Anda di halaman 1dari 22

RESUME DRILLING FLUIDS

HERIOT WATT UNIVERSITY DRILLING ENGINEERING

Fluida pemboran atau lumpur pemboran adalah komponen yang sangat penting dalam proses pemboran rotary.
Harga dari lumpur pemboran berkisar 10-15% dari total harga sumur. Oleh karena itu, dalam pemboran perlunya
suatu kontrol untuk menghasilkan lumpur yang baik sehingga tidak menimbulkan masalah dalam drilling yang akan
memakan waktu yang lebih lama dengan penambahan harga lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Fungsi dan Properties dari Fluida Pemboran

Fungsi utama dari fluida pemboran:

Mengangkat cutting dari lubang sumur


Mencegah aliran fluida formasi masuk kedalam lubang bor
Menjaga stabilitas lubang bor
Mendinginkan dan melumasi bit
Transmit hydraulic Horsepower ke bit

Hal yang perlu diamati dalam memilih fluida pemboran :

Dampak lingkungan dari penggunaan fluida tersebut


Harga fluida
Dampak fluida dalam produksi dalam pay zone

Fungsi utama dari fluida dan properties-nya fluida pemboran.

a. Mengangkat cutting dari lubang bor

Fungsi utama dari fluida pemboran adalah untuk meyakinkan bahwa cutting yang dihasilkan bit dikeluarkan
dari wellbore. Jika cutting tidak dapat diangkat dari bit maka efisiensi pemboran berkurang dan apabila
cutting tersebut tidak dapat tertransportasikan ke atas annulus maka akan mengakibatkan drillstring
mengalami stuck dalam lubang sumur. Karena itu untuk mendesain lumpur maka lumpur tersebut harus
mampu :

Membawa cutting ke permukaan ketika sirkulasi ,bergantung pada kecepatan anullus, density dan
viskositas lumpur.
Menyingkirkan cutting ketika tidak sedang sirkulasi, bergantung pada property gelling (thixotropic) dari
lumpur (Gel terbentuk ketika sirkulasi berhenti dan lumpur dalam keadaan statik).
Menjatuhkan cutting dari suspension pada permukaan, dengan menggunakan shale shaker, desander,
desilter.
b. Mencegah fluida formasi masuk ke lubang bor

Tekanan hidrostatik yang diberikan oleh lumpur harus cukup besar untuk mencegah masuknya fluida formasi
masuk ke lubang sumur. Namun, tekanan dalam lubang sumur tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
mengakibatkan formasi mengalami rekahan dan dapat mengakibatkan kehilangan lumpur kedalam formasi
tersebut. Aliran lumpur yang masuk ke dalam formasi selama pemboran disebut juga lost circulation. Hal ini
dikarenakan proporsi lumpur tidak kembali ke permukaan tapi mengalir ke formasi. Tekanan dalam lubang
sumur sama dengan

Berat lumpur harus dipilih yang melebihi tekanan pori tapi tidak melebihi tekanan fracture dari formasi yang
ditembus. Barite dan haemitit biasanya ditambahkan pada lumpur sebagai material pemberat. Ketika lumpur
pemborang melalui formasi yang permeable maka lumpur meresap ke formasi sehingga filter cake akan
terbentuk di dinding lubang bor. Namun sebagian fluida akan tetap melalui filter cake ke formasi. Lumpur
dan filtrate bisa merusak formasi produktif. Hilangnya lumpur hasil merupakan akibat dari endapan partikel
solid atau hidrasi clay dalam ruang pori. Hilangnya filtrate juga merupakan hasil dari hidrasi clay. Sehingga
dapat mengurangi permeabilitas formasi. Hal ini dapat mengakibatkan filter cake menjadi tebal dan dapat
membuat pipa mengalami stuck. Idealnya filter cake adalah tipis dan impermeable.

c. Menjaga kestabilan lubang bor

Ketidakstabilan shale adalah masalah yang paling sering dihadapai dalam operasi pemboran yang
diakibatkan oleh :

Perbedaan tekanan antara bottomhole pressure dalam lubang bor dan tekanan pori dalam shale, yang
dapat diatasi dengan meningkatnya berat lumpur
Hidrasi clay dengan shale oleh filtrate lumpur yang mengandung air, dapat diatasi dengan menggunakan
lumpur yang tidak berbasis air atau pemberian mud dengan chemical yang akan mengurangi
kemampuan air dalam lumpur untut mengalami hidrasi oleh clay dalam formasi. Mud ini disebut
inhibited mud.

d. Mendinginkan dan melumasi bit


Bit yang tidak dilumasi dan didinginkan akan overheat dan cepat rusak. Sirkulasi pada lumpur pemboran
akan mendinginkan bit dan membantu pelumasan pada proses cuting.
e. Transmit hydraulic horsepower ke bit
Karena fluida disirkulasikan melewati drillstring, bit dan naik annulus t enaga yangdihasilkan oleh mud pum
akan menangani kehilangan tekanan friksi. Pressure losses dalam sistem adalah fungsi dari geometri sistem
dan sifat fisik lumpur seperti viskositas, yield point, dan berat lumpur. Distribusi dari pressure losses dapat
dikontrol dengan mengubah ukuran nozzle pada bit dan aliran pada sistem.

Jenis Lumpur Pemboran

Dua jenis fluida permboran yang biasa digunakan adalah

Water based mud (WBM), fluida pemboran dimana fasa kontinu dalam sistem adalah air ( air asin atau fresh
water). Mud ini paling sering digunakan di seluruh dunia.
Oil based mud (OBM), fluida pemboran yang fasa kontinu nya adalah minyak.

Selain dengan hal diatas terkadang juga digunakan udara, namun penggunaan berbasis udara terbatas.
Keuntungan dengan penggunaan pemboran dengan udara dalam sirkulasi sistem adalah besarnya kecepatan
penetrasi, lubang lebih bersih dan sedikit mengalami formation damage dan juga terdapat dua kekurangan yaitu
udara tidak mendukung sisi dari lubang bor dan udara tidak memiliki tekanan yang cukup untuk mencegah masuknya
fluida formasi ke lubang bor.

Water based mud relatif tidak mahal karena sudah didukung dari fluida dimana mereka terbentuk. Water based mud
mengandung campuran solids, liquids dan chemicals. Sebagian solids (clay) bereaksi dengan air dan chemicals dalam
lumpur yang disebut dengan active solids. Solid yang tidak bereaksi dengan lumpur disebut inactive or inert solids.
Berikut komposisi dari WBM dan OBM.
Kerugian utama menggunakan WBM adalah air dalam lumpur mengakibatkan ketidakstabilan dalam shales. Shale
terdiri dari komposisi utama clay dan ketidakstabilan ini diakibatkan hidrasi clay dengan lumpur yang mengandung
air. Hal ini namun dapat diatasi dengan mengkombinasikan potassium chloride(KCl) dengan polime yang disebut
partially-hydrolyzed polyacrylamide (KCl-PHPA). PHPA membantu menstabilkan shale dengan melapisi nya dengan
protective layer dalam polymer.

Pada tahun 1970-an, mulai menggunakan OBM dalam mengontrol reactive shales. Dalam invert oil emulsion mud
(IOEM) air memiliki presentasi volume yang besar tapi tetap minyak yang merupakan fasa kontinu. (air akan
berbentuk droplet). OBM tidak mengandung air bebas yang reaktif terhadap clay dalam shale. OBM tidak hanya
memberikan stabilitas lubang sumur tapi juga memberikan lubrikasi/pelumasan yang baik, stability temperature,
berkurangnya resiko dari differential sticking dan kecilnya potensi formation damage. Namun, OBM lebih mahal dan
membutuhkan penanganan yang baik (pollution control) dibandingkan dengan WBM. Namun penggunaan OBM ini
memberikan dampak pada lingkungan dan akhirnya dikembangkan lah synthetic fluids seperti esters dan ethers.
OBM mengandung sebagian air tapi air dalam bentuk yang diskontinu dan terdiskritasi dalam fasa yang kontiniu
sehingga air tidak bebas lagi untuk bereaksi dengan clay.

Uji Lapangan Pada Fluida Pemboran

Pengukuran properti fluida pemboran digunakan jika kualitas lumpur pemboran memburuk. Properti yang diukur
tersebut adalah

Mud Density

Density lumpur dapat ditentukan dengan menggunakan mud balance, yang ditunjukkan pada figure 4. Cup diisi
oleh sampel fluida dan lid placed di atas. Balance arm ditempatkan di base dan rider digerakkan sampai arm
level. Density dapat dibaca di bagian kiri dari rider. Mud density biasa nya di laporkan mendekati 0.1 ppg.
Viscosity

Terdapat dua metode dalam rig untuk mengukur viskositas (pengukuran resistansi fluida untuk mengalir) :

Marsh Funnel, digunakan untuk penentuan viskositas lumpur pemboran dengan cepat. Namun, alat ini hanya
memberikan indikasi perubahan viskositas dan tidak dapat menentukan data sifat mud yang lain seperti yield
point or plastic viscosity.

Rotation Viscometer, digunakan untuk menentukan rheological properties dari lumpur pemboran. Hal ini
didapatkan dari shearing sampel lumpur dan mengukur shear stress fluida di kecepatan yang berbeda. Alat yang
penting dari alat ini adala plumb bob. Defleksi plumb bob adalah pengukuran viskositas fluida pemboran di
particular shear rate.
Gel Strength

Gel strength dalam lumpur pemboran dapat memberikan maksud kekuatan dalam setiap struktur internal
yang terbentuk dalam lumpur ketika dalam keadaan static. Gel strength pada lumpur akan memberikan
indikasi berapa tekanan yang diperlukan untuk inisiasi aliran setelah lumpur static untuk beberapa waktu.
Selain itu, juga memberikan indikasi suspensi properties dari lumpur dan kemampuan untuk suspend
cuttings ketika lumpur seimbang. Gel strength dapat diukur menggunakan multi-rate viscometer.

Filtration

Filter cake yang terbentuk dari lumpur dapat diukur dengan filter press (figure 10).
Berikut adalah yang diukur selama test :

Laju fluida dari sampel lumpur yang dipaksa melalui filter pada spesifik temperature dan tekanan
Ketebalan residu solid yang mengendap pada filter paper akibat hilangnya fluida.

Alat pada figure 10 terdiri dari mud cell, pressure assembly, dan filtering device. Uji API standard dilakukan pada
temperature ruangan dan tekanan 100 psi.

Sand Content

Banyaknya pasir di dalam lumpur dapat merusak mud pump. Persentase pasir dalam lumpur diukur dengan
menggunakan 200 mesh sieve dan graduated tube (Figure 11). Tabung gelas ukur diisi dengan lumpur sampai
scribe line kemudian ditambahkan air sampai scribe line berikutnya.
Kandungan Liquid dan Solid

Untuk menghindari pipe sticking, proporsi solid dalam lumpur tidak boleh melebihi 10% dari volume.
Pengukuran dengan hati-hati dapat dilakukan dengan pemanasan dalam retort sampai komponen liquid
teruapkan. Uap akan terkondensasi dan akhirnya berkumpul di gelas ukur. Volume fluida (minyak dan/atau air)
dibaca dalam persentasi. Volume solid didapat dengan pengurangan dari 100%.

Penentuan pH

pH lumpur akan mempengaruhi beberapa reaksi kimia yang harus kita kontrol. Uji pH adalah mengukur
konsentrasi ion hydrogen dalam aqueous solution. Digunakannya pHydrion paper atau special pH meter. Kertas
pH akan berubah warna tergantung dari konsentrasi dari ion hydrogen.

Alkalinity

Meskipun pH memberikan indikasi alkanity yang telah mengkarakteristikan pH lumpur yang tinggi yang lebih
sering walaupun pH tersebut konstan. Analisis yang lebih jauh akan menghasilkan kealkanitasan yang mana
dilakukan dengan penambahan phenolphtalein, kemudian titrasi dengan asam sampai warnanya berubah. Hal
ini dapat digunkan untuk penghitungan lime content.

Lime content = 0.26 (Pm-FwPf)

Dimana, lime content dalam lb/ bbl, Fw adalah fraksi volume air dalam lumpur, Pf adalah filtrat alkanity, dan Pm
adalah lumpur alkanity.

Kandungan Chloride

Jumlah chloride dalam lumpur adalah mengukur kontaminasi garam dalam dari formasi. Ambil sampel filtrate
dari lumpur kemudian tambahkan phenolphthalein dan titrasi dengan asam sampai berubah warna. 25-50 ml
destilasi air dan sedikit potassium chromate solution ditambahkan. Larutan tersebut diatur dengan ditambahkan
silver nitrat tetes demi tetes. Lakukan sampai terjadi perubahan warna.

ml of silver nitrate x 1000


Chloride content (ppm) =
ml of filtrate sample

Cation Exchange Capacity (CEC)

Uji ini mengukur kandungan bentonite (sodium montmorillonite)dalam lumpur, yang ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

ml of methylene blue
The methylene blue capacity =
ml of mud sample

lb
The bentonite content ( ) = 5 x methylene blue capacity
bbl
Water Based Mud

Air sendiri digunakan sebagai fluida pemboran . Namun, banyak fluida pemboran membutuhkan derajat viskositas
yang digunakan untuk menyingkirkan barite dan membawa cutting keluar. Viskositas dari water base mud
ditingkatkan dengan penambahan clay atau polimer. Tetapi bahan yang biasa ditambahkan akibat harga yang murah
dan sering digunakan adalah clay. Kegunaan material clay dalam water based mud adalah :

Meningkatkan viskositas dimana akan meningkatkan kapasitas pengankatan lumpur untuk membawa cutting ke
permukaan. ( Sangat membantu untuk lubang besar yang kecepatan annular nya lambat)
Membentuk wall cake di zona permeable sehingga mencegah fluid loss

Selain clay ada partikel solid lain pada fluida pemboran, dua tipe padatan yang ada pada water based mud:

Active solid, adalah padatan yang dapat bereaksi dengan air dan dapat dikendalikan dengan tindakan kimia.
Inactive atau inert solid, adalah jenis padatan yang tidak bereaksi dengan air. (contohnya Barite, limestone atau
pasir)
Clay Chemistry

Mineral clay dibagi menjadi dua group yaitu :

Expandable (hydrophyllic) clays,Ini akan mudah menyerap air ( Montmorillonite).


Non-expandable (hydrophobic) clays, Ini tidak akan mudah menyerap air (Illite).

Clay memiliki struktur yang berlapis biasanya tiga lapis dengan lapis yang bergantian adalah silica dan alumina.

Expandable dan Non-expandable clay dalam air

Clay yang paling sering digunakan dalam fluida pemboran adalah Wyoming Bentonite (sodium montmorillonite).
Pada fresh water, clay menyerap air, ikatan kimia melemah dan tumpukan layer terdisintegrasi. Proses ini
dikenal dengan namna dispersi. Selama proses ini, maka akan terjadi kation positif meninggalkan permukaan
clay dimana hal ini dikenal dengan mana flocculasi.

Terdapat 4 susunan partikel clay yang umum ditemukan (Figure 13) :

Aggregation, bentuk natural dari partikel clay.pada bentuk ini ada sejumlah kecil partikel yang tersuspensi
dan viskositas plastik lumpur rendah.
Dispersion, terjadi ketika masing-masing partikel clay lepas-lepas. Dispersi meningkatkan jumlah partikel dan
menyebabkan peningkatan plastic viscosity
Flocculation, ketika struktur card terbentuk akibat atraksi antara kutub positif di muka partikel dengan kutub
negative di sekeliling partikel. Flocculation meningkatkan viskositas dan yield point lumpur.
De-flocculation, terjadi ketika struktur card hancur dan mengurani efek edge-to-face.

Bahan tambahan untuk water-base mud


Bahan tambahan untuk mengontrol viskositas
Commercial mud adalah bahan tambahan yang umum digunakan untuk menjaga viskositas dalam water-
base mud. Hasil dari clay didefinisikan sebagai jumlah barrel dari lumpur dengan viskositas 15 cp yang
didapat dari 1 ton clay kering.
Untuk mengurangi viskositas lumpur:
Mengurangi kandungan solid
Mengurangi jumlah partikel per unit volume
Menetralisir gaya tarik-menarik antar partikel.

Penggunaan screen, desilter dan alat mekanik lainnya dapat mengurangi viskositas lumpur juga tetapi
dengan tambahan bahan kimia. Bahan kimia ini digunakan untuk menambah partikel bermuatan negatif dan
mengurangi partikel bermuatan positif di tepi. Ini mengurangi asosiasi tepi ke wajah oleh karena itu juga
mengurangi viskositas. Bahan kimia yang termasuk pengencer adalah fosfat, lignit, lignosulphonates dan
tannin.

Bahan tambahan untuk mengontrol densitas


Material pemberat adalah bahan-bahan yang mempunyai specific gravity yang tinggi yang ditambhankan
kedalam cairan untuk menaikkan densitas fluida. Biasanya material pemberat ditambahkan kedalam lumpur
pemboran untuk mengontrol tekanan formasi.Barite adalah bahan pemberat yang paling umum digunakan.
Drill solid dari formasi dapat meningkatkan densitas mud jika tidak terpisahkan keluar.

Bahan tambahan untuk mengontrol filtrat


Loss of fluid dari lumpur terjadi ketika kumpur kontak dengan zona permeable. Jika pori-pori cukup besar
efek yang pertama adalah spurt loss, kemudian diikuti pembentukan solid menjadi mud cake. Aliran filtrat
yang besar dan tebalnya dinding cake dapat menyebabkan masalah
Lubang menjadi sempit (kecil)
Pipa menjadi nyangkut (sticking)
Formation damage karena invasi oleh filtrat
Secara umum, filtrat loss dalam formasi permeabel adalah tergantung pada distribusi ukuran partikel dan
kandungan koloid yang relatif tinggi dalam range kandungan 60% kandungan padatan lumpur dalam ukuran
diameter 0-1 mikron. Beberapa tipe material yang dapat ditambahkan ke mud untuk mengontrol fluid loss
o Clay
Bentonite adalah material yang efektif untuk mengontrol fluid loss karena ukuran dan bentuk partikel,
juga karena hidrat dan menyusut dibawah tekanan. Distribusi ukuran partikel kebanyakan kurang dari 1
mikron. Perawaqtan harus diambil untuk tidak membuang partikel kecil tersebut dengan menggunakan
centrifuge saat kontrol padatan.
o Starch
Kimia organik ini akan mengalami swelling dengan cepat.Keuntungan : Starch dapat berfungsi baik
sebagai fluid loss control agent dengan hadirnya iion kalsium atau sodium. Jika digunakan pre-treated
non-fermenting starch maka tidak perlu digunakan bactercide.
Kerugian : kenaikan viskositas sering terjadi, rentan terhadap panas diatas 250F, dan harus digunakan
bactercide untuk mencegah degradasi jika bukan pre-treated.
o CMC (sodium carboxymethylcellulose)
CMC paling terkenal adlah produk dari tumbuhan gum yang digunakan sebagai fluid loss control dan
viscosifier.Keuntungan : sangat aktif meskipun terkontasminasi oleh ion yang tinggi, technical grade dan
high viscosity dapat digunakan tergantung besarnya kenaikan viskositas yang diinginkan, dan stabil
sampai dengan temperatur diatas 350F. Kerugian : perlu menggunakan thinner untuk mengatasi
pengaruh viskositas aditif
o Polyacrylates (Cypan)
Berupa ikatan rantai polimer yang panjang yang mana akan diserap kedalam tepi dari partikel clay.
Keuntungan : stabil sampai dengan suhu 400F. Kerugian : sangan sensitif terhadap kontaminasi ion
kalsium
o Lignosuphonates
Memiliki sifat yang sama dengan starch dalam mengurangi fluid lossing. Memberikan sifat fluid loss
control karena sifat kimia alamiahnya, ukuran dan dengan peranannya sebagai dispersant untuk partikel
koloid clay. Keuntungan : stabilitas yang baik antara range temperatur 350 F - 400 F
o Polyanoinic cellulose (drispac)
Suatu senyawa organik yang digunakan sebagai fluid loss control dalam konsentrasi garam yang tinggi
dan biasanya digunakan dalam low solid mud. Dapat juga digunakan sebagai viskosifier.

Bahan tambahan mengontrol pH


Karena beberapa aditif lumpur pH-nya rendah dan karena pengoperasian optimum range pH sistem lumpur,
sehingga pada suatu saat perlu menambahkan bahan-bahan yang akan merubah pH sistem lumpur. Karena
pada umumnya aditif secara alamiah bersifat asam, maka jarang bahwa pH-nya tinggi. Sebaliknya biasanya
yang pH-nya terlalu rendah harus dinaikkan. pH adjuster harus ditangani dengan hati-hati, dengan
menggunakan suatu chemical barrel. Tidak menggunakan hopper atau dump secara langsung kedalam
sistem. Secara umum ada tiga macam pH adjuster, yaitu Sodium Hydroxide (Caustic soda), Potassium
Hydroxide, dan Calcium Hydroxide. Sodium Hydoxide merupakan pH adjuster yang umum digunkan,
sedangkan yang lainnya biasa digunakan untuk tujuan khusus. Keuntungan:
Ketiga aditif tersebut dapat menaikan pH
Sodium hydroxide karena tingginya tingkat aktivitas ion sodium, cenderung menyebabkan jumlah
terkecil clay inhibition.
o Kerugian:
Semuanya dapat menyebabkan kulit terbakar dan sangat korosif terhadap peralatan
Potassium hydoxide dan calcium hydroxide mempunyai karakteristik inhibitive (menghalangi) yang kuat
karena adanya ion potassium dan calcium. Kedua produk ini biasanya digunakan dalam lumpur clay
hidration inhibition.

Penyingkiran kontaminan
Beberapa material yang masuk ke mud dapat menimbukan efek yang merugikan terhadap kualitas mud dan
mengurangi efisiensinya. Kontaminan seperti ini harus disingkirkan . kontaminan utama adalah sebagai
berikut:
Kalsium (Ca2+)
Masuk melalui semen, gipsum, lime atau air asin. Mengurangi viskositas bentonite. Biasanya disingkirkan
dari fresh-water mud dengan menambahkan soda ash Na2CO3, yang akan membentuk Ca2CO3. Jika
kalsium ada pada mud maka pH akan cenderung lebih tinggi.
Karbon dioksida (CO2)
Hadir dalam formasi ketika tertahan mud dapat menyebabkan filtrasi yang merugikan dan karakteristik
gelatin. Untuk menghilangkan CO2 dapat menambahkan kasium hidroksida, sehingga membentuk CaCO3
Hidrogen sulfida (H2S)
Terdapat dalam formasi. Termasuk gas yang sangat beracun yang juga menyebabkan embrittlement
pada pipa baja. Tambahkan NaOH untuk menjaga pH tetap tinggi dan membentuk sodium sulfida. Jika
pH diijinkan untuk turun, sulfida beralih menjadi H2S.
Oksigen (O2)
Naik ke dalam lumpur di tangki dipermukaan, menyebabkan korosi dan pitting pipa baja. Sodium sulfat
ditambahkan dipermukaan untuk menyingkirkan oksigen.
Tipe Khusus dari Water Based Mud

Lumpur Inhibited

Hidrasi clay akan berkurang jika air dari lumpur memiliki mengandung konsentrasi garam yang inggi. Jika zona
shale dibor dengan fresh water lumpur maka clay dalam formasi cenderung akan mengembang dan lubang bor
menjadi tidak stabil. Dengan menggunakan lumpur yang mengandung garam atau calcium maka
kencenderungan terjadinya masalah ini menjadi kecil. Inhibitive mud adalah salah satu yang memiliki
kemampuan untuk meengurangi terjadi nya active clay untuk mengalami hidrat. Inhibitive mud digunakan untuk
membor formasi clay dan shale yang memiliki karakteristik :

Viskositas yang kecil


Gel strength yang kecil
Greater solids tolerance
Greater resistance to contaminants

Beberapa contoh inhibiteD mud :

Calcium treated mud


ketika ion Ca2+ ditambahkan untuk clay water mud maka lumpur mulai untuk menebal karena flocculation.
Di waktu yang sama, CEC dari Ca2+ mulai menganti Na+ dari clay plates. Calcium montmorillonite tidak
mengalami hidrat . proses reaksi ini mengakibatkan lumpur menjadi tipis dan viskositas berkurang

Lighnosulphanate treated muds


Sebuah inhibited mud juga dapat dibentuk dengan menambahkan sejumlah yang besar lignosulphanate ke
clay-water system
Saltwater muds
Inhibitive muds yang memiliki konsentrasi garam (NaCl) melebihi 1% dari beratnya. Ini sering digunakan pada
area arine dimana fresh water tidak tersedia.
KCl-polymer system
Lumpur pada sistem ni dikembangkan untuk menangai masalah water sensitive, sloughing shale.Konsentrasi
potassium chloride harus 3-5 % dari berat untuk mencegah terjadinya swelling pada shale yang mengandung
illite dan kaolinite. Untuk shale yang mengandung bentonite kandungan KCl harus ditingkatkan 10%. Polimer
polyacrylamide biasanya digunakan untuk mengontrol viskositas dari lumpur dalam konsentrasi 0.75 lb/bbl.
Polyol Muds
Digunakan sebagai penghubung dengan PHPA dan KCl dan material ini merupakan material yang nontoxic
Mixed-metal hydroxide (MMH) mud
Merupakan mud yang memberikan dampak kecil pada lingkungan dan dapat digunakan untuk berbagai
situasi. Keuntungan nya adalah hole cleaning properties
Silicate fluids
digunakan untuk shale hydration suppressor

Oil - Based Muds

Fluida pemboran disebut oil-base mud jika fasa yang kontinu terdiri dari hidrokarbon liquid. Kerugian menggunakan
OBM adalah :
Cost mula-mula yang tinggi
Membutuhkan prosedur kontrol polusi yang lebih keras
Mengurangi efektifitas beberapa peralatan logging
Lebih sulit mendeteksi gas kick karena solubilitas gas di diesel minyak.
Namun aplikasi OBM memberikan cost yang efektif :

Dapat membor zona core pay


Dapat membor sejumlah dormasi bermasalah (sepert shale, salt)
Sebagai penambahan pelumas pada dirrectional drilling (mencegah stuck pipe)
Untuk mengurangi korosi
Sebagai fluida komplesi (selama perforasi dan workover)

Terdapat 3 tipe dari OBM yang umumnya digunakan :

Full oil ( Kandungan air < 5% )


Invert oil emulsions ( kandungan ait 5 50% ) air beremulsi dalam oil ( Water in oil emulsion). Biasa disebut
juga oil emulsion systems. Water droplets membantu untuk mensupport barite, mengurangin filter loss dan
meningkatkan viscosity dan gel strength
Synthetic or pseudo oil based mud

Air dalam emulsi minyak


Air dalam invert emulsi gas terdispersi dalam droplet kecil diseluruh minyak. Emulsifier melapisi droplet
tersebut, mencegah mereka dari coalising dan membentuk mud menjadi tidak stabil. Calsium atau magnesium
fatty acid soap biasanya yang digunakan sebagai emulsifier didalam oil-based mud. Rantai panjang hidrokarbon
dari molekul sabun cenderung dapat larut dalam air ketika ionnya juga cenderung larut dalam air. Keefektifan
dari emulsifier tergantung dari alkalinitasnya dan electrolit yang ada dalam fasa air dan temperatur dari lumpur.
Droplet air berguna untuk :
Mendukung barite
Mengurangi filter loss
Membangun viskositas dan gel strength
Wettability control
Ketika setetes liquid ditempatkan pada padatan, hal yang akan terjadi :
Menyebar dengan sendirinya dipermukaan padatan
Tetap dalam tetesan yang stabil
Bentuk dari tetesan tersebut tergantung dari gaya adhesi antar molekul fasa padatan dan fasa liquid. Wettability
adlah sifat untuk dapat dibasahi oleh salah satu fluida relatif terhadap fluida yang lain. Umumnya menentukan
wettability adalah melalui sudut kontak yang diukur dari fasa air. Apabila sudut kontak yang dibentuk <90 maka
water wet dan sebaliknya jika sudut kontak yang dibentuk >90 mka termasuk oil wet.

Balanced activity
Aktivitas dari substansi adalah afinitas atau potensial air. Semua batuan yang mengandung clay akan menyerap
air dan mengembang. Hal ini dikarenakan perbedaan antara aktivitas shale dan aktivitas lumpur. Jika potensial
kimia dari lumpur dan shale seimbang maka shale tidak akan menyerap air. Hal ini akan mengurangi swelling dari
clay dan ketidak stabilan borehole.

Viscosity control
Viskositas yang berlebihan pada oil base mud dikarenakan:
Terlalu banyak kandungan air - ketika air menjadi emulsifier kelakuannya menyerupai padatan , sehingga
fraksi air meningkat bersamaan dengan viskositasnya
Drilled solid kandungan padatan mempengaruhi viskositas dalam oil base mud sama seperti pada water
base mud.

Pilot test seharusnya dilakukan untuk memperkirakan kaibat dari penambahan bahan kimia kedalam lumpur
untuk menendalikan viskositas. Emulsifier dan wetting agen dapat ditambahkan untuk mengurangi viskositas. Air
dan viscosifier khusus dapat ditambahkan kedalam lumpur untuk meningkatkan viskositas.

Filtration control
Hanya fasa minyak di oil base mud yang bebas untuk membentuk filtrat, membuat oil base mud sangat cocok
untuk formasi yang tidak seharusnya rusak. Selama pengujian seharusnya tidak pernah ada air yang ada dalam
filtrat (mengindikasikan emulsi yang buruk). Jika air ada, emulsifier seharusnya ditambahkan. Volume filtrat yang
berlebihan dapat dikurangi dengan menambahkan polymer, lignite dan sebagainya.

Solid Control

Solid control didefinisikan sebagai control kuantitas dan quality dari suspended solids dalam drilling fluid yang dapat
mengurangi total well cost.

(1 ) 2 ()
=
1029
Dimana

Vc = volume of cuttings (bbl/hr)

= porositas formasi rata-rata

d = hole diameter (in)

ROP = Rate of penetration (ft/hr)

Padatan yang tidak terhidrasi atau tidak bereaksi dengan komponen lain dalam lumpur disebut sebagai inert.
Contohnya barite, silt, sand dan limestone. Padatan ini (kecuali barite) diputuskan untuk tidak lagi digunakan karena:
Meningkatkan ketahanan fraksional tanpa meningkatkan kapasitas pemindahan
Menyebabkan kerusakan pada mud pump, menyebabkan peningkatan harga perawatan
Filter cake yang dibentuk oleh padatan ini cenderung tebal dan permeabel, sehingga dapat menyebabkan stuck
pipe dan kemungkinan kerusakan formasi.

Padatan dalam lumpur dapat dibagi menjadi dua berdasrkan densitasnya, yaitu:
Low gravity solid (2.5-3.0)
High gravity solid (4.2, contohnya barite)

Ada tiga metode yang digunakan untuk mengontrol kandungan padatan dalam fluida pemboran, antara lain:
Screening
Shale shaker menggunakan layar yang dapat bergetar untuk emmisahkan padatan tergantung ukurannya.
Settling
Pengendapan alami partikel padatan pada kondisi laminer mengikuti hukum Stoke, yaitu ketika solid partikel
besar dan berat, lumpur yang ringan dan low viscosity, gaya gravitasi meningkat

Padatan akan mengendap ketika :


o Partikel padatannya besar dan berat
o Lumpurnya ringan dan berviskositas rendah
o Gaya gravitasi dapat ditingkatkan secara mekanis
Ketika viskositas lumpur meningkat (untuk meningkatkan kapasitas penangkatan) pengendapan padatan
menjadi lebih sulit. Hydrocyclone dan centrifuge meningkatkan gaya gravitasi dari partikel padatan dan proses
ini dikenal dengan forced settling
Dilution
Setelah melewati proses-proses diatas masih akan tersisa padatan yang sangat kecil yang masih berada didalam
lumpur. Hal ini dapat dibiarkan atau diabaikan atau dilakukan dilution. Karena kapasitas yang terbatas dari
sistem aktif lumpur, maka biasanya diabaikan sebelum sisanya dapat didilusi dan dikondisikan untuk
disirkulasikan kembali.

Solid Control Equipment

Komponen-komponen mekanik solid control adalah :

Vibrating screens

Layar yang didesain untuk memindahkan partikel yang tidak dapat melewati mesh tertentu. Pada saat
bersamaan alat ini juga mencegah blinding atau plugging yang mungkin menurunkan efisiensi. Ukuran mesh
yang paling umum digunakan adalah 10-14 API mesh. banyak cutting yang akan melewati 10 mesh screen
karena terdisintegrasi akibat erosi dan hidrasi. Sehingga penggunaan mesh yang lebih halus digunakan yaitu
80 bukaan per inch. Kadang-kadang screen disusun paralel untuk menangani volume yang lebih besar
dengan sedikit tumpang tindih untuk memastikan tidak ada cutting yang memotong penyaringan.
Klasifikasi ukuran 3 buah partikel

o Sand, ukurannya >74 mikron. Partikel ini ditahan oleh 200 mesh screen
o Silt, ukurannya antara 2-74 mikron
o Koloid, ukuraannya <2 mikron
Hydrocyclones
Hydroclones didesain untuk memindahkan semua partikel sand dan kebanyakan partikel silt dari lumpur
selama menahan fraksi koloid. Hydrocyclone adalah sebah alat gabungan yang terdiri juga dari desanders
(diameter 6 atau lebih), desilters (diameter 4), dan clay ejector (diameter 2). Prinsip kerja alat ini adalah
perbedaan ukuran (Figure 18). Sebuah pompa sentrifugal megisi lumpur secara tangensial dengan kecepatan
tinggi ke dalam housing, sehingga menciptakan kekuatan sentrifugal yang sangat tinggi. Kekuatan ini
dikalikan dengan kecepatan pengendapan sehingga partikel berat yang dilemparkan ke dinding luar dan
turun melalui outlet (underflow). Partikel yang lebih ringan bergerak kedalam dan keatas sebagai pusaran
spiral ke debit liquid (overflow). Hydrocyclone dirancang sehingga hanya padatan (ditambah volume kecil
cairan) melewati keluar underflow tersebut. Ini muncul sebagai spray discharge dan bukan rope
discharge. Rope discharge adalah indikasi padatan yang overloading dan underflow akan segera dilepas
secepatnya.
Decanting Centrifuge

Centrifuge pertama kali dikenal sebagai pengontrol untuk solid untuk menahan barite pada water based
muds. Decanting centrifuge ditunjukkan Figure 21 yang mana terdiri dari cone yang berputar berbentuk
mangkok dan conveyor sekrup. Ketika sentrifugal memutar dengan kecepatan tinggi partikel yang lebih berat
akan terlempat ke sisi dari mangkok tersebut. Konveyor sekrup ini memindahkan partikel-partikel ini
sepanjang mangkok dan membawanya ke lokasi discharge. Dan di ujung sebaliknya adalah lokasi lain dimana
liquid mengandung partikel yang lebih halus didischarge.

Untuk lumpur yang lebih berat, underflow dari shale shaker dituntun untuk ke centrifuge (tidak ada
penggunaan hydrocyclone). Padatan dibuang melalui underflow yang mengandung barite yang berharga dan
dikembalikan ke sistem yang aktif. Sentrifugal lebih efisien dibandingkan hydrocyclone untuk penyelamatan
barite, karena potongan yang dihasilkan lebih halus. Dibawah kondisi operasi 90-95% maka barite dapat
diselamatkan. Padatan halus dalam fasa cair biasanya dibuang, meskipun berisi bahan kimia dan barite.
Untuk lumpur yang tidak terlalu berat, underflow dari desilter dituntun untuk ke sentrifugal . kali ini fasa cair
yang mengandung bahan halus (termasuk bentonite) akan dikembalikan ke lumpur, sedangkan padatan akan
dibuang. Hal ini sering digunakan dalam oil based mud dimana fasa liquid akan berisi base oil yang mahal
untuk digantikan. Water wet solid dalam oil based mud dapat sulit dikontrol, tetapi sentrifugal dapat
memisahkan mereka dari fasa liquid-koloid. Padatan kemudian dibuang karena tidak dapat digunakan
kembali.

Mud Cleaner
Alat ini dirancang untuk menyingkirkan drill solid yang lebih besar dibandingkan barite. Alat ini terdiri dari
desilter dan sebuah screen, sehingga menyingkirkan padatan dalam 2 tahap. Alat ini digunakan untuk
memberatkan lumpur untuk menyingkirkan padatan selama mempertahankan barite. Awalnya lumpur
melewati shale shaker yang harus sehalus mungkin dan masih mengakomodir aliran lumpur keseluruhan.
Underflow kemudian dilewatkan melalui desilter dimana overflow (bahan yang lebih ringan) dikembalikan ke
sistem yang aktif. Underflow diarahkan ke screen (biasanya 150-200 mesh). partikel barite akan melewati
dan kembali ke sistem (bersama padatan yang sangat halus). Padatan yang dipisahkan oleh screen akan
dibuang. Mud cleanser telah dikembangkan oleh sebagian perusahaan mud dengan nama silt separator
atau sand separator. Alat ini dapat digunakan bersamaan dengan decanting sentrifugal juga diperlukan .
Kedua wighted dan unweughted lumpur dapat diproses, seperti oil based muds.

Solid Control systems

Komponen yang didiskusikan diatas diatur sedemikian rupa untuk menghapus padatan yang tidak diinginkan
seefisien mungkin juga memastikan bahwa padatan yang dicampur kedalam lumpur untuk mempertahankan
viskositas (bentonit) dan densitas (barit) tidak disingkirkan dari sistem.

Unweighted mud (Figure 22)


Ketika mengatur sistem untuk lumpur yang tidak terlalu berat, berbagai komponen solid control diatur
dalam urutan penurunan ukuran partikel yang disingkirkan untuk mencegah penyumbatan. Pengenceran
menggunakan upstream dari hydrocyclone untuk meningkatkan efisiensi separator. Setelah melewati
peralatan solid control, lumpur harus terdiri dari air, well-dispersed bentonit dan drill solid yang sangat
halus. Hal ini kemudian dapat diencerkan, ditambahkan bahan kimia dan dikondisikan sebelum diedarkan
kembali.

Weighted mud (Figure 23)


Hydrocyclone tidak dapat digunakan sendiri untuk lumpur yang berat karena akan membuang barite. Mud
cleaner mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah seperti ini. Dengan lumpur yang tidak berat, air
digunakan untuk pnengenceran upstream dari mud cleaner dan sentrifugal. Perhatikan bahwa padatan
dengan densitas rendah dalam fasa liquid dapat terbuang dari sentrifugal, sementara padatan (barite)
dipertahankan. Bahan kimia dan bentonite dibuang dengan fasa cair yang harus diganti. Komposisi padatan
optimum dalam lumpur sulit untuk ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai