Latar Belakang
1.1. Analisa Sistim Nodal Untuk Sumur Minyak
Analisa sistem nodal merupakan suatu cara pendekatan untuk optimisasi produksi
sumur minyak dan gas, dengan cara mengevaluasi secara menyeluruh sistem
produksi sumur. Secara lengkap tujuan analisa nodal untuk suatu sumur yang
mempunyai indeks produktivitas (IPR) dan system rangkaian tubing di dalam
sumur serta pipa salur di permukaan tertentu adalah sebagai berikut:
1. Menentukan laju produksi yang dapat diperoleh secara sembur alam.
2. Menentukan kapan sumur mati,
3. Menentukan saat yang baik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi
sumur sembur buatan.
4. Optimisasi laju produksi.
5. Memeriksa setiap komponen dalam sistem sumur produksi untuk menentukan
adanya hambatan aliran.
Analisa nodal di suatu sumur dapat dilakukan pada 3 titik nodal yaitu:
Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal di separator
1.1.1. Analisa Nodal Bila Titik Nodal Di Dasar Sumur
Jika dasar sumur digunakan sebagai Titik nodal, maka perhitungan dimulai dari
separator ke kepala sumur dan dilanjutkan ke dasar sumur. Dari Gambar l terlihat
bahwa dasar sumur merupakan pertemuan antara dua komponen yaitu:
1. Komponen sistem rangkaian pipa keselurunan,
2. Komponen kemampuan sumur untuk berproduksi, (IPR).
Analisa nodal dengan titik nodal di dasar sumur ini terutama digunakan untuk
meramalkan penurunan produksi sebagai akibat perubahan IPR di kemudian hari
untuk sistem rangkaian pipa keselurunan yang tetap.
1.1.2. Analisa Nodal Bila Titik Nodal Di Kepala Sumur
Gambar 3 menunjukkan arah perhitungan apabila kepala sumur digunakan sebagai
titik nodal.
Titik nodal di kepala sumur ini digunakan untuk melihat pengaruh ukuran pipa
salur dan tubing terhadap laju produksi yang diperoleh, Dengan membuat kurva
pipa salur dan kurva tubing untuk beberapa ukuran (lihat Gambar 5), maka dapat
dipilih kombinasi ukuran pipa salur dan tubing yang terbaik.
Dan diasumsikan bahwa tidak ada kerusakan formasi disekitar lubang sumur.
Beberapa asumsi lainnya adalah:
1. Permeabilitas daerah yang terkompaksi adalah
a. 10% dari permeabilitas formasi jika diperforasi secara overbalance
b. 40% dari permeabilitas formasi jika diperforasi secara underbalance
2. Tebal daerah yang terkompaksi adalah 1/2 in
3. Untuk sumur dengan diameter kecil, Pwfs konstan sampai diujung daerah yang
terkompaksi
4. Dapat digunakan persamaan Jones, Blount dan Glaze untuk menghitung
kehilangan tekanan akibat perforasi
Persamaan pressure drop untuk perforasi
Sumur Minyak:
Langkah kerja untuk evaluasi perforasi dengan analisa nodal sama seperti pada
analisa nodal untuk gravel pack
BAB II
Teori Dasar.
System sumur produksi yang menghubungkan antara formasi produktife dengan
dengan separator yang dapat dibagi menjadi enam komponen seperti ditunjukkan
pada Gambar 1-1, yaitu :
1. Komponen formasi produktif / reservoir.
Dalam komponen ini fluida reservoir mengalir dari batas reservoir menuju
ke lubang sumur, melalui media berpori. Kelakukan aliran fluida dalam
media berpori dinyatakan dalam bentuk hubungan antara tekanan alir
didasar sumur dengan laju produksi.
2. Komponen komplesi.
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack didasar lubang sumur akan
mempengaruhi aliran fluida dari formasi ke dasar lubang sumur.
Berdasarkan analisa komponen ini, dapat diketahui pengaruh jumlah
lubang perforasi ataupun adanya gravel pack terhadap laju produksi sumur.
3. Komponen tubing.
Fluida multifasa yang mengalir dalam pipa tegak ataupun miring, akan
mengalami kehilangan tekanan yang besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing. Dengan demikian analisa tentang pengaruh ukuran tubing
terhadap laju produksi dapat dilakukan dalam komponen ini.
4. Komponen pipa salur.
Pengaruh ukuran pipa salur terhadap laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur, dapat dianalisa dalam komponen ini, seperti halnya pengaruh
ukuran tubing dalam komponen tubing.
5. Komponen rektriksi jepitan.
Jepitan yang dipasang di kepala sumur atau dipasang di dalam tubing
sebagai safety valve akan mempengaruhi besarnya laju produksi yang
dihasilkan dari suatu sumur. Pemilihan ataupun analisa tentang pengaruh
ukuran jepitan terhadap laju produksi dapat dianalisa di komponen ini.
6. Komponen separator.
Laju produksi suatu sumur dapat berubah dengan berubahnya tekana kerja
separator. Pengaruh perubahan tekanan kerja separator terhadap laju
produksi untuk system sumur dapat dilakukan di komponen ini.
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan titik pertemuan antara komonen tubing dengan komponen jepitan
apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
Sesuai dengan letak jepitan,. Titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen jepitan dengan komponen tubing. Apabila jepitan dipasang
di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara komponen
tubing dipermukaan dengan komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di
kepala sumur.
Analisa system nodal dilakukan dengan membuat diagram tekanan laju alir
produksi, yang merupakan grafik yang menghubungkan antara perubahan tekanan
dan laju produksi untuk setiap komponen.
Hubungan antara tekanan dan laju produksi diujung setiap komponen untuk
sistem sumur secara keseluruhan, pada dasarnya merupakan kelakuan aliran di :
1. Media berpori menuju dasar sumur.
2. Pipa tegak tubing dan pipa datar / horizontal.
3. Jepitan.
Analisa system nodal terhadap suatu sumur, diperlukan untuk tujuan :
1. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoir disetiap komponen system sumur
untuk menetukan pengaruh masing masing komponen tersebut terhadap
system sumur secara keseluruhan.
2. Menggabungkan kelakuan lairan fluida reservoir di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap system sumur secara
keseluruhan, dipilih titik nodal yang terdekat dengan komponen tersebut. Sebagai
contoh apabila ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi
sumur, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau apabila ingin diketahui
pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap laju produksi maka dipilih titik nodal
di dasar sumur.
BAB II
PENGGUNAAN KURVA PRESSURE TRAVERSE UNTUK
MENGHITUNG KEHILANGAN TEKANAN ALIRAN DALAM PIPA
2.1 Pendahuluan.
Kurva pressure traverse yang telah dibuat khusus untuk suatu lapangan dapat
digunakan untuk memperkirakan kehilangan tekanan aliran dalam pipa dengan
hasil yang baik. Ada dua macam kurva pressure treverse, untuk pipa tegak dan
untuk pipa datar. Gambar berikut memperlihatkan keduanya.
gambar
Dengan menggunakan pressure traverse untuk ukuran tubing / pipa salur,
kedalaman sumur atau panjang pipa salur, laju produksi cairan, tempat jepitan
dipasang dan perbandingan gas cairan yang tertentu, maka dapat diperkirakan :
Tekanan kepala sumur (Pwh) apabila tekanan alir dasar sumur (Pwf)
diketahui dan sebaliknya dapat ditentukan tekanan dasar sumur apabila
tekanan kepala sumur diketahui.
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu
panjang (untuk pipa datar) atau kedalaman (untuk pipa tegak). Baca harga
panjang/kedalaman tersebut dan harga ini disebut panjang/kedalaman ekivalen
tekanan upstream.
d. Hitung panjang/kedalaman ekivalen tekanan "downstream", yaitu:
e. Plot panjang/kedalaman ekivalen tekanan "downstream" pada sumbu
panjang/kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai memotong garis
gradien aliran di langkah 3.
g. Dari Titik potong tersebut buat garis tegak ke atas,sampai memotong sumbu
tekanan. Titik potong ini adalah tekanan "downstream".
5. Tekanan "upstream" ditentukan sebagai berikut:
a. Plot tekanan "downstream" di sumbu tekanan pada grafik pressure traverse.
b. Dari titik tekanan "downstream" tarik garik tegak ke bawah sampai memotong
garis gradient aliran di langkah 3.
c. Dari perpotongan tersebut buat garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu
panjang (untuk pipa datar) atau kedalaman (untuk pipa tegak). Baca
panjang/kedalaman tersebut dan harga ini disebut panjang/kedalaman ekivalen
tekanan downstream.
d. Hitung panjang /Kedalaman ekivalen tekanan "upstream", yaitu:
e.
Plot
panjang/kedalaman
ekivalen
tekanan
"upstream"
pada
sumbu
panjang/kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai memotong garis
gradien aliran dilangkah 3.
g. Dari Titik potong tersebut buat garis tegak ke atas, sampai memotong sumbu
tekanan. Titik potong ini adalah tekanan upstream.
BAB III
ANALISA SISTEM NODAL UNTUK SUMUR SEMBUR ALAM
3.1 Pendahuluan
Di Bab I telah diuraikan tentang titik titik nodal yang dapat digunakan dalam
perhitungan Analisa Sistem Nodal. Titik titik nodal tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Titik Nodal di dasar sumur
2. Titik Nodal di kepala sumur
3. Titik Nodal di separator
4. Titik Nodal di upstream atau downstream jepitan.
Berikut ini akan dibahas prosedur perhitungan Analisa Sistem Nodal untuk
masing masing titik nodal.
3.2. Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal Di Dasar Sumur
Prosedur Analisa Sistem Nodal untuk titik nodal didsar sumur, terdiri dari dua
prosedur, sesuai dengan kondisi didasar sumur, yaitu sebagi berikut :
1. Untuk kondisi open hole
2. Untuk kondisi dasar sumur di perforasi
Arah perhitungan untuk titik nodal didasar sumur ini ditunjukkan di Gambar 3-1.
3.2.1.Contoh Soal Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
untuk Kondisi Open Hole
Diketahui:
Panjang pipa salur = 3000 ft
Diameter pipa salur = 2 in
Kedalaman sumur = 5000 ft
Diameter tubing = 23/6"
Kadar Air = 0%
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/bbl
Tekanan statik = 2200 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar sumur sebagal
titik Nodal.
Perhitungan:
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan pada sumbu
tegak dan laju produksi pada sumbu datar. Lihat Gambar 9.
2. Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai anggapan
harga q, yaitu sebagai berikut:
PI
Pwf = Ps q
Untuk q = 200 bbl/hari
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada tabel berikut:
Catatan: Gunakan grafik pressure traverse aliran mendatar untuk diameter pipa =
2" GLR = 400 SCF/STB dan pada q anggapan.
5. Tentukan tekanan alir dasar sumur, berdasarkan tekanan kepala sumur dengan
menggunakan langkah kerja 3.1. Gunakan grafik pressure traverse aliran tegak
untuk diameter tubing 2 3/6", GLR = 400 SCF/STB, KA = 0 dan q anggapan. Hasil
perhitungan adalah sebagai berikut:
6. Plot q terhadap Pwf dari langkah 5, pada kertas grafik di Gambar 9. Kurva ini
disebut kurva tubing intake.
7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake, menghasilkan laju
produksi
sebesar 900 bbl/hari
8. Laju produksi yang diperoleh = 900 bbl/hari.
Gambar 3-2. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk
Kondisi Lubang Sumur Open Hole
3.2.2. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
untuk Kondisi Dasar Sumur Diperforasi.
Permeabilitas formasi, k = 5 md
Tekanan reservoir, Pr = 3500 psi
Radius pengurasan, re = 1500 ft
Ketebalan formasi, h = 25 ft
Densitas minyak = 35 oAPI
SG gas,
g = 0.65
Temperatur, T = 190 0F
Perbandingan gas minya, GOR = 600 scf/bbl
Tekanan kepala sumur, Pwh = 200 psi
Kedalaman sumur = 6000 ft
Tekanan gelembung, Pb = 2830 psi
Faktor volume formasi, Bo = 1.33
Viskositas minyak,
o = 0.54 cp
Jari-jari lubang sumur, rw = 0.36 ft
Densitas perforasi = 2 SPF
Panjang perforasi, hp = 15 ft
Ukuran sumur = 8.750 in
Ukuran casing 5 1/2 in
Ukuran tubing 2 3/8 in
Diperforasi dengan overbalance memakai 4 in casing gun (ukuran lubang 0.51 in)
Penyelesaian
1. Membuat kurva IPR
J = 0.162 b/d/psi (diatas Pb)
qb = 109 b/d
qmax = 364 b/d
Plot antara q terhadap Pwfs (Gambar 26)
2. Hitung tubing intake untuk 2 3/8 in OD tubing dengan tekanan wellhead
sebesar 200 psi dari pressure traverse. Plot data diatas pada grafik yang sama
(Gambar 26) ditunjukkan pada Gambar 27.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface dan tekanan di dasar sumur
(kaki tubing). Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi diperlihatkan
pada Gambar 28
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 2 SPF dan diameter perforasi
0.51 in, dengan persamaan:
kc = 0.1(5) = 0.5 md
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (over dan under balance)
diperlihatkan pada tabel berikut
Gambar 3. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk
Kondisi Lubang Sumur Diperforasi
3.2.2.1. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
untuk Kondisi Dasar Sumur Diperforasi dan dipasang Gravel-Pack.
. Tekanan kepala sumur (Pwh) = 280 psi
Tekanan reservoir (Pr) = 3500 psi
Kedalaman sumur = 8000 ft
Jari-jari pengurasan (re) = 1500 ft
Permeabilitas minyak (ko) = 170 md
Tebal lapisan (h) = 25 ft
Ketebalan perforasi (hp) = 15 ft
Diameter tubing = 4 in
Densitas minyak = 35 oAPI ( = 43.9 lbm/ft3) (semua minyak)
Specific gravity gas (
g) = 0.65
Gas oil ratio (GOR) = 600 scf/bbl
Densitas perforasi = 4 SPF
Plot data diatas pada grafik yang sama (Gambar 19) ditunjukkan pada Gambar 20.
Perpotongan antara kurva tubing intake dan IPR sebesar 7500 b/d jika pressure
drop
komplesi adalah 0 psi.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface (Pwfs) dan tekanan di dasar
sumur (kaki tubing), Pwf. Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi
diperlihatkan pada Gambar 21.
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 4 SPF dan diameter perforasi
0.51 in,
Hasil plot antara P dan q yang digabungkan dengan hasil langkah 3 seperti pada
Gambar 22.
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (8, 12 dan 16 SPF pada
ketebalan
perforasi) diperlihatkan pada tabel berikut
Hasil plot untuk berbagai harga SPF diperlihatkan pada Gambar 4.96.
Perpotongan antara kurva P sistem dengan P dari gravel pack memberikan
suatu harga laju produksi dengan harga P tertentu. Kita bisa tetapkan bahwa
antara 200 500 psi atau tergantung dengan pengalaman di lapangan. Dalam
contoh diatas, untuk hasil dari perforasi 4 spf memberikan hasil yang tidak bagus.
Tetapi dengan densitas perforasi sebanyak 16 spf memberikan hasil 6500 b/d dan
beda tekanan sebesar 380 psi.
Gambar 3. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk
Kondisi Lubang Sumur Diperforasi dan Gravel Pack
3.3.1.1. Contoh Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal Di Kepala Sumur
tampa jepitan.
Diketahui :
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan kepala sumur
sebagai titik nodal.
Perhitungan :
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan sebagai
sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar.
2. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 6. 2. 3 butir 4, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Gambar 3. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Kepala Sumur Tampa
Jepitan
3.4.1. Contoh Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal Di Separator
Diketahui: Sama seperti contoh soal 6. 2. 3
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan separator
sebagai titik
nodal.
Perhitungan:
1. Buat sistem koordinat pada kertas grafik kartesian dengan tekanan sebagai
sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar, seperti pada Gambar 11.
2. Dari perhitungan contoh soal 6.2.4 langkah 4, telah diperoleh hubungan q
terhadap Pwh untuk perhitungan yang diawali dari dasar sumur, yaitu sebagai
berikut:
BAB II
Teori Dasar
System sumur produksi yang menghubungkan antara formasi produktife dengan
dengan separator yang dapat dibagi menjadi enam komponen seperti ditunjukkan
pada Gambar 1-1, yaitu :
7. Komponen formasi produktif / reservoir.
Dalam komponen ini fluida reservoir mengalir dari batas reservoir menuju
ke lubang sumur, melalui media berpori. Kelakukan aliran fluida dalam
media berpori dinyatakan dalam bentuk hubungan antara tekanan alir
didasar sumur dengan laju produksi.
8. Komponen komplesi.
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack didasar lubang sumur akan
mempengaruhi aliran fluida dari formasi ke dasar lubang sumur.
Berdasarkan analisa komponen ini, dapat diketahui pengaruh jumlah
lubang perforasi ataupun adanya gravel pack terhadap laju produksi sumur.
9. Komponen tubing.
Fluida multifasa yang mengalir dalam pipa tegak ataupun miring, akan
mengalami kehilangan tekanan yang besarnya antara lain tergantung dari
ukuran tubing. Dengan demikian analisa tentang pengaruh ukuran tubing
terhadap laju produksi dapat dilakukan dalam komponen ini.
10. Komponen pipa salur.
Pengaruh ukuran pipa salur terhadap laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur, dapat dianalisa dalam komponen ini, seperti halnya pengaruh
ukuran tubing dalam komponen tubing.
11. Komponen rektriksi jepitan.
Jepitan yang dipasang di kepala sumur atau dipasang di dalam tubing
sebagai safety valve akan mempengaruhi besarnya laju produksi yang
dihasilkan dari suatu sumur. Pemilihan ataupun analisa tentang pengaruh
ukuran jepitan terhadap laju produksi dapat dianalisa di komponen ini.
12. Komponen separator.
Laju produksi suatu sumur dapat berubah dengan berubahnya tekana kerja
separator. Pengaruh perubahan tekanan kerja separator terhadap laju
produksi untuk system sumur dapat dilakukan di komponen ini.
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan titik pertemuan antara komonen tubing dengan komponen jepitan
apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
Sesuai dengan letak jepitan,. Titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen jepitan dengan komponen tubing. Apabila jepitan dipasang
di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara komponen
tubing dipermukaan dengan komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di
kepala sumur.
Analisa system nodal dilakukan dengan membuat diagram tekanan laju alir
produksi, yang merupakan grafik yang menghubungkan antara perubahan tekanan
dan laju produksi untuk setiap komponen.
Hubungan antara tekanan dan laju produksi diujung setiap komponen untuk
sistem sumur secara keseluruhan, pada dasarnya merupakan kelakuan aliran di :
4. Media berpori menuju dasar sumur.
5. Pipa tegak tubing dan pipa datar / horizontal.
6. Jepitan.
Analisa system nodal terhadap suatu sumur, diperlukan untuk tujuan :
1. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoir disetiap komponen system sumur
untuk menetukan pengaruh masing masing komponen tersebut terhadap
system sumur secara keseluruhan.
2. Menggabungkan kelakuan lairan fluida reservoir di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap system sumur secara
keseluruhan, dipilih titik nodal yang terdekat dengan komponen tersebut. Sebagai
contoh apabila ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju produksi
sumur, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau apabila ingin diketahui
pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap laju produksi maka dipilih titik nodal
di dasar sumur.
BAB III
Deskripsi / Penelitian
3.1 Pendahuluan.
Kurva pressure traverse yang telah dibuat khusus untuk suatu lapangan dapat
digunakan untuk memperkirakan kehilangan tekanan aliran dalam pipa dengan
hasil yang baik. Dengan menggunakan pressure traverse untuk ukuran tubing /
pipa salur, kedalaman sumur atau panjang pipa salur, laju produksi cairan, tempat
jepitan dipasang dan perbandingan gas cairan yang tertentu, maka dapat
diperkirakan :
Tekanan kepala sumur (Pwh) apabila tekanan alir dasar sumur (Pwf)
diketahui dan sebaliknya dapat ditentukan tekanan dasar sumur apabila
tekanan kepala sumur diketahui.
2. Berdasarkan qL, KA, dan diameter pipa, pilih grafik pressure traverse yang
sesuai.
3. Pilih garis gradien tekanan aliran yang sesuai dengan GLR. Seringkali garis
tekanan alir pada harga GLR tersebut tidak tersedia sehingga perlu interpolasi.
4. Tekanan "downstream" ditentukan sebagai berikut:
a. Plot tekanan "upstream" di sumbu tekanan pada grafik pressure traverse.
b. Dari titik tekanan "upstream" tarik garis tegak ke bawah sampai memotong
garis gradient aliran di langkah 3.
e.
Plot
panjang/kedalaman
ekivalen
tekanan
"upstream"
pada
sumbu
panjang/kedalaman.
f. Mulai dari titik langkah e, buat garis datar ke kanan sampai memotong garis
gradien aliran dilangkah 3.
g. Dari Titik potong tersebut buat garis tegak ke atas, sampai memotong sumbu
tekanan. Titik potong ini adalah tekanan upstream.
Contoh penyelesaian secara grafis dengan menggunakan kurva pressure traverse
ini diberikan dalam contoh soal sebagai berikut :
4.2.1.Contoh Soal Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
untuk Kondisi Open Hole
Diketahui:
Panjang pipa salur = 3000 ft
Diameter pipa salur = 2 in
Kedalaman sumur = 5000 ft
Diameter tubing = 23/6"
Kadar Air = 0%
Perbandingan gas cairan = 400 SCF/bbl
Tekanan statik = 2200 psi
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan dasar sumur sebagal
titik Nodal.
Perhitungan:
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan pada sumbu
tegak dan laju produksi pada sumbu datar. Lihat Gambar 9.
2. Berdasarkan PI = 1.0 dan Ps = 2200 psi, hitung Pwf pada berbagai anggapan
harga q, yaitu sebagai berikut:
PI
Pwf = Ps q
Untuk q = 200 bbl/hari
Untuk laju produksi yang lain di peroleh hasil seperti pada tabel berikut:
Catatan: Gunakan grafik pressure traverse aliran mendatar untuk diameter pipa =
2" GLR = 400 SCF/STB dan pada q anggapan.
5. Tentukan tekanan alir dasar sumur, berdasarkan tekanan kepala sumur dengan
menggunakan langkah kerja 3.1. Gunakan grafik pressure traverse aliran tegak
untuk diameter tubing 2 3/6", GLR = 400 SCF/STB, KA = 0 dan q anggapan. Hasil
perhitungan adalah sebagai berikut:
6. Plot q terhadap Pwf dari langkah 5, pada kertas grafik di Gambar 9. Kurva ini
disebut kurva tubing intake.
7. Perpotongan antara kurva IPR dengan kurva tubing intake, menghasilkan laju
produksi
sebesar 900 bbl/hari
Gambar 3-2. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk
Kondisi Lubang Sumur Open Hole
4.2.2. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
untuk Kondisi Dasar Sumur Diperforasi.
Permeabilitas formasi, k = 5 md
Tekanan reservoir, Pr = 3500 psi
Radius pengurasan, re = 1500 ft
Ketebalan formasi, h = 25 ft
Densitas minyak = 35 oAPI
SG gas,
g = 0.65
Temperatur, T = 190 0F
Perbandingan gas minya, GOR = 600 scf/bbl
Tekanan kepala sumur, Pwh = 200 psi
Kedalaman sumur = 6000 ft
Tekanan gelembung, Pb = 2830 psi
Faktor volume formasi, Bo = 1.33
Viskositas minyak,
o = 0.54 cp
Jari-jari lubang sumur, rw = 0.36 ft
Densitas perforasi = 2 SPF
Panjang perforasi, hp = 15 ft
Ukuran sumur = 8.750 in
Ukuran casing 5 1/2 in
Ukuran tubing 2 3/8 in
Diperforasi dengan overbalance memakai 4 in casing gun (ukuran lubang 0.51 in)
Penyelesaian
1. Membuat kurva IPR
J = 0.162 b/d/psi (diatas Pb)
qb = 109 b/d
qmax = 364 b/d
Plot antara q terhadap Pwfs (Gambar 26)
2. Hitung tubing intake untuk 2 3/8 in OD tubing dengan tekanan wellhead
sebesar 200 psi dari pressure traverse. Plot data diatas pada grafik yang sama
(Gambar 26) ditunjukkan pada Gambar 27.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface dan tekanan di dasar sumur
(kaki tubing). Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi diperlihatkan
pada Gambar 28
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 2 SPF dan diameter perforasi
0.51 in, dengan persamaan:
kc = 0.1(5) = 0.5 md
Panjang lubang perforasi = 10.6 in = 0.883 ft
rp = (0.51)/(212) = 0.021 ft
rc = 0.021 +0.5/12 = 0.063ft
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (over dan under balance)
diperlihatkan pada tabel berikut
Gambar 3. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk
Kondisi Lubang Sumur Diperforasi
4.2.2.1. Contoh Soal Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal di Dasar Sumur
untuk Kondisi Dasar Sumur Diperforasi dan dipasang Gravel-Pack.
. Tekanan kepala sumur (Pwh) = 280 psi
Tekanan reservoir (Pr) = 3500 psi
Kedalaman sumur = 8000 ft
Jari-jari pengurasan (re) = 1500 ft
Permeabilitas minyak (ko) = 170 md
Tebal lapisan (h) = 25 ft
Ketebalan perforasi (hp) = 15 ft
Diameter tubing = 4 in
Densitas minyak = 35 oAPI ( = 43.9 lbm/ft3) (semua minyak)
Specific gravity gas (
g) = 0.65
Gas oil ratio (GOR) = 600 scf/bbl
Densitas perforasi = 4 SPF
Plot data diatas pada grafik yang sama (Gambar 19) ditunjukkan pada Gambar 20.
Perpotongan antara kurva tubing intake dan IPR sebesar 7500 b/d jika pressure
drop
komplesi adalah 0 psi.
3. Hitung beda tekanan antara tekanan di sandface (Pwfs) dan tekanan di dasar
sumur (kaki tubing), Pwf. Hasil perhitungan untuk berbagai harga laju produksi
diperlihatkan pada Gambar 21.
4. Hitung beda tekanan (P) pada gravel pack untuk 4 SPF dan diameter perforasi
0.51 in,
Hasil plot antara P dan q yang digabungkan dengan hasil langkah 3 seperti pada
Gambar 22.
5. Untuk mengevaluasi untuk berbagai harga SPF (8, 12 dan 16 SPF pada
ketebalan
perforasi) diperlihatkan pada tabel berikut
Hasil plot untuk berbagai harga SPF diperlihatkan pada Gambar 4.96.
Perpotongan antara kurva P sistem dengan P dari gravel pack memberikan
suatu harga laju produksi dengan harga P tertentu. Kita bisa tetapkan bahwa
antara 200 500 psi atau tergantung dengan pengalaman di lapangan. Dalam
contoh diatas, untuk hasil dari perforasi 4 spf memberikan hasil yang tidak bagus.
Tetapi dengan densitas perforasi sebanyak 16 spf memberikan hasil 6500 b/d dan
beda tekanan sebesar 380 psi.
Gambar 3. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Dasar Sumur Untuk
Kondisi Lubang Sumur Diperforasi dan Gravel Pack
4.3.1.1. Contoh Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal Di Kepala Sumur
tampa jepitan.
Diketahui :
Tentukan laju produksi yang diperoleh dengan menggunakan kepala sumur
sebagai titik nodal.
Perhitungan :
1. Pada kertas grafik kartesian, buat sistem koordinat dengan tekanan sebagai
sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar.
2. Berdasarkan perhitungan di contoh soal 6. 2. 3 butir 4, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Gambar 3. Kurva Analisa Sistem Nodal pada Titik Nodal di Kepala Sumur Tampa
Jepitan
4.4.1. Contoh Prosedur Analisa Sistem Nodal Untuk Titik Nodal Di Separator
Diketahui: Sama seperti contoh soal 6. 2. 3
Tentukan laju produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan separator
sebagai titik
nodal.
Perhitungan:
1. Buat sistem koordinat pada kertas grafik kartesian dengan tekanan sebagai
sumbu tegak dan laju produksi sebagai sumbu datar, seperti pada Gambar 11.
2. Dari perhitungan contoh soal 6.2.4 langkah 4, telah diperoleh hubungan q
terhadap Pwh untuk perhitungan yang diawali dari dasar sumur, yaitu sebagai
berikut:
Besarnya laju produksi suatu sumur, tidak hanya ditentukan oleh kondisi
reservoirnya, tetapi juga oleh kehilangan tekanan dalam system pipa dan restriksi.
Pendekatan analisa system sering disebut analisa nodal, yang telah
digunakan untuk menganalisa kelakuan dari suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan. Dalam system produksi minyak
mulai diperkenalkan oleh Gilbert pada tahun 1954 dan dibahas oleh (Nind/nuid)
pada tahun 1964.
Prosedur ini terdiri dari penentuan suatu Dipision Point atau node, bisa
diambil di separator, surface choke, well head, safety valve, Pwf, Pwfs dan Pfl.
Semua komponen up stream dari node disebut inflow section dan di downstream
disebut outflow section.
Ada 2 hal yang dipegang sebagai anggapan, yaitu:
1.
Laju aliran yang masuk node sama dengan laju aliran yang ke luar
dari node.
2.
Pada suatu node hanya ada satu jenis tekanan yaitu Pnode.
Pnode dapat dihitung dari persamaan :
kepada laju aliran, qL, oleh sebab itu plot Pnode vs qL, akan menghasilkan dua buah
grafik, yaitu grafik inflow dan grafik outflow. Perpotongan ke dua grafik adalah
laju aliran optimum yang dicari. Secara grafis dapat dilihat pada gambar-2.
antara grafik inflow dan outflow, yang dibuat berdasarkan kondisi reservoir, tipe
well completion dan peralatan yang terpasang pada sumur. Grafik inflow ataupun
outflow merupakan hubungan antara laju produksi liquid dengan Pnode.
Pada dasarnya pengambilan Pnode bisa sembarang, akan tetapi biasanyakita
memilih titik yang mudah di analisa, misalnya P wf, Pwh, PR atau Psep. Apabila Pnode
yang kita ambil adalah Pwf, maka grafik inflow yang kita buat adalah IPR. Untuk
aliran masuk dan aliran ke luar node, Pnode dapat dinyatakan sebagai:
Inflow
Outflow
Pinlet = PR
dan
Apabila analisa system nodal pada sumur flowing antara lain adalah
pemilihan ukuran tubing, pengaruh ukuran flowline, pengaruh stimulasi, pengaruh
ukuran bean (jepitan), evaluasi pengaruh completion dan sebagainya.
: PR pres = Pwf
Outflow
Contoh :
Tentukan kapasitas produksi pada suatu sumur untuk ukuran tubing : 2
3/8 OD, 2 7/8 OD dan 3 OD.
Data lain :
PR
= 3482 psig
Pb
= 3600 psig
Depth = 10,000 ft
Pwh
= 400 psig
GLR
= 400 scf/STB
API
= 350
= 0.65
fw
= 0.5
Data test :
qLtest
Penyelesaian :
Metode Vogel untuk membuat grafik inflow :
q L test
q L (max)
1.
1 0.2
Pwf test
0.8
PR
Pwf test
PR
320
q L (max)
3445
3445
0.8
3482
3482
1 0.2
= 16810 STB/D
2.
Pembuatan IPR, buat hubungan antara Pwf assumsi dengan qL, dengan
Vogel, di dapat :
Pwf ass,
QL (STB/D)
(psig)
0
16810
500
16050
1000
14735
1500
12866
2000
10442
2500
7464
3000
3930
3482
0
Plot qL vs Pwf ass, di dapat IPR sebagai grafik inflow
3.
4.
Pwf, (psig)
1.995"ID 2.441"ID 2.992"ID
(2 3/8"
(2
(3
OD)
7/8"OD) 1/2"OD)
3200
_
_
3280
3160
_
3400
3200
_
3500
3250
3130
4400
3400
3200
_
_
3290
_
_
3400
Grafik inflow dan outflow dilihat pada gambar. Didapat kapasitas produksi
optimum untuk masing-masing ukuran tubing.
Tubing
ID, (in)
1.995
2.441
2.992
Kapasitas
Produksi,
(STB/D)
800
1260
1830
Fw = 0
Fe = 1.0
Data test :
Pwf test = 2000 psig untuk qo = 710 STB/D
A. Hitung kapasitas produksi dengan peralatan yang terpasang, Pwf = Pnode
B. Hitung kapasitas produksi bila Pwh = Pnode untuk kondisi-kondisi sebagai
berikut :
1. Pada peralatanyang terpasang
2. Ukuran flowline naik menjadi 3 in
3. Psep turun menjadi 50 psig dengan peralatan yang terpasang
Penyelesaian :
A. Pnode = Pwf
1.
0.833
P
2400
710
q o max
1 0.2 (0.833) 0.8 (0.833) 2
2556 STB / D
2. Buat grafik inflow, qo vs Pwf (IPR), dengan Vogel, didapat :
Pwf, (psig)
0
500
1000
1500
2000
2400
qo, (STB/D)
2556
2361
1988
1438
710
0
Pwh,
(psig
)
Pwf,
(psig
)
240
330
460
1160
1510
1880
B. Pnode = Pwh
Inflow
Outflow
Pres dicari dengan aliran fluida (minyak) dalam media poros, Ptubing
dengan kurva pressure traverse untuk pipa tegak dan Pfl dengan kurva
pressure traverse untuk pipa datar.
1. Buat grafik inflow : qo vs Pwh
Dengan qo ass, hitung Pwf dengan Vogel :
{[
Pwf =P R 1.2661.25
( )]
qo
q o max
0.5 0.125
Pwf,
(psig)
Pwh,
(psig
)
1815
1415
988
600
320
0
Pwh, (psig)
d = 2.5"
d = 3.5"
d = 2.5"
Psep =
Psep =
Psep =
100
100
50
240
150
240
350
180
340
460
200
440
Psep
,
(psig
)
2.5
2.5
3.5
100
50
100
Kapasit
as
produks
i,
(STB/D)
1460
1500
1940
5.
grafik
inflow
dan
outflow. Perubahan
GLR
tidak
Outflow :
1. Pilih qL dan qg
Outflow :
1. Pilih qL
2. Tentukan GLR yang masuk pompa untuk menghitung pressure drop
pada tubing dan flowline.
a. Tentukan Pup dan temperatur fluida pada qL yang dipilih, dari
perhitungan inflow.
b. Tentukan Rs pada P dan T yang bersangkutan.
c. Perkirakan fraksi free gas (Es), yang terpisahkan pada pompa. Ini
akan tergantung kepada, apakah downhole separator dipasang atau
tidak. Jika tidak ambil Es = 0.5.
d. Hitung GLR yang ke luar dari pompa.
GLRdn = Rtotal + Es (Rs.Fo Rtotal)
Dimana :
Rtotal
: GLR produksi total
Rs
: Saturasi gas oil ratio
Fo
: Fraksi minyak dalam air
3. Tentukan Pdn dengan menggunakan GLRdn untuk menghitung pressure
drop sepanjang tubing dan flowline, jika casing head gas tidak
dialirkam ke flowline, maka digunakan GLR total untuk menghitung
pressure drop pada flowline.
4. Ulangi untuk harga-harga qL yang lain dan plot Pdn vs qL pada kertas
grafik yang sama, seperti terlihat pada gambar di atas.
5. Pilih harga-harga qL dan P yang bersangkutan dari gambar diatas. P up
dan Pdn untuk masing-masing qL dapat dibaca pula.
6. Hitung tenaga yang dibutuhkan, ukuran pompa, jumlah tingkat dan
sebagainya untuk masing-masing qL.
HP = 1.72 x 10-5 (P)(qo.Bo + qw.Bw)
Dimana :
Hp
: Horse power yang dibutuhkan, hp
P
: Pressure gain, psi
qo
: Laju produksi minyak, STB/D
qw
: laju produksi air, STB/D
Bo
: Faktor volume formasi minyak, Bbl/STB
Bw
: Faktor volume formasi air, Bbl/D
e. Sucker Rod
Meskipun analisa sistem nodal tidak terpakai secara luas pada sumur
yang menggunakan pompa sucker rod, pengaruh pengesetan dan
sebagainya. Seperti laju produksi akan mempunyai pengaruh langsung
terhadap tekanan casing dan bahkan tekanan alir dasar sumur.
Pompa sucker rod digunakan lebih meluas, melebihi metoda
pengangkatan buatan yang lain. Tidak berarti bahwa minyak yang
dihasilkan oleh metoda ini lebih besar, apabila laju produksi untuk masingmasing sumur sangat rendah. Sucker rod pump merupakan positive
displacement pump, dengan demikian kehilangan tekanan dalam tubing
Pengukuran fluid level statis atau dinamis pada sumur pompa sucker
rod menggunakan Sonolog atau Amerada.
Apabila Pnode dipilih Pwf, persamaan inflow dan outflow adalah :
Inflow :
PR Pres = Pwf
Outflow :
Pc = tetap
Pc + Pgas + P(fluid above pump) + P(fluid below pump) = Pwf
Casing dihubungkan dengan flowline :
Psep + Pfl + Pgas + P(above pump) + P(below pump) = Pwf