Anda di halaman 1dari 34

Aditif Lumpur Pemboran

TUJUAN

Bahan kimia (aditif) merupakan bagian dari sistem lumpur pemboran

yang digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur.


Bahan kimia tersebut pada umumnya digunakan untuk mengontrol :
viskositas,
filtration loss,
pH,
densitas.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

1. Aditif Lumpur Pemboran Water-base


1.1. Fluid Loss Control
Fluid Loss Control digunakan untuk:
a. Menjaga integritas lubang
1. Melindungi shale yang sensitif terhadap air
2. Meminimalkan hole washout untuk mencapai casingcement job yang lebih baik
b. Mengurangi fluid loss dalam formasi produktif
1. Mengurangi problem analisa log
2. Meminimalkan kerusakan formasi yang dapat menurunkan

produksi
Secara umum, filtrat loss dalam formasi permeabel adalah tergantung
pada distribusi ukuran partikel dan kandungan koloid yang relatif tinggi
dalam range 60% kandungan padatan lumpur dalam ukuran diameter 0 - 1
mikron. Sebagai contoh, dispersi lumpur bentonite pada suatu sumur akan
mempengaruhi filtrate loss lebih rendah karena konsentrasinya lebih besar
dari ukuran partikel-partikel koloid dibanding dengan lumpur kaolinite atau
attapulgite clay. Akan tetapi, clay tidak dapat digunakan semata-mata untuk
mengontrol fluid loss karena merusak lumpur, dimana viskositas flluida akan
naik dengan naiknya kandungan clay.
Ada beberapa aditif lumpur yang digunakan untuk mengontrol fluid
loss. Pada umumnya aditif ini digunakan bersama-sama dengan bentonite,
sementara sebagian kecil dapat digunakan secara terpisah pada setiap
kandungan clay dalam lumpur. Pada umumnya aditif-aditif tersebut
mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.
Sifat-Sifat Fisik
Appearance
powder
Warna
Coklat Tua
Moisture
6%
Kelarutan Air
99 %
pH, kandungan 10 %
8.5
Rekomendasi penggunaan:
Additive pengontrol filtrasi pada temperatur tinggi
Penstabil rheologi
Dapat Digunakan pada setiap lumpur berdasarkan air dengan pH
system mendekati netral
Dapat digunakan pada lumpur dengan densitas tinggi
Keuntungan Utama:
Dapat mengontrol sampai dengan temperatur 400 oF (205 oC)
Relatif stabil dengan kehadiran kontaminasi dari kalsium,
magnesium, solids dan chloride.
Compatible dengan berbagai type fluida pemboran yang lain
larut sempurna dalam air.
Harga relatif Murah
Mempunyai sifat racun yang rendah
a. Wyoming Bentonite
2

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Keuntungan:
1. Merupakan aditif multiguna yang membantu dalam mengontrol
fluid loss, suspensi barite, dan viskositas untuk kemampuan
pembersihan lubang bor.
2. Dalam penambahan yang sedikit, pada range 6% berat cocok
untuk mengurangi fluid loss sampai 10 - 12 cc.
Kerugian:
1. Bentonite tidak cocok digunakan pada konsentrasi ion sodium,
kalsium, atau potassium yang tinggi tanpa prehidrasi.
2. Bentonite rentan terhadap kontaminasi pada saat pemboran
formasi-formasi, seperti garam atau anhydrite (CaSO4)
3. Lumpur clay rentan terhadap panas dalam bentuk flokulasi clay
yang meningkatkan fluid loss
b. Starch (Pregelantized)
Keuntungan:
1. Strarch dapat berfungsi dengan baik sebagai fluid loss control
agent dengan hadirnya ion kalsium atau sodium. Oleh karena itu,
aditif ini cocok digunakan untuk lumpur saltwater atau lumpur
lime.
2. Jika digunakan pre-treated non-fermenting starch, maka tidak
perlu digunakan bactericide
Kerugian:
1. Kenaikan viskositas sering terjadi jika menggunakan starch
2. Harus digunakan bactericide untuk mencegah degradasi jika
starch bukan pre-treated
3. Starch rentan terhadap panas diatas 250oF
c. Sodium Carboxymethylcellulose - CMC
CMC paling terkenal, adalah merupakan produk dari tumbuhan gum
yang digunakan sebagai fluid loss control dan sebagai viscosifier.
Keuntungan:
1. CMC sangat aktif meskipun terkontaminasi oleh konsentrasi ion
tinggi, yang membuat CMC ini sangat cocok digunakan pada
inhibited muds.
2. Technical grade dan high viscosity grade dapat digunakan
tergantung dari besarnya kenaikan viskositas yang diinginkan.
Technical grade biasanya lebih banyak digunakan karena pengaruh
kenaikan viskositasnya lebih rendah
3. Aditif ini stabil sampai temperatur diatas 350oF.
Kerugian :
CMC perlu menggunakan thinner untuk mengatasi pengaruh
viskositas aditif
d. Acrylonitrite (Cypan)
Keuntungan :
Cypan stabil pada temperatur sampai 400oF.
Kerugian :
Cypan sangat sensitif terhadap kontaminasi ion kalsium.
e. X-C Polymer

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Bacterially produced polysaccaride gum. Stabil terhadap kehadiran


larutan garam.
1. Membangun viskositas
2. Struktur gel
3. Viskositas rendah pada shear rate yang tinggi
f. Ben-Ex
Suatu rantai panjang polimer yang dirancang penggunaannya untuk
low solid muds. Ben-Ex mengikat partikel clay bersama-sama pada
shear rate rendah.
g. Lignins, Tannins, dan Lignosulfonates
Semuanya memberikan sifat fluid loss control karena sifat kimia
alamiahnya, ukuran, dan dengan peranannya sebagai dispersant
untuk partikel-partikel koloid clay. Kemampuan pendispersian setiap
aditif dibahas pada bagian terpisah.
Keuntungan :
1. Produk-produk ini mempunyai stabilitas yanng baik pada range
temperatur antara 350 oF - 400 oF. Formulasi khusus lignite akan
menghasilkan stabilitas sampai temperatur 450oF.
2. Lignins mempunyai struktur koloid yang membantu dalam
mengontrol fluid loss.
3. Aksi ganda sebagai fluid loss control dan pendispersian cenderung
menyebabkan produk-produk ini cocok digunakan dalam banyak
kasus.
Kerugian :
Lignins rentan terhadap kontaminasi ion kalsium dan berikutnya
terjadi flokulasi. Lignins cenderung menangkap ion kalsium yang
dapat mengurangi keefektifan lignite sebagai fluid loss agent.
h. Diesel Oil
Telah sering digunakan untuk mengurangi API filter loss lumpur
pemboran. Akan tetapi, diesel oil ini telah terbukti bahwa meskipun
prinsipnya dapat mengurangi water loss, tetapi pada temperatur dan
tekanan tinggi water loss tidak terpengaruh oleh minyak.
i. Thermex
Thermex syntetic resin additive digunakan secara luas untuk
menstabilkan rheologi dan filtrasi dari lumpur pemboran berdasar air
pada berbagai elevate temperatur. Thermex merupakan chrome
bebas, non viscosifying solution polymer yang mengurangi fluida loss
dan mengontrol kestabilan lumpur tanpa menambah viskositas dari
fasa air serta relatif stabil pada temperatur di atas 400 oF (204 oC).
Thermex dapat digunakan pada semua jenis lumpur berdasar air.
Type Sifat-Sifat Fisik Additive :
Appearance
: Burgundy Liquid
Specific gravity
: 1.13 @ o F (21 o C)
Kelarutan dalam air tawar : 100 %
Flash Joint
: > 200oF (93oC) PMCC
pH
: 10.7
pour point
: 25 oF ( -4 oC)
Applikasi

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Thermex merupakan non viscosifying, high temperatur rheology


stabilizer dan additive pengontrol fluid loss yang digunakan untuk
lumpur jenis fresh water, sea water, salt water atau calsium based
muds.
Thermex merupakan komponen essensial dalam high temperatur
chrome free fluida pemboran yang didesain untuk kondisi yang
merugikan di area yang di lingkungan yang sensitif. Dengan catatan
effektif pada densitas yang tinggi untuk mengontrol terjadinya gel
pada temperatur tinggi dimana fluid loss dapat diterima tanpa
menambah viskositasnya. Karakter tidak memviscous merupakan
kelebihan dibandingkan additive lain.
Normal treatment yang disarankan berkisar 4-12 lbm/bbl (11.4 - 34.2
kg/m3) tergantung kebutuhan untuk mengurangi fluid loss lumpur,
fasa kimia lumpur serta aplikasi pada lingkungan sekitarnya.
Thermex compatible untuk berbagai jenis lumpur anionic dan non
anionic.
Keuntungan:
Thermex mengurangi terjadinya penggumpalan lumpur dan
pembentukan gel akibat beban temperatur.
Mengurangi fluid loss tanpa menambah viskositas dari fasa
cairan.
Membentuk filter cake serta mengurangi permeabilitasnya.
menjaga fluid loss lumpur pada temperatur di atas 400 oF (204 oC)
Relatif solid untuk kondisi yang sensitif.
Mengurangi filtrat fluida di bawah kondisi yang tidak
menguntungkan.
Merupakan Chrome free (Material logam berat tidak digunakan
dalam produk ini.
Limitasi Penggunaan:
Konsentrasi elektrolit tinggi (>dari 100000 mg/l) memerlukan
penambahan konsentrasi additive ini.
Konsentrasi yang optimum disarankan untuk pemakaian produk ini.
a. Resinex
Resinex merupakan non viscosifying fluid loss dan mengontrol
rheology yang effektif untuk temperatur tinggi serta kompatible
dengan adanya konsentrasi tinggi dari elektrolit. Diaplikasikan secara
luas pada berbagai type dari water base muds. Pada aplikasi di
lapangan hasil yang excelent untuk lebih fresh water, brackish water,
sea water, salty water, lime, gyp, lignosulfonate, polymer, non
dispersed dan berbagai sistem lain. Relatif stabil pada temperatur di
atas 400oF. Non viscousifying dari resinex dipromosikan untuk
menambah keuntukan dari operasi pengeboran terutama pada
lumpur dengan densitas yang tinggi dimana penambahan viskositas
akan berakibat merugikan.
Aplikasi

Minimum pemakaian sekitar 2 lbs/bbl. Penambahan konsentrasi


dilakukan tergantung dari sifat-sifat lumpur yang diinginkan.
Konsentrasi optimum sekitar 1-6 lbs/bbl.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Konsentrasi calsium sekitar 200 ppm atau lebih diperlukan


resinex untuk mengontrol fluid loss dan rheologi dari lumpur.
Keuntungan
Non viscousifying. Penambahan viskositas air hanya sebanding
dengan kandungan lignosulfonat. Penggunaan normal dilakukan
dalam konsentrasi kecil dari pada lignosulfonate.
Mengurangi permeabilitas filter cake. Kebanyakan dari additive
pengontrolan fluid loss mengentalkan air atau menyebabkan
bentonit mempunyai daya kontrol yang lebih baik dengan jalan
deflokulasi atau dengan meremove kandungan kesadahan dari
air.
Resinex secara independen mengurangi permeabilitas dari filter
cake, mengeliminir high solid, meninggikan viskositas filtrat serta
mengontrol sifat kimia air.
Mengurangi pembentukan gel akibat beban temperatur.
Menstabilkan sifat rheologi dari lumpur berdasar air.
Stabil pada temperatur tinggi. Relatif mempunyai filtrat yang stabil
diatas temperatur 400oF.
Resistan terhadap salinitas garam. Dalam lumpur dengan kadar
chloride diatas 110000 ppm mengurangi permeabilitas dari filter
cake dan mendekati jenis fresh water muds.
Resistant terhadap calsium dan magnesium. Karakteristik dari
pengontrolan fluid loss secara aktual meningkat dengan kandungan
konsentrasi calsium atau magnesium di atas 2000 ppm.
Menyimpulkan bahwa resinex relatif kompatible dengan sea water
muds, gyp muds, serta lime muds.
Lebih ekonomis, dibanding lignite, lignosulfonate, dan sea water
muds.
Secara general dengan bertambahnya salinity, kesadahan serta
temperatur yang semakin tinggi, pemakaian resinex sangat
dipertimbangkan.
b. Sodium Carboxyl Methyl Cellulose
CMC merupakan organic kolloid yang digunakan untuk mengontrol
laju filtrasi. Struktur dari CMC mempunyai rantai molekul yang
panjang yang dipolymerkan ke dalam berbagai panjang yang
berbeda. Terdiri dari tiga bagian, merupakan variasi dari viskositas,
suspensi dan pengontrol fluid loss. Dibedakan dalam berbagai
tingkatan, CMC HV, CMC LV, serta medium CMC.
CMC merupakan additive fluid loss yang efektif pada berbagai lumpur
berdasar air, terutama untuk lumpur jenis Calsium treated muds.
Menstabilkan Calsium dan Sodium yang terkandung dalam lumpur.
Memberikan hasil yang baik pada semua range alkaline pH.
Keefektifan berkurang dengan konsentrasi garam di atas 50000 ppm.
CMC. Tejadi degradasi dengan adanya pembebanan temperatur
ketika mencapai 250 oF. Penggunaan CMC tergantung dari sifat yang
dikehendaki. Untuk mengurangi sifat fluid loss dari lumpur digunakan
CMC-HV dan medium CMC. Bila dikehendaki pengurangan sifat
viscous dan fluid loss ditambahkan CMC-LV.
Polyonic Cellulose (Drispac).

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Drisprac merupakan organic fluid loss agent. Material ini merupakan


polymer polyanionic rantai panjang yang mempunyai berat molekul
yang besar.
Aplikasi
Didesain terutama untuk aplikasi lumpur yang mengandung
konsentrasi garam yang tinggi untuk jenis low solids drilling fluids.
Drispac memberikan sifat viscositas dan fluid loss untuk mengontrol
lumpur jenis fresh dan salt.
Drisprac yang diperlukan dalam konsentrasi kecil.
Drisprac efektif untuk meningkatkan serta memelihara low solids
muds (jenis attapulgite clay).
c. Baranex
Baranex merupakan modifikasi dari lignin polymer berfungsi sebagai
additive pengontrol filtrat dari lumpur berdasar air. Sifat powder
polymernya effektif untuk mengurangi fluid loss yang terjadi akibat
pembebanan temperatur di atas 400 oF (205 oC) dalam berbagai jenis
fluida. Penambahan Baranex tidak mengakibatkan terjadinya
kenaikan viscositas lumpur dan secara aktual menstabilkan rheologi
lumpur.
Dalam fungsinya sebagai pengontrol laju filtrasi pada temperatur
tinggi, Baranex merupakan anionic polymer yang mempunyai reaksi
hubungan sulfonat yang radikal yang merupakan bagian dari
polymer, selain itu dapat menghandel kontaminasi yang terjadi
terutama Calsium chloride. Baranex tidak memerlukan penambahan
caustic untuk solubilize, lumpur dapat dipelihara mendekati pH
netral, dapat digunakan untuk lumpur berdasar air serta lumpur
dengan densitas yang tinggi.
Aplikasi

Variasi yang dipakai dari 1 - 10 lbs/bbl (2.9 - 28.6 kb/m3.


Baranex merupakan polymer yang compatible dengan
lignosulfonate dan lignit. Kandungan additive ini mempunyai
mineral besi yang rendah serta mempunyai kadar racun yang
rendah.
6.7.1.2. Thinner (Pengencer)
a.Thinner (dispersant)
Adalah merupakan senyawa (agent) yang menurunkan viskositas
fluida pemboran. Viskositas, seperti yang dibahas dimuka, dapat
dihubungkan dengan semua konsentrasi padatan atau interaksi antar
partikel padatan. Setiap senyawa yang efektif dapat mengurangi
viskositas fluida.
b. Air
Telah lama digunakan sebagai pengencer yang efektif pada lumpur
pemboran. Efek pengenceran diperoleh dengan mengurangi total
konsentrasi padatan lumpur pemboran. Karena penambahan drilled
solid pada sistem lumpur sudah menjadi sifat yang umum, maka
diperlukan pencairan dengan air atau mengambil padatan-padatan
tersebut secara mekanis.

Perlu dicatat bahwa air biasanya ditambahkan pada lumpur


water-base untuk menggantikan air yang hilang kedalam

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

formasi. Jika air yang hilang tersebut tidak digantikan dengan


penambahan air, maka akan menaikan viskositas karena
konsentrasi padatan bertambah dan treatment kimia akan
membuktikan tidak efektifannya menurunkan viskositas dalam
situasi ini.
c. Phosphates
Phosphate bekerja dengan pengabsorbsian pada valensi tepi partikel
clay yang terputus, sehingga menghasilkan keseimbangan listrik dan
memungkinkan partikel-partikel mengambang dengan bebas dalam
larutan. Pengaruh pendispersian phosphate ini adalah karena muatan
negatif plat-plat clay, yang memungkinkan plat-plat menolak satu
dengan yang lain setelah semua valensi tepi putus. Phosphate
penggunaannya terbatas dalam lingkungan kontaminasi ion. Jika
terdapat ion kalsium atau magnesium, bentuk kompleks
polyphosphate atau terbentuk suatu ion metal orthophosphate yang
tidak larut.
Phosphate yang umum digunakan dalam aplikasi praktis pada lumpur
pemboran ditunjukkan pada Tabel berikut :
Nama Kimia

Nama Umum

pH Aditif

Batasan
Temperatur

SAAP

4.8

130oF

Sodium
Hexametaphosphat

Calgon

6.8

130oF

Sodium Tetraphosphat

Barafos

7.5

130oF

TSPP

10

130oF

Sodium Acid
Pyrophosphate

Tetra Sodium
Pyrophosphat

Keuntungan :
1. Phosphate sangat berguna karena merupakan thinner yang efektif
untuk gel mud pada pemboran dangkal.
2. Sedikit saja thinner sudah efektif.
Kerugian :
1. SAPP mempunyai pH 4.8. Oleh karena itu, perlu ditambahkan
caustic soda,NaOh, atau beberapa aditif hidroksil untuk menjaga
pH lumpur diatas 7.0
2. Pada umumnya Phosphate hanya dapat stabil pada temperatur
rendah
3. Phosphate tidak mempunyai kemampuan untuk mengontrol fluid
loss, seperti halnya thinner yang lain
d. Lignins
Merupakan thinner dan fluid loss control agent yang efektif. Produk
Lignin dapat diperoleh dari humic acid extract, tetapi biasanya
berbentuk kepingan lignite coal.
Keuntugan :

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

1. Lignite stabil pada temperatur 4000F, dan dapat stabil pada


temperatur 4500F dengan menggunakan aditif-aditif khusus.
2. Lignites (lignins) berfungsi sebagai dispersant dengan memenuhi
valensi tepi yang terputus dan sebagai fluid loss control agent
karena struktur koloidal-nya.
3. Walaupun lignins mempunyai pH asam, produk pre-causticized
dapat diperoleh yang mempunyai 1 - 6, caustic-lignin ratio, yang
dapat digunakan tanpa pH adjuster.
Kerugian :
Lignin tidak cocok untuk fluida dengan kandungan garam yang tinggi
karena lignite tidak larut dalam garam.
e. Tannin
Diperoleh dari ekstrak tumbuhan. Tannin yang paling banyak
dijumpai adalah quebracho, yang diperoleh dari pohon quebracho di
Argentina.
Keuntungan :
1. Tannin merupakan bahan dengan fungsi ganda sebagai dispersant
dan fluid loss control agent.
2. Tannins, terutama quebracho efektif untuk pengencer lumpur lime
dan lumpur yang terkontaminasi semen.
f. Lignosulfonates
Adalah campuran lignin sulfonate yang diperoleh dari sulfite liquor.
Berbagai macam jenis dan sejumlah ion-ion metal ditambahkan
dalam campuran tersebut untuk meningkatkan kemampuannya
dalam menetralisir valensi tepi yang terputus. Ion-ion yang
ditambahkan adalah kalsium, besi, dan chrome.
Keuntungan :
1. Calsium lignosulfonate adalah thinner yang efektif untuk lumpur
lime.
2. Ferrochrome lignosulfonate, dengan berbagai jumlah besi dan
chrome, merupakan thinner yang efektif untuk tujuan umum
karena adanya ion-ion metal berat.
3. Lignosulfonates mempunyai stabilitas sampai temperatur 400 oF.
4. Lignosulfonate merupakan aditif fungsi ganda baik sebagai
dispersant maupun fluid loss control agent.
Kerugian :
Ada beberapa spekulasi bahwa dibawah kondisi temperatur tekanan
yang sangat tinggi, lignosulfonate dapat terdegradasi dan
mengembangkan racun gas H2S.
g. XP-20/Spersence System
Jenis Calsium treated muds mempunyai limitasi pemakaian, terutama
pada temperatur di atas 275 oF. Jenis Calcium tretated muds tidak
selalu membuat lubang bor yang stabil sama seperti pada
temperatur rendah. Jenis lumpur surfactan dibuat untuk
menanggulangi limitasi dari calsium muds pada temperatur tinggi.
Jenis surfaktan mud baik kelemahan dikarenakan cost yang tinggi
sifat kimia yang kompleks serta filtrat lossnya.

Jenis lignosulfonate (XP-20/Spersence) system menanggulangi


banyak limitasi yang terdapat pada system calsium treated
Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

muds serta surfaktan muds. Demonstrasi dari lignosulfonate


muds mempunyai sifat yang lain yang tidak terdapat pada jenis
calsium treated muds. Inhibition merupakan mud yang
mempunyai sifat kimia simple, stabil terhadap pembebanan
temperatur,
exelent
flitrat
loss,
resistance
terhadap
kontaminasi. Pada masa sekarang jenis lignosulfonate muds
dipergunakan secara luas pada inhibitive water based muds,
dan dapat menggantikan jenis calsium treated muds dan jenis
surfaktan muds.
h. XP-20
XP-20 mempunyai pH 10, merupakan prereacted chrome lignit yang
digunakan terutama dengan Spersene (Chrome Lignosulfonate).
Selain sebagai penstabil dan pengemulsi, juga menurunkan fluid loss
dan mengkontribusi sifat inhibitive lumpur. Pada penggunaannya
tidak hanya terbatas pada system XP-20/Spersene tetapi dapat juga
digunakan untuk lumpur berdasar air dengan pH rendah.
i. Spersene
Spersene merupakan deflokulasi dan protektive koloid
Aplikasi
Konsentrasi minimum yang dipakai untuk system XP-20/Spersene
sekitar 12 lbs/bbl dengan ratio pemakaian 1-2 lbs/bbl. XP20/Spersene dapat digunakan untuk berbagai jenis densitas dan
berbagai variasi pembebanan temperatur, problem shale serta
kontaminasi yang eksestif lainnya.
Limitasi
Jenis material lignit tidak efektif untuk kandungan konsentrasi garam
calsium tinggi dan relatif moderat untuk kandungan salt tinggi.
j. CC-16
CC-16 merupakan dispersant jenis garam sodium larut dari material
asam. Effisient untuk mengontrol viskositas dan gel strength lumpur.
CC-16 exelent untuk mengemulsi oil dalam lumpur pemboran.
Sifat Fisik
Wet screen analysis (325 mesh)
10 - 20 %
Bulk Density (lb/ft3), Compacted/Uncompacted
62/52
Appearance
Blck Powder
pH, 10% dalam air
9 - 10
Treatment yang Direkomendasikan
CC-16 dispersant dapat ditambahkan langsung ke dalam lumpur, dan
relatif larut dengan cepat dalam air.
Berfungsi Sebagai
Mengurangi viskositas dan gel dari banyak lumpur berat
Mengurangi laju filtrasi dari lumpur pada kondisi tekanan dan
temperatur tinggi dengan membentuk mud cake yang tipis dan
liat.
Mengurangi effek kontaminasi yang terjadi pada lumpur dengan
jalan deflokulasi
Mengentalkan dan mengemulsi minyak yang terdapat pada
lumpur berdasar air

10

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Memelihara karakteristik lumpur akibat kondisi HTHP


Aplikasi
CC-16 dispersant dapat digunakan untuk mentreatment lumpur dari
pH normal sampai pH tinggi termasuk lime muds. CC-16 dispersant
dapat emnghandel kontaminasi akibat garam dan cement.
Keuntungan Utama
Larut cepat dalam air
Harga relatif murah (penggunaan dalam jumlah kecil)
Tidak memerlukan pengemulsi tambahan serta relatif bagus
untuk mengemulsi minyak dalam lumpur
Mempunyai total mud cost yang rendah, effektif dalam
menghandel berbagai kontaminan
Overtreatment tidak mempengaruhi kondisi lumpur

1.3. Bahan-bahan Pemberat (Weighting Material)


Material pemberat adalah bahan-bahan yang mempunyai specific
gravity tinggi yang ditambahkan kedalam cairan untuk menaikkan densitas
fluida. Biasanya, material pemberat ditambahkan kedalam lumpur pemboran
untuk mengontrol tekanan formasi.
a. Barite (Barium Sulfate)
Barite adalah merupakan bahan pemberat yang paling umum
digunakan dalam fluida pemboran. Barite mempunyai specific gravity
4.2, yang mampu menaikkan densitas sampai 22 ppg. Barite
merupakan padatan inert, sehingga tidak mempengaruhi aktivitas
aditif dalam sistem lumpur.
Keuntungan :
Barite akan menaikkan densitas lumpur sehingga cukup untuk
mengontrol tekanan formasi.
Butiran-butiran yang kasar dapat diperoleh untuk tujuan
penyumbatan. Butiran-butiran khusus tidak dapat melalui 80
mesh screen, sehingga akan terekstraksi pada awal sirkulasi.
Kerugian :
Pada umumnya suspensi barite memerlukan viskositas yang lebih
tinggi. Barite, dalam packer fluid yang tinggi akan menyebabkan
pengendapan, sehingga menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan
workover.
b. Galena
Galena mempunyai specific gravity 6.8 dan digunakan dalam
pengontrolan problem-problem sumur khusus. Galena mampu
menaikkan densitas lumpur sampai 32 ppb. Galena umumnya tidak
cocok dalam operasi pemboran karena adanya problem suspensi.

c. Calsium Carbonate
Adalah merupakan aditif yang digunakan dalam fluida workover dan
packer fluids utuk menaikkan densitas fluida. Calsium carbonate
mempunyai specific gravity 2.7 dan dapat menghasilkan densitas
lumpur 12.0 ppg.
Keuntungan :

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

11

1. Calcium carbonate lebih ekonomis dari pada agent-agent lainnya.


2. Lebih mudah tersuspensi daripada barite.
3. Calcium carbonate lebih mudah diambil dari formasi untuk mengurangi
kerusakan formasi.
Kerugian :
Densitas maksimum yanng diperoleh hanya 12.0 ppg.
A. Brine Solution
Diperoleh dengan menggunakan berbagai macam garam. Tabel
berikut menyajikan densitas maksimum yang dapat dicapai dari
setiap jenis garam :
Garam

Densitas Maksimum (ppg)

Sodium Chloride (NaCl)

10.8

Calcium Chloride (CaCl)

11.7

Zinc Chloridwe & Calcium Chloride


(ZnCf2 dan CaCl2

14.0

Zinc Chloride (ZnCf2)

17.0

Keuntungan :
1. Sodium Chloride dapat digunakan secara ekonomis karena
densitas agent tanpa perlu penambahan bentonite untuk
kemampuan suspensinya. Lumpur ini efektif digunakan pada
pemboran atau packer fluid.
2. Calcium Chloride umumnya digunakan sebagai density material
dalam packer fluids.
Kerugian :
1. Larutan sodium chloride jenuh pada 10.8 ppg.
2. Calcium chloride menndatangkan problem ketika digunakan
sebagai lumpur pemboran karena laju korosinya cukup menyolok
jika berhubungan dengan udara.
3. Zinc Chloride mahal
4. Zinc chloride sangat korosif terhadap tubing dan casing.

1.4. Pengatur pH (pH Adjuster)


Karena beberapa aditif lumpur pH-nya rendah dan karena
pengoperasian optimum range pH sistem lumpur, sehingga pada suatu saat
perlu menambahkan bahan-bahan yang akan merubah pH sistem lumpur.
Karena pada umumnya aditif secara alamiah bersifat asam, maka jarang
bahwa pH-nya tinggi. Sebaliknya, biasanya pH yang terlalu rendah harus
dinaikkan.

pH adjuster harus ditangani dengan hati-hati, dengan


menggunaan suatu chemical barrel. Tidak menggunakan hopper atau
dump secara langsung kedalam sistem.
Secara umum, ada tiga macam pH adjuster, yaitu Sodium
Hydroxide (Caustic soda), Potassium Hydroxide, dan Calcium

12

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Hydroxide. Sodium Hydroxide adalah merupakan pH adjuster yang


umum digunakan, sedangkan lainnya biasanya digunakan untuk
tujuan khusus.
Keuntungan :
1. Ketiga macam aditif tersebut dapat menaikan pH.
2. Sodium Hydroxide, karena tingginya tingkat aktivitas ion sodium,
cenderung menyebabkan jumlah terkecil clay inhibition.
Kerugian :
1. Semuanya dapat menyebabkan kulit terbakar.
2. Semuanya sangat korosif terhadap peralatan.
3. Potassium Hydroxide dan Calcium Hydroxide mempunyai
karakteristik ihibitive (menghalangi) yang kuat karena adanya ionion potassium dan calcium. Kedua produk ini biasanya digunakan
dalam lumpur untuk clay hidration inhibition.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

13

2. Penggunaan Aditif-aditif Khusus


Lost Circulation Materials.
Adalah merupakan material yang ditambahkan baik untuk mencegah lost
circultation atau untuk mendapatkan kembali sirkulasi setelah terjadi
hilang sirkulasi. Pada umumnya material-material ini digunakan tanpa
pandang bulu dan tanpa pemikiran-pemikiran sebelumnya.
Problem lost circulation secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
Pertama, adalah problem hilang lumpur kedalam rongga-rongga,
seperti zona porous, vuggy limestone, shell reefs, gravel beds,
atau gua-gua alami.
Kedua, adalah lost circulation yang terjadi karena terlampauinya
compressive strength formasi. Kemungkinan penanganan untuk
kategori pertama akan tidak menyelesaikan problem rekah
formasi. Maka, aditif lumpur harus dibagi menjadi kelompokkelompok yang dapat diterapkan pada setiap jenis lost circulation
tersebut.
Secara umum, tidak ada aditif lumpur yang dapat diaplikasikan dalam
rongga-rongga yang besar seperti gua-gua dibawah tanah. Drilling
blind dan setting casing string sering digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Akan tetapi, dalam rongga-rongga yang kecil, material
penyumbat dapat secara efektif menutup zona-zona tersebut.

Fibrous Materials - seperti ground leather atau ground sugar dari


batang rotan paling efektif pada rongga-rongga yang besar karena
serat kasar tersebut dapat memberikan kemampuan membungkus
dengan baik. Problem lain yang mungkin terjadi adalah
penyumbatan bit jet dengan material ini.
Walnut Shells dan Ground Mica - dapat diperoleh dalam ukuran
yang halus, medium dan kasar dan biasanya cocok untuk menutup
zona porous.
Cellophane Flakes - juga bekerja dalam cara yang sama dalam
zona-zona porous. Barite dan Bentonite - biasanya sangat efektif
untuk penutupan formasi yang porous.
Squeeze Techniques - mungkin efektif untuk menyelesaikan
problem-problem lost circulation ini. Squeeze adalah setiap
material yang didesak masuk kedalam formasi sebagai usaha
untuk menutup formasi dari dalam. Setiap bahan yang disebutkan
diatas dapat digunakan dalam squeeze dan biasanya dalam jumlah
yang cukup banyak per barrel-nya.
Squeeze khusus menggunakan diesel-oil sebagai carrying agent yang
dicampur dengan bentonite atau semen sangat efektif. Semen atau
bentonite tidak bereaksi dengan minyak, tetapi akan bereaksi dengan
lumpur atau air formasi.

Spotting Fluids - Fluida harus mempunyai sifat basah minyak (oil


wetting). Hal ini akan merusak water base filter cake.
Bahan-bahan :
Minyak - biasanya diesel oil
Surfactant - oil wetting purposes
Suspension material to support barite.
14

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

3. Bahan-bahan Aditif Lumpur Minyak (oil Mud)


(a).Oil Base
1. Biasanya berupa diesel oil
2. Dapat juga menggunakan minyak mentah (crude oil)
(b). Water in Emulsified Phase 5 - 50%
1. Surfactant menyebabkan tegangan permukaan
2. Berlaku sebagai material padat
(c). Emulsifiers
1. Heavy molecular weight soap
2. Menaikkan tegangnan permukaan
3. Menghasilkan emulsi yang stabil
4. Cairan emulsifier bekerja lebih cepat, tetapi tidak membentuk
emulsi yang ketat.
5. Harus mempunyai stabilitas listrik 350 - 400 volt.
(d). Filtration Control Agent
1. Blown Asphalt - biasanya pada oil base muds
2. Organophillic atau hydrophobic clays (amine-treated clay).
(e). Suspension Agent dan Gelling Agent
(f). Clays-organophillic
(g). Calcium Chloride
Sebagai dehidrator formasi dan menjaga ukuran lubang.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

15

4. Pengaruh Elektrolit terhadap Karateristik dan Sifat Fisik


Lumpur Pemboran
Kontaminasi oleh NaCl ( Sodium Chlorida ) akan merubah sifat fisik
Lumpur. Kontaminasi jenis ini terjadi jika terdapat air laut/garam atau pemboran
lapisan garam atau karena tekanan air garam yang lubang sumur selama operasi
pemboran berlangsung. Konsentrasi garam yang tinggi akan menimbulkan fluid
loss yang tinggi akibat pencegahan dehidrasi dan dispersi dari bentonit. Jika
konsentrasi sangat besar maka lumpur akan berubah menjadi lumpur jenis air
asin ( Salt Water Type ).
Elektrolit NaCl merupakan material yang terdiri dari ion-ion positip dan
negatip. Jika Elektrolit NaCl ini dimasukkan ke dalam air maka ion positip dan ion
negatip akan tersebar.
Dengan adanya Elektrolit NaCl dalam sistem lumpur air tawar, keadaan ini
akan mempengaruhi Karakteristik dan Sifat-sifat Fisik dari Lumpur tersebut.

16

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

5. Pengaruh Temperatur terhadap Karakteristik dan


Sifat Fisik Lumpur.
Temperatur pengaruhnya sangat kuat terhadap kekentalan lumpur bor.
Lumpur bor menjadi encer dengan kenaikkan temperatur. Pengaruh temperatur
ini ditentukan oleh jenis dan kandungan padatan di dalam lumpur bor. Beberapa
komponen dari lumpur pemboran stabil pada temperatur permukaan, tetapi
pada temperatur tinggi akan bereaksi secara cepat satu terhadap yang lain.
Apabila terjadi kontaminasi pada lumpur pemboran, maka reaksi kontaminant
pada sistem lumpur akan menjadi lebih cepat jika temperatur meningkat. Fluid
loss akan menjadi masalah jika temperatur lubang tinggi, dan ini akan
menimbulkan masalah lain seperti terjepitnya pipa bor serta problem shale.
Temperatur tinggi dijumpai pada pemboran sumur-sumur dalam, sehingga untuk
mengontrol terhadap sifat-sifat lumpur menjadi sulit. Ada beberapa dispersant
dan fluid loss additive akan terurai dan menjadi tidak efektif pada temperatur
tinggi. Pengontrolan pada karakteristik dan sifat-sifat lumpur pada temperatur
tinggi adalah dengan menjaga harga viskositas dan Gel Strengthnya agar tetap
mampu menahan material pemberat serta membersihkan lubang.
Pengaruh temperatur terhadap kekentalan lumpur dapat dilihat pada
Gambar 12, kurva 1 menunjukkan konsentrasi padatan berada pada titik B dan
selanjutnya dengan kenaikkan temperatur dispersi dari clay akan menghasilkan
flokulasi dan lumpur yang kental. Jika dibandingkan dengan kurva 2 kenaikkan
temperatur akan menghasilkan lumpur yang encer. Beberapa peneliti telah
menyelidiki hasil test-test laboratorium yang menggambarkan kelakuan lumpur
bor pada temperaturtemperatur yang tinggi. Keadaan ini diselidiki oleh Barlett
sebagai yang ditunjukkan pada Tabel 1. Dari Tabel dapat dicatat Viskositas Plastik
turun secara drastis dengan kenaikkan temperatur. Pada Tabel 1 dapat juga
menunjukkan kelakuan Yield Point sebagai fungsi dari kenaikkan temperatur
yang tidak teratur.

Tabel 1. Data Fann Yang Tersimulasi

Temp oF

Reading at 1022
sec-1

Reading at 511
sec-1

Plastic
Viscosity.Cps

Yield Point
16/100 ft2

68

136

70

66

72

11

62

49

13

120

83

47

36

11

160

62

34

27

220

40

25

15

10

320

32

22

10

12

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

17

Gambar 1. Viscositas Tehadap Kandungan Padatan

Penurunan Viskositas Plastik dengan naiknya temperatur akan


menyebabkan makin encernya lumpur bor. Prinsip ini dikuat pada Gambar 13
yang Viskositas air yang telah ternormalisasi sebagai bandingan terhadap
Viskositas Plastik dari lumpur terhadap temperatur, pada Gambar ini juga
memperlihatkan kekentalan dari air dan lumpur akan mengalami penurunan
yang sama dengan kenaikkan temperatur sampai temperatur 220 oF dicapai.
Mulai titik ini dan seterusnya Viskositas Plastik dari lumpur bor tidak turun
terhadap Kenaikkan temperatur. Dan akan tergantung pada jenis dari lumpur itu.
Pada Tabel (1) Viskositas Plastik lumpur bor sebesar 10 cp

Gambar 2. Pengaruh Temperatur Pada Viskositas Plastik dari Water


Base Mud pada 320oF dan 50 cp pada 220oF

Temperatur mempunyai akibat yang kuat pada sifat-sifat aliran dari


lumpur bor. Tabel (1) dapat digunakan untuk memperkirakan pengaruh
18

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

temperatur pada kekentalan lumpur bor jika tidak terjadi flokulasi pada lumpur
bor. Data dari Tabel (1) didasarkan secara lengkap pada pengaruh temperatur
pada keenceran air yang ditunjukkan pada Gambar (13).
Temperatur akan mempengaruhi besarnya viskositas lumpur pemboran.
Besarnya temperatur mempengaruhi jarak intermolekul. Untuk cairan, jarak
antara molekul-molekul naik dengan naiknya temperatur, yang akan
menurunkan gayagaya kohesi sehingga viskositas fluida akan turun.
Untuk gas, temperatur naik menyebabkan gaya-gaya getaran dari
molekul-molekul naik dan gaya kohesi turun. Pada prakteknya gaya-gaya vibrasi
(getaran) dari gas melampaui gaya kohesi, sehingga menghasilkan kenaikkan
viskositas dengan naiknya temperatur.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

19

6. Perhitungan Additive lumpur


1. Hukum Konsentrasi Massa :

M3 = M1 + M2..........................................................(1)
V3 = V1 + V2............................................................(2)

M 3 M1 M 2

V3
V 1 V 2 .....................................................(3)

2. Untuk meningkatkan densitas dari ke per 1 bbl volume lumpur awal:


a. Masa barite yang dibutuhkan, M:

M 1491

( 3 1) barite
lb
/ bbl lumpur
(35.5 3)
................................(4)

dimana densitas dalam ppg, 1 ppg = 1/7.48 pcf.


b. Jumlah Sack barite, S:

3 1
sk / bbl / bbl lumpur
35.5 3
....................................(5)

S 15.9

c. Penambahan volume pit dalam satuan barrel, V:


V

( 3 1)
(35.5 3)

bbl

/ bbl lumpur

...........................................(6)

3. Untuk Menurunkan desitas dari volume Lumpur awal


a. Volume liquid (air atau diesel oil) V2 dalam bbl yang dibutuhkan :

( 3 1)
( 2 3) .........................................................(7)

V 2 V1

dimana :
V1
= Volume lumpur awal, bbl
V3
= Volume lumpur akhir, bbl

1 = densitas lumpur awal

= densitas dari penambahan liquid

3 = densitas akhir campuran


V1 V 3

( 3 1)
( 2 3) .........................................................(8)

V2 V3

( 1 3)
( 1 2) .........................................................(9)

d. Densitas akhir lumpur

3 1

20

V2
( 1 2)
V3
...................................................(10)

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

V2
( 1 2)
V1 V 2
...................................................(11)

Menaikan Densitas Lumpur


Contoh 1.
Hitung Jumlah penambahan barite (sk/100 bbl) untuk menambah
densitas dari 100 bbl lumpur dengan densitas 12.0 ppg (W1) menjadi
14.0 ppg (W2)
Rumus :

1470(W 2 W 1)
35 W 2
Barite, sk/100 bbl =

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

21

Contoh 2.
Hitung pertambahan volume, ketika menaikan densitas dari 12.0 ppg
(W1) menjadi 14.0 ppg (W2) dengan menambahkan barite (SG=4.2).

100(W 2 W 1
35 W 2
Pertambahan volume/100 bbl =

22

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Contoh 3.
Hitung volume awal (bbl) dari 12 ppg (W1) lumpur, apabila diketahui 100
bbl (VF), 14.0 ppg (W2) lumpur dengan barite (SG=4.2).
Rumus :

VF (35 W 2)
35 W 1
Volume awal, bbl =

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

23

Menurunkan Densitas
Contoh 1.
Hitung Jumlah air yang diperlukan (bbl), untuk menurunkan 100 bbl (V1)
lumpur dari 14.0 ppg (W1) menjadi 12.0 ppg (W2) diketahui densitas air
8.33 ppg (DW).
Rumus :

V 1(W 1 W 2)
W 2 DW
Air, bbl =
Contoh 2.
Hitung jumlah diesel yang diperlukan untuk mengurangi densitas 100 bbl
(V1), 14.0 ppg (W1) lumpur menjadi 12.0 ppg (W2), diketahui densitas
diesel 7.0 ppg (DW).
Rumus :

V 1(W 1 W 2)
W 2 DW
Diesel, bbl =

24

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Contoh 2.
Tentukan jumlah barite yang dibutuhkan untuk mengubah densitas dari
12.53 ppg ke 16.7 ppg. Hitung peningkatan volume di pit yang
disebabkan karena penambahan barite untuk menaikan densitas
tersebut. Volume lumpur awal diketahui 63 bbl.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

25

Contoh 3.
Tentukan densitas lumpur dasar air (water base mud) yang mengandung
5 % berat bentonite. Densitas bentonite adalah 20.8 ppg.

26

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Contoh 4.
Dibutuhkan fluida untuk mengurangi densitas dari 25.1 ppg ke 22.6 ppg
agar mengurangi permasalahan loss sirkulasi. Hitung volume air dan oil
yang dibutuhkan untuk membawa densitas lumpur turun sesuai dengan
yang diinginkan.
Apabila oil yang digunakan, berapa persenkah oil di dalam lumpur jika
volume lumpur awal adalah 629 bbl. Densitas adalah 6.87 ppg.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

27

Menaikan Densitas
Contoh 5.
Hitung densitas suatu lumpur yang diperoleh dengan menambahkan 40
lbm bentonite (SG=2.60) dan barite (SG=4.20) ke dalam 1 bbl air.

28

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Contoh 6.
Untuk menaikan densitas 700 bbl lumpur dari 13 ppg menjadi 15 ppg
diperlukan penambahan barite (SG=4.20). Agar kekentalan lumpur tetap
terjaga, maka tiap penambahan 100 lbm barite akan ditambah 1 galon
air. Jika volume akhir tidak terbatas, hitung jumlah air dan barite yang
diperlukan.

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

29

Contoh 7.
Untuk menaikan densitas sejumlah 1000 bbl lumpur dari 10 ppg menjadi
13 ppg diperlukan penambahan barite. Jika volume total lumpur dibatasi
hingga 1000 bbl, hitung jumlah lumpur lama yang harus dibuang dan
barite (SG=4.20) yang harus ditambahkan.
Volume lumpur lama yang diperlukan

(4.20 x8.33) 13
880
4.20 x8.33) 10

1000 x

Volume lumpur lama yang harus dibuang = 1000 - 880 = 120 bbl
Massa barite yang diperlukan = (4.20 x 8.33) x (42 x 120 ) = 176400 lbm

30

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Contoh 8.
Untuk menaikan densitas sejumlah 1000 bbl lumpur dari 10 ppg dengan
kadar solid 6% menjadi 13 ppg dengan kadar solid 3.5% diperlukan
penambahan air dan barite. Jika volume total lumpur dibatasi hingga
1000 bbl, hitung jumlah lumpur lama yang harus dibuang serta air dan
barite (SG=4.20) yang harus ditambahkan.
Volume lumpur yang diperlukan
Volume lumpur lama yang harus dibuang = 1000 - 583 = 417 bbl
Jumlah air yang ditambahkan

(4.20 x8.33) 13) x1000 left ( 4.20 x8.33) 10 x583

(4.20 x8.33) 8.33

Massa barite yang diperlukan = (4.20 x8.33) x [42 x (1000 - 583 - 278)]
= 204330 lbm

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

31

DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN


V1 = Volume lumpur awal, bbl
V3 = Volume lumpur akhir, bbl
1 = densitas lumpur awal
2 = densitas dari penambahan liquid
3 = densitas akhir campuran

32

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

DAFTAR PUSTAKA

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

33

34

Dril-009-Additive Lumpur Pemboran

Anda mungkin juga menyukai