals, dinyatakan bahwa CFR-1 ini lebih berperan sebagai dispersant dibandingkan
dengan retarder. Dengan demikian, fungsi dispersant telah dicakup seklaigus dengan fungsi
retarder jika digunakan CFR-1.
Penggunaan Lost circulation dan Fluid loss agent dipengaruhi oleh penggunaan hematit
dengan 40 % BWOC. Dengan penggunaan hematite, maka nilai densitas semen akan sangat
tinggi sehingga dapat menyebabkan potensi lost circulation. Untuk itu, digunakanan Halad-14 4
% BWOC sebagai Fluid loss agent dan Cal-Seal 4 %BWOC.
Dapat dianalisis bahwa, slurry density dari masing-masing segmen casing berbeda-beda.
Perbandingannya dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
Berdasarkan tabel diatas, mulai dari surface casing hingga production casing, nilai
densitas semen yang digunakan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan
19
formasi yang meningkat. Tentu, hal ini sesuai dengan ekspektasi bahwa nilai tekanan
hidrostatik yang semakin besar seiring dengan pertambahan kedalaman.
Berdasarkan hasil eksekusi program dan perhitungan manual densitas (Lihat BAB III sub
bab 1 Perhitungan Densitas Slurry of Cement), terdapat hasil perhitungan yang sangat
mendekati. Perbedaan hanya dijumpai di desimal dari output software. Hal ini kemungkinan
terdapat perbedaan asumsi absolute volume, dikarenanakan perbedaan penggunaan referensi.
Selain itu, pada perhitungan manual digunakan asumsi bahwa digunakan semen kelas G.
Terdapat kemungkinan bahwa semen pada program tidak menggunakan semen kelas G,
melainkan semen API kelas lain, yang tentunya memiliki berat per sack yang berbeda dari
semen kelas G. Untuk itu, tampaknya program cementing.exe ini perlu dilengkapi lagi perihal
asumsi yang digunakan, sehingga user dapat meng-croscheck perhitungan.
20
3. Analisis Plug and Balancing
Salah satu metode penutupan sumur setelah tidak ekonomis untuk diproduksikan lagi
adalah dengan Plug-Balance cementing. Analisis ini menggunakan perhitungan production
casing data dikarenakan lokasi perforasi ada di production casing. Pada kasus ini, diasumsikan
tubing produksi yang telah ada pada sumur (semasa produksi) memiliki ukuran ID 3.35 inch dan
OD 4 inch. Asumsi tubing ini dipasang hingga kedalaman 9800 ft. Adapun cement string yang
digunakan diasumsikan memiliki ukuran 2 7/8 inch, dengan ID 2.44 inch. Selain asumsi ukuran
tubing dan cement string, juga diasumsikan volume space sebesar 50 bbl, panjang kolom semen
adalah 1000 ft, dan yield slurry adalah 1.368 cu ft/sack.
Berdasarkan hasil di atas, diperoleh jumlah semen dengan slurry yield 1.368 cu ft/sack
untuk proses plug balance adalah 164.988 cuft. Nilai ini tidak lain memerlukan sekitar 121 sack
semen.
21
diasumsikan bahwa tubing tidak sampai menyentuh batas spacer atau dalam artian tubing
dipasang sejauh mungkin dari plug-balance cementing.
Akhir dari Plug-Balancing cement ini adalah diambilnya production casing (sebelum
sement mengeras). Hal ini akan mengakibatkan hanya tersisanya semen dan spacer yang dalam
posisi kesetimbangan dengan mud drilling (di atas spacer) dan antara tekanan formasi.
Berdasarkan perhitungan dan hasil program, terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam design plug-balancing ini. Jika diperhatikan, variabel-variabel yang akan
mempengaruhi design plug-balance cementing seperti:
a. Slurry Yield
Semakin besar nilainya, maka akan memerlukan lebih sedikit jumlah sack semen.
Dengan menggunakan design sesuai software (asumsi juga sesuai software), dapat
digambarkan design plug-balancing beserta langkah-langkah sebagai berikut:
22
Gambar 23 Sketsa Proses Plug-Balancing
Pada primary cementing yang kelompok kami lakukan, software cementing mendeteksi
adanya kebocoran atau kegagalan primary cementing di production casing pada mid perforation
10,500ft. Karena kegagalan primary cementing itu kami melakukan squeeze cementing untuk
memperbaiki kebocoran atau kegagalan cementing pada casing tersebut.
Pertama kami mengeset di mana kami akan melakukan perforasi untuk melakukan
perbaikan,yaitu pada kedalaman 10,500 ft. Selanjutnya kami mengeset packer pada kedalaman
10,200 ft. Pertimbangan memasang packer 200 ft di atas perforasi adalah agar cement slurry tidak
23
terkontaminasi dengan fluida komplesi. Sifat Slurry seperti fluid loss ,thickening time, dan
viskositas akan berubah oleh kontaminasi tersebut dan penempatan slurry akan berubah.
Pemilihan dari kedalam perforasi adalah efektifitas dari perbaikan cement. Kita menginginkan
perbaikan dengan kinerja optimum dan biaya minimal mungkin jadi lebih optimum apabila kita
membuat perforasi pada kedalaman tersebut ditambah dengan margin dengan asumsi bahwa
daerah bocor tersebar pada margin tersebut. Semen yang diinput memiliki properti, yaitu slurry
density 17.774 ppg dan slurry yield 1.428 cuft/sack. Meninjau dari properties dan suspensi semen,
maka dapat dinyatakan hal-hal berikut:
a. Compressive strength, faktor ini bukan faktor yang penting pada properti semen. Semen
dengan kekuatan tekan 24 jam dari 500 sampai 1000 psi akan menyumbat perforasi dengan
baik. Dari segi teknis, cement harus dapat : menahan pipa di lubang, mengisolasi permeable
zone, dan menahan rekahan permukaan pada zona yang di inginkan.
c. Water cement ratio, jika air yang diberikan kurang dari minimum maka friksi diantara
annulus bertambah dan jika kita menambahkan dengan tekanan hidrostatik semen maka akan
menyebabkan formasi rekah. Lalu, dengan sedikitnya air, maka kehilangan air walaupun
sedikit di tubing collar sewaktu squeeze dapat menyebabkan semen terhenti pada formasi
permeabel yang lebih dekat ke sumur. Tetapi pekerjaan plug back diperlukan WCR minimum
agar strength maksimal atau dalam menutup formasi-formasi bertekanan tinggi, dimana SG
dengan WCR rendah akan dapat meningkat.
d. Fluid loss control, Fluid loss pada semen murni sangat besar, jika semen slurry murni
bertemu dengan zone permeabel dimana mud cake telah hilang. Umumnya fluid loss menurut
API adalah :
1) 200 ml/30 min untuk formasi yang sangat permeabel
2) 100 - 200 ml/30 min untuk formasi low permeable
3) 35 - 100 ml/30 min untuk formasi high permeability
Oleh karena itu kami tidak menggunakan cement murni untuk mencegah fluid loss.
e. Viskositas, Slurry dengan viskositas yang rendah akan bisa menembus lubang/rekahan yang
kecil.
f. Spacers and washes, Ada dua faktor yang akan membuat berhasilnya proses cementing yaitu :
1) Pembersihan dari perforasi dan ruang disekitarnya dari padatan yang dibawa
oleh fluida atau lumpur pemboran.
2) Menghindari kontaminasi pada cement slurry, yang akan mengakibatkan
berubahnya sifat slurry seperti fluid loss, tickening time, dan juga viskositasnya.
Biasanya kontaminasi cement slurry dihindari dengan cara memompakan spacer air diatas
24
dan dibawah semen. Bisa juga dengan menggunakan chemical wash atau larutan asam lemah
yang diletakkan diatas slurry, dimana dipisahkan oleh fluida yang kompatibel.
Nilai dari completion fluid density yang kami gunakan adalah 9 ppg. Nilai dari
completion fluid density tersebut tidak jauh berbeda dari air yaitu 8.3 ppg. Jadi, dapat kami
simpulkan bahwa completion fluid yang kami gunakan adalah air ditambah additive weighting
agent sehingga menjadi 9 ppg. Nilai margin tekanan yang kami input adalah 500 psi. Formation
fracture gradient yang kami pakai adalah 0.7 psi/ft. Data yang kami gunakan untuk completion
fluid density dan formation fracture gradient adalah nilai default dari program karena nilai tersbut
adalah rekomendasi dari program yang mana nilai nilai tersebut adalah nilai umum yang
dipakai di lapangan. Untuk nilai dari fracture gradient kami asumsikan bahwa fracture gradient
dari formasi yang kami perforasi adalah 0.7psi/ft.
Untuk high pressure squeeze, yang dilakukan pada formasi yang rekah diperlukan
volume slurry yang lebih besar. Smith menyebutkan beberapa rule of thumb :
Flow calculation digunakan untuk menentukan kemampuan dan desain dari pompa
semen yang akan digunakan. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, dapat ditentukan plug
critical velocity, yaitu kecepatan kritis untuk menurunkan plug. Selain itu, juga dapat diperoleh
nilai minimum pump pressure dari pressure drop yang didapatkan dari ketiga casing tersebut.
Sehingga, dapat ditentukan kemampuan dari pompa.
25
Pipe Flow (ft/min) Annular Flow (ft/min)
Surface Casing 63.135 55.441
Intermediate Casing 62.921 56.268
Production Casing 61.091 56.327
Tabel 2 Plug Critical Velocity
Tabel diatas menunjukkan nilai dari kecepatan kritis plug yang dapat kita turunkan pada
masing-masing section casing.
Berdasarkan output dari aplikasi yang kami gunakan akan didapatkan masing-masing
pressure drop pada setiap section casing. Tabel dibawah akan menunjukkan masing-masing
pressure drop yang dapat terjadi:
Jenis Casing Pressure drop at Pipe Pressure drop at Total Pressure Drop
(Psi) Annulus (psi) (Psi)
Surface 26.749 98.921 125.67
Intermediate 191.613 1314.363 1505.976
Production 870.092 16127.618 16997.71
Tabel 3 Pressure Drop
Nilai pressure drop yang terbesar terdapat pada production casing, yaitu 16997.71 psi.
dan hal tersebut sangatlah tinggi , nilai pressure drop yang sangat tinggi tersebut didapatkan dari
nilai densitas semen yang sangat berat sehingga dibutuhkan tekanan dari pompa yang sangat
besar pula. Untuk dapat menyelesaikan proses penyemenan tersebut dibutuhkan spesifikasi
pompa dengan minimum pump pressure yaitu 17000 psi.
BAB V
1. Simpulan
a. Berdasarkan output program, diperoleh komposisi semen sebagai berikut dengan masing-
masing densitas pada seksi:
26
Slurry Slurry Volum
Aditif
Density Yield e
(cuft /
( ppg ) cuft
sack )
Surface Extender (Bentonite 8 % BWOC) dan Retarder (8
16.364 1.244 1.244
Casing % BWOC)
Intermediate Weighting Agent (Silica Flour 35 % BWOC) dan
16.630 1.368 1.368
Casing Fluid Loss Agent (Cellulosic 2 % BWOC)
Weighting Agent (Hematite 40 % BWOC),
Production Retarders (CFR-1 10 % BWOC), Fluid Loss Agent
17.774 1.428 1.428
Casing (Halad 14 4 % BWOC), dan Lost Circ. Agents
(Cal-Seal 4 % BWOC)
Pertama kami mengeset di mana kami akan melakukan perforasi untuk melakukan
perbaikan,yaitu pada kedalaman 10,500 ft. Selanjutnya kami mengeset packer pada
kedalaman 10,200 ft. Pertimbangan memasang packer 200 ft di atas perforasi adalah agar
cement slurry tidak terkontaminasi dengan fluida komplesi. Sifat Slurry seperti fluid loss
,thickening time, dan viskositas akan berubah oleh kontaminasi tersebut dan penempatan
slurry akan berubah. Pemilihan dari kedalam perforasi adalah efektifitas dari perbaikan
cement. Kita menginginkan perbaikan dengan kinerja optimum dan biaya minimal mungkin
jadi lebih optimum apabila kita membuat perforasi pada kedalaman tersebut ditambah dengan
margin dengan asumsi bahwa daerah bocor tersebar pada margin tersebut. Semen yang
diinput memiliki properti, yaitu slurry density 17.774 ppg dan slurry yield 1.428 cuft/sack.
e. Design flow calculation, didapati pressure drop dan Flow critica Plug sebagai berikut:
Jenis Casing Pressure drop at Pipe Pressure drop at Total Pressure Drop
(Psi) Annulus (psi) (Psi)
Surface 26.749 98.921 125.67
Intermediate 191.613 1314.363 1505.976
27
Production 870.092 16127.618 16997.71
2. Saran
a. Perlu diberikan asumsi pada program, sehingga user dapat mengantisispasi perhitungan pada
kasus lain, seperti kondisi tubing pasca produksi, kondisi semen dan lain sebaginya.
b. Perlu dipadukan dengan Burst Collpase Tension secara lebih detail agar dapat diketahui
alasan penggunaan semen dan casing
c. Perlu ditampilkan pada program proses perhitungan manualnya
d. Perbaikan tampilan interface program
DAFTAR PUSTAKA
28