operasi pemboran dengan membersihkan dasar lubang dari serpih bor dan
lancar. Lumpur pemboran yang digunakan sekarang pada mulanya berasal dari
ditambahkan. Selain lumpur dan air pemboran, digunakan pula gas atau udara
sebagai fluida pemboran. Pada studi laboratorium kali ini akan membahas
percobaan ini adalah spersene atau juga bisa di sebut dengan lignosulfonate.
Perbedaan nama ini hanya sebatas produk dari perusahaan yang memproduksi
pengencer untuk lumpur pemboran ini saja tetapi pada dasarnya fungsinya sama.
Lumpur sistem dispersi ini menggunakan pengencer spersene agar volume lumpur
tidak bertambah banyak, berbeda kalau kita menggunakan air sebagai pengencer
4
5
yang lebih halus dibandingkan dengan lumpur yang menggunakan pengencer lain.
Lumpur pemboran dispersi yang paling sederhana adalah lumpur air tawar yang
tercampur hidrat lempung secara alami apabila mata bor menembus formasi.
Lumpur pemboran dispersi ini disebut juga lumpur alami dan dipakai dalam
pemboran dangkal atau untuk pemboran bagian atas dari sumur yang dalam.
lempung dalam formasi yang sedang di bor menjadi hidrat dan menyebar
pelengkap lempung, dan jika peningkatan viskositas lebih cepat secara berlebihan
maka lumpur pemboran diencerkan dengan air. Pengencer ini terus berlanjut
untuk tahap berikutnya sehingga menjadi tidak praktis karena banyaknya volume
tersebut dengan membersihkan bebrapa padatan pemboran atau serbuk bor dengan
zat utama yang dipakai dalam mengontrol kondisi lumpur. Pengontrolan padatan
zat kimia mulai menjadi sorotan dalam penggunaan pembuatan lumpur pemboran.
a. Komponen Cair
sistem lumpur dasar (mud base) yang nantinya akan menentukan jenis
sistem pada lumpur. Komponen cair dapat berupa air atau minyak. Air dapat
pula di di bagi dua yaitu air tawar atau air asin. Istilah oil-base (berbahan
dasar minyak) dapat di katakan jika komponen minyaknya lebih dari 95%.
Komponen padat reaktif adalah padatan yang dapat bereaksi pada sistem
dan membentuk koloidal. Dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite
menyerap air tawar dan membentuk lumpur. Jumlah barel lumpur yang di
hasilkan dari satu ton clay agar viskositas lumpurnya 15 cp, disebut dengan
“yield”.
pada sistem lumpurnya atau disebut juga komponen pemberat, seperti barite
d. Komponen Aditif
mengontrol sifat – sifat lumpur bor. Bahan kimia tersebut pada umumnya
Densitas
Viskositas
Filtration Loss
Ph
Lumpur pemboran merupakan salah satu bagian yang vital dalam operasi
pemboran agar pemboran tersebut dapat berjalan dengan baik. Lumpur ini
nantinya dapat menghambat operasi pemboran itu sendiri. Fungsi utama dari
lumpur yang digunakan pada saat itu. Misalnya pada daerah batuan lunak
sifat-sifat ini tidak terlalu kritis sehingga air biasapun kadang dapat digunakan.
termasuk faktor penting dalam menentukan pemilihan jenis lumpur yang akan
dipakai. Lumpur pemboran dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan yang
diharapakan jika sifat-sifat lumpur tersebut dijaga dan selalu diamati secara
kontinyu dalam setiap tahap pada operasi pemboran, selama pemboran sifat-sifat
tersebut harus diukur secara kontinyu dan akurat agar setiap masalah pengeboran
yang berhubungan dengan lumpur bor dapat diatasi sehingga kegiatan operasi
Untuk itu terdapat empat sifat fisik lumpur pemboran, yaitu density (berat jenis),
Densitas lumpur pemboran merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
lumpur sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur pemboran yang
menimbulkan semburan liar (Blow Out). Maka densitas lumpur harus disesuaikan
disebabkan oleh adanya gesekan antara partikel pada fluida yang mengalir, seperti
cair, dan molekul-molekul zat cair. Viskositas lumpur bertindak sebagai tahanan
terhadap aliran lumpur disaat melakukan sirkulasi, hal ini dapat terjadi karena
membersihkan dasar lubang bor, pengangkatan serbuk bor dan laju penembusan
characteristic). Viskositas fluida menurun pada daerah gesekan tinggi yaitu pada
pahat, dan naik pada daerah gesekan rendah yaitu pada drill pipe. Viskositas juga
naik pada saat melewati annulus, sifat ini dicapai terutama oleh lumpur yang
dinamakan marsh funnel atau yang lebih akurat dengan memakai fann viscometer.
Marsh funnel digunakan untuk mengukur viskositas dalam satuan detik dan
(tegangan geser) dengan shear rate (laju pergeseran). Selain itu Poiseille juga
menyatakan :
• Jika viskositas konstan (tidak berubah shear stress dan share ratenya)
Plastic viscosity adalah suatu tahanan terhadap aliran yang disebabkan oleh
gesekan antara lapisan cairan, di mana plastic viscosity merupakan hasil torsi dari
Besarnya plastic viscosity dipengaruhi oleh kadar padatan, ukuran padatan dan
temperatur. Sulit mengatakan bahwa lumpur pada berat tertentu harus mempunyai
viskositas tertentu juga, karena padatan juga berpengaruh. Plastic viscosity berupa
garis antara pembacaan reading 600 dan 300 atau hasil torsi pada putaran 600 rpm
dikurangi torsi pada putaran 300 rpm. Penambahan barite untuk menaikkan berat
11
lumpur dapat menimbulkan kenaikan plastic viscosity, untuk menjaga agar harga
menghubungkan kenaikan.
kepermukaan, dalam hal ini digambarkan berupa ekstapolasi dari reading 600 dan
300 atau hasil dari torsi pada putaran 300 rpm dikurangi plastic viscosity. Yield
dengan plastic viscosity. Pada lumpur tanpa pemberat, yield point dijaga pada
level yang cukup untuk pembersihan dasar lubang. Pada lumpur yang diperberat,
Kentalnya lumpur, maka harga yield point yang didapat akan mampu
mengangkat serbuk bor dengan baik. Kalau lumpur tidak cukup yield pointnya
maka pengangkatan serbuk bor kurang sempurna dan akan mengakibatkan serbuk
pemboran terjepit.
mengangkat serpih atau serbuk bor pada aliran lumpur, jika harga yield point
terlalu rendah, daya pengangkatan lumpur akan berkurang, dan ini dapat
partikel antara lain ; Soda Api (NaOH), Lempung (bentonite), dan Pengental jenis
polimer.
12
Yield point juga dapat dihubungkan dengan berat jenis lumpur yang
Pressure Loss). Semakin tinggi YP, semakin tinggi pula kehilangan tekanan,
dapat memungkinkan terjadinya hilang aliran terutama pada zona – zona formasi
yang lemah.
Korelasi harga yield point untuk setiap harga plastik viskositas dapat
kemampuan lumpur untuk menahan padatan-padatan. Satuan yield point dan gel
strengt adalah lb/100 sqft. Jika yield point dan gel strength terlalu besar, dapat
yaitu :
1. Progresif (kuat)
Daya agar kuat biasanya mula-mula kecil lalu semakin lama semakin
besar, ini dapat disebabkan oleh tingginya kadar padatan di dalam lumpur
atau degradasi dari suatu produk pembuat lumpur karena panas yang
tinggi. Daya agar ini tidak diinginkan karena membutuhkan tekanan awal
13
yang besar untuk memulai aliran dan ini dapat merekahkan formasi yang
lemah.
2. Fragile (lemah)
Daya agar lemah mula-mula agak tinggi tetapi naik sedikit pada
waktu yang lama tidak ada aliran dan gampang pecah jadi tidak
Viscosity :
Gambar 2.21)
Keterangan Gambar :
Lumpur pemboran terdiri dari komponen padat dan cair, karena pada
umumnya dinding lubang sumur mempunyai pori-pori, maka komponen cair dari
lumpur akan masuk ke dalam dinding lubang bor yang disebut sebagai laju
tapisan. Zat cair yang masuk ini disebut filtrate, kegunaan laju tapisan adalah
membentuk mud cake pada dinding lubang bor. Mud cake yang baik adalah tipis
untuk mengurangi kemungkinan terjepitnya pipa bor dan kuat untuk membantu
kestabilan lubang bor, serta padat agar filtrate yang masuk kedalam formasi tidak
terlalu berlebihan.
Di dalam proses filtrasi, maka laju tapisan dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Filtrasi Statik, merupakan filtrasi yang terjadi pada saat lumpur dalam
keadaan diam.
menyebabkan akibat yang negatif, yaitu dinding lubang bor akan lepas dan
Bila formasi yang dimasuki oleh zat cair yang masuk tersebut adalah air,
maka ikatan antara partikel formasi akan melemah sehingga dinding lubang bor
Water Blocking
Filtrat yang berupa aliran akan menghambat aliran minyak dari formasi
Differential Sticking
Seiring dengan banyaknya laju tapisan maka Mud Cake dari lumpur akan
semakin tebal. Disaat sirkulasi berhenti ditambah dengan berat jenis lumpur yang
besar, maka Drill Colar cenderung terjepit karena Mud Cake serta lumpur akan
dan lumpur akan kehilangan banyak cairan. Invasi filtrate yang masuk kedalam
adanya pengaturan terhadap laju filtrasi, yaitu dengan membatasi cairan yang
Perlu diketahui bahwa hampir semua zat-zat pengontrol laju tapisan akan
mempengaruhi sifat-sifat aliran dan sifat-sifat lumpur yang lain sampai batasbatas
tertentu. Karena itu effektifitas zat-zat pengontrol tapisan yang telah terbukti
pemilihan.
16
tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur bor. pH dari lumpur yang dipakai
berkisar antara 8.5 sampai 12. Kalau lumpur bor dalam suasana asam maka
cutting yang keluar dari lubang bor akan halus atau hancur, sehingga tidak dapat
ditentukan batuan apakah yang ditembus oleh mata bor. Dengan kata lain sulit
untuk mendapatkan informasi dari cutting. Selain dari pada itu peralatan-peralatan
yang dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi atau tidak mudah berkarat.
Dibawah ini adalah tabel sifat fisik lumpur bor dan kegunaanya serta alat
Tabel 2.1
Konsentrasi padatan
Padatan-cairan
diakibatkan oleh gesekan antara mata bor dengan lapisan yang ditembus, oleh
karena itu lumpur pemboran juga akan merasakan dampak dari perubahan
temperatur, dimana akan terjadi perubahan pada sifat sifat fisik lumpur tersebut.
Semakin dalam lubang yang dibor, maka akan semakin tinggi juga temperaturnya.
18
percobaan ini adalah spersene atau juga bisa di sebut dengan lignosulfonate.
Perbedaan nama ini hanya sebatas produk dari perusahaan yang memproduksi
pengencer untuk lumpur pemboran ini saja tetapi pada dasarnya fungsinya sama.
Lumpur sistem dispersi ini menggunakan pengencer spersene agar volume lumpur
tidak bertambah banyak, berbeda kalau kita menggunakan air sebagai pengencer
yang lebih halus dibandingkan dengan lumpur yang menggunakan pengencer lain.
Saat ini banyak jenis garam yang dapat digunakan sebagai bahan
lumpur NaCl merupakan salah satu garam yang mudah ditemukan dan ekonomis.
Pada studi kali ini akan dipelajari pengaruh garam pada lumpur pemboran system