• Pendahuluan
• Sifat Fluida Perekah
• Komposisi Fluida Perekah
• Pemilihan Fluida Dasar
• Crosslink
• Zat Tambahan Lain
Pendahuluan
Fluida perekah atau fracturing fluids adalah fluida yang digunakan pada projek
perekahan hidraulik. Untuk itu fluida perekah dipompakan pada beberapa
tingkat atau stages, yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri.
Pad adalah suatu fluida perekah yang tidak diberi proppant. Gunanya untuk
memulai perekahan dan memperluasnya. Sementara rekahan berkembang,
terjadi fluid loss atau leak - off ke dalam formasi dan dianggap tegak lurus pada
dinding rekahan, sambil membentuk filter cake. Volume leak - off ini sebanding
dengan akar dua dari waktu cairan di situ. Jadi, pad ini akan dikorbankan
sehingga leak - off oleh slurry dengan proppant akan berkembang.
Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida
perekah naik terus sampai harga maksimum yang telah ditentukan. Harga ini
tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa proppant dan/atau
kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk.
Pendahuluan
Secara umum, leak – off yang berlebihan dapat disebabkan oleh ketidak
ragaman (heterogeneities) reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah
(natural fissures). Hal lain yang bisa terjadi adalah meluasnya rekahan karena
rekahan bergerak ke luar zone produktif yang diinginkan. Bisa saja bila di antara
dua formasi produktif ada shale tipis, maka rekahan akan bergerak lewat shale
tersebut walaupun di shale rekahan akan menipis dan ini mungkin tidak akan
bisa dilewati proppant, maka akan terjadi screen out (proppant akan berkumpul
tertahan karena cairannya hilang). Slurry tidak bisa mentransport proppant dan
tekanan injeksi akan naik tinggi sehingga perekahan lebih lanjut ke dalam
formasi tidak dapat dilakukan. Secara umum, bila rekahan kurang dari 3 X
diameter proppant, maka proppant akan tertahan. Setelah slurry dipompakan,
maka paling belakang diberi flush, agar slurry dengan proppant akan masuk ke
formasi dan tidak tinggal di sumur. Dalam praktek harus ada proppant slurry
yang ketinggalan di sumur, karena kalau flush terlalu banyak, maka bisa-bisa di
sekitar sumurnya rekahan menutup kembali sehingga peningkatan produktivitas
tidak efektif (disebut “choked” fracture).
Sifat Fluida Perekah
Pada masa sekaran yang populer hanya guar dan HPG. Guar membentuk sisa
padatan (residu) sekitar 8 - 12 %. HPG dibuat dari reaksi guar dengan
propylene oksida dan residunya sekitar 1 - 4 %. Residu ini dianggap sebagai
penyebab plugging dari sebagian pori-pori. HPG dianggap lebih baik karena
lebih tahan terhadap temperatur. Adanya residu membantu untuk menahan fluid
loss di permeabilitas besar.
Sifat Fluida Perekah
Xanthan dapat digunakan untuk linier atau crosslink gel. Umumnya digunakan
untuk memperkental pada lumpur pemboran. Sangat mahal, beberapa waktu
yang lalu digunakan untuk memperkental HCl. Polyacrylamides lebih digunakan
sebagai friction reducer atau pengurang friksi dari pada pengental. Stabil pada
temperatur tinggi, tetapi mahal sekali. Bisa dicrosslinked. Penggunaan terutama
pada fracture acidizing.
Komposisi Fkuida Perekah
Fluida dasar terutama dipilih karena sifat formasi, clay contentnya, reservoir
minyak atau gas, ada paraffin/asphaltene, tekanan reservoir, dan pengalaman
masa lalu sukses/tidak serta harganya. Secara umum, fluida dasar bisa air,
hidrokarbon, campuran air/alkohol, emulsi, foam dan kombinasi dari bahan-
bahan tersebut. Fluida dasar ini harus diperkental dengan polymer sebagai
pengental (thickener) dan mulai dari yang termurah adalah guar (index biaya
relatif, IBR = 1.00) HPG (hydroxyprophyl Guar Gum, IBR = 1.29), CMHPG
(Carboxymethyl hydroxyprophyl Guar, IBR = 1.40), HEC (hydroxyethylcellulose
IBR = 1.62) dan Xanthan Gum (IBR = 2.65). IBR di atas adalah di USA. Di
Indonesia, IBR tersebut tidak akan sejauh itu bedanya karena beda transportasi.
Misalnya Xanthan Gum hanya akan sekitar 2.26 IBR-nya di Indonesia (dengan
anggapan biaya transport sekitar 30 % dari biaya dasar Guar = 1.0). Gambar 2
memperlihatkan buah Guar, HPG, HEC, CMHEC, dan polyacrylamides.
Gambar 2.
Buah Guar dari Pakistan
Gambar 3
Struktur Kimiawi dari Guar, HPG, HEC, CMHEC, dan polyacrylamides (dari SPE Monograph
no.12) dan Xanthan (Economides & Nolte)
Pemilihan Fluida Dasar
Crosslink borate tahan sampai temperatur 225oF sedangkan crosslink zircon dan
titan dapat mencapai 325oF. Tetapi kalau crosslink borate tidak sensitif terhadap
shear (karena yang terlepas dapat terikat kembali), maka di crosslink zircon
maupun titan sekali terlepas tidak dapat diregenerasi kembali. Karena itu
keduanya ini dipakai hanya pada delayed crosslink, yaitu crosslink yang dibuat
hanya di formasi, tidak dipermukaan atau di tubing yang mungkin akan
memberikan shear di pompa, pipa, dll.
Suatu fluida perekah seharusnya menghasilkan friksi tekanan yang kecil, dan
tetap berviskositas besar untuk menahan proppant, serta bisa turun kembali
viskositasnya setelah selesai perekahan dan penempatan proppant agar dapat
memproduksi formasi kembali dengan mudah. Agar dapat memenuhi syarat
tersebut, maka additive perlu ditambahkan seperti
Crosslink
Bactericides/Biocides :
Fluid loss sangat penting untuk dikurangi, untuk formasi homogen, biasanya
filter cake telah cukup. Fluida loss bisa ke matriks, ke microfracture dan
macrofracture. Material yang dipakai antara lain : Pasir 1- - Mesh, Silika Flour
(325 mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silika flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 mikron dan 100 mesh untuk yang lebih besar > 50 mikron),
Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Corn Starch), Diesel 2 - 5 % (diemulsikan),
Unrefined Guar dan Karaya Gums.
Crosslink
Breakers :
Untuk minyak sebagai fluida dasar, maka breakernya lain, asam dan basa bisa
memecahkan gel alumunium phosphate ester. Jadi biasanya asam atau basa
yang terlarut dengan lambat ditambahkan ke gelnya. Gel bisa pecah karenanya
dan bisanya tidak akan bekerja di bawah 100oF. Gambar 8 menunjukkan titik di
mana polymer akan pecah dan Gambar 9 menunjukkan oxydizers.
Gambar 8
Effek Oxidizer (AP) pada Viskositas (Holditch)
Gambar 9a
Oxydizers
Gambar 9b
Oxydizers
Crosslink
Viscosity Stabilizers :
P Stabilizer P
Free radical from thermal degradation of polymer prevented from further fragmentation
Gambar 10
Stabilizer
Crosslink
Surfactant :
Biasanya nitrogen, carbon dioxide, alkohol atau EGMBE (mutual solvent). Zat
tersebut untuk mempermudah produksi kembali setelah fase perekahan selesai,
terutama bila tekanan dasar sumur kecil. Energi yang ada akan lebih cepat
dalam mengeluarkan kembali sisa material untuk perekahan tersebut sehingga
tidak menyebabkan formation damage. Selain itu Ely menyatakan bahwa gas
tersebut mengurangi fluid loss. Mutual solvent dapat mempermudah aliran dari
fase minyak dari formasi. Tabel 2 menunjukkan skematik dari penggunaan foam
CO2 dan N2 serta kerugian dan keuntungannya.
Tabel 2
Kerugian dan Keuntungan Penggunaan Foam CO2 dan N2
Selain material tambahan di atas, di bawah ini akan diberikan secara singkat
material lain yang dipakai dalam projek perekahan hidraulik :
Clay di sandstone seperti kaolinite, illite dan chlorite atau smectite dapat
menjadi problem. Aliran dari fluida perekah dengan perubahan tekanan/
temperatur atau lingkungan ion dapat menyebabkan clay terlepas dan
bermigrasi sehingga merusak formasi. KCl mencegah menyebarnya clay dengan
memberikan sifat cationic untuk mencegah perpindahan ion, tetapi KCl tidak
dapat mencegah migrasi kalau sudah terjadi. KCl juga digunakan untuk
mencegah pembengkakkan clay. NH4Cl berfungsi sama seperti KCl tetapi tidak
digunakan di perekahan hidraulik tetapi di pengasaman. CaCl2 akan mengendap
pada kondisi air formasi dengan sulfat atau alkalin yang dominan. Tetapi bisa
digunakan untuk larutan air/ methanol di mana kelarutan KCl atau NH4Cl
terbatas.
Sama seperti pada persamaan ion Fe3+ harus dicegah karena bisa menimbulkan
pengendapan. Materialnya antara lain citric acid dan EDTA, atau acetic dengan
citric, erythrobic, dll. (lihat Bab pada pengasaman).
Paraffin Control :
Radioactive Materials :
Scale Inhibitor
Gelled oil : Ada beberapa macam : minyak tanpa viscosifyer, gelled oil dengan
fatty acid viscosifyer, Gelled oil dengan aluminum octoate. Gelled oil dengan
aluminum phosphate esters, high temperature atau continuous mix. Water -
external emulsion system dibuat oleh EXXON dengan 2/3 minyak dan 1/3 air.
Naphtelene Aluminate. Phosphates Ester Complexed with Aluminum untuk
temperatur 250oF, shear stable tetapi untuk Low Gravity Crudes sukar
dikontrol dan sensitif terhadap air. Breaker tergantung pH-nya. Zat lain adalah
emulsi (66 % Condensate + 33 % gelled water) dan Gelled alkohol.
Appendix di bab ini dikutip dari World Oil Supplement for Fracturing, August
1995, akan memberikan data mengenai produk dan gunanya yang diberikan
oleh beberapa perusahaan service companies seperti Halliburton, BJ Service,
Dowell, dan Nowsco.