PENELITIAN
SIFAT-SIFAT RHEOLOGI LUMPUR FILTRASI RENDAH
PADA TEMPERATUR TINGGI
ABSTRAK
Tekanan dan temperatur merupakan faktor yang selalu ditemui pada operasi pemboran yang besarnya berbanding lurus dengan
kedalaman yang ditembus. Adanya temperatur yang tinggi akan mempengaruhi sifat fisik lumpur pemboran yaitu sifat rheologi dan
filtration loss. Terhadap sifat rheologi lumpur, temperatur akan mempengaruhi viskositas plastik dan yield point. Besarnya kedua
parameter tersebut sulit untuk diprediksikan pada temperatur tinggi akan tetapi mempunyai kecenderungan turun pada temperatur yang
semakin tinggi. Begitu juga dengan sifat filtration loss yang akan berubah pada saat dibebani temperatur tinggi. Perubahan sifat fisik
lumpur pemboran tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas lumpur dengan ditandai oleh hilangnya fungsi lumpur sebagai fluida
pemboran.
Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan suatu penelitian sifat rheologi lumpur pada temperatur tinggi. Metodologi yang
digunakan adalah penelitian secara laboratorium untuk menguji sifat rheologi lumpur yang sudah ditreatment dengan aditif FLCA
(Filtration loss control agent) pada kondisi tekanan 3000 psig dan temperatur 50 0C – 2000C dengan interval pengujian 25 0C dengan
menggunakan alat HPHT viscometer model -70 yang kemudian parameter keluarannya dibandingkan dengan standart API.
Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini adalah jenis dan konsentrasi aditif yang mampu mempertahankan sifat rheologi
lumpur sesuai dengan standart API pada temperatur tinggi dalam bentuk Tabel skala temperatur dan sekaligus memperoleh referensi
tentang pengaruh temperatur terhadap perubahan sifat rheologi lumpur.
1. PENDAHULUAN (200 0C) untuk tekanan 3000 psig dengan Fann model-70
kemudian hasilnya dibandingkan dengan standart API (Tabel-
Dalam suatu operasi pemboran baik pada sumur migas atau 1.1) dalam bentuk grafik.
sumur panasbumi sering dijumpai adanya temperatur yang
sangat tinggi. Temperatur yang tinggi akan mengakibatkan Hasil akhir yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah
perubahan sifat rheologi lumpur pemboran yaitu viskositas jenis dan konsentrasi aditif yang mampu mempertahankan
plastik, yield point, dan gel strenght. Perubahan tersebut sifat rheologi lumpur sesuai standart API pada temperatur
antara lain menurunnya harga viskositas akibat kenaikan tinggi dan sekaligus mendapatkan referensi tentang pengaruh
temperatur yang dapat menimbulkan masalah pemboran yaitu temperatur terhadap perubahan sifat rheologi lumpur yang
kurang baiknya fungsi lumpur sebagai media pengangkat secara umum adalah semakin tinggi temperatur yang
cuting ke permukaan. Akibat dari kondisi tersebut cuting akan dibebankan maka akan semakin rendah viskositas lumpur
mengendap di dasar sumur dan akan mengakibatkan pipa pemboran.
terjepit. Lumpur pemboran yang baik adalah lumpur
pemboran yang mempunyai volume filtrat rendah dan mud 2. TINJAUAN PUSTAKA
cake yang tipis serta kuat.
Lumpur pemboran adalah suatu cairan yang terdiri dari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan campuran dari berbagai macam material yang dipakai pada
dan temperatur tinggi terhadap sifat rheologi lumpur dasar air waktu pemboran.
(water based mud) yang ditreatment aditif FLCA (filtration
loss control agent) terbaik yang mampu mempertahankan sifat 2.1. Teori Dasar Lumpur Pemboran
rheologi lumpur pemboran sesuai standart API pada
temperatur tinggi. Secara umum lumpur pemboran mempunyai empat komponen
dasar, yaitu 8 :
Permasalahannya adalah kebanyakan lumpur pemboran tidak 1. Komponen Cair
mampu mempertahankan sifat rheologinya sesuai standart 2. Komponen Padat Reaktif
API ketika dibebani temperatur tinggi sehingga lumpur 3. Komponen Padat Innert
tersebut tidak berfungsi sebagai media pengangkat cuting ke 4. Komponen Additive/Pengontrol
permukaan.
Komponen Cair
Metodologinya adalah secara laboratorium dengan mengkaji Komponen cair adalah suatu material yang diperlukan dalam
sifat rheologi lumpur dasar yang sudah ditambah aditif FLCA pembuatan sistem lumpur (mud base) yang nantinya akan
(filtration loss control agent) dengan berbagai konsentrasi dari menentukan jenis sistem lumpur. Komponen cair dapat
temperatur rendah (50 0C) sampai dengan temperatur tinggi
IATMI 2001-67
Penelitian Sifat-Sifat Rheologi Lumpur Filtrasi Rendah pada temperatur Tinggi Luqman, Aris B, Soedarmoyo, Rudi Rubiandini
berupa air atau minyak. Air dapat pula dibagi menjadi dua Ø Jumlah partikel per satuan lumpur
yaitu air tawar dan air asin. Ø Bentuk partikel padatan
Ø Gaya tarik (atau gaya tolak) antara partikel-partikel
Komponen Padat Reaktif padat, dan antara fasa padat dengan fasa fluida
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya (sistem)
membentuk koloidal. Clay air tawar seperti bentonite Viscositas menunjukkan kekentalan lumpur dalam aliran, dan
menyerap air tawar dan membentuk lumpur. Jumlah barel gel strength menunjukkan kekentalan lumpur dalam kondisi
lumpur yang dihasilkan dari satu ton clay agar viscositasnya diam pada periode waktu tertentu. Secara ilmiah, viscositas
15 cp, disebut “yield”. Untuk bentonite yield-nya kira-kira adalah suatu konstanta antara shear stress dan shear rate untuk
100 bbl/ton. fluida Newtonian, seperti air, tetapi tidak berlaku untuk
lumpur pemboran. Untuk fluida pemboran, perbandingan
Komponen Padat Non-Reaktif antara shear stress dan shear rate berkurang dengan naiknya
Komponen padat non-reaktif adalah komponen padat yang shear rate.
tidak bereaksi (inert) terhadap sistem lumpurnya atau
komponen pemberat, seperti barite (BaSO 4), galena (PbS) dan Penggunaan utama plastic viscosity yang diukur dalam centi
biji besi atau ore (Fe 2O3). poises, adalah untuk menunjukkan pengaruh kandungan
padatan terhadap kekentalan lumpur. Plastic viscosity
Komponen Additive (bahan kimia) diperoleh dengan mengurangkan dial reading 600 rpm dengan
Komponen additive merupakan bagian dari sistem yang 300 rpm pada viscometer.
digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur bor. Bahan
kimia tersebut pada umumnya digunakan untuk mengontrol: Besarnya plastic viscosity dipengaruhi oleh kandungan
viscositas, filtration loss, pH, densitas. padatan, ukuran padatan, dan temperatur. Sukar mengatakan
bahwa lumpur berat tertentu harus mempunyai viscositas
2.2. Fungsi Lumpur Pemboran tertentu juga, karena faktor ukuran padatan berpengaruh.
Fungsi utama lumpur pemboran adalah 1, 2, 4 : Yield point adalah merupakan suatu pseudometer, seperti
1. Mengangkat serbuk bor ke permukaan. ditunjukkan pada Gambar 2.1, yang diperoleh dengan
2. Mengontrol tekanan formasi ekstrapolasi garis lurus antara pembacaan dial 300 rpm dan
3. Mendinginkan serta melumasi pahat dan drillstring 600 rpm pada viscometer. Yield point ditentukan secara
4. Membersihkan dasar lubang bor kuantitatif dengan pengurangan pembacaan 300 rpm dengan
5. Membantu dalam evaluasi formasi plastic viscosity.
6. Melindungi formasi produktif
7. Membantu stabilitas formasi Gel strength adalah merupakan suatu harga yang
menunjukkan kemampuan lumpur untuk menahan padatan-
2.3. Sifat-Sifat Fisik Lumpur Pemboran padatan. Faktor yang menyebabkan terbentuknya gel strength
yaitu adanya gaya tarik menarik dari partikel-partikel atau
Sifat fisik Lumpur yang terpenting yang dikontrol pada setiap plat-plat clay sewaktu tidak adanya sirkulasi lumpur. Fungsi
operasi sumur migas dan panas bumi ada tiga, yaitu: gel strength dalam lumpur pemboran adalah menahan cutting
1. Densitas dan pasir dalam suspensi sewaktu sirkulasi lumpur dihentikan.
2. Rheologi (sifat aliran)
3. Filtration Loss Filtration Loss
Filtration loss adalah kehilangan sebagian fasa cair (filtrate)
Densitas lumpur yang masuk ke dalam formasi permeable. Filtration
Pengontrolan densitas lumpur pada hakekatnya adalah loss yang terlalu besar berpengaruh jelek terhadap formasi
mencegah blow out, dan kadang-kadang juga digunakan untuk maupun terhadap lumpurnya sendiri, karena dapat
menjaga stabilitas lubang bor. Lumpur yang terlalu berat menyebabkan terjadinya formation damage (pengurangan
dapat menyebabkan terjadinya lost sirculation, sedangkan, permeabilitas efektif terhadap minyak/gas) dan lumpur akan
lumpur yang terlalu ringan dapat menyebabkan masuknya kehilangan banyak cairan. Mud cake sebaiknya tipis agar
fluida formasi ke dalam lubang bor (kick ) dan jika tidak tidak memperkecil lubang bor.
segera diatasi akan menyebabkan terjadinya semburan liar
(blow out). 2.4. Pengaruh Temperatur Tinggi Terhadap Lumpur
Rheologi (Sifat Aliran) Pada temperatur tinggi lumpur, sifat fisik lumpur yaitu sifat
Pengontrol rheologi diperlukan untuk mengangkat serbuk bor rheologi dan filtration loss sulit untuk diprediksikan
(cutting) pada saat pemboran berlangsung. Dalam perubahannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tersebut
terminology lapanga minyak, istilah “sifat aliran” (flow sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Parameter dari
properties) dan “viscositas” adalah merupakan ungkapan sifat rheologi yang paling sensitif terhadap perubahan
umum yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pembebanan temperatur adalah viskositas.
lumpur pemboran dalam keadaan bergerak.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Viscositas
Viscositas fluida pemboran merupakan fungsi dari beberapa Faktor-faktor yang mempengaruhi viscositas lumpur
faktor, yaitu : pemboran dapat dikelompokkan sebagai 2 :
Ø Viscositas fasa cair 1) Interaksi mekanis antara padatan dan cairan
Ø Volume padatan dalam lumpur 2) Interaksi elektris antara padatan-padatan dan
Ø Volume fluida yang terdispersi (emulsi) 3) Shear rate
IATMI 2001-67
Penelitian Sifat-Sifat Rheologi Lumpur Filtrasi Rendah pada temperatur Tinggi Luqman, Aris B, Soedarmoyo, Rudi Rubiandini
Pada umumnya fluida non-newtonian cenderung encer dengan Sistem ini mempunyai luas pemukaan singgung partikel-
adanya pengaruh shear, sebagai contoh, viscositas berkurang partikel clay dengan fasa kontinu yang terkecil, maka dari itu
sebagai akibat naiknya shear rate. Perilaku fluida non- viscositas plastis system ini adalah yang terendah dari
newtonian ini adalah karena interaksi padatan-padatan dalam keempat system di atas. Karena adanya gaya atraksi yang kuat
lumpur. Interaksi padatan menyebabkan tahanan terhadap antara plat-plat clay maka yield pointnya menjadi tinggi
aliran dari gaya-gaya listrik atraski dan refulsi pada (tertinggi dari keempat system), gel strength -nya tinggi tapi
permukaan padatan yang bermuatan listrik, atau dari tahanan non-progressive.
mekanis terhadap aliran antara partikel dan fluida.
Sistem deflokulasi.
Perubahan viscositas plastis terhadap temperatur dan Dalam system ini plat-plat clay tersebar dalam kumpulan plat-
perubahan viscositas air terhadap temperatur mengindikasikan plat terikat pada bidang permukaannya. Sistem ini biasa
bahwa high-shear-rate viscosities ditentukan oleh interaksi didapatkan dengan menambahkan garam-garam divalent
mekanis antara padatan dan cairan. Hal ini berarti bahwa kedalam system dispersi. Viscositas plastis system ini rendah
untuk meminimalkan viscositas pada high-shear-rate (seperti karena luas bidang singgung plat clay dengan fasa kontinunya
shear rate dibawah pahat), konsentrasi padatan dalam lumpur kecil. Yield point rendah dan gel strength non-progressive
dan viscositas fraksi cairan di minimalkan. rendah. Lumpur pemboran harus mampu mengontro problem-
problem tersebut, sehingga lubang bor tetap terbuka dan
Pengaruh Shear Rate Terhadap Viscositas proses pemboran dapat terus dilanjutkan. Perencanaan sistem
Gambar 2.2 juga menunjukkan bahwa viscositas shear rate lumpur untuk menjaga stabilitas lubang bor sering digunakan
rendah lebih besar dari viscositas pada viscositas pada shear sebagai basis untuk pemilihan jenis lumpur.
rate yang lebih tinggi dan bahwa perbedaan ini menjadi lebih
besar dengan bertambahnya temperatur. Suspensi menjadi 3. PENGUJIAN LABORATORIUM
lebih encer karena pengaruh shear dengan naiknya
temperatur. Pengujian lumpur yang dilakukan di laboratorium yaitu
melakukan pengukuran terhadap sifat rheologi lumpur
Di bawah ini akan ditinjau macam-macam hubungan (viskositas plastik, dan yield point) dengan diagram penelitian
penyebaran partikel-partikel clay dengan harga viscositas, seperti pada Gambar 3.1.
yield point, dan gel strength (Gambar 2.3.).
3.1. Bahan-bahan yang Digunakan
Sistem dispersi.
Keadaan dimana plat-plat clay tersebar merata karena gaya ü Aquades
atraksi ternetralisir. Sistem penyebaran ini biasa dicapai ü Wyoming Bentonite
dengan mengagitasikan bentonite ke dalam fresh water ü CMC-HV
dengan menambahkan sedikit thinner. Thinner yang disebut ü Resinex-II
pula “protection colloid ” akan melapisi plat-plat clay ü Pyrotrol
sehingga jumlah air yang terhidrasi menjadi lebih sedikit. ü Baranex
Dengan cara ini akan didapatkan fasa kontinu (air bebas) yang
lebih banyak, oleh karenanya akan tercapai keadaan dispersi 3.2. Kondisi Pengukuran
yang lebih stabil.
Temperatur pengukuran :
Sistem penyebaran ini memberikan ukuran partikel-partikel - 50 0C
clay yang terkecil sehingga viscositas plastik system ini - 75 0C
adalah yang tertinggi. Yield point cukup tinggi dan dengan - 100 0C
ditambahkannya thinner akan menjadi lebih rendah. Gel - 125 0C
strength rendah tapi progressive. - 150 0C
- 175 0C
Sistem Flokulasi. - 200 0C
Keadaan dimana partikel-partikel clay tersebar berupa
kumpulan-kumpulan plat-plat yang saling terikat antara Tekanan pengukuran : 3000 psig.
bidang permukaan dengan tepi atau tepi dengan tepi. Keadaan
penyebaran ini bias didapatkan dengan menambahkan garam 3.3. Parameter-parameter yang diukur:
monovalent ke dalam system lumpur dispersi deflokulasi.
Sistem penyebaran ini kurang stabil, apabila dilakukan 1. θ 600, yaitu pembacaan (dial reading) pada putaran
pengadukan system akan berubah menjadi dispersi 600 rpm
deflokulasi. Viscositas plastis system flokulasi di bawah 2. PV, Plastis Viscosity
sistem dispersi deflokulasi. Yield point dan gel strength 3. YP, Yield Point
progressive tinggi karena adanya gaya atraksi antara plat-plat
clay-nya. 3.4. Peralatan yang Digunakan
q Timbangan Listrik
Sistem agregasi. q Multi-mixer
Sistem penyebaran partikel clay di dalam lumpur dimana plat- q Agitator
plat clay akan tersebar dalam kumpulan plat-plat clay yang q HPHT Viscometer (Gambar 3.2)
terikat pada bidang-bidang permukaan dan antara tepi- q pH meter
tepinya, kumpulan plat-plat clay ini juga saling terikat, atau q Cell
antara tepi dan bidang permukaan kumpulan plat-plat clay. q Roll Oven
IATMI 2001-67
Penelitian Sifat-Sifat Rheologi Lumpur Filtrasi Rendah pada temperatur Tinggi Luqman, Aris B, Soedarmoyo, Rudi Rubiandini
IATMI 2001-67
Penelitian Sifat-Sifat Rheologi Lumpur Filtrasi Rendah pada temperatur Tinggi Luqman, Aris B, Soedarmoyo, Rudi Rubiandini
DAFTAR PUSTAKA
Shear Rate ( γ )
Gambar-2.1.
Yield Point hasil Ekstrapolasi Garis Lurus Antara Pembacaan
Dial 300 dan Dial 600
IATMI 2001-67
Penelitian Sifat-Sifat Rheologi Lumpur Filtrasi Rendah pada temperatur Tinggi Luqman, Aris B, Soedarmoyo, Rudi Rubiandini
Gambar-2.2.
Pengaruh Share rate Terhadap Temperatur
Gambar-3.1.
Diagram Penelitian
Gambar-2.3. Gambar-3.2.
Gambaran Penyebaran Partikel-partikel Clay Alat HPHT Viscometer Model - 70
IATMI 2001-67
Penelitian Sifat-Sifat Rheologi Lumpur Filtrasi Rendah pada temperatur Tinggi Luqman, Aris B, Soedarmoyo, Rudi Rubiandini
Gambar-4.1. Gambar-4.3.
Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 2 ppb Baranex Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 4 ppb Pyrotrol
Gambar-4.2. Gambar-4.4.
Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 1 ppb CMC Sifat Rheologi Lumpur Dasar + 2 ppb Resinex
IATMI 2001-67