Anda di halaman 1dari 25

Fluid

Tujuan

 Mengidentifikasi jenis fluida yang digunakan di D&C


 Mengetahui hubungan antara sifat/ karakter fluida dengan isu well
control seperti deteksi kick, perilaku gas dan efek temperatur/
tekanan.

2
Hydrometer

• Metode yang umum dilakukan untuk


mengukur berat brine adalah dengan
menggunakan hydrometer.

• Mampu mengukur berat brine lebih akurat


daripada mud balance.

• Mengukur specific gravity

• Dapat diubah ke satuan lain misal API


gravity

3
Berat Fluida

Dipompakan mud ke dalam agar gas


di dalam mud keluar..
 Diukur dalam: lb/gal, lb/ft3, atau SpGr
 Standard API mud balance atau pressurized mud scale

4
Sifat Fluida (PV, YP dan Gel Strength)

 Plastic viscosity (PV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


friksi dari fluida yang mengalir (pump pressure).

 Yield point (YP) memiliki pengaruh yang signifikan pada


equivalent circulating density (ECD) dan swabbing (friksi di annulus).
 Yield point untuk brine yang bebas solid dan tanpa aditif adalah 0

 Gel strength menyebabkan static fluid untuk tidak mengalir, oleh


karena itu akan menghasilkan pressure surge ketika :
– Break circulation
– Mendorong static fluid ke atas melalui annulus (surging)
• Brine yang tidak ditambahkan aditif tidak memiliki gel strength
(gel strength rendah sekali)

5
Turning Point Question 1

Berkenaan dengan sifat fluida, manakah pernyataan di


bawah ini yang SALAH?

1. Plastic viscosity adalah faktor penting yang


mempengaruhi friksi fluida ketika fluida
tersebut mengalir dengan cepat.
2. Yield point memiliki pengaruh yang besar
pada ketidak mau alirnya fluida pada rate
pelan.
3. Gel strength menyebabkan static fluid untuk
tidak mau mengalir.
4. Temperatur tidak akan mempengaruhi sifat
dari fluida.

6
Jenis Completion dan Workover Fluid

 Brine
 Campuran garam dengan air.
 Campuran garam dan air tidak dapat dipisahkan dengan metode mekanis
 Tersedia berbagai jenis garam dengan densitas/ berat yang berbeda.
 Campuran garam bisa kompatibel dengan shale atau clay yang reaktif.
 Tidak ada kandungan solid meminimalkan kerusakan formasi
 Dapat dinaikkan viskositasnya dengan menggunakan HEC, Xanthan
Gum, atau polymer lain
 Dapat dijadikan hybrid fluid dengan menambahkan agen pemberat
 Jenis garam bisa dikombinasikan untuk membuat hybrid fluid

7
Jenis Completion dan Workover Fluid

 Water-based mud
 Campuran antara viscosified water, agen pemberat dan bahan kimia lain
 Oil-based mud/synthetic-based mud
 Campuran antara viscosified water/oil, agen pemberat dan bahan kimia
lain

8
Menghadapi Loss

 Loss yang disebabkan oleh permeabilitas biasanya diterima di


pekerjaan workover dan completion
 Loss rate yang bisa diterima harus didiskusikan dan disetujui terlebih
dahulu sebelum operasi workover dimulai.
 HEC (hydroxyethyl-cellulose), Xanthan Gum, dan polymer lain bisa
digunakan untuk menaikkan viskositas fluida dan bisa berfungsi
sebagai LCM pills
– Beberapa jenis polymer bisa terdegradasi pada temperatur tinggi
 Acid soluble solids atau sized salts dapat dicampur untuk menaikkan
kemampuan mengatasi loss.
 Salts, sized solids, dan polymer biasanya dibersihkan/ dikeluarkan
sebelum sumur tersebut mulai diproduksi

9
Efek Sifat Fluida pada BHP

 Water-based mud, oil-based mud/synthetic-based mud:


– Densitas/ Berat fluida
• Semua fluida dapat dibuat atau dipesan dengan berat tertentu
• Densitas bisa berubah karena temperaturnya berubah

– Sifat rheology yang tinggi bisa menyebabkan:


• Swabbing
• Surging
• ECD tinggi

– Sifat rheology yang rendah bisa menyebabkan:


• Hole cleaning yang jelek (tidak mampu mengangkat solid)
• Gel strength yang terbatas untuk menahan solid ketika pompa
dimatikan
• Agen pemberat bisa mengendap
10
Solubility of Gas/ Keterlarutan Gas

 Brine pada umumnya memiliki keterlarutan yang rendah terhadap gas


 2 2 bisa jadi terbentuk dalam fluida
 Gas memiliki keterlarutan yang tinggi dalam OBM/SBM

High
soluble

Pressure / Well Depth

11
Turning Point Question 2

Mengapa H2S gas kick akan lebih berbahaya pada saat


disirkulasikan dalam sistem oil base mud?

1. Karena H2S kurang larut dalam oil base mud, H2S


akan mudah sekali terdeteksi ketika terjadi kick.
2. H2S sangat larut dalam oil based mud.
3. Karena H2S sangat larut dalam oil based mud, gas
tersebut tidak akan terdeteksi hingga ketika gas
tersebut dekat dengan permukaan.
4. Pilihan 2 dan 3 benar.

12
Deteksi Kick pada OBM/SBM

 Efek dari keterlarutan Gas:


– Pit gain di permukaan menjadi lebih sedikit volumenya dibanding dengan
volume influx yang aktual untuk OBM/ SBM:
• Sebagai contoh, kick sebesar 10 bbl di WBM akan terbaca sebesar 3
- 8 bbl pit gain untuk OBM/ SBM
– Ketika gas break-out dari larutan, berkurangnya HP yang tiba-tiba akan
membutuhkan penyesuaian choke.
– Gas dalam larutan berekspansi dan bermigrasi sangat sedikit/ pelan; oleh
karena itu, pit level dan CP relatif konstan hingga gas terlarut tersebut
mencapai bubble point.

13
Turning Point Question 3

Jika kita mendapatkan pit gain sebesar 5 bbls di permukaan,


berapakah kira-kira volume gas kick tersebut di dasar sumur
jika kita menggunakan oil base mud?

1. Sama 5 bbls.
2. Kurang dari 5 bbls.
3. Lebih dari 5 bbls.
4. Tergantung dari geometri
lubang.

14
Turning Point Question 4

Manakah pernyataan di bawah ini yang SALAH?

1. Perilaku gas kick akan sama baik di WBM maupun


OBM.
2. DI OBM, gas terlarut akan berekspansi dan bermigrasi
sangat pelan; oleh karena itu volume kick, pit level dan
CP akan tetap konstan hingga gas mencapai bubble
point.
3. Perbedaan antara SICP dan SIDPP tidak menunjukkan
volume influx ketika gas kick terjadi dalam OBM.
4. Alarm harus dipasang lebih ketat untuk oil base mud
karena pit gain akan lebih sedikit daripada volume kick
aktual.

15
Efek Tekanan dan Temperatur

 Water-based mud dan OBM/SBM:


– Bagaimana efek bertambahnya tekanan terhadap densitas/ berat
dari WBM?
Efek yang minimal
– Bagaimana efek bertambahnya tekanan terhadap densitas/ berat
OBM/SBM?
Bertambah
– Bagaimana efek bertambahnya temperatur terhadap densitas/
berat dari WBM?
Berkurang
– Bagaimana efek bertambahnya temperatur terhadap densitas/
berat OBM/SBM?
Sangat mudah mengembang volume nya
Berkurang secara signifikan

16
Pertimbangn Efek Temperatur dan Tekanan

 Efek Temperatur/ tekanan terhadap densitas  BHP tidak dapat dikalkulasi


Temperature Pressure (psi) Measured dengan akurat dengan mud
(°F) Density (ppg) weight yang ada di surface,
78 0 17.000
dikarenakan oleh efek
3000 17.145
6000 17.275 temperatur dan tekanan
9000 17.389 terhadap densitas.
12,000 17.492
15,000 17.589  Tabel ini menunjukkan hasil
200 0 16.392 lab-test untuk 17 ppg mineral-
3000 16.592 oil based field mud.
6000 16.760
9000 16.905  Densitas berubah secara
12,000 17.033 signifikan oleh karena
15,000 17.149 pengaruh perubahan
350 3000 15.890
6000 16.122
temperatur.
9000 16.310
12,000 16.469
15,000 16.608
17
Jenis Brine

 Range densitas/ berat clear brine

A m m o n i u m Ch lo r ide
P o t a s s i u m Ch lo r id e
S o d i u m Ch lo ri de
Sodium Form ate
C a l c i u m Ch lo ri de
Sodium Brom ide
Potassium Formate
Calcium Brom ide
Cesium Form ate
Z in c B r o m i d e

8.4 9.4 1 0 . 4 1 1 . 4 1 2 . 4 13 . 4 14 . 4 15 . 4 16 . 4 17 . 4 1 8. 4 1 9. 4
M a x i m u m Density (ppg)

– Garam yang lebih berat biasanya akan lebih mahal

– Campuran garam bisa membuat harga menjadi lebih ekonomis..


– Sifat hydroscopic bisa menyebabkan densitas berkurang.
18
Thermal Expansion dari Clear Brines

 Densitas/ berat dari brine akan berkurang dengan bertambahnya


temperatur.
Berat Brine (ppg) Weight loss (ppg/°F)
8.4 – 9.0 0.0017
9.1 – 11.0 0.0025
11.1 – 14.5 0.0033
14.6 – 17.0 0.0040
17.1 – 19.2 0.0048

19
Thermal Expansion dari Clear Brines, (Lanjutan)

 Contoh:
– Calcium chloride brine
– Average wellbore temperature (AWBT) = 150°F
– Fluid Density (FD) untuk membalance formation pressure = 11.2
ppg (Dihitung dari tekanan reservoir)
– Surface mixing temperature = 80°F

Berapakah berat fluida yang seharusnya di-mix di permukaan?


FD @ 80° = FD @ AWBT+ [(AWBT – Surf Temp) x Weight loss (ppg/°F)]
= FD @ 150° + [(150° – 80°) x 0.0033]
= 11.2 + [70° x 0.0033]
= 11.2 + 0.23 = 11.5 ppg

20
Kristalisasi Brine

 Kristalisasi terjadi pada temperatur yang lebih rendah, di mana kristal


garam yang sebelumnya terlarut akan mengendap dari larutan/
campuran tersebut.
 Kristalisasi akan menurunkan berat brine dan bisa menimbulkan
hambatan aliran.
 Untuk mencegah terjadinya kristalisasi (konsultasi dengan supplier
brine), gunakan formula yang tepat untuk brine.

150ºF 100ºF
75ºF
125ºF
10 ppg 9.85 ppg
9.8 ppg
9.9

21
Hydrate

Struktur seperti es yang terbentuk oleh karena air dan hydrocarbon pada
temperatur tertentu (kurang dari 60°F) dan tekanan tertentu.
Hydrate dapat terjadi pada kondisi bertekanan tinggi (pada saat pressure
test) atau dalam lingkunagan yang dingin.
 Pencegahan terbentukanya Hydrate:
– Tambahkan glycol dan/atau polimer ke larutan
– Minimalkan waktu tanpa sirkulasi (temperatur bisa turun) –
Driller’s method.
 Menghilangkan Hydrate:
– Panaskan hydrate atau kurangi tekanan
– Turunkan titik beku (Pompa Methanol )

22
Hydrate

23
Turning Point Question 5

Manakah pernyataan di bawah ini yang menjelaskan dengan


benar apa itu hydrate?

1. Hydrate akan terbentuk ketika ada free-


water dan hydrocarbon pada tekanan dan
temperatur tertentu.
2. Hydrate tidak akan terbentuk di operasi
darat, hanya terbentuk di offshore.
3. Methanol digunakan untuk mencegah
terbentuknya hydrate sedangkan glycol
digunakan untuk menghilangkan hydrate.
4. Hydrate bukanlah masalah jika kita
melakukan pressure test BOP dan line,
karena akan ada lebih sedikit hydrocarbon
dalam BOP.

24
Packer Fluid

 Packer fluid merupakan completion fluid khusus yang didesign untuk


memberikan:
– Berat dan tekanan pada production packer dan seal-nya
– Pressure differential untuk production tubing
– Pressure differential untuk casing— menahan tekanan dari formasi
– Kemudahan untuk memasukkan hardware dalam operasi workover.
– Kontrol korosi pada production string dan casing

25

Anda mungkin juga menyukai