PROBLEM PRODUKSI
DI SUSUN OLEH
AGATHA MARIA GADI, ST
2018
MODUL 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri perminyakan merupakan salah satu bidang industri di dunia yang memerlukan teknologi
tinggi, padat modal dan memiliki resiko tinggi, sehingga sangat diperlukan suatu perencanaan yang
cermat dan matang. Inti dari industri perminyakan adalah cara mengambil hidrokarbon atau minyuak
mentah dan atau gas dari reservoir untuk diambil nilai ekonomisnya, dengan cara dijual.
Proses memproduksikan minyak bukanlah suatu proses yang mudah, namun melibatkan banyak
kegiatan yang cukup kompleks. Secara garis besar, tahapan yang dilakukan sebelum diproduksikan ke
permukaan yakni kegiatan eksplorasi, yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan sejumlah data statis
mengenai kondisi bawah permukaan. Data-data tersebut berupa lithology dari formasi dan data seismic.
Dalam kegiatan ini melibatkan Geologist dan Geophysics. Tahap berikutnya yang dilakukan ketika data-
data menunjukkan potensi hidrokarbon yang tersimpan cukup ekonomis maka dilakukan kegiatan
pemboran eksplorasi setelah kegiatan pemboran selesai maka dilanjutkan tahap penyelesaian sumur,
yakni mengubah sumur yang telah dibor sehingga siap untuk diproduksi. Tahap terakhir adalah tahap
produksi, yakni memproduksikan hidrokarbon yang ada di dalam reservoir menuju permukaan.
Dalam tahap produksi, menurunnya laju produksi dari suatu sumur produksi umumnya merupakan
suatu keadaan yang tidak dapat dihindarkan sehingga untuk memperoleh jumlah minyak semaksimal
mungkin, sumur harus tetap dijaga agar tetap berproduksi dengan laju produksi yang optimum. Oleh
karena itu apabila suatu sumur terjadi penurunan laju produksi, maka faktor yang menyebabkan
berkurangnya laju produksi harsu segera diketahui agar dapat dilakukan usaha untuk meningkatkan laju
produksi minyak.
Faktor yang menyebabkan berkurangnya laju produksi adalah karena adanya problem pada sumur
produksi. Dalam memproduksikan hidrokarbon dari reservoir, seringkali ada masalah yang berkaitan
dengan produksi. Dalam memproduksikan fluida reservoir, selalu diusahakan agar sumur tetap
berproduksi secara optimum. Menurunnya kapasitas produksi dan laju produksi minyak secara drastis dari
suatu sumur minyak merupakan problem produksi.
Pada prinsipnya problem produksi yang menyebabkan tidak optimumnya produksi minyak
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni :
1. Menurunnya produktivitas formasi
Problem kepasiran
Problem coning baik gas maupun air
2. Menurunnya laju produksi
Problem emulsi
Problem scale
Problem korosi
Problem paraffin
1.2. Penyebab Problem Produksi
Problem produksi yang terjadi bergantung pada karakteristik batuan reservoir, karakteristik fluida
reservoir, dan kondisi reservoir itu sendiri. Oleh karena itu faktor-faktor diatas menjadi acuan untuk
mengetahui penyebab terjadinya problem produksi.
Ikut terproduksinya pasir pada operasi menimbulkan problem produksi. Problem produksi ini
biasanya berhubungan dengan formasi dangkal berumur tersier yang umumnya batupasir jenis lepas-
lepas (unconsolidated sand) dengan sementasi antar butiran kurang kuat. Hal ini berarti pekerjaan
komplesi sumur menjadi perhatian kritis dalam zona kepasiran. Berdasarkan kemudahan pasir ikut
terproduksi maka formasi batu pasir dibedakan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Quicksand
Pada formasi jenis ini ikatan antar butiran pasir lemah sehingga mudash bergerak Bersama fluida
produksi (tersuspensi oleh fluida). Pasir ini ikut terproduksi secara kontinyu dengan kapasitas
kepasiran tetap selama kapasitas produksi fluida juga tetap. Ikut terproduksinya pasir jenis ini tidak
menyebabkan terjadinya pembesaran lubang di sekitar sumur karena rongga-rongga yang semula
ditempati pasir yang ikut terproduksi selalu diiisi oleh pasir yang tersuspensi fluida produksi.
2. Packer sand
Formasi pasir jenis ini mempunyai bahan penyemen yang sangat sedikit sehingga kekuatan
sementasinya sangat lemah dan pasir mudah terproduksi Bersama fluida pada kapasitas produksi
tertentu. Ikut terproduksinya pasir ini menyebabkan rongga-rongga di sekitar lubang perforasi yang
semula ditempati oleh pasir yang ikut terproduksi. Problem lengkungan kestabilan pasir ini dapat
runtuh dalam jumlah yang besar akibat adanya lempung atau lanau yang hamper tidak punya
kekuatan rekah sama sekali terhadap butiran pasir.
3. Friable sand
Pada formasi pasir jenis ini ikatan antar butirnya nampak cukup kuat tetapi pada kenyataannya
butiran pasir dapat tererosi oleh fluida yang terproduksi. Sama halnya packed sand, jenis friable
sand bisa menyebabkan terbentuknya rongga di sekeliling lubang perforasi. Kepasiran berkurang
dengan terbentuknya pasir dengan kestabilan lemah. Runtuhnya lengkungan pasir menyebabkan
kepasiran dalam jumlah besar.
Kepasiran dapat menghambat kelangsungan operasi produksi, baik pada sumur atau di permukaan.
Kepasiran menimbulkan problem sebagai berikut :
1. Kapasitas produksi turun akibat naiknya butiran pasir tersuspensi dalam fluida produksi. Faktor
lainnya antara lain : tersumbatnya lubang perforasi dan pipa salur di permukaan.
2. Pembengkokan selubung atau liner akibat terbentuknya rongga-rongga di sekitar lubang perforasi
karena pasir terproduksi terus menerus ke permukaan.
3. Pengikisan atau erosi pada peralatan produksi di bawah permukaan dan di permukaan pada choke
atau di persimpangan pipa salur.
Gambar 1.2 memperlihatkan kelakuan rasio gas / minyak (GOR) dari reservoir minyak berhubungan
dengan jenis mekanisme pendorong. Pada reservoir bertenaga dorong gas terlarut terjadi kenaikan
saturasi gas (Sg) akibat penurunan tekanan selama pengambilan minyak. Jika gas terlarut dalam minyak
terbebaskan, maka gas mengalir menuju sumur dan menjadi fluida yang paling mobile akibat tekanan
terus menerus.
Emulsi yang tidak dapat dipecahkan tanpa melalui proses treating disebut stable emulsion. Ada tiga
syarat yang diperlukan untuk terbentuknya stable emulsion yaitu :
Dua macam liquid yang bersifat immiscible (tidak dapat bercampur satu dengan lainnya). Contoh :
minyak dan air
Agitation yang cukup untuk menyebarkan satu liquid menjadi butiran-butiran halus ke dalam liquid
yang lain.
Emulsifying agent atau emulsifier.
Fluida diproduksi dari sumur mengandung organic dan inorganic material yang bertindak sebagai
stabilizer yang akan meningkatkan kekuatan dari film (skin) pada butiran – butiran air. Emulsifying agent
akan mencegah butiran-butiran air yang bergabung satu dengan yang lainnya.
Jenis emulsi
1. Water in Oil (W/O) emulsion atau normal type emulsion
Jenis emulsi yang umum dijumpai dan mudah untuk dipecah. Pada tipe ini, air sebagai butiran halus
tersebar di dalam minyak. Pada tipe water in oil emulsion, air dalam bentuk butiran – butiran halus
dikelilingi seluruhnya oleh minyak.
kestabilan emulsi
kestabilan emulsi merupakan ketahanan emulsi terhadap tenaga yang memecahkan emulsi.
Kestabilan emulsi tergantung pada faktor berikut ini :
1. Emulsifying agent yang merupakan faktor penentu kestabilan emulsi. Tanpa emulsifying agent
tidak akan terjadi emulsi yang stabil karena tenaganya berpengaruh pada kestabilan emulsi.
2. Viskositas, jika tinggi maka kecenderungan untuk mengikat butiran air lebih besar dibanding minyak
yang viskositasnya lebih rendah. Minyak yang viskositasnya besar memerlukan waktu lebih lama
untuk memecahkan emulsinya.
3. Specific gravity, bila perbedaannya besar maka akan mempercepat settling. Minyak yang berat
berkecenderungan untuk menahan butiran-butiran air dalam bentuk suspensi lebih lama
4. Prosentase air yang tinggi akan membebntuk emulsi yang kurang stabil sehingga mudah dipisahkan
dari minyaknya.
5. Umur emulsi yang mengandung emulsi bila dimasukkan ke dalam tanki, dan air yang tersisa
terpisahkan serta tidak segera dilakukan treatment, maka emulsi tersebut menjadi sangat sulit
untuk dipisahkan.
Di dalam emulsi, liquid yang terpecah menjadi butiran-butiran halus dikenal dengan istilah dispersed,
discontinuous, atau internal phase. Sedangkan liquid yang mengelilingi butiran-butiran halus tersebut
dinamakan continuous atau external phase.
Emulsi dari minyak atau air bisa saja memiliki salah satu dari minyak atau air yang menjadi dispersed
phase-nya, hal ini ditentukan oleh karakteristik dari emulsifying agent yang ada. Pada kebanyakan kasus,
air akan berperan sebagai dispersed phase di dalam minyak.
Kedua faktor (endapan inorganik dan organik) ini akan menghambat aliran fluida reservoir ke
sumur produksi dan membentuk daerah kerusakan atau “zona damage”. Penurunan produksi dari sumur
minyak tergantung dari banyaknya dan tempat di mana endapan tersebut.
Petunjuk dan Identifikasi Masalah Scale dan Kemungkinan Penyebabnya di Lapangan Minyak