Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLING PADA SUMUR K-1

LAPANGAN PANAS BUMI Y

Himawan Ichwana (1)

Ir. Bayu Satiyawira, MSi (2)

Ir. Bambang Kustono, Dipl. G.E.T (3)

RINGKASAN

Sumur sumur panas bumi biasanya dibor dengan menggunakan ukuran


diameter yang lebih besar, lebih dalam, dan ditujukan untuk waktu produksi yang
lebih lama dari sumur minyak atau gas. Tujuan utama pemboran pada sumur
panas bumi adalah mencapai target kedalaman bor dengan aman, cepat, dan
ekonomis. Namun faktanya, tujuan tersebut tidak bisa selalu dapat dicapai karena
masalah yang sering terjadi pada saat pemboran berlangsung seperti hilang
sirkulasi dan pipa terjepit. Langkah untuk menghindari masalah tersebut bisa
diatasi dengan menggunakan teknik pemboran beraerasi. Aerated Drilling pada
sumur K-1 di lakukan pada trayek 17 pada kedalaman 689 mMD 1298
mMD, trayek 12 kedalaman 1404 mMD 1423 mMD, 1438 mMD 2200
mMD, dan trayek 9 7/8 kedalaman 2201 mMD 3001 mMD.
Namun penggunaan pemboran aerasi pada ketiga trayek tersebut belum
optimal sehingga perlu dievaluasi sehingga dapat didapatkan laju alir udara dan
laju alir lumpur pemboran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.

ABSTRACT
Geothermal wells are usually drilled with bigger diameter, deeper, and are
intended for longer production times than oil or gas wells. In drilling geothermal
well, the most important goal is to reach the final depth safely, quickly, and
economically. But in fact, the purpose above cannot always be achieved due to the
problems that occur during the drilling process such as loss circulation and stuck
pipe. In order to avoid these drilling problem, it can be done by use aerated
drilling method. Aerated drilling in well K-1 performed on hole 17 at depth
689 mMD 1298 mMD, hole 12 at depth 1404 mMD 1423 mMD, 1438
mMD 2200 mMD, and hole 9 7/8 at depth 2201 mMD 3001 mMD.

(1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti
(2)
Dosen Pembimbing I
(3)
Dosen Pembimbing II
The use of aerated drilling in all hole tersebut, dengan memperhatikan
sections has yet to provide optimal tekanan kolom fluida, energi kinetic
results, so it needs to be evaluated berdasarkan konsep energi kinetik
and determined the amount of air yang dibutuhkan untuk mengangkat
injection and mud flow rate required serbuk bor ke permukaan, equivalent
to obtain optimal results circulating density (ECD) dan
equivalent static density (ESD).
PENDAHULUAN
TEORI DASAR
Pada metoda pemboran aerasi
udara terkompresi ditambahkan Aerated Drilling atau
kedalam sistem fluida sirkulasi pemboran aerasi merupakan metode
(lumpur pemboran) untuk pemboran dengan menambahkan
mengurangi densitas dari kolom udara yang terkompresi kedalam
fluida pada lubang annulus, sehingga sistem fluida sirkulasi (lumpur
tekanan fluida pemboran yang ada pemboran) untuk mengurangi
dalam di lubang annulus akan terjadi densitas dari kolom fluida pada
kesetimbangan atau lebih kecil lubang annulus9 . Sehingga tekanan
dibandingkan tekanan formasi. fluida pemboran yang ada dalam di
Fluida pemboran aerasi terdiri dari lubang annulus (Tekanan
fasa gas (udara) yang diinjeksikan Hidrostatik) akan lebih kecil
kedalam fasa lumpur berbahan dasar dibandingkan dengan tekanan
air. formasi.
Pada tulisan ini akan dibahas Adapun keuntungan dari
mengenai penggunaan metode penggunaan metode pemboran aerasi
pemboran aerasi pada sumur K-1 adalah sebagai berikut:
lapangan panas bumi Y. Pada 1. Meningkatkan Laju Pemboran
pengeboran trayek 17 hingga (ROP)
kedalaman 1024 mMD terjadi hilang 2. Mengurangi resiko terjadinya
sirkulasi dan pipa terjepit. Lalu pada hilang sirkulasi
pengeboran trayek 12 hingga 3. Mengurangi resiko terjadinya pipa
kedalaman 2045 mMD terjadi hilang terjepit
sirkulasi dan pipa terjepit. Dan pada 4. Mengurangi terjadinya kerusakan
pengeboran trayek 9 7/8 hingga formasi,dan
kedalaman 2310 mMD terjadi hilang 5. Pembersihan dasar lubang (hole
sirkulasi. cleaning) lebih baik
Evaluasi penggunaan metode
pemboran aerasi bertujuan untuk Sedangkan kerugian dari
mengetahui optimal atau tidaknya penggunaan metode pemboran
penerapan metode ini pada sumur aerasi, antara lain:
1. Biaya peralatan lebih mahal dilakukan dengan menggunakan
2. Mudah terjadi korosi metode yang dijelaskan oleh Guo -
Ghalambor, metode ini lebih baik
Pada umumnya, peralatan daripada metode lain karena
yang digunakan dalam pemboran memiliki rentang kesalahan yang
aerasi sama dengan peralatan yang paling kecil dalam menentukan
digunakan pada pemboran bottom hole pressure.
konvensional. Hanya saja pada Berdasarkan konsep Guo-
pemboran aerasi memerlukan Ghalambor cutting tansport analysis
peralatan yang lebih banyak daripada dilakukan dengan menggunakan
pemboran konvensional. Peralatan metode carrying capacity. Metode ini
tambahan yang digunakan pada menggunakan konsep energi kinetik
pemboran aerasi meliputi kompresor, minimum yang dibutuhkan fluida
booster, fluid injection pump, pemboran untuk mengangkat dan
rotating head, banjo box, throttle mentransportasikan serbuk bor ke
valve, blooie line, air drilling permukaan dengan baik. Energi
separator, dan float valve. kinetik minimum yang dibutuhkan
adalah sebesar 3 lb-ft/cuft.
TEKNIK PERHITUNGAN Adapun kriteria keberhasilan
PEMBORAN AERASI penggunaan pemboran aerasi
menurut Guo-Ghalambor dapat
Untuk mempertahankan dilihat pada tabel dibawah ini:
sirkulasi fluida pemboran ketika
melakukan pemboran pada formasi Tabel 1
yang permeabel, hydraulic
(hydrostatic dan hydrodynamic) Parameter Keberhasilan Aerated
pressure pada lubang harus dijaga Drilling
agar tetap seimbang atau lebih kecil
daripada tekanan formasi. Untuk
menyeimbangkan tekanan pada
lubang dengan tekanan formasi,
densitas fluida pemboran perlu
dikurangi dengan menambahkan
udara terkompresi kedalam fluida
pemboran.
Prediksi terhadap shut-in dan
flowing bottom hole presssure
merupakan suatu tantangan dalam
penggunaan metode pemboran
aerasi. Perhitungan hidrolika
JENDELA OPERASI menggunakan teknik pemboran
konvensional pada sumur panas
Pembuatan jendela operasi bumi, sehingga jika dibiarkan dapat
akan memudahkan untuk menambah beban biaya pemboran
menentukan laju alir gas dan laju alir seperti bertambahnya sewa rig untuk
lumpur yang tepat pada kedalaman mencabut rangkaian pipa yang
yang diinginkan. Laju alir gas dan terjepit, biaya sewa peralatan, dan
laju alir lumpur yang tepat perlu dapat mengakibatkan sumur ditutup.
didapatkan agar pemboran aerasi Sehingga dengan menggunakan
dapat berjalan dengan maksimal. teknik pemboran aerasi ini dapat
Jendela operasi dibatasi oleh tekanan mengurangi kemungkinan terjadinya
formasi, tekanan collapse, wash out hilang sirkulasi dan pipa terjepit,
area, dan energi kinetik. sehingga dapat mengurangi
Untuk menentukan parameter kemungkinan bertambahnya biaya
yang tepat perlu di lihat kriteria yang yang diakibatkan dari masalah
dibutuhkan, yaitu nilai ECD dan masalah tersebut.
ESD dibawah tekanan formasi, Adapun biaya yang harus
karena jika nilai ECD dan ESD dikeluarkan dibagi menjadi tangible
melebihi tekanan formasi, maka cost dan intangible cost. Casing atau
dapat diindikasikan bahwa akan liner, pahat, dan surface well
terjadi hilang sirkulasi, namun juga equipment merupakan contoh dari
harus diatas tekanan collapse untuk biaya tangible. Adapun jasa air
mencegah terjadinya collapse, serta drilling, semen, material lumpur, dan
diperlukan laju alir lumpur dibawah mud service merupakan contoh dari
batas wash out area, yaitu 900 gpm, biaya intangible. Rincian biaya dapat
karena jika melebihi dati batas wash dilihat pada tabel 2 pada
out dapat menyebabkan dinding LAMPIRAN.
sumur runtuh.
Kriteria yang terakhir adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai energi kinetik yang dihasilkan
harus diatas energi kinetik minimum Penggunaan pemboran aerasi
yang dibutuhkan untuk mengangkat pada trayek 17 1/2" pada kedalaman
serbuk bor, yaitu 3 lb-ft/cuft. 1024 mMD dilakukan dengan
menginjeksikan gas sebesar 2000
scfm dengan laju alir lumpur sebesar
KEEKONOMIAN PEMBORAN
877 gpm. Pada trayek 17 1/2" pada
AERASI
kedalaman 3359 ft penggunaan
Masalah masalah seperti pemboran aerasi pada parameter ini
hilang sirkulasi dan pipa terjepit masih belum optimal. Hal ini dapat
tidak dapat diselesaikan dengan dilihat pada gambar 1 dan 2 , dimana
nilai Equivalent Circulating Density Penggunaan pemboran aerasi
(ECD) dan Equivalent Static Density pada trayek 12 1/4" pada kedalaman
(ESD) masih lebih besar daripada 6709 ft dilakukan dengan
tekanan reservoir. Kondisi ini menginjeksikan gas sebesar 1200
menunjukkan bahwa pada trayek scfm dengan laju alir lumpur sebesar
tersebut masih berada dalam keadaan 750 dan 780 gpm. Pada trayek 12
overbalanced sehingga terjadi loss 1/4" pada kedalaman 6709 ft
circulation dan juga terjadi masalah penggunaan pemboran aerasi pada
pipa terjepit yang dikarenakan parameter ini masih belum optimal.
hilangnya sirkulasi sehingga cutting Hal ini dapat dilihat pada gambar 7
tidak dapat terangkat ke permukaan dan 8, dimana nilai Equivalent
dan menumpuk diatas pahat bor. Circulating Density (ECD) dan
Kondisi ini yang akhirnya bisa Equivalent Static Density (ESD)
menyebabkan terjadinya pipa masih lebih besar daripada tekanan
terjepit. reservoir. Kondisi ini menunjukkan
Berdasarkan jendela operasi bahwa pada trayek tersebut masih
yang telah dibuat, optimasi berada dalam keadaan overbalance
penggunaan metode pemboran aerasi sehingga terjadi loss circulation dan
pada trayek 17 1/2 pada kedalaman juga terjadi masalah pipa terjepit
3359 ft bisa dilakukan dengan yang dikarenakan hilangnya sirkulasi
menginjeksikan gas sebesar 2500 sehingga cutting tidak dapat
sfm dengan laju alir lumpur sebesar terangkat ke permukaan dan
877 gpm penggunaan metode menumpuk diatas pahat bor. Kondisi
pemboran aerasi telah optimal . Hal ini yang akhirnya bisa menyebabkan
ini dapat terlihat pada gambar 4 dan terjadinya pipa terjepit.
5, dimana nilai ECD dan ESD sudah Berdasarkan jendela operasi
lebih kecil daripada tekanan formasi yang telah dibuat, optimasi
dan lebih besar dari tekanan penggunaan metode pemboran aerasi
collapse. Dengan demikian, sudah pada trayek 12 1/4 pada kedalaman
didapatkannya kondisi pemboran 6709 ft bisa dilakukan dengan
underbalance. Hal ini juga didukung menginjeksikan gas sebesar 1200
oleh hasil energi kinetik dari sfm dengan laju alir lumpur sebesar
penggunaan fluida aerasi pada trayek 600 gpm penggunaan metode
17 1/2 pada kedalaman 3359 ft, pemboran aerasi telah optimal . Hal
dimana energi kinetik fluida aerasi di ini dapat terlihat pada gambar 10 dan
sepanjang aliran sudah lebih besar 11, dimana nilai ECD dan ESD
dari nilai minimum energi kinetik sudah lebih kecil daripada tekanan
yang telah ditentukan. Sehingga formasi dan lebih besar dari tekanan
resiko terjadinya pipa terjepit dapat collapse. Dengan demikian, sudah
diminimalkan. didapatkannya kondisi pemboran
underbalance. Hal ini juga didukung 610 gpm penggunaan metode
oleh hasil energi kinetik dari pemboran aerasi telah optimal . Hal
penggunaan fluida aerasi pada trayek ini dapat terlihat pada gambar 16 dan
12 1/4 pada kedalaman 6709 ft, 17, dimana nilai ECD dan ESD
dimana energi kinetik fluida aerasi di sudah lebih kecil daripada tekanan
sepanjang aliran sudah lebih besar formasi dan lebih besar dari tekanan
dari nilai minimum energi kinetik collapse. Dengan demikian, sudah
yang telah ditentukan. Sehingga didapatkannya kondisi pemboran
resiko terjadinya pipa terjepit dapat underbalance. Hal ini juga didukung
diminimalkan. oleh hasil energi kinetik dari
Penggunaan pemboran aerasi penggunaan fluida aerasi pada trayek
pada trayek 9 7/8" pada kedalaman 9 7/8 pada kedalaman 7578 ft,
7578 ft dilakukan dengan dimana energi kinetik fluida aerasi di
menginjeksikan gas sebesar 1200 sepanjang aliran sudah lebih besar
scfm dengan laju alir lumpur sebesar dari nilai minimum energi kinetik
800 gpm. Pada trayek 9 7/8" pada yang telah ditentukan.
kedalaman 7578 ft penggunaan
pemboran aerasi pada parameter ini KESIMPULAN
masih belum optimal. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 13 dan 14 , 1. Aerated drilling pada trayek
dimana nilai Equivalent Circulating 17-1/2 pada kedalaman
Density (ECD) dan Equivalent Static 3359.58 ft dengan
Density (ESD) masih lebih besar menginjeksikan gas sebesar
daripada tekanan reservoir. Kondisi 2000 scfm dan laju alir
ini menunjukkan bahwa pada trayek lumpur sebesar 877 gpm,
tersebut masih berada dalam keadaan mengindikasikan adanya loss
overbalance dan terjadi loss circulation karena tekanan
circulation. Kemudian berdasarkan hidrostatik yang lebih besar
energi kinetiknya, serbuk bor belum dari tekanan formasi dan
dapat terangkat ke permukaan karena stuck pipe karena serbuk
terjadinya hilang sirkulasi meskipun tidak terangkat kepermukaan.
nilai energi kinetik di sepangjang
aliran sudah diatas 3 lb/cuft. 2. Aerated drilling pada trayek
Berdasarkan jendela operasi 12-1/4 pada kedalaman
yang telah dibuat, optimasi 6709.32 ft dengan laju gas
penggunaan metode pemboran aerasi sebesar 1200 scfm serta laju
pada trayek 9 7/8 pada kedalaman alir lumpur sebesar 750 gpm
7578 ft bisa dilakukan dengan dan 780 gpm,
menginjeksikan gas sebesar 1200 mengindikasikan adanya loss
sfm dengan laju alir lumpur sebesar circulation karena tekanan
hidrostatik yang lebih besar serbuk bor terangkat ke
dari tekanan formasi dan permukaan. Sehingga
stuck pipe yang memang pemboran kembali dilakukan.
terbukti. Hal ini bisa
disebabkan karena cutting 6. Setelah dilakukan optimasi
menumpuk diatas rangakaian dengan rekomendasi jendela
bor sehingga tidak terangkat operasi Pada section 9-7/8
kepermukaan. pada kedalaman 7578.74 ft
dengan penggunaan laju alir
3. Aerated drilling pada trayek lumpur 610 gpm pada laju
9-7/8 pada kedalaman alir gas 1200 scfm, terbukti
7578.74 ft dengan didapatkan kondisi
menginjeksikan gas sebesar underbalanced dan serbuk
1200 scfm dan laju alir bor terangkat ke permukaan.
lumpur sebesar 800 gpm, Sehingga pemboran kembali
mengindikasikan adanya loss dilakukan.
circulation karena tekanan
hidrostatik yang lebih besar DAFTAR PUSTAKA
dari tekanan formasi.
1. Birkisson,F., and Hole H.,
4. Setelah dilakukan optimasi Aerated Fluids for Drilling
dengan rekomendasi jendela of Geothermal Wells,
operasi, Pada section 17-1/2 Iceland Drilling Company,
pada kedalaman 3359.58 ft Germany, 2007.
dengan laju alir gas 2500
scfm dan laju alir lumpur 2. Budi Kesuma Adi Putra, I.,
877 gpm, terbukti didapatkan Drilling Practice with
kondisi underbalanced dan Aerated Drilling Fluid:
serbuk bor terangkat ke Indonesian and Icelandic
permukaan. Sehingga Geothermal Fields, United
pemboran kembali dilakukan. Nations University, Iceland,
2008.
5. Setelah dilakukan optimasi
dengan rekomendasi jendela 3. Finger, John, and Doug
operasi Pada section 12-1/4 Blankenship, Handbook of
pada kedalaman 6709.32 ft Best Practices for
dengan laju alir lumpur 600 Geothermal Drilling, Sandia
gpm dan laju alir gas 1200 National Laboratories,
scfm, terbukti didapatkan California, 2010.
kondisi underbalanced dan
4. Guo, B., and Ghalambor, A., Publishing Company,
An Innovation in Designing Houston, 1984.
Underbalanced Drilling Flow
Rates: A Gas-Liquid Rate 9. Rubiandini, Rudi, Teknik
Window (GLRW) Operasi Pemboran, Institut
Approach, IADC/SPE paper Teknologi Bandung,
77237 presented at 2002 Bandung, 2012.
IADC/SPE Asia Pacific
Drilling Technology held in 10. Vivian , Evaluasi
Jakarta, Indonesia, 9-11 Pengangkatan Serbuk Bor
September 2002. pada Pemboran Aerated
Sumur V-7.2 Lapangan
5. Guo, B., et al., A Closed JBU, Tugas Akhir-Teknik
Form Hydraulics Equation Perminyakan Universitas
for Aerated Mud Drilling in Trisakti, Jakarta, 2016.
Inclined Wells, University
of Louisiana , Lafayette, 11. Prognosis Geologi Sumur K-
2003. 1 Lapangan Y

6. Guo, B., et al., An 12. http://gscupnvyk.blogspot.co.


Analytical Solution for id/2015/05/masalah-
Aerated Mud and Foam pemboran-pada-lapangan-
Drilling Hydraulics in panas.html diakses pada 26
Deviated Holes. Canadian Maret 2017
International Petroleum
Conference, Canada, 2003. 13. http://image.china-
ogpe.com/newsimages/Thrott
7. Hilmy, M. Egy, Evaluasi le_valve1_glossary-1.gif
Penggunaan Aerated Drilling diakses pada 26 Maret 2017
pada Sumur Dindra
Lapangan Panas Bumi BPA- 14. http://petrowiki.org/Lost_circ
08 PT.Pertamina Upstream ulationdiakses pada 26 Maret
Technology Center, Tugas 2017
Akhir- Teknik Perminyakan
Universitas Trisakti, Jakarta, 15. http://petrowiki.org/Different
2015. ial-pressure_pipe_sticking
diakses pada 26 Maret 2017
8. Lyons, William C., Air and
Gas Drilling Manual, Gulf
DAFTAR SIMBOL L = Borehole length (measured

= Perbedaan Tekanan, psi depth), ft

Pflow= Flowing bottom hole


mix = Berat spesifik fluida
pressure, psia
aerasi , lbf/ft3
Pfr = Kehilangan tekanan akibat
= Kekasaran lubang rata-
friksi, psia
rata , ft (0.004 ft open
PH = Circulation-break bottom
hole)
hole pressure, psia
2
A = Cross-sectional area, in
PS = Tekanan pada choke di
db = Diameter bit, in
permukaan, psia
DH = Hydraulic diameter of
Qf = Laju alir influx fluida
flowpath (ft)
formasi, bbl/hour
ECD = Equivalent circulating
Qg = Laju alir udara, gpm
density , ppg
Qm = Laju alir lumpur, gpm
Ek = Energi kinetik , lb-f/ft3
Rp = Rate of penetration, ft/hour
ESD = Equivalent static
Sf = Specific gravity fluida
density, ppg
formasi
f = Moody friction factor
Sg = Specific gravity gas
FLHU = Correction factor untuk
Ss = Specific gravity serbuk bor
liquid hold up
Tavg= Temperatur rata-rata , R
g = Percepatan gravitasi,
Ts = Temperatur permukaan, R
2 2
ft/sec (32.2 ft/sec )
vmix = Mixture velocity, ft/sec
GLR = Gas Liquid Ratio
Wm = Densitas lumpur, ppg
H = Kedalaman vertical , ft
LAMPIRAN

Tabel G.1

Biaya Aerated Drilling

PROGRAM ACTUAL
Description
($) ($)
Casing/Liner 703021.2667 553997.47
Casing Accessories 147510.4914 100364.9043
Surface Well Equipment 296984.5 65583.28
Koordinator IPM 182432.7825 174448.1242
Rig 2734868.452 2857995.222
Top Drive 317761.8978 351663.475
Directional Drilling 812351.3333 565380.3725
Semen + Material 799168.0466 726946.4762
Mud Services + Material 359264.3 529449.744
Mud Logging Unit 80039.75106 84280.885
Monitoring H2S System 73258.05022 72890
Water Pump 391571.9551 387379.3938
General Services 118592.0057 80968.24
Jasa Air Drilling 541330.9474 390969.1667
Pengelasan Wellhead 18230 0
Perforasi Casing 27312.5 0
Wellsite Geologist 6113.121846 4900
IPAL Boy 0 0
Pahat 141250 137653
BBM (Solar) 1220928.635 995291.0476
Personil PGE 60813.89136 14519.04762
Coring 128343.7218 216789.2
Logging 875603.8819 10000
TOTAL 10036751.53 8321469.049
Gambar 1

ECD vs Kedalaman pada Trayek 17 Interval Kedalaman 0 ft 3359 ft Sumur

K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 2

ESD vs Kedalaman pada Trayek 17 Interval Kedalaman 0 ft 3359 ft Sumur

K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 3

Energi Kinetik vs Kedalaman pada Trayek 17 Interval Kedalaman 0 ft 3359ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 4

Hasil Optimasi ECD Vs Kedalaman Trayek 17 Interval Kedalaman

0 ft 3359 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 5

Hasil Optimasi ECD Vs Kedalaman Trayek 17 Interval Kedalaman

0 ft 3359 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 6

Hasil Optimasi Energi Kinetik Vs Kedalaman Trayek 17 Interval

Kedalaman 0 ft 3359 ft
Gambar 7

ECD vs Kedalaman pada Trayek 12 Interval Kedalaman 0 ft - 6709 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 8

ESD vs Kedalaman pada Trayek 12 Interval Kedalaman 0 ft - 6709 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 9

Energi Kinetik VS Kedalaman pada Trayek 12 1/4 Interval Kedalaman

0 ft - 6709 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 10

Hasil Optimasi ECD Vs Kedalaman Trayek 12 Interval Kedalaman

0 ft - 6709 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 11

Hasil Optimasi ECD Vs Kedalaman Trayek 12 1/4 Interval Kedalaman

0 ft - 6709 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 12

Hasil Optimasi Energi Kinetik Vs Kedalaman Trayek 12 Interval Kedalaman

0 ft - 6709 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 13

ESD vs Kedalaman pada Trayek 9 7/8 Interval Kedalaman 0 ft -7578 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 14

ESD vs Kedalaman pada Trayek 9 7/8 Interval Kedalaman 0 ft -7578 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 15

Energi Kinetik VS Kedalaman pada Trayek 9 7/8 Interval Kedalaman

0 ft - 7578 ft. Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 16

Hasil Optimasi ECD Vs Kedalaman Trayek 9 7/8 Kedalaman

0 ft 7578 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 17

Hasil Optimasi ECD Vs Kedalaman Trayek 9 7/8 Interval Kedalaman

0 ft 7578 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 18

Hasil Optimasi Energi Kinetik Vs Kedalaman Trayek 9 7/8 Interval Kedalaman

0 ft 7578 ft Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 19

Jendela Operasi Trayek 17 Interval Kedalaman 0 ft 3359 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Gambar 20

Jendela Operasi Trayek 12 Interval Kedalaman 0 ft - 6709 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y


Gambar 21

Jendela Operasi Trayek 9 7/8 Interval Kedalaman 0 ft - 7578 ft

Sumur K-1 Lapangan Panas Bumi Y

Anda mungkin juga menyukai