Fluida pemboran atau lumpur pemboran adalah komponen yang sangat penting dalam proses pemboran rotary.
Harga dari lumpur pemboran berkisar 10-15% dari total harga sumur. Oleh karena itu, dalam pemboran perlunya
suatu kontrol untuk menghasilkan lumpur yang baik sehingga tidak menimbulkan masalah dalam drilling yang akan
memakan waktu yang lebih lama dengan penambahan harga lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Fungsi utama dari fluida pemboran adalah untuk meyakinkan bahwa cutting yang dihasilkan bit dikeluarkan
dari wellbore. Jika cutting tidak dapat diangkat dari bit maka efisiensi pemboran berkurang dan apabila
cutting tersebut tidak dapat tertransportasikan ke atas annulus maka akan mengakibatkan drillstring
mengalami stuck dalam lubang sumur. Karena itu untuk mendesain lumpur maka lumpur tersebut harus
mampu :
Membawa cutting ke permukaan ketika sirkulasi ,bergantung pada kecepatan anullus, density dan
viskositas lumpur.
Menyingkirkan cutting ketika tidak sedang sirkulasi, bergantung pada property gelling (thixotropic) dari
lumpur (Gel terbentuk ketika sirkulasi berhenti dan lumpur dalam keadaan statik).
Menjatuhkan cutting dari suspension pada permukaan, dengan menggunakan shale shaker, desander,
desilter.
b. Mencegah fluida formasi masuk ke lubang bor
Tekanan hidrostatik yang diberikan oleh lumpur harus cukup besar untuk mencegah masuknya fluida formasi
masuk ke lubang sumur. Namun, tekanan dalam lubang sumur tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
mengakibatkan formasi mengalami rekahan dan dapat mengakibatkan kehilangan lumpur kedalam formasi
tersebut. Aliran lumpur yang masuk ke dalam formasi selama pemboran disebut juga lost circulation. Hal ini
dikarenakan proporsi lumpur tidak kembali ke permukaan tapi mengalir ke formasi. Tekanan dalam lubang
sumur sama dengan
Berat lumpur harus dipilih yang melebihi tekanan pori tapi tidak melebihi tekanan fracture dari formasi yang
ditembus. Barite dan haemitit biasanya ditambahkan pada lumpur sebagai material pemberat. Ketika lumpur
pemborang melalui formasi yang permeable maka lumpur meresap ke formasi sehingga filter cake akan
terbentuk di dinding lubang bor. Namun sebagian fluida akan tetap melalui filter cake ke formasi. Lumpur
dan filtrate bisa merusak formasi produktif. Hilangnya lumpur hasil merupakan akibat dari endapan partikel
solid atau hidrasi clay dalam ruang pori. Hilangnya filtrate juga merupakan hasil dari hidrasi clay. Sehingga
dapat mengurangi permeabilitas formasi. Hal ini dapat mengakibatkan filter cake menjadi tebal dan dapat
membuat pipa mengalami stuck. Idealnya filter cake adalah tipis dan impermeable.
Ketidakstabilan shale adalah masalah yang paling sering dihadapai dalam operasi pemboran yang
diakibatkan oleh :
Perbedaan tekanan antara bottomhole pressure dalam lubang bor dan tekanan pori dalam shale, yang
dapat diatasi dengan meningkatnya berat lumpur
Hidrasi clay dengan shale oleh filtrate lumpur yang mengandung air, dapat diatasi dengan menggunakan
lumpur yang tidak berbasis air atau pemberian mud dengan chemical yang akan mengurangi
kemampuan air dalam lumpur untut mengalami hidrasi oleh clay dalam formasi. Mud ini disebut
inhibited mud.
Water based mud (WBM), fluida pemboran dimana fasa kontinu dalam sistem adalah air ( air asin atau fresh
water). Mud ini paling sering digunakan di seluruh dunia.
Oil based mud (OBM), fluida pemboran yang fasa kontinu nya adalah minyak.
Selain dengan hal diatas terkadang juga digunakan udara, namun penggunaan berbasis udara terbatas.
Keuntungan dengan penggunaan pemboran dengan udara dalam sirkulasi sistem adalah besarnya kecepatan
penetrasi, lubang lebih bersih dan sedikit mengalami formation damage dan juga terdapat dua kekurangan yaitu
udara tidak mendukung sisi dari lubang bor dan udara tidak memiliki tekanan yang cukup untuk mencegah masuknya
fluida formasi ke lubang bor.
Water based mud relatif tidak mahal karena sudah didukung dari fluida dimana mereka terbentuk. Water based mud
mengandung campuran solids, liquids dan chemicals. Sebagian solids (clay) bereaksi dengan air dan chemicals dalam
lumpur yang disebut dengan active solids. Solid yang tidak bereaksi dengan lumpur disebut inactive or inert solids.
Berikut komposisi dari WBM dan OBM.
Kerugian utama menggunakan WBM adalah air dalam lumpur mengakibatkan ketidakstabilan dalam shales. Shale
terdiri dari komposisi utama clay dan ketidakstabilan ini diakibatkan hidrasi clay dengan lumpur yang mengandung
air. Hal ini namun dapat diatasi dengan mengkombinasikan potassium chloride(KCl) dengan polime yang disebut
partially-hydrolyzed polyacrylamide (KCl-PHPA). PHPA membantu menstabilkan shale dengan melapisi nya dengan
protective layer dalam polymer.
Pada tahun 1970-an, mulai menggunakan OBM dalam mengontrol reactive shales. Dalam invert oil emulsion mud
(IOEM) air memiliki presentasi volume yang besar tapi tetap minyak yang merupakan fasa kontinu. (air akan
berbentuk droplet). OBM tidak mengandung air bebas yang reaktif terhadap clay dalam shale. OBM tidak hanya
memberikan stabilitas lubang sumur tapi juga memberikan lubrikasi/pelumasan yang baik, stability temperature,
berkurangnya resiko dari differential sticking dan kecilnya potensi formation damage. Namun, OBM lebih mahal dan
membutuhkan penanganan yang baik (pollution control) dibandingkan dengan WBM. Namun penggunaan OBM ini
memberikan dampak pada lingkungan dan akhirnya dikembangkan lah synthetic fluids seperti esters dan ethers.
OBM mengandung sebagian air tapi air dalam bentuk yang diskontinu dan terdiskritasi dalam fasa yang kontiniu
sehingga air tidak bebas lagi untuk bereaksi dengan clay.
Pengukuran properti fluida pemboran digunakan jika kualitas lumpur pemboran memburuk. Properti yang diukur
tersebut adalah
Mud Density
Density lumpur dapat ditentukan dengan menggunakan mud balance, yang ditunjukkan pada figure 4. Cup diisi
oleh sampel fluida dan lid placed di atas. Balance arm ditempatkan di base dan rider digerakkan sampai arm
level. Density dapat dibaca di bagian kiri dari rider. Mud density biasa nya di laporkan mendekati 0.1 ppg.
Viscosity
Terdapat dua metode dalam rig untuk mengukur viskositas (pengukuran resistansi fluida untuk mengalir) :
Marsh Funnel, digunakan untuk penentuan viskositas lumpur pemboran dengan cepat. Namun, alat ini hanya
memberikan indikasi perubahan viskositas dan tidak dapat menentukan data sifat mud yang lain seperti yield
point or plastic viscosity.
Rotation Viscometer, digunakan untuk menentukan rheological properties dari lumpur pemboran. Hal ini
didapatkan dari shearing sampel lumpur dan mengukur shear stress fluida di kecepatan yang berbeda. Alat yang
penting dari alat ini adala plumb bob. Defleksi plumb bob adalah pengukuran viskositas fluida pemboran di
particular shear rate.
Gel Strength
Gel strength dalam lumpur pemboran dapat memberikan maksud kekuatan dalam setiap struktur internal
yang terbentuk dalam lumpur ketika dalam keadaan static. Gel strength pada lumpur akan memberikan
indikasi berapa tekanan yang diperlukan untuk inisiasi aliran setelah lumpur static untuk beberapa waktu.
Selain itu, juga memberikan indikasi suspensi properties dari lumpur dan kemampuan untuk suspend
cuttings ketika lumpur seimbang. Gel strength dapat diukur menggunakan multi-rate viscometer.
Filtration
Filter cake yang terbentuk dari lumpur dapat diukur dengan filter press (figure 10).
Berikut adalah yang diukur selama test :
Laju fluida dari sampel lumpur yang dipaksa melalui filter pada spesifik temperature dan tekanan
Ketebalan residu solid yang mengendap pada filter paper akibat hilangnya fluida.
Alat pada figure 10 terdiri dari mud cell, pressure assembly, dan filtering device. Uji API standard dilakukan pada
temperature ruangan dan tekanan 100 psi.
Sand Content
Banyaknya pasir di dalam lumpur dapat merusak mud pump. Persentase pasir dalam lumpur diukur dengan
menggunakan 200 mesh sieve dan graduated tube (Figure 11). Tabung gelas ukur diisi dengan lumpur sampai
scribe line kemudian ditambahkan air sampai scribe line berikutnya.
Kandungan Liquid dan Solid
Untuk menghindari pipe sticking, proporsi solid dalam lumpur tidak boleh melebihi 10% dari volume.
Pengukuran dengan hati-hati dapat dilakukan dengan pemanasan dalam retort sampai komponen liquid
teruapkan. Uap akan terkondensasi dan akhirnya berkumpul di gelas ukur. Volume fluida (minyak dan/atau air)
dibaca dalam persentasi. Volume solid didapat dengan pengurangan dari 100%.
Penentuan pH
pH lumpur akan mempengaruhi beberapa reaksi kimia yang harus kita kontrol. Uji pH adalah mengukur
konsentrasi ion hydrogen dalam aqueous solution. Digunakannya pHydrion paper atau special pH meter. Kertas
pH akan berubah warna tergantung dari konsentrasi dari ion hydrogen.
Alkalinity
Meskipun pH memberikan indikasi alkanity yang telah mengkarakteristikan pH lumpur yang tinggi yang lebih
sering walaupun pH tersebut konstan. Analisis yang lebih jauh akan menghasilkan kealkanitasan yang mana
dilakukan dengan penambahan phenolphtalein, kemudian titrasi dengan asam sampai warnanya berubah. Hal
ini dapat digunkan untuk penghitungan lime content.
Dimana, lime content dalam lb/ bbl, Fw adalah fraksi volume air dalam lumpur, Pf adalah filtrat alkanity, dan Pm
adalah lumpur alkanity.
Kandungan Chloride
Jumlah chloride dalam lumpur adalah mengukur kontaminasi garam dalam dari formasi. Ambil sampel filtrate
dari lumpur kemudian tambahkan phenolphthalein dan titrasi dengan asam sampai berubah warna. 25-50 ml
destilasi air dan sedikit potassium chromate solution ditambahkan. Larutan tersebut diatur dengan ditambahkan
silver nitrat tetes demi tetes. Lakukan sampai terjadi perubahan warna.
Uji ini mengukur kandungan bentonite (sodium montmorillonite)dalam lumpur, yang ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
ml of methylene blue
The methylene blue capacity =
ml of mud sample
lb
The bentonite content ( ) = 5 x methylene blue capacity
bbl
Water Based Mud
Air sendiri digunakan sebagai fluida pemboran . Namun, banyak fluida pemboran membutuhkan derajat viskositas
yang digunakan untuk menyingkirkan barite dan membawa cutting keluar. Viskositas dari water base mud
ditingkatkan dengan penambahan clay atau polimer. Tetapi bahan yang biasa ditambahkan akibat harga yang murah
dan sering digunakan adalah clay. Kegunaan material clay dalam water based mud adalah :
Meningkatkan viskositas dimana akan meningkatkan kapasitas pengankatan lumpur untuk membawa cutting ke
permukaan. ( Sangat membantu untuk lubang besar yang kecepatan annular nya lambat)
Membentuk wall cake di zona permeable sehingga mencegah fluid loss
Selain clay ada partikel solid lain pada fluida pemboran, dua tipe padatan yang ada pada water based mud:
Active solid, adalah padatan yang dapat bereaksi dengan air dan dapat dikendalikan dengan tindakan kimia.
Inactive atau inert solid, adalah jenis padatan yang tidak bereaksi dengan air. (contohnya Barite, limestone atau
pasir)
Clay Chemistry
Clay memiliki struktur yang berlapis biasanya tiga lapis dengan lapis yang bergantian adalah silica dan alumina.
Clay yang paling sering digunakan dalam fluida pemboran adalah Wyoming Bentonite (sodium montmorillonite).
Pada fresh water, clay menyerap air, ikatan kimia melemah dan tumpukan layer terdisintegrasi. Proses ini
dikenal dengan namna dispersi. Selama proses ini, maka akan terjadi kation positif meninggalkan permukaan
clay dimana hal ini dikenal dengan mana flocculasi.
Aggregation, bentuk natural dari partikel clay.pada bentuk ini ada sejumlah kecil partikel yang tersuspensi
dan viskositas plastik lumpur rendah.
Dispersion, terjadi ketika masing-masing partikel clay lepas-lepas. Dispersi meningkatkan jumlah partikel dan
menyebabkan peningkatan plastic viscosity
Flocculation, ketika struktur card terbentuk akibat atraksi antara kutub positif di muka partikel dengan kutub
negative di sekeliling partikel. Flocculation meningkatkan viskositas dan yield point lumpur.
De-flocculation, terjadi ketika struktur card hancur dan mengurani efek edge-to-face.
Penggunaan screen, desilter dan alat mekanik lainnya dapat mengurangi viskositas lumpur juga tetapi
dengan tambahan bahan kimia. Bahan kimia ini digunakan untuk menambah partikel bermuatan negatif dan
mengurangi partikel bermuatan positif di tepi. Ini mengurangi asosiasi tepi ke wajah oleh karena itu juga
mengurangi viskositas. Bahan kimia yang termasuk pengencer adalah fosfat, lignit, lignosulphonates dan
tannin.
Penyingkiran kontaminan
Beberapa material yang masuk ke mud dapat menimbukan efek yang merugikan terhadap kualitas mud dan
mengurangi efisiensinya. Kontaminan seperti ini harus disingkirkan . kontaminan utama adalah sebagai
berikut:
Kalsium (Ca2+)
Masuk melalui semen, gipsum, lime atau air asin. Mengurangi viskositas bentonite. Biasanya disingkirkan
dari fresh-water mud dengan menambahkan soda ash Na2CO3, yang akan membentuk Ca2CO3. Jika
kalsium ada pada mud maka pH akan cenderung lebih tinggi.
Karbon dioksida (CO2)
Hadir dalam formasi ketika tertahan mud dapat menyebabkan filtrasi yang merugikan dan karakteristik
gelatin. Untuk menghilangkan CO2 dapat menambahkan kasium hidroksida, sehingga membentuk CaCO3
Hidrogen sulfida (H2S)
Terdapat dalam formasi. Termasuk gas yang sangat beracun yang juga menyebabkan embrittlement
pada pipa baja. Tambahkan NaOH untuk menjaga pH tetap tinggi dan membentuk sodium sulfida. Jika
pH diijinkan untuk turun, sulfida beralih menjadi H2S.
Oksigen (O2)
Naik ke dalam lumpur di tangki dipermukaan, menyebabkan korosi dan pitting pipa baja. Sodium sulfat
ditambahkan dipermukaan untuk menyingkirkan oksigen.
Tipe Khusus dari Water Based Mud
Lumpur Inhibited
Hidrasi clay akan berkurang jika air dari lumpur memiliki mengandung konsentrasi garam yang inggi. Jika zona
shale dibor dengan fresh water lumpur maka clay dalam formasi cenderung akan mengembang dan lubang bor
menjadi tidak stabil. Dengan menggunakan lumpur yang mengandung garam atau calcium maka
kencenderungan terjadinya masalah ini menjadi kecil. Inhibitive mud adalah salah satu yang memiliki
kemampuan untuk meengurangi terjadi nya active clay untuk mengalami hidrat. Inhibitive mud digunakan untuk
membor formasi clay dan shale yang memiliki karakteristik :
Fluida pemboran disebut oil-base mud jika fasa yang kontinu terdiri dari hidrokarbon liquid. Kerugian menggunakan
OBM adalah :
Cost mula-mula yang tinggi
Membutuhkan prosedur kontrol polusi yang lebih keras
Mengurangi efektifitas beberapa peralatan logging
Lebih sulit mendeteksi gas kick karena solubilitas gas di diesel minyak.
Namun aplikasi OBM memberikan cost yang efektif :
Balanced activity
Aktivitas dari substansi adalah afinitas atau potensial air. Semua batuan yang mengandung clay akan menyerap
air dan mengembang. Hal ini dikarenakan perbedaan antara aktivitas shale dan aktivitas lumpur. Jika potensial
kimia dari lumpur dan shale seimbang maka shale tidak akan menyerap air. Hal ini akan mengurangi swelling dari
clay dan ketidak stabilan borehole.
Viscosity control
Viskositas yang berlebihan pada oil base mud dikarenakan:
Terlalu banyak kandungan air - ketika air menjadi emulsifier kelakuannya menyerupai padatan , sehingga
fraksi air meningkat bersamaan dengan viskositasnya
Drilled solid kandungan padatan mempengaruhi viskositas dalam oil base mud sama seperti pada water
base mud.
Pilot test seharusnya dilakukan untuk memperkirakan kaibat dari penambahan bahan kimia kedalam lumpur
untuk menendalikan viskositas. Emulsifier dan wetting agen dapat ditambahkan untuk mengurangi viskositas. Air
dan viscosifier khusus dapat ditambahkan kedalam lumpur untuk meningkatkan viskositas.
Filtration control
Hanya fasa minyak di oil base mud yang bebas untuk membentuk filtrat, membuat oil base mud sangat cocok
untuk formasi yang tidak seharusnya rusak. Selama pengujian seharusnya tidak pernah ada air yang ada dalam
filtrat (mengindikasikan emulsi yang buruk). Jika air ada, emulsifier seharusnya ditambahkan. Volume filtrat yang
berlebihan dapat dikurangi dengan menambahkan polymer, lignite dan sebagainya.
Solid Control
Solid control didefinisikan sebagai control kuantitas dan quality dari suspended solids dalam drilling fluid yang dapat
mengurangi total well cost.
(1 ) 2 ()
=
1029
Dimana
Padatan yang tidak terhidrasi atau tidak bereaksi dengan komponen lain dalam lumpur disebut sebagai inert.
Contohnya barite, silt, sand dan limestone. Padatan ini (kecuali barite) diputuskan untuk tidak lagi digunakan karena:
Meningkatkan ketahanan fraksional tanpa meningkatkan kapasitas pemindahan
Menyebabkan kerusakan pada mud pump, menyebabkan peningkatan harga perawatan
Filter cake yang dibentuk oleh padatan ini cenderung tebal dan permeabel, sehingga dapat menyebabkan stuck
pipe dan kemungkinan kerusakan formasi.
Padatan dalam lumpur dapat dibagi menjadi dua berdasrkan densitasnya, yaitu:
Low gravity solid (2.5-3.0)
High gravity solid (4.2, contohnya barite)
Ada tiga metode yang digunakan untuk mengontrol kandungan padatan dalam fluida pemboran, antara lain:
Screening
Shale shaker menggunakan layar yang dapat bergetar untuk emmisahkan padatan tergantung ukurannya.
Settling
Pengendapan alami partikel padatan pada kondisi laminer mengikuti hukum Stoke, yaitu ketika solid partikel
besar dan berat, lumpur yang ringan dan low viscosity, gaya gravitasi meningkat
Vibrating screens
Layar yang didesain untuk memindahkan partikel yang tidak dapat melewati mesh tertentu. Pada saat
bersamaan alat ini juga mencegah blinding atau plugging yang mungkin menurunkan efisiensi. Ukuran mesh
yang paling umum digunakan adalah 10-14 API mesh. banyak cutting yang akan melewati 10 mesh screen
karena terdisintegrasi akibat erosi dan hidrasi. Sehingga penggunaan mesh yang lebih halus digunakan yaitu
80 bukaan per inch. Kadang-kadang screen disusun paralel untuk menangani volume yang lebih besar
dengan sedikit tumpang tindih untuk memastikan tidak ada cutting yang memotong penyaringan.
Klasifikasi ukuran 3 buah partikel
o Sand, ukurannya >74 mikron. Partikel ini ditahan oleh 200 mesh screen
o Silt, ukurannya antara 2-74 mikron
o Koloid, ukuraannya <2 mikron
Hydrocyclones
Hydroclones didesain untuk memindahkan semua partikel sand dan kebanyakan partikel silt dari lumpur
selama menahan fraksi koloid. Hydrocyclone adalah sebah alat gabungan yang terdiri juga dari desanders
(diameter 6 atau lebih), desilters (diameter 4), dan clay ejector (diameter 2). Prinsip kerja alat ini adalah
perbedaan ukuran (Figure 18). Sebuah pompa sentrifugal megisi lumpur secara tangensial dengan kecepatan
tinggi ke dalam housing, sehingga menciptakan kekuatan sentrifugal yang sangat tinggi. Kekuatan ini
dikalikan dengan kecepatan pengendapan sehingga partikel berat yang dilemparkan ke dinding luar dan
turun melalui outlet (underflow). Partikel yang lebih ringan bergerak kedalam dan keatas sebagai pusaran
spiral ke debit liquid (overflow). Hydrocyclone dirancang sehingga hanya padatan (ditambah volume kecil
cairan) melewati keluar underflow tersebut. Ini muncul sebagai spray discharge dan bukan rope
discharge. Rope discharge adalah indikasi padatan yang overloading dan underflow akan segera dilepas
secepatnya.
Decanting Centrifuge
Centrifuge pertama kali dikenal sebagai pengontrol untuk solid untuk menahan barite pada water based
muds. Decanting centrifuge ditunjukkan Figure 21 yang mana terdiri dari cone yang berputar berbentuk
mangkok dan conveyor sekrup. Ketika sentrifugal memutar dengan kecepatan tinggi partikel yang lebih berat
akan terlempat ke sisi dari mangkok tersebut. Konveyor sekrup ini memindahkan partikel-partikel ini
sepanjang mangkok dan membawanya ke lokasi discharge. Dan di ujung sebaliknya adalah lokasi lain dimana
liquid mengandung partikel yang lebih halus didischarge.
Untuk lumpur yang lebih berat, underflow dari shale shaker dituntun untuk ke centrifuge (tidak ada
penggunaan hydrocyclone). Padatan dibuang melalui underflow yang mengandung barite yang berharga dan
dikembalikan ke sistem yang aktif. Sentrifugal lebih efisien dibandingkan hydrocyclone untuk penyelamatan
barite, karena potongan yang dihasilkan lebih halus. Dibawah kondisi operasi 90-95% maka barite dapat
diselamatkan. Padatan halus dalam fasa cair biasanya dibuang, meskipun berisi bahan kimia dan barite.
Untuk lumpur yang tidak terlalu berat, underflow dari desilter dituntun untuk ke sentrifugal . kali ini fasa cair
yang mengandung bahan halus (termasuk bentonite) akan dikembalikan ke lumpur, sedangkan padatan akan
dibuang. Hal ini sering digunakan dalam oil based mud dimana fasa liquid akan berisi base oil yang mahal
untuk digantikan. Water wet solid dalam oil based mud dapat sulit dikontrol, tetapi sentrifugal dapat
memisahkan mereka dari fasa liquid-koloid. Padatan kemudian dibuang karena tidak dapat digunakan
kembali.
Mud Cleaner
Alat ini dirancang untuk menyingkirkan drill solid yang lebih besar dibandingkan barite. Alat ini terdiri dari
desilter dan sebuah screen, sehingga menyingkirkan padatan dalam 2 tahap. Alat ini digunakan untuk
memberatkan lumpur untuk menyingkirkan padatan selama mempertahankan barite. Awalnya lumpur
melewati shale shaker yang harus sehalus mungkin dan masih mengakomodir aliran lumpur keseluruhan.
Underflow kemudian dilewatkan melalui desilter dimana overflow (bahan yang lebih ringan) dikembalikan ke
sistem yang aktif. Underflow diarahkan ke screen (biasanya 150-200 mesh). partikel barite akan melewati
dan kembali ke sistem (bersama padatan yang sangat halus). Padatan yang dipisahkan oleh screen akan
dibuang. Mud cleanser telah dikembangkan oleh sebagian perusahaan mud dengan nama silt separator
atau sand separator. Alat ini dapat digunakan bersamaan dengan decanting sentrifugal juga diperlukan .
Kedua wighted dan unweughted lumpur dapat diproses, seperti oil based muds.
Komponen yang didiskusikan diatas diatur sedemikian rupa untuk menghapus padatan yang tidak diinginkan
seefisien mungkin juga memastikan bahwa padatan yang dicampur kedalam lumpur untuk mempertahankan
viskositas (bentonit) dan densitas (barit) tidak disingkirkan dari sistem.