Anda di halaman 1dari 9

KARYA TULIS ILMIAH

BIDANG REKAYASA EKONOMI MIGAS CADANGAN


MIGAS, PENGKAYAAN MIGAS, METODE STIMULASI
SUMUR PRODUKSI DAN METODE PEMANCINGAN ALAT
PEMBORAN DAN PEAK OIL

Nama: Nur Afifa Sabbaran


Nim : 1901170
Kelas : Teknik Perminyakan C

PROGRAN STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Penulisan ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah manajemen dan
ekonomi migas di STT Migas Balikpapan.
Dalam penulisan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan ini.
Dalam penyusunan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
Penulisan ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Balikpapan, 12 Desember 2022

Penyusun
Gambar 1.1. Hydraulic Fracturing Process

Seiring dengan berjalannya produksi minyak dan gas bumi dari reservoir,
cepat atau lambat sumur minyak akan mengalami penurunan produksi. Penurunan
produksi dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti berkurangnya jumlah
cadangan hidrokarbon di dalam reservoir, menurunnya tenaga pendorong alami
reservoir, kerusakan mekanis pada peralatan bawah sumur atau
terjadinya kerusakan formasi pada lapisan produktif.
Kerusakan formasi merupakan salah satu problem produksi suatu sumur.
Permeabilitas formasi dapat diperbaiki sehingga produktifitas sumur meningkat,
perangsangan produktifitas sumur atau stimulasi adalah alternatif yang dipilih
dalam mengatasi problem kerusakan formasi pada reservoir yaitu
dengan Acidizing atau Hydraulic Fracturing.
Tujuan dilakukannya stimulasi hydraulic fracturing yaitu Memperbaiki
permeabilitas dan porositas batuan formasi yang produktif sehingga akan
meningkatkan produktifitas sumur sampai pada tingkat laju produksi yang
optimum.
Hydraulic Fracturing adalah suatu teknik stimulasi yang dipergunakan
untuk memperbaiki atau meningkatkan konduktivitas fluida ke dalam sumur. Ada
tiga hal di mana hydraulic frakturing bermanfaat, yaitu :
1. Bila reservoir terdiri dari batuan dengan pemeabilitas rendah dan homogen, maka
fracturing akan memberikan efek yang sama dengan menambah ukuran lubang,
yaitu fluida yang semula mengalir melalui batuan dengan permeabilitas rendah
mampu bergerak ke dalan rekahan berkapasitas tinggi pada jarak tertentu dari
sumur.
2. Fracturing akan mengeliminir kerusakan formasi yang disebabkan oleh invasi
lumpur pemboran, pengendapan mineral-mineral atau swelling clay.
3. Penyebaran rekahan dari lubang sumur bertindak sebagai garis alir yang
menhubungkan sistem porous dan permeabel yang terisolir dibalik sumur oleh
penghalang impermeabel.

Mekanisme terjadinya hydraulic fracturing adalah menginjeksikan fluida perekah


ke dalam lubang formasi atau reservoir yang akan direkahkan melalui lubang
sumur dengan tekanan perekah yang lebih besar dari tekanan rekah formasi
sehingga akan terbentuk rekahan. Untuk mempertahankan rekahan tersebut harus
di-isikan dengan bahan penganjal (proping agent).

1.1. Fluida Perekah dan Additive


Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada
proyek hydraulic fracturing. Fluida perekah tersebut akan dipompakan pada
beberapa tingkat (stages) yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri.
Secara garis besar, selain digunakan untuk memulai perekahan dan memperluas
rekahan, fluida perekah juga harus dapat memperlebar rekahan, mentranspor dan
menempatkan proppant, mempunyai sifat low fluid loss (kehilangan fluidanya
sedikit) waktu crosslink-nya terkontrol, dan tidak mahal. Juga tidak menyebabkan
friksi yang besar di tubing, mudah dibersihkan dengan clean-up (memulainya
produksi kembali), kompatibel dengan formasi dan fluidanya, mudah dicampur,
aman untuk personalia, dan relatif murah.

1.1.1. Jenis-jenis Fluida Perekah


Fluida perekah yang mengisi suatu cycle pemompaan ada empat jenis.
Jenis-jenis fluida perekah tersebut adalah prepad (pertama
dipompakan), pad, slurry, dan terakhir adalah flush.
Prepad dipompakan pertama kali dalam suatu stage. Prepad yang
berviskositas rendah ini berguna sebagai pembersih jalan yang akan dilalui jenis
fluida perekah berikutnya sehingga fluida perekah berikutnya dapat difungsikan
secara maksimal. Selain itu prepad juga berfungsi sebagai pendingin formasi,
pencegah damage, dan membantu memulai membuat rekahan.
Pad adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant dan
dipompakan setelah prepad. Pad mempunyai viskositas yang lebih tinggi
daripada prepad. Gunanya adalah untuk memulai perekahan-perekahan sekaligus
memperluasnya. Sementara rekahan berkembang, terjadi fluid loss atau leak-off ke
dalam formasi, dan dianggap tegak lurus dengan dinding formasi, sambil
membentuk filter cake. Volume leak-off ini akan sebanding dengan akar dua dari
waktu cairan bersatu. Jadi, pad ini akan dikorbankan sehingga leak-
off dari slurry dengan proppant akan berkurang.
Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida
perekah yang akan naik terus sampai pada harga maksimum yang telah
ditentukan. Harga ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa
proppant dan/atau kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk. Slurry ini
mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada pad. Secara umum, leak-
off yang berlebihan dapat disebabkan oleh ketidakseragaman (heterogeneities)
reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah (natural fissures). Hal lain yang
bisa terjadi adalah meluasnya rekahan karena rekahan bergerak ke luar dari zona
produktif yang diinginkan. Bisa saja terjadi bila di antara dua formasi produktif
terdapat lapisan shale yang tipis, maka rekahan akan bergerak melewati shale
tersebut walaupun di shale rekahan akan menipis dan ini mungkin tidak akan bisa
dilewati oleh proppant sehingga akan terjadi screen out (proppant berkumpul
tertahan karena cairannya hilang). Slurry tidak bisa mentransport proppant, dan
tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga perekahan lebih lanjut ke dalam formasi
tidak bisa dilakukan. Secara umum, bila rekahan kurang dari tiga kali diameter
proppant, makan proppant akan tertahan.
Setelah slurry dipompakan, maka paling belakang akan diberi flush agar
slurry dengan proppant akan masuk ke dalam formasi dan tidak tertinggal di
dalam sumur. Dalam prakteknya, harus ada proppant slurry yang tertinggal di
sumur, karena kalau flush terlalu banyak maka akan menyebabkan rekahan di
sekitarnya akan menutup kembali sehingga peningkatan produktivitas tidak
efektif (disebut “choked” fracture).

1.1.2. Pemilihan Fluida Dasar


Sebelum memilih fluida dasar, kita harus tahu zat yang akan dicampur
dalam fluida dasar tersebut sehingga fluida perekah mempunyai komposisi yang
tepat. Fluida Perekah mempunyai komposisi sebagai berikut :
1. Fluida dasar (base fluid), misalnya air atau minyak ditambah polymer.
2. Crosslinker (penyatu atau pengikat molekul sehingga rantai menjadi
panjang dan viskositas akan meningkat).
3. Breaker (pemecah).
4. Viscosity stabilizer (penstabil viskositas).
5. Fluid loss additive (zat tambahan untuk mencegah kehilangan fluida).
6. Surfactant (surface active agent).
7. Buffers (pengontrol pH).
8. Radioactive tracers.
9. Biocides (anti bakteri).
10. Friction reducer (pengecil friksi).
11. Clay stabilizers (penstabil clay).
12. Crosslinker control agents (mengontrol zat untuk pengikat molekul).
13. Iron control agents (pencegah pengendapan besi di formasi).
14. Paraffin control.
15. Scale inhibitors (pencegah scale).
16. Extenders, clean up, dan energizing agents (mempermudah produksi
kembali).
Oleh karena itu, Hydraulic Fracturing diterapkan pada sumur minyak atau gas
yang mengalami penurunan laju produksi secara terus menerus dalam waktu
singkat, cased atau open hole, terletak pada reservoir bervolume hidrokarbon
ekonomis, bertekanan reservoir besar (bertenaga pendorong alamiah),
berpermeabilitas rendah karena adanya kerusakan formasi maupun tidak, pada
formasi yang mempunyai radius skin sangat dalam, dan mempunyai faktor
sementasi tinggi.
KESIMPULAN

Hydraulic fracturing adalah salah satu metode stimulasi meningkatkan


produktifitas dari suatu formasi dengan meningkatkan permeabilitas formasi (K),
memperbesar radius pengurasan sumur (rw) menjadi pengurasan sumur efektif
(rw’) dan dapat mengurangi atau menghilangkan efek skin (S) pada suatu formasi
yang produktif. Dan cocok diterapkan pada lapangan yang memiliki permebilitas
rendah yaitu dibawah 5 mD seperti pada kasus lapangan K. Pada pengerjaan dan
penulisan tugas akhir ini dilakukan evaluasi terhadap hasil geometri perekahan
dan kelakuan produksi pada sumur K-08/09/10/11/12/14/15 dengan target
reservoir pada lower pematang CD. Hasil perhitungan geometri rekahan
menggunakan metode perhitungan manual adalah nilai geometri untuk tiga model
PKN, KGD, dan Pseudo 3D. Contoh hasil geometri perekahan pada sumur K-08
untuk model PKN menghasilkan panjang rekahan 81 ft, lebar rekahan 0.05 in dan
tinggi rekahan 50 ft. Model KGD memberikan hasil panjang rekahan 95 ft, lebar
rekahan 0.019 in dan tinggi rekahan 50 ft. dan hasil perhitungan menggunakan
model Pseudo 3D adalah panjang rekahan 350 ft, lebar rekahan 0.092 in dan
tinggi rekahan sebesar 66 ft. hasil perhitungan model kemudian di validasi dengan
tujuan mencari model perekahan yang sesuai dengan kondisi aktual melalui dua
metode. Metode yang pertama adalah membandingkan hasil perhitungan model
dengan hasil perekahan aktual. Sebagai contoh hasil perekahan aktual sumur K-08
yaitu panjang rekahan 342 ft, lebar rekahan 0.091 in dan tinggi rekahan 68 ft.
maka hasil perhitungan Pseudo 3D memiliki nilai yang tidak jauh dengan hasil
perekahan aktual. Selanjutnya dilakukan perbandingan hasil kelakuan produksi
liquid sumuran, pada kasus sumur K-08 dimana model PKN mengasilkan rate
produksi sebesar 115 STB/day, model KGD menghasilkan rate sebesar 124
STB/day dan model Pseudo 3D menghasilkan rate sebesar 284 STB/day.
Sementara hasil produksi liquid aktual sebesar 230 STB/day maka model Pseudo
3D memberikan pendekatan hasil laju produksi yang lebih baik dibandingkan
dengan model PKN dan KGD. Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa model Pseudo 3D adalah model yang paling representative untuk lapangan
K. Evaluasi kelakuan produksi menggunakan software PROSPER pada tahap
awal produksi dan dilanjutkan peramalan produksi pada masa sekarang sebagai
acuan pemilihan kandidat sumur yang akan dilakukan perekahan ulang pada tujuh
sumur yang dianalisa. K-08 menjadi sumur memenuhi kriteria dilakukaan
perekahan ulang, dengan potensi produksi minyak sebesar 110 Bopd, dan tekanan
reservoir 1858 psi. Prediksi geometri dilakukan pada sumur K-17 yaitu sumur
baru yang akan dilakukan operasi multistage hydraulic fracturing menggunakan
model geometri pseudo 3D dan reservoir target adalah lower pematang AB dan
CD dengan rincian geometri perekahan yang akan terbentuk adalah untuk lower
pematang AB adalah, panjang rekahan 360 ft; tinggi rekahan 103 ft; dan lebar
rekahan 0.18 in. sedangkan pada lower pematang CD didapat panjang rekahan
350 ft; tinggi rekahan146 ft; dan lebar rekahan 0.20 in. Dengan potensi produksi
dari kedua layer adalah sebesar 504 Bopd.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A. O. (2013). PEMILIHAN METODE STIMULASI DENGAN


HYDRAULIC FRACTURING UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI. Wanda, Rauf. 2013.
http://kupasiana.psikologiup45.com/2017/01/pemilihan-metode-stimulasi-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai