Anda di halaman 1dari 15

STIMULASI SUMUR

HYDRAULIC FRACTURE

DISUSUN OLEH :

Adrian yoldi (143210015)


Hasril Fauzul azi (143210029)
Muhammad LutfiA (14321055)
Melda Juwita (133210569)
Syahrul ramadhan (133210)
wahyu AGUNG (143210017)

DOSEN PENGAMPU : NOVRIANTI ST,.MT

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Hidraulic fracturing”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah stimulasi sumur di Universitas Islam Riau.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Pekanbaru, 27 November 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Daftar isi.................................................................................................................

Kata pengantar ..........................................................................................................

BAB pendahuluan......................................................................................................

1.1 Latar belakang ...............................................................................................

1.2 Rumusan masalah ..........................................................................................

1.3 Tujuan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

2.1 Teori Dasaar Stimulasi Sumur............................................................................

2.2 Hydraulic Fracturing............................................................................................


2.2.1 Fracturing Fluid…………………………...................................................
2.3 Fluida Perekah......................................................................................................
2.3.1 Jenis Fluida Perekah………………………………………………………
2.4 Mekanisme Batuan……………………………………………………………...
2.5 Arah rekahan……………………………………………………………………

BAB III PENUTUP....................................................................................................

Simpulan ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stimulasi adalah merangsang sumur yang merupakan suatu proses


perbaikan terhadap sumur untuk meningkatkan harga permeabilitas
formasi yang mengalami kerusakan sehingga dapat memberikan laju
produksi yang lebih besar jika dibandingkan sebelum diadakannya
stimulasi sumur.
Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi yang mengalami
penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya kerusakan formasi
(Formation damage) disekitar lubang sumur dengan cara memperbaiki
permeabilitas batuan reservoir.

Metode Stimulasi dibedakan 2 yaitu, Hydraulic Fracturing dan


Acidizing.Meninjau dari pentingnya Stimulasi Hydraulic Fracturingini
sehingga penulis membuat makalah yang membahas secara detail
mengenai Hydraulic Fracturing ini.
1.2. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan rumusan masalah pada makalah ini ialah :
1. Bagaimana pengertian dari Hydraulic Fracture ?
2. Bagaimana Fluida Hydraulic Fracturing ?
3. Bagaimana mekanisme dan screening criteria HF ?
4. Bagaimana masalah yang sering terjadi ketika proses Hydraulic
Fracture ?
1.3. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah tujuan pada makalah ini ialah :
1. Mengetahui Pengertian Hydraulic Fracturing.
2. Mengetahui Fluida Hydraulic Fracturing.
3. Mengetahui masalah yang sering terjadi ketika proses Hydraulic
Fracture.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Stimulasi Sumur


Stimulasi adalah merangsang sumur yang merupakan suatu proses
perbaikan terhadap sumur untuk meningkatkan harga permeabilitas formasi yang
mengalami kerusakan sehingga dapat memberikan laju produksi yang besar, yang
akhirnya produktifitas sumur akan menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum
diadakannya stimulasi sumur. Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi
yang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya kerusakan
formasi (formation damage) disekitar lubang sumur dengan cara memperbaiki
permeabilitas batuan reservoir. Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi
Acidizing dan Hydraulic Fracturing.
Alasan dilakukanya stimulasi antara lain karena adanya hambatan alami
yaitu permeabilitas reservoir yang rendah sehingga menyebabkan fluida reservoir
tidak dapat bergerak secara cepat melewati reservoir dan hambatan akibat yaitu
yang sering disebut dengan kerusakan formasi (formation damage), kerusakan
fomasi ini kebanyakan disebabkan oleh operasi pemboran dan penyemenan yang
menyebabkan permeabilitas batuan menjadi kecil jika dibandingkan dengan
permeabilitas alaminya sebelum terjadi kerusakan formasi, pengecilan
permeabilitas batuan formasi ini akan mengakibatkan terhambatnya aliran fluida
dari formasi menuju ke lubang sumur sehingga pada akhirnya akan menyebabkan
turunnya produktivitas suatu sumur.
Sasaran dari stimulasi ini adalah formasi produktif, karena itu karakteristik
reservoir mempunyai pengaruh besar pada pemilihan stimulasi. Karakteristik
reservoir meliputi karakteristik batuan maupun karakteristik fluida reservoir
terutama berpengaruh pada pemilihan fluida treatment baik pada acidizing
maupun pada hydraulic fracturing, faktor lain yang berpengaruh dalam treatment
ini adalah kondisi reservoir yaitu volume pori, tekanan dan temperatur reservoir.
Berdasarkan jenis dari stimulasi sumur yang ada yaitu acidizing dan hydraulic
fracturing, dimana pada makalah ini penulis lebih mendalami pembahasan
mengenai hydraulic fracturing.

2.2. Hydraulic Fracturing


Hydraulic fracturing atau mungkin banyak yang menyebutnya dengan
istilah lain seperti hydrofracturing, hydrofracking, fracking atau fraccing adalah
teknik stimulasi sumur yang mana lapisan batuan di bawah diretakkan dengan
fluida cair bertekanan. Proses ini melibatkan injeksi "larutan peretak"bertekanan
tinggi dan umumnya menggunakan air yang mengandung pasir ke dalam sumur
untuk membuat patahan/retakan di formasi batuan dalam yang akan membuat
minyak atau gas dapat mengalir lebih bebas melalui retakan tersebut.

2.2.1. Fracturing Fluid


Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada
proyek perekahan perekahan. Fluida perekah tersebut akan dipompakan pada
beberapa tingkat (stages) yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri.

Pad adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant. Gunanya
adalah untuk memulai perekahan perekahan sekaligus memperluasnya. Sementara
rekahan berkembang, terjadi fluid loss atau leak-off ke dalam formasi, dan
dianggap tegak lurus dengan pada dinding formasi, sambil membentuk filter cake.
Volume leak-off ini akan sebanding dengan akar dua dari waktu cairan bersatu.
Jadi, pad ini akan dikorbankan sehingga leak-off oleh slurry dengan proppant
akan berkurang.

Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida
perekah yang akan naik terus sampai pada harga maksimum yang telah
ditentukan. Harga ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa
proppant dan/atau kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk.

Secara umum, leak-off yang berlebihan dapat disebabkan oleh


ketidakseragaman (heterogeneities) reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah
(natural fissures). Hal lain yang bisa terjadi adalah meluasnya rekahan karena
rekahan bergerak ke luar dari zona produktif yang diinginkan. Bisa saja terjadi
bila di antara dua formasi produktif terdapat lapisan shale yang tipis, maka
rekahan akan bergerak melewati shale tersebut walaupun di shale rekahan akan
menipis dan ini mungkin tidak akan bisa dilewati oleh proppant sehingga akan
terjadi screen out (proppant berkumpul tertahan karena cairannya hilang). Slurry
tidak bisa mentransport proppant, dan tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga
perekahan lebih lanjut ke dalam formasi tidak bisa dilakukan. Secara umum, bila
rekahan kurang dari tiga kali diameter proppant, makan proppant akan tertahan.
Setelah slurry dipompakan, maka paling belakang akan diberi flush, agar slurry
dengan proppant akan masuk ke dalam formasi dan tidak tertinggal di dalam
sumur. Dalam prakteknya, harus ada proppant slurry yang tertinggal di sumur,
karena kalau flush terlalu banyak maka akan menyebabkan sumur rekahan di
sekitarnya akan menutup kembali sehingga peningkatan produktivitas tidak efektif
(disebut “choked” fracture).

Dalam konteksnya tidak semua sumur bisa distimulasi ada beberapa parameter
yang harus di lihat dalam pengaplikasian stimulasi dengan metode hydraulic
fracturing ini yaitu, Pemilihan Sumur-sumur untuk Pelaksanaan Perekahan
Hidrolik.

Ada beberapa kriteria untuk menentukan suatu sumur yang cocok untuk
dilakukan perekahan hidrolik, yakni sebagai berikut :

1. Karena tujuannya untuk menaikkan produksi, maka tentunya sebelum


dilakukan pekerjaan perekahan, pada sumur tersebut harus diketahui terlebih
dahulu apakah volume hidrokarbon (volume minyak atau gas) dalam lapisan
tersebut masih cukup ekonomis untuk distimulasi dengan cara perekahan.
2. Apakah sumur tersebut masih mempunyai tekanan yang cukup untuk
mengalirkan fluida dari reservoir ke dalam rekahan kemudian masuk ke
lubang bor. Keterangan ini bisa diperoleh dari hasil tes tekanan yang
dilakukan pada saat awal mula sumur dikomplesi, yakni dari hasil DST (Drill
Steam Test) atau uji PBU (Pressure Build-up Test). Kedua jenis tes tersebut
dapat juga dilakukan terhadap sumur-sumur tua, untuk menentukan seberapa
besar tenaga pendorong yang tersedia, permeabilitas zona produktif, dan
pemeabilitas sekitar lubang bor.
3. Sumur yang diproduksikan dari lapisan yang mempunyai permeabilitas rendah
adalah tepat untuk distimulasi dengan cara perekahan hidrolik. Suatu sumur
yang diproduksikan dari lapisan yang mempunyai permeabilitas rendah tidak
akan memberikan produksi yang cukup ekonomis, karena aliran fluidanya
terhambat, sehingga kehilangan tekanan sebelum minyak masuk ke dalam
lubang bor cukup besar. Perekahan akan memperbesar atau membuka jalan
baru bagi minyak untuk bisa lebih mudah mengalir menuju ke lubang bor.
4. Perekahan juga baik untuk dilakukan pada sumur yang diproduksi dari lapisan
dengan kadar lempung yang tinggi, atau lapisan tercemar oleh filtrat lumpur
pemboran, walaupun lapisan tersebut sebetulnya mempunyai permeabilitas
yang cukup besar. Jika kerusakan yang terjadi begitu parah dan masuk ke
dalam lapisan yang jauh dari lubang bor, stimulasi dengan pengasaman atau
surfaktan untuk membersihkan lapisan mungkin tidak memperoleh hasil yang
memuaskan. Perekahan perlu dilakukan pada lapisan yang mengalami
kerusakan tersebut.
5. Sumur yang diproduksi dari lapisan yang telah memiliki rekahan-rekahan
alamiah akan bisa memberikan tambahan jumlah perolehan hidrokarbon bila
dilakukan stimulasi dengan cara perekahan hidrolik. Perekahan ini akan
menghubungkan rekahan-rekahan alamiah yang telah ada, sehingga ada
tambahan kapasitas aliran dari formasi menuju ke lubang sumur, dengan
demikian produksinya dapat diharapkan akan bertambah.
6. Perekahan tidak hanya dilakukan pada sumur produksi, tetapi juga pada sumur
injeksi atau sumur pembuangan (disposal well).

2.3 Fluida Perekah


Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada
proyek perekahan perekahan. Fluida perekah tersebut akan dipompakan pada
beberapa tingkat (stages) yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri.
Pad adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant. Gunanya adalah untuk
memulai perekahan perekahan sekaligus memperluasnya. Sementara rekahan
berkembang, terjadi fluid loss atau leak-off ke dalam formasi, dan dianggap tegak
lurus dengan pada dinding formasi, sambil membentuk filter cake. Volume leak-
off ini akan sebanding dengan akar dua dari waktu cairan bersatu. Jadi, pada ini
akan dikorbankan sehingga leak-off oleh slurry dengan proppant akan berkurang.

Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida perekah
yang akan naik terus sampai pada harga maksimum yang telah ditentukan. Harga
ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa proppant dan/atau
kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk.

2.3.1. Jenis Fluida Perekah


1. Water Base Fluid
Merupakan jens fluida perekah dengan bahan dasar air, water base fluid ini
dapat digunakan pada reservoir minyak maupun gas. Fluida perekah
dengan bahan dasar air ini mempunyai eberapa keuntungan antara lain :
a. Murah dan mudah diperoleh
b. Memiliki friction loss yang rendah
c. Viscositasnya renda, sehingga relatif mudah dipompakan
d. Specific gravitasinya tinggi, dengan demikian tekanan
hidrostatiknya rendah, sehingga akan mengurangi tekanan pompa
yang dipelukan untuk tekanan perekahan.
2. Oil Base Fluid
Merupakan jenis fluida pereka dengan bahan dasar minyak. Oil base fluid
jarang digunakan pada reservoir gas karena sifatnya yang muda terbakar.
Oil base fluid mempunyai keuntungan sebagai berikut :
a. Mempunyai viscositas yang tinggi sebagai sifat alamiahnya.
b. Rate pemompaan yang rendah untuk perekahan dangkal atau
dalam.
3. Foam Base Fluid
Merupakan campuran antara fasa liquid denganfasa gas. Fluida pereka ini
baik sekali digunakan pada reservoir bertekanan rendah sehingga dapat
membantu produksi kembali. Foam ini mengandung hampir 95% fasa gas
sehingga aik untuk pembersihan ruang rekahan (cleanup)
4. Emulsion Base Fluid
Fluida dasar ini berasal dari dispersi dua macam fluida yang immiscile,
seperti minyak dalam air atau air dalam minyak. Fasa yang immiscible
tersebut distailkan dengan surfactant. Fluida perekah berbahan dasar
emulsi ini memberi efek yang baik untuk pembersihan ruang rekahan.
Tetapi kelemahannya adalah viskosiasnya yang tidak stail sangat rentan
terhdapat perubahan temperatur.
Keuntungan menggunakan emulsion base fluid diantaranya :
a. Stabil terhadap tekanan dan temperatur formasi
b. Tidak menimbulkan kerusakan terhadap formasi
c. Tidak menimulkan emulsi di lapisan reservoir
d. Memiliki friction loss yang rendah, seingga kehilangan energi
selama perekaha dapat minmal.
e. Mampu menawa material pengganjal kedalam rekahan yang
dibuat.
2.3.2. Additive Yang Sering di pakai dalam proses Hydraulic Fracture
diantaranya ialah :
1. Crosslink, diperlukan untuk meningkatkan viskositas dengan
pengikat satu molekul atau lebih.
2. Breaker (pemecah) yaiyu untuk memecahkan rantai polymer
sehingga kemballi menjadi encer (viskositasnya kecil) setelah
penempatan propant agar produksi aliran minyak kembali mudah
untuk dilkukan.
3. Viskosity Stabilizer , merupakan suatu zat tambahan untuk
menjaga penurunan viskositas pada polysaccharide gels (fluida
perekah). Umumnya adalah metanol dan Natrium thiosulfate.
4. Radio Active Tracer, zat radioaktif (antimon, iridium, scandium)
ditambahkan (0.5-1.0 milicuries /1000 l proppant). Dengan ini maka
akan ditentukan zona rekahan yang dilakukan dengan Gamma Ray
Log.
5. Fluorocarbon Surfacant berfungsi mengurangi tekanan permukaan
dan mempermudah menghilangkan air dari permukaan formasi dan
mempermudah terjadinya rekahan.
6. Biocides, akteri menyerang organik polymer, merusak ikatannya
dan mengurangi viskositasnya, Jadi perlu ditambahkan anti akteri
seperti glutaraldehyde, chloropheanates, quaternary amines dan
isothiazoline.

2.4 Mekanisme Batuan

Pada dasarnya hydraulic fracturing meliputi kemampuan menghancurkan


dinding batuan reservoir. Sehingga perlu dipelajari mekanika batuan
terutamayang berkaitan dengan operasi perekahan, yaitu besaran-besaran yang
berlakupada batuan agar dapat diramalkan geometri rekahannya, meliputi stress
dan strain, poisson ratio, modulus shear, modulus bulk, modulus young dan
tekanan overburden.

a. Stress () Dan Strain ()


Setiap material termasuk batuan bila dikenai suatu beban/tekanan maka
akan mengalami perubahan bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per
satuan luas ini disebut stress (ζ), sedangkan perubahan bentuk dalam hal
ini perubahan dalam panjang (δ), dibanding dengan panjang semula (L),
disebut sebagai strain (ε).
a. Stress
Stress didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja
dengan bidang kontak gaya tersebut (gaya persatuan luas).
F / A
Keterangan :
= Stress, Psi.
F = Gaya yang bekerja, lb.
A = Luas bidang kontak, inch2.
b. Strain
didefinisikan sebagai besarnya deformasi suatu material ketika
sebuah stress diterapkan pada material tersebut. Strain merupakan
parameter yang tidak berdimensi dan memilki arah vektor yang sama
dengan gaya F dan tegak lurus dengan bidang yang mengalami stress.
b. Poisson Ratio
Pemberian tekanan pada suatu bidang material di sepanjang bidang aksis
akan mengakibatkan material tersebut semakin pendek dan mengembang ke arah
yang tegak lurus dengan bidang aksis .
Perbandingan harga strain yang berada tegak lurus terhadap beban stress
pada bidang lateral dengan harga strain yang tegak lurus terhadap beban stress
pada bidang aksis disebut sebagai Poisson ratio (v).
c. Modulus Shear
Tegangan geser (shear stress) pada permukaan suatu bidang material akan
mengakibatkan permukaan bidang material tersebut berpindah atau bergeser
membentuk suatu bidang baru yang letaknya paralel dengan bidang semula
Perbandingan antara besar harga shear stress yang diberikan terhadap sudut yang
dibentuk akibat deformasi yang terjadi (kekakuan suatu material) dikenal sebagai
modulus shear (G).
d. Modulus Bulk
Beban compressive yang diberikan terhadap semua bagian suatu balok
material pada kondisi hidrostatis akan mengakibatkan pengurangan volume
bulk total.Perbandingan antara tegangan yang diberikan (gaya per unit luas
permukaan suatu bidang) terhadap perubahan volume untuk setiap satu unit
volume awal suatu material dinamakan modulus bulk (K).
e. Modulus Young
Jumlah strain yang disebabkan oleh stress adalah fungsi dari kekakuan
material. Kekakuan atau kekenyalan dapat ditunjukkan dengan lekukan atau
kemiringan pada plot antara axial stress dan strain pada daerah linier,inilah yang
dinamakan modulus young (E). Modulus young (E) sama dengan tegangan tarik
(unit stress) dibagi dengan regangan tarik (unit strain) Secara matematis.
f. Tekanan Overburden
Merupakan tekanan yang terjadi sebagai akibat berat dari lapisan batuan
diatasnya dan tekanan fluida dalam pori yang mendesak.Tekanan overburden
tidak tergantung pada tektonik dan harganya sama dengan berat batuan formasi
diatasnya. Dengan integrasi pada density log,

2.5 Arah Rekahan


Perekahan terjadi karena adanya tekanan yang bekerja ke arah formasi,
dimana tekanan tersebut lebih besar dari kekuatan batuan. Tekanan yang
berpengaruh pada formasi adalah tekanan overburden dan tektonik. Tekanan
tersebut secara vektorial dibagi menjadi tiga jenis yang bekerja saling tegak lurus
sesamanya. Jika satu gaya bekerja ke arah vertikal, maka dua gaya lainnya bekerja
dengan arah horizontal. Dari ketiga gaya yang memberikan tekanan ada satu
tekanan yang terlemah.
Bila tekanan vertikal menjadi tekanan terlemah maka terjadi rekahan
horizontal, demikian juga sebaliknya, atau dapat dikatakan arah rekahan yang
terjadi dari proses hydraulic fracturing tegak lurus dengan harga stress terkecil
dari ketiganya.
Perubahan arah rekahan yang kompleks dapat terbentuk saat perluasan
rekahan vertikal jika harga minimum stress dan net pressure-nya melebihi
overburden stress atau pada saat harga kedua stress horizontalnya hampir sama.
Perubahan arah rekahan ini tidak dikehendaki karena rekahan horisontal yang
terjadi memiliki lebar yang sangat kecil sehingga dapat menyebabkan screen out
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah stimulasi sumur hydraulic
fracturing
1. Hydraulic fracturing atau mungkin banyak yang menyebutnya dengan
istilah lain seperti hydrofracturing, hydrofracking, fracking atau fraccing adalah
teknik stimulasi sumur yang mana lapisan batuan di bawah diretakkan dengan
fluida cair bertekanan
2. Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada
proyek perekahan perekahan. Fluida perekah tersebut akan dipompakan pada
beberapa tingkat (stages) yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri
3. Mekanisme Batuan Pada dasarnya hydraulic fracturing meliputi
kemampuan menghancurkan dinding batuan reservoir. Sehingga perlu dipelajari
mekanika batuan terutamayang berkaitan dengan operasi perekahan, yaitu
besaran-besaran yang berlakupada batuan agar dapat diramalkan geometri
rekahannya, meliputi stress dan strain, poisson ratio, modulus shear, modulus
bulk, modulus young dan tekanan overburden.

4. Arah RekahanPerekahan terjadi karena adanya tekanan yang bekerja ke


arah formasi,dimana tekanan tersebut lebih besar dari kekuatan batuan. Tekanan
yang berpengaruh pada formasi adalah tekanan overburden dan tektonik
DAFTAR PUSTAKA
Economides, Michael, J., Oligney, R., Valkó, P.: “Unified Fracture Design,”
Orsa Press, Alvin, Texas, 2002.
Tjondrodipoetro, R. B.: “Stimulation, Acidizing and Hydraulic Fracturing,”
Yayasan IATMI, Yogyakarta, 2005
Economides, Michael, J., Marten, T.: “Modern Fracturing, Enhancing
Natural Gas Production,” Energy Tribune Publishing Inc., Houston,
Texas, 2007.

Anda mungkin juga menyukai