Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

EVALUASI PENERAPAN STIMULASI MATRIX ACIDIZING

Seiring berjalannya waktu pada saat proses produksi, sumur produksi akan
mengalami penurunan kemampuan untuk mengalirkan fluida ke permukaan.
Penurunan laju produksi yang tidak semestinya dapat disebabkan oleh beberapa hal
salah satunya adalah karena kerusakan formasi. Laju produksi sumur yang rendah
dapat disebabkan oleh adanya sejumlah kerusakan formasi di sekitar lubang bor
akibat proses selama pemboran, well completion dan produksi sehingga
menyebabkan adanya hambatan aliran fluida dari formasi menuju ke lubang sumur.
Berdasarkan analisa, sumur “RR#8” Lapangan “ZZ” BOB PT. Bumi Siak
Pusako – Pertamina Hulu di indikasikan mengalami masalah kerusakan formasi
karena mengalami penurunan laju produksi harian yang tidak semestinya.
Penurunan ini disebabkan oleh pengendapan scale CaCO3 di sekitar lubang sumur
yang menghambat laju produksi. Hal ini didapat setelah dilakukan analisa terhadap
air formasi diperoleh harga scale index sebesar 3,5. Untuk menanggulangi masalah
tersebut, maka pada sumur “RR#8” perlu dilakukan stimulasi dengan metode
matrix acidizing.
Pada stimulasi matrix acidizing ini dilakukan evaluasi serta
membandingkan kondisi sebelum dan setelah pelaksanaan matrix acidizing
sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pelaksanaan
stimulasi matrix acidizing.

4.1. Pelaksanaan Matrix Acidizing Sumur “RR#8”


4.1.1. Data Sumur dan Reservoir Sebelum Matrix Acidizing
• Kedalaman Sumur, D : 3903 ft MD / 3331 ft TVD.
• Tekanan Reservoir, Ps : 637,18 psig.
• Tekanan alir dasar sumur, Pwf : 440,2 psig.
• Temperatur, T : 222 °F.
• Porositas,  : 18,3 %.

73
74

• Permeabilitas, k : 311,4 mD.


• Radius Sumur, Rw : 0,26525 ft.
• Radius Pengurasan, Re : 820 ft.
• Viskositas Minyak, o : 2,4 cp.
• SG Minyak : 0,835.
• SG Air : 1,04.
• Water Cut : 20 %.
• Ketebalan zona produktif, h : 14 ft.
• α, konstanta : 0,44.
• Sw : 0,515.
• Overburden Pressure gradient : 1,106 psi/ft.
• Interval Perforasi Produktif : 3681-3688 ft MD 3691-3698 ft MD.
• Mid Perforasi : 3689,5 ft MD / 3183,39 ft TVD.

4.1.2. Metode Pelaksanaan Matrix Acidizing


Ppelaksanaan matrix acidizing pada sumur “RR#8” lapangan “ZZ”
menggunakan metode bullhead acid. Dalam pelaksanaannya metode ini
menggunakan pompa dan tubing yang berfungsi sebagai media penginjeksian asam,
dimana asam yang digunakan akan didorong masuk ke formasi, tidak diangkat
kembali (flowback) ke permukaan.
Pemilihan sumur untuk dilakukan bullhead acid didasarkan karena biaya
lebih murah dibandingkan dengan menggunakan coiled tubing. Dalam
penginjeksian asam pada sumur “RR#8” pengasaman menggunakan asam 7,5%
HCl sebagai main treatment untuk menghilangkan material yang menyumbat di
sekitar lubang sumur.

4.1.3. Tahapan Pelaksanaan Pengasaman Matriks


1. Menyiapakan sumur untuk stimulasi, yaitu :
▪ Pre-job safety meeting
75

▪ Masukkan scrapper kedalam sumur sampai kedalaman 3852 ft MD,


terutama disekitar perforasi dan interval packer.
▪ Sirkulasikan brine water pada sumur dengan high rate pumping,
bersihkan dengan fluida komplesi viskositas tinggi jika diperlukan.
2. Set up unit stimulasi. Melakukan uji tekanan sebesar 3000 psig pada
rangkaian alat. Amankan dan perbaiki apabila alat mengalami kerusakan.
3. Pasang packer 7” pada 3728 ft dan open end tubing pada 3621 ft MD.
4. Melakukan injectivity test 0,5-2 bpm. Laporkan hasil dari injectivity test.
5. Saat melakukan injeksi asam, angkat string sekitar 100 ft dari permukaan
asam untuk menghindari packer terendam oleh asam.
6. Memompakan preflush sebanyak 17,5 bbls.
7. Memompakan main acid sebanyak 17,5 bbls untuk menghilangkan calcium
carbonate scales.
8. Memompakan overflush sebanyak 17,5 bbls.
9. Memompakan displacement fluid sebanyak 31 bbls. Untuk mendorong acid
masuk jauh kedalam formasi.
10. Soaking Acid selama 1 jam.
11. Melakukan post job safety meeting
12. Rig Down peralatan dan move out unit dari lokasi pekerjaan.

4.1.3.1. Injectivity Test


Injectivity test dilakukan dengan penginjeksian air dan 2% KCl ke dalam
sumur dengan tujuan untuk memperkirakan rate injeksi yang akan digunakan saat
memompakan acid. Injectivity rate dilakukan sebagai tahapan awal agar asam yang
diinjeksikan kedalam formasi tekanannya tidak melebihi tekanan rekah formasi.
Tabel IV-1.
Komposisi Fluida Injectivity Test
No Material Deskripsi Volume
gallons bbls
1 Fresh Water 4800 114,2
2 M117 Potassium Chloride 20 0,6
76

4.1.3.2. Mixing
Dalam proses mixing ini pada dasarnya adalah membuat dan mengolah
campuran asam yang ditambahkan dengan aditif-aditif yang sesuai untuk tahap
preflush, main treatment dan overflush.

4.1.3.3. Preflush
Preflush bertujuan untuk membersihkan minyak yang ada di lubang
perforasi dan di tubing string, karena jika HCl bertemu dengan minyak maka akan
menggumpal. Preflush dapat juga ditujukan untuk scale removal pada tubing string
dan di sekitar lubang perforasi. Total volume preflush yang digunakan pada
stimulasi matrix acidizing sumur “RR#8” sebanyak 733 gallon (17,5 bbls).
Komposisi yang digunakan pada tahapan preflush sumur “RR#8” terdapat pada
Tabel IV-2 berikut:
Tabel IV-2.
Data Komposisi Preflush
No Material Deskripsi Volume
gallons bbls
1 Fresh Water 622 14,8
2 M117 Potassium Chloride 20 0,6
3 W054 Non-Emulsifier 6 0,1
4 U66 Mutual Solvent 72 1,73
5 L55 Clay Stabilizer 8 0,2

Non-emulsifier : Mencegah terjadinya emulsi.


Mutual solvent : Membersihkan minyak yang ada pada tubing string dan
lubang perforasi.
Clay Stabilizer : Mencegah terjadinya clay swelling.

4.1.3.4. Desain Matrix Acidizing


Pemilihan jenis asam dan additive yang digunakan harus disesuaikan dengan
jenis batuan dan kerusakan formasi yang terjadi. Dasar pertimbangan pemilihan
77

jenis campuran asam ini mengacu pada panduan dari McLeod untuk pengasaman
pada batu pasir seperti yang terdapat pada Tabel III-7 yaitu karena temperatur
reservoir pada sumur “RR#8” lebih dari 200 F. Selain itu, formasi yang akan
dilakukan main treatment memiliki harga permeabilitas rata-rata yang lebih dari
100 mD dan memiliki harga kelarutan HCl lebih dari 20%.
Sebelum melakukan kegiatan stimulasi matrix acidizing terlebih dahulu
perlu diketahui desain dan perhitungan data penunjangnya. Tujuannya untuk
mengetahui beberapa parameter yang penting agar pada pelaksanaannya berjalan
sesuai dengan yang direncanakan. Berikut merupakan perhitungan matrix acidizing
pada sumur “RR#8”:

1. Perhitungan Gravimetric Dissolving Power ()


Gravimetric dissolving power () merupakan massa mineral yang di larutkan
oleh sejumlah massa asam. Untuk menghitung gravimetric dissolving power ()
menggunakan Persamaan (3-27).
vmineral x MWmineral
β=
vasam x MWasam
Untuk reaksi antara 100% HCl dengan CaCO3
2HCL + CaCO3 CaCl2 + CO2 + H2O
Molecul Weight (MW) CaCO3 = 100,1
Molecul Weight (MW) HCl = 36,5
(1)(100,1) lbm CaCO3
β100 = = 1,37
(2)(36,5) lbm HCl
Karena menggunakan konsentrasi asam HCl 7,5% maka:
ß7.5 = 0,075 (ß100)= 0,103 lbm CaCO3/lbm 7,5% HCl.

2. Perhitungan Dissolving Power Volumetric (X)


Dissolving power volumetric (X) merupakan volume mineral yang
dilarutkan oleh sejumlah volume tertentu asam. Untuk menghitung dissolving
power volumetric (X) menggunakan Persamaan (3-28).
SG HCl 7,5% = 1,0375
78

Densitas CaCO3 = 169 lb/cuft


Maka:
(1,0375)(62,4)(lb 7,5% HCl)
lb CaCO3 ft 3 7,5% HCl
X7,5 = 0,10375 ( )( )
lb 7,5% HCl lb CaCO3
169 3
ft CaCO3
ft 3 CaCO3
X7,5 = 0,04 .
ft 3 7,5% HCl

3. Perhitungan Gradien Rekah Formasi


Data yang digunakan untuk menghitung nilai gradient rekah formasi
ditunjukkan pada Tabel IV-3 berikut:
Tabel IV-3.
Data Perhitungan Gradien Rekah Formasi
Parameter Nilai Satuan
Tekanan reservoir, Ps 637,18 psig
Kedalaman perforasi, Dperfo 3183,39 ft TVD
Gradien overburden, Gov 1,106 psi/ft
Konstanta, 𝛼 0,44

Untuk menghitung gradien rekah formasi menggunakan Persamaan (3-29).


𝑃𝑠
𝐺𝑟𝑓 = 𝛼 + (𝐺𝑜𝑣 − 𝛼)
𝐷
637,18
𝐺𝑟𝑓 = 0,44 + (1,106 − 0,44)
3183,39
𝐺𝑟𝑓 = 0,573 psi/ft.

4. Penentuan Tekanan Rekah Formasi


Data yang digunakan untuk menghitung nilai gradient rekah formasi
ditunjukkan pada Tabel IV-4 berikut:
79

Tabel IV-4.
Data Penentuan Tekanan Rekah Formasi
Parameter Nilai Satuan
Kedalaman perforasi, Dperfo 3183,39 ft TVD
Gradien rekah formasi, Grf 0,573 psi/ft

Untuk menentukan tekanan rekah formasi menggunakan Persamaan (3-31).


Prf = Grf x D
Prf = 0,572 psi/ft x 3183,39 ft
= 1825 psig.

5. Penentuan Tekanan Hidrostatik Asam


Data yang digunakan untuk menghitung tekanan hidrostatik asam
ditunjukkan pada Tabel IV-5 berikut:
Tabel IV-5.
Data Penentuan Tekanan Hidrostatik Asam
Parameter Nilai Satuan
Kedalaman perforasi, Dperfo 3183,39 ft TVD
Densitas air formasi, 𝜌 8,33 ppg
SG asam 7.5 % HCl 1,0375

Menentukan tekanan hidrostatik asam menggunakan Persamaan (3-32).


Pha = 0,052 x 𝜌 x D
Pha = 0,052 x (1,0375 x 8,33) ppg x 3183,39 ft
= 1430,6 psig.

6. Penentuan Tekanan Pompa Maksimum dan Tekanan Injeksi Asam


Maksimum di Permukaan
Data yang digunakan untuk menghitung tekanan injeksi pompa maksimum di
permukaan ditunjukkan pada Tabel IV-6 berikut:
80

Tabel IV-6.
Data Penentuan Tekanan Injeksi Pompa Maksimum
Parameter Nilai Satuan
Kedalaman perforasi, Dperfo 3183,39 ft TVD
Gradien hidrostatik asam, Gha 0,42 psi/ft
Gradien rekah formasi, Grf 0,573 psi/ft

Untuk menentukan tekanan injeksi pompa maksimum di permukaan


menggunakan Persamaan (3-33).
P maks = (Grf – Gradien hidrostatik asam) x D
P maks = (0,573 – 0,42) psi/ft x 3183,39 ft
= 488 psig.

Data yang digunakan untuk menghitung tekanan injeksi asam di bawah


permukaan ditunjukkan pada Tabel IV-7 berikut:
Tabel IV-7.
Data Penentuan Tekanan Injeksi Asam
Parameter Nilai Satuan
Tekanan hidrostatik asam, Pha 1430,6 psig
Tekanan pompa maksimum, P maks 488 psig

Untuk menentukan tekanan injeksi asam maksimum di bawah permukaan


menggunakan Persamaan (3-34).
P inj maks = Pha + P maks - Ploss
P inj maks = (1430,6 + 488) – 328,6 psig
= 1590 psig.

7. Penentuan Laju Injeksi Asam Maksimum


Data yang digunakan untuk menghitung tekanan injeksi maksimum di
permukaan ditunjukkan pada Tabel IV-8 berikut:
81

Tabel IV-8.
Data Penentuan Laju Injeksi Asam Maksimum
Parameter Nilai Satuan
Tekanan reservoir, Ps 637,18 psig
Permeabilitas rata-rata, kavg 311,47 md
Radius pengurasan, re 820 ft
Radius lubang sumur, rw 0,265 ft
Viskositas asam, µa 0,42 cp
Tekanan rekah formasi, Prf 1825 psig

Untuk menentukan laju injeksi asam maksimum di permukaan


menggunakan Persamaan (3-35):
4,917 𝑥 10−6 𝑘𝑎𝑣𝑔 ℎ (𝑃𝑓 − 𝑃𝑠 )
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝜇 𝑎𝑠𝑎𝑚 ln(𝑟𝑒 ⁄𝑟𝑤 )
4,917 𝑥 10−6 𝑥 311,47 𝑥 14 𝑥 (1825 − 637,18)
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 =
0,42 ln(820⁄0,26525)
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠 = 7,5 bpm.
Dalam prakteknya laju injeksi asam maksimum yang dapat digunakan dalam
matrix acidizing adalah 90% dari laju injeksi diatas, yaitu 6,7 bpm.

9. Perhitungan Volume Asam


Data yang digunakan untuk menghitung tekanan injeksi maksimum di
permukaan ditunjukkan pada Tabel IV-9 berikut:

Tabel IV-9.
Data Perhitungan Volume Asam
Parameter Nilai Satuan
Ketebalan zona produktif, h 14 ft
Porositas, Ø 18,3 %
Radius lubang sumur, rw 0,26525 ft
Radius penetrasi asam, rp 3,5 ft
82

Untuk menghitung volume asam yang dibutuhkan untuk pelaksanaan matrix


acidizing menggunakan persamaan (3-36).
Vasam = 7,4805 x  x  x h x (rp2 – rw2)
Vasam = 7,4805 x 3,14 x 0,183 x 14 x (3,52 – 0,265252)
Vasam = 733 gals = 17,5 bbls.

10. Perhitungan Volume Konsentrat Asam


Untuk menghitung volume konsentrat asam yang dibutuhkan menggunakan
persamaan (3-37) dan persamaan (3-38).
(𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)(% 𝐻𝐶𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)(𝑆𝐺 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑜𝑛𝑐𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒 = ( )
(% 𝐻𝐶𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑐𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒)(𝑆𝐺 𝑐𝑜𝑛𝑐𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒)

Untuk mendapatkan 733 gall 7,5% dari concentrate 32% HCl mula-mula
maka diperlukan:
0,075
SG larutan 7,5% HCl = ( )+1 = 1,0375
2
(733)(7,5)(1,0375)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑜𝑛𝑐𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒 = ( ) = 153,7 gall (3,7 bbl).
(32)(1,16)

maka volume air dan additive yang harus di tambahkan 579 gall (13,8 bbl).
Data komposisi asam dan additive yang digunakan untuk main acid treatment
pada sumur “RR#8” dapat dilihat pada Tabel IV-10 berikut:
Tabel IV-10.
Data Komposisi Main Acid
No Material Deskripsi Volume
gallons bbls
1 Fresh Water 556 13,25
2 A261 Corrosion Inhibitor 6 0,14
3 L41 Chelating Agent 6 0,14
4 L55 Clay Stabilizer 2 0,05
5 L400 Organic Acetic Acid 38 0,9
6 W54 Non-emulsifier 3 0,09
7 F078 Surfactant 4 0,1
8 32% HCl 154 3,7
83

Corrosion Inhibitor : Mencegah dan melindungi tubing dari terjadinya korosi oleh
asam, pada kasus ini menggunakan high temperature
corrosion inhibitor.
Chelating Agent : Mencegah terjadinya pengendapan.
Surfactant : Mengubah wettabilitas formasi menjadi menjadi water-wet.
Clay Stabilizer : Mencegah terjadinya clay swelling.
Organic Acid : Melarutkan material penyumbat (scale) dengan laju reaksi
yang lebih lambat dan tidak bersifat korosif
Non-emulsifier : Mencegah terjadinya emulsi.
Hydrochloric Acid : Melarutkan material penyumbat (scale) di sekitar lubang
sumur.

11. Perbandingan Perhitungan Perencanaan dengan Pelaksanaan di


Lapangan
Dari Tabel IV-11 dibawah ini dapat dilihat bahwa operasi pelaksanaan matrix
acidizing yang telah dilakukan oleh service company di lapangan tidak jauh berbeda
dengan yang direncanakan

Tabel IV-11.
Perbandingan Perhitungan Parameter Operasi
No Parameter Perencanaan Pelaksaaan
Lapangan

1 Gradien Rekah Formasi, Psi/ft 0,573 0,573


2 Tekanan Rekah Formasi, Psig 1825 1825
3 Tekanan Hidrostatik Asam, Psig 1430,6 1430,6
4 Tekanan Injeksi Maksimum di Permukaan, 159 1348
Psig
5 Laju Injeksi Asam Max di Permukaan, 6,7 2,8
bbl/min
6 Volume Asam yang diinjeksikan, bbl 17,5 18
84

4.1.3.5. Overflush
Overflush yaitu proses displacement fluida yang telah diinjeksikan pada
tahapan sebelumnya, pada operasi ini, komposisi material yang diinjeksikan sama
dengan tahap preflush. Pemompaan overflush sebanyak 18 bbl ini bertujuan untuk
mendorong asam masuk kedalam formasi sejauh mungkin dan membersihkan sisa
asam yang ada di dalam sumur.

4.2. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Matrix Acidizing


Evaluasi hasil pelaksanaan stimulasi matrix acidizing berdasarkan beberapa
parameter produksi yaitu laju produksi, productivity index, inflow performance
relationship, flow efficiency, dan skin.

4.2.1. Evaluasi Berdasarkan Parameter Laju Produksi


Berdasarkan data grafik performa produksi sumur “RR#8” terlihat bahwa
laju produksi mengalami penurunan secara signifikan dalam kurun waktu dua
bulan. Selanjutnya terjadi peningkatan produksi setelah dilakukan pekerjaan
stimulasi matrix acidizing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.1.

Gambar 4.1.
Performa Produksi Sumur “RR#8”
85

Untuk melakukan evaluasi keberhasilan pada Sumur “RR#8” berdasarkan


laju produksi, maka laju produksi tersebut harus diukur pada harga Pwf yang sama.
Sebelum matrix acidizing memiliki laju produksi fluida (Q) 99 BFPD pada harga
Pwf 440,2 psia, dengan laju produksi minyak (Qo) 78,8 BOPD dan water cut 20%.
Sedangkan setelah matrix acidizing memiliki laju produksi fluida (Q) 285 BFPD
pada harga Pwf 440,2 psig, dengan laju produksi minyak (Qo) 191 BOPD dan water
cut 33%. Berdasarkan data tes produksi tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan laju produksi setelah dilakukan stimulasi matrix acidizing.

4.2.2. Evaluasi Berdasarkan Parameter Productivity Index


Productivity index (PI) menyatakan kemampuan suatu formasi produktif
untuk mengalirkan fluida ke dasar sumur pada harga drawdown tertentu. Suatu
stimulasi matrix acidizing dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan
productivity index (PI).
Hasil perhitungan productivity index (PI) pada sumur “RR#8” yaitu,
productivity index (PI) sebelum stimulasi matrix acidizing adalah 0,5 bfpd/psi dan
productivity index (PI) sesudah stimulasi matrix acidizing adalah 1,44 bfpd/psi.
Dengan adanya peningkatan harga PI maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
formasi untuk mengalirkan fluida pada drawdown tertentu mengalami peningkatan.

4.2.3. Evaluasi Berdasarkan Parameter Kurva IPR


Kurva Inflow Performance Relationship (IPR) merupakan plot antara
tekanan alir dasar sumur (Pwf) vs laju produksi (Q). Dalam pembuatan kurva IPR
ini banyak metode yang bisa di gunakan. Pada Sumur “RR#8” ini kurva IPR di buat
dengan menggunakan metode Vogel, karena metode ini memiliki ketelitian yang
baik untuk aliran dua fasa. Selain itu metode Vogel ini dapat digunakan untuk
kondisi Ps > Pb, Pwf > Pb dan water cut kurang dari 50%.
Berdasarkan tabulasi dan perhitungan kurva Inflow Performance
Relationship (IPR), pada Lampiran A menghasilkan kurva IPR pada sumur
“RR#8” pada sebelum dan sesudah stimulasi matrix acidizing yang ditunjukkan
oleh Gambar 4.2.
86

Pwf = 440,2 psig

Gambar 4.2.
Kurva IPR Sumur “RR#8” Sebelum dan Sesudah Matrix Acidizing
Dari kurva IPR tersebut dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan
sesudah dilakukan matrix acidizing. Kurva tersebut menunjukkan terjadinya
peningkatan laju produksi fluida. Adanya perbaikan kurva IPR menunjukkan
keberhasilan dari matrix acidizing yang dilakukan.

4.2.4. Evaluasi Berdasarkan Analisa Skin


Keberhasilan berdasarkan nilai skin salah satunya dapat di analisa dari
Pressure Build Up Test. Pada Sumur RR#8 ini baik sebelum dan sesudah acidizing
tidak di lakukan PBU Test. Oleh karena itu, untuk mengatahui nilai skin nya, dalam
hal ini penulis menggunakan pendekatan Persamaan Darcy aliran radial pada
kondisi pseudo steady state seperti yang terlampir pada Lampiran B. Nilai skin
sebelum acidizing sebesar (+40) sedangkan setelah acidizing nilainya sebesar
(0,68). Penurunan harga skin hingga mendekati angka nol menunjukkan bahwa
pelaksanaan stimulasi matrix acidizing ini telah mengatasi kerusakan formasi yang
ada di sekitar lubang sumur dengan melarutkan material endapan scale CaCO3 yang
menyumbat pori batuan tersebut. Sehingga dapat mengembalikan kondisi sumur
sesuai dengan potensinya..
4.2.5. Evaluasi Berdasarkan Parameter Flow Efficiency (FE)
Perhitungan flow efficiency menggunakan Persamaan (3-43).
• Sebelum Pengasaman Matriks
87

𝑟𝑒
ln(0,472 𝑥 (𝑟𝑤))
FE = 𝑟𝑒
ln(0,472 𝑥 (𝑟𝑤))+𝑆

820
ln(0,472 𝑥 (0,26525))
FE = 820
ln(0,472 𝑥 (0,26525))+ 40,78

FE = 0,152.
Selain itu, perhitungan flow efficiency juga bisa didapatkan dari perhitungan
plot grafik kurva IPR tak berdimensi Pwf/Pr vs Q/Qmax FE=1.
Dari hasil plot grafik pada Lampiran C diperoleh harga flow efficiency
sebelum pelaksanaan stimulasi matrix acidizing sebesar 0,75.
• Setelah Pengasaman Matriks
𝑟𝑒
ln(0,472 𝑥 (𝑟𝑤))
FE = 𝑟𝑒
ln(0,472 𝑥 (𝑟𝑤))+𝑆

820
ln(0,472 𝑥 (0,26525))
FE = 820
ln(0,472 𝑥 (0,26525))+ 0,68

FE = 0,91.
Selain itu, perhitungan flow efficiency juga bisa didapatkan dari perhitungan
plot grafik kurva IPR tak berdimensi Pwf/Pr vs Q/Qmax FE=1.
Dari hasil plot grafik pada Lampiran C diperoleh harga flow efficiency
setelah pelaksanaan stimulasi matrix acidizing sebesar 1,9.
Berdasarkan perhitungan efisiensi aliran pada sumur “RR#8” ini diperoleh
hasil yang meningkat, hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan formasi untuk
mengalirkan fluida.

4.3. Parameter Keekonomian Matrix Acidizing


Parameter lain yang digunakan dalam evaluasi keberhasilan operasi
stimulasi matrix acidizing adalah parameter keekonomian, Parameter keekonomian
yang digunakan disini adalah, NPV (Net Present Value), POT (Pay Out Time) dan
DPI (Discounted Investment Ratio), Suatu proyek dikatakan menguntungkan jika
nilai NPV besar positive, nilai POT cepat (skala waktu), dan nilai DPI bernilai besar
88

positive. Dari perhitungan evaluasi operasi matrix acidizing pada sumur RR#8
didapatkan profil produksi seperti pada gambar Gambar 4.3. Skema perhitungan
ekonomi dapat dilihat pada Gambar 4.4. Berikut adalah data peritungan
keekonomian yang ada pada Tabel IV-12. Dalam menghitung parameter
keekonomian pelaksanaan matrix acidizing pada sumur “RR#8” menggunakan
system PSC (Production Sharing Contract) yang berlaku sesuai kesepakatan antara
perusahaan dan negara Indonesia. Selanjutnya, juga dilakukan analisa sensitivitas
pada beberapa parameter meliputi oil production, oil price, investment, dan lifting
cost. Analisa ini dilakukan dengan memberikan beberapa perubahan harga terhadap
besaran sensitivitas dengan penurunan sebesar 20% serta kenaikan sebesar 20%.

Tabel IV-12.
Data Perhitungan Evaluasi Keekonomian Pelaksanaan Matrix Acidizing

Parameter Nilai
Tanggal Pelaksanaan Pengasaman 6 November 2010
Tanggal Berproduksi Setelah 8 November 2010
Pengasaman
Total Rig Cost, USD 22975
Material Charge, USD 11657,83
Acidizing Charge, USD 11490
Downhole Tool Charge, USD 2760
Total LPO 11232
Biaya Pelaksanaan Pengasaman, 60114,83
USD
Harga Minyak, USD/bbl 65
Escalations, %/year 1,05
Operating Cost, USD/bbl 1,42
Base Production, bpd Decline Produksi
Average Fluid Production, bpd 200
Contractor Share, % 40
Government Share, % 60
Tax Rate, % 40
DMO Rate,% 0
Discount Rate pertahun , % 12%
89

Gambar 4.3.
Profil Produksi Sumur “RR#8”

Berikut langkah adalah perhitungan parameter keekonomian untuk sumur RR#8 :


1. Menghitung Oil Gain:
Gain = Oil Production - Baseline Oil Production (Berdasarkan dari data
decline curve)
= 189,28-136,74
= 53,23 bbl.
2. Menghitung Gross Revenue
GR = Oil Gain x Oil Price
= 53,23 x 65
= 3489,66 USD.
3. Menghitung FTP (First Tranche Petroleum)
FTPi = 20% x Gross Revenue
= 20% x Gross Revenue
= 20% x 3489,66
= 697,93 USD.
4. Menghitung Remaining Revenue (RR)
RR =Gross Revenue – FTP
=3489,66 – 697,93
= 2791,72 USD.
5. Menghitung Cost Recovery
90

= Opex+Investment
= -137,38 + 60114,83
= 59977,45 USD.
6. Menghitung Equity To Be Split
Baris Pertama
ETS = (RR-Cost Recovery) + FTP
= (-5030,72 – 60114,45) + -1257,68
= -66265,85 USD (Bernilai negatif karena harga Cost Rec).
Baris Keempat
ETS = (2791,72– 75,58) + 697,93
= 3414,07 USD.
7. Menghitung Contractor Share (CS)
Baris Pertama
CS = 25% x ETS
= 25% x -66265,85
= -26506,34 USD (Bernilai negatif karena harga Equity To Be Split).
Baris Keempat
CS = 25% x 3414,07
= 1365,63 USD.
8. Menghitung Taxable Income
Baris Pertama
TI = Contractor Share x 40%
= -26506,34 x 40%
= -10602,54 USD (Bernilai negatif karena harga Contractor Share).
Baris Keempat
TI = 1365,63 x 40%
TI = 546,25 USD.
9. Menghitung Net Contractor Share
Baris Pertama
NCS = Contractor Share – Taxable Income
= -26506,34 – (-10602,54)
91

= - 15903,80 USD (Bernilai negatif karena harga Taxable Income).


Baris Keempat
NCS = 1365,63 – 546,25
= 819,38.
10. Menghitung Goverment Share
Baris Pertama
GS = 75% x ETS
= 75% x -66265,85
= -39759,51 USD (Bernilai negatif karena harga Equity To Be Split).
Baris Keempat
GS = 75% x 3414,07
= 2048,44 USD.
11. Menghitung Net Government Share
Baris Pertama
NGS = Government Share – Taxable Income
= -39759,51 – (-10602,54)
= - 29156,97 USD (Bernilai negatif karena harga Taxable Income).
Baris Keempat
NGS = 2048,44 – 546,25
= 1502,19.
12. Menghitung Discounted Net Contractor Cash Flow
Baris Pertama
DCCF = (Net Contractor Cash Flow)/( 1+Discount Rate @12%/365)(n-1)
= -15903,80/(1+12%/365)1-1
= -15903,80 USD.
Baris Keempat
DCCF = 819,38/(1+12%/365)1-1
= 818,57.
13. Menghitung Cummulative Discounted Net Cash Flow
= Penjumlahan Cummulative DCCF
= 126672,25 USD.
92

Berdasarkan perhitungan diatas yang selengkapnya terlampir pada


Lampiran D selama 96 hari project life diperoleh nilai keuntungan dari
pelaksanaan stimulasi matrix acidizing ini yang didapatkan oleh kontraktor maupun
pemerintah. Besarnya keuntungan yang didaptkan oleh kontraktor adalah sebesar
215501,50 USD sebelum dikenakan pajak dan sebesar 129300,90 USD setelah
dikenakan pajak. Sedangkan keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah adalah
sebesar 323252,25 USD sebelum dikenakan pajak, dan sebesar 237051,65 USD
setelah dikenakan pajak.
Selanjutnya perhitungan indikator ekonomi setelah stimulasi matrix
acidizing pada sumur RR#8, adalah sebagai berikut :
1. Menghitung Total Net Cash Flow
NCF = Akumulasi Penjumlahan Net Contractor Share
= 129301 USD.
2. Menghitung Net Present Value
NPV@12% = Akumulasi Penjumlahan Discounted Net Cash Flow
= 126672 USD.
3. Menghitung DPIR
DPIR = 1 + (Total Discounted Net Cash Flow / Biaya Matrix Acidizing)
= 1+ (126672 / 60114,83)
= 3,11.
4. Menghitung ROR
ROR = Nilai discount rate pada saat NPV = 0
= 5,55 %.
5. Menghitung POT
POT = Jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai NPV = 0
= 22 hari.
Untuk dapat mengetahui harga POT, dapat pula dilakukan secara grafis
dengan cara memplot Cummulative Net Cash Flow vs Time seperti pada Gambar
4.5. kemudian ditarik garis pada saat nilai Cummulative Net Cash Flow sama
dengan nol, maka didapatkan nilai POT 22 Hari. Semakin kecil nilai POT maka
semakin baik karena pengembalian dana semakin cepat.
93

Gambar 4.5.
Cummulative Net Cash Flow vs Time pada sumur “RR#8”
Berdasarkan nilai keuntungan dan indikator keekonomian tersebut proyek
stimulasi matrix acidizing menguntungkan karena memiliki harga NPV#DF12%
dan DPIR yang besar positif, Nilai ROR lebih dari nilai MARR yaitu sebesar 5,5%,
dan harga POT nilai POT relatif cepat dan tidak lama
Tabel IV-13.
Tabulasi Hasil Perhitungan Sensitivitas Sumur “RR#8”
OIL LIFTING
OIL PROD. INVESTMENT NPV @12%
SENSITIVITAS PRICE COST ROR DPIR POT (day)
(BO) (USD) (USD)
(USD) (USD)
80% 15508,90 65 60114,83 1,42 $59772 3,01% 2,03 41
90% 17447,52 65 60114,83 1,42 $93447 4,36% 2,60 30
100% 19386,13 65 60114,83 1,42 $126672 5,55% 3,11 22
110% 21324,74 65 60114,83 1,42 $160796 6,93% 3,76 18
120% 23263,36 65 60114,83 1,42 $194471 8,20% 4,34 15

80% 19386,13 52 60114,83 1,42 $98366 4,91% 2,69 25


90% 19386,13 58,5 60114,83 1,42 $112744 5,30% 2,94 24
100% 19386,13 65 60114,83 1,42 $126672 5,55% 3,11 22
110% 19386,13 78 60114,83 1,42 $141500 5,99% 3,43 21
120% 19386,13 71,5 60114,83 1,42 $155878 6,31% 3,68 20

80% 19386,13 65 46594,26 1,42 $129917 6,44% 3,79 19


90% 19386,13 65 52418,55 1,42 $128519 6,02% 3,50 21
100% 19386,13 65 60114,83 1,42 $126672 5,55% 3,11 22
110% 19386,13 65 64067,11 1,42 $125724 5,34% 3,00 23
120% 19386,13 65 69891,40 1,42 $124326 5,06% 2,82 25

80% 19386,13 65 60114,83 1,14 $127658 5,67% 3,19 22


90% 19386,13 65 60114,83 1,28 $127390 5,67% 3,19 22
100% 19386,13 65 60114,83 1,42 $126672 5,55% 3,11 22
110% 19386,13 65 60114,83 1,56 $126854 5,65% 3,18 22
120% 19386,13 65 60114,83 1,70 $126585 5,65% 3,17 22
94

Pada Tabel IV-13. menunjukkan tabulasi perhitungan parameter


keekonomian dengan sensitivitas Oil Production, Oil Price, Investment dan Lifting
Cost. Masing-masing dari sensitivitas tersebut dilakukan dengan jumlah persentase
sebesar 80%, sampai dengan 120%.

4.3.1. Sensitivitas Parameter Keekonomian


Pada sensitivitas parameter keekonomian akan dianalisa parameter apakah
yang paling berpengaruh terhadap hasil keekonomian (NPV, IRR, DPIR)
Gambar 4.6. menunjukkan plot grafik NPV vs Sensitivity oil production, oil price,
investment, lifting cost dengan discount rate 12% pada sumur “RR#8”. Pada
gambar tersebut menunjukkan nilai parameter oil production dan oil price adalah
parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai NPV.

Gambar 4.6.
Grafik Sensitivitas vs NPV@ DR=12% Sumur “RR#8”

Gambar 4.7. menunjukkan plot grafik IRR vs Sensitivity oil production,


oil price, investment, lifting cost dengan discount rate 12% pada sumur “RR#8”.
Pada gambar tersebut menunjukkan nilai parameter oil production, oil price dan
investment adalah parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai IRR.
95

Gambar 4.7.
Grafik Sensitivitas vs ROR@ DR=12% Sumur “RR#8”

Gambar 4.8. menunjukkan plot grafik DPIR vs Sensitivity oil production,


oil price, investment, lifting cost dengan discount rate 12% pada sumur “RR#8”.
Pada gambar tersebut menunjukkan nilai parameter oil production, oil price dan
investment adalah parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai DPIR.

Gambar 4.8.
Grafik Sensitivitas vs DPIR@ DR=12% Sumur “RR#8”
96

Gambar 4.9. menunjukkan plot grafik POT vs Sensitivity oil production,


oil price, investment, lifting cost dengan discount rate 12% pada sumur “RR#8”.
Pada gambar tersebut menunjukkan nilai parameter oil production, oil price dan
investment adalah parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai DPIR.

Gambar 4.9.
Grafik Sensitivitas vs POT Sumur “RR#8”

Anda mungkin juga menyukai