Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perforasi merupakan suatu kegiatan ketika lubang sumur siap diproduksi dan

bahan peledak merupakan bagian terpenting dari kegiatan tersebut. Kegiatan

perforasi mempunyai bermacam-macam teknik atau cara perforasi dan kondisi kerja

perforasi terbagi atas dua berdasarkan kondisi tekanan lubang bornya, salah satu

contohnya adalah kondisi lubang sumur yang overbalance (kondisi dimana tekanan

hidrostatik lebih besar sedikit daripada tekanan fluida formasi) maka kegiatan

perforasi yang dapat dilakukan yaitu dengan teknik HSD (High Shoot Density).

Fungsi utama dari kegiatan perforasi adalah pembuatan lubang menembus

casing, semen dan formasi sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan

sumur yang mengakibatkan fluida formasi pada lapisan produktif dapat mengalir

kedalam sumur atau diproduksikan. Penggunaan bahan peledak (perforator) pada

kegiatan perforasi bertujuan untuk melubangi ketiga hal diatas, dalam prose

pelubangan (perforasi) diperlukan tekanan yang besar, karena itu jenis bahan

peledak yang digunakan harus disesuaikan dengan cara atau teknik perforasi yang

akan diaplikasikan.

Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap kegiatan perforasi terutama kegiatan perforasi dengan teknik HSD. Tema

kerja praktek kali ini dikhususkan mengenai proses operasi perforasi dengan teknik

HSD.
2

1.2. Tema Kerja Praktek

Tema yang akan diambil dalam kerja praktek ini adalah “ Proses Operasi

Wireline Conveyed Perforation (HSD) “ khususnya tentang proses operasi perforasi

sumur. Untuk tema yang lebih spesifik dapat disesuaikan dengan yang ada

dilapangan.

1.3. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan kerja

praktek ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Tujuan Yang Bersifat Umum

1. Diketahuinya informasi mengenai gambaran pelaksanaan pekerjaan

diperusahaan atau di institusi tempat kerja praktek berlangsung.

2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku perkuliahan.

3. Untuk meningkatkan daya kreatifitas, dan keahlian mahasiswa.

4. Melatih kepekaan mahasiswa untuk mencari solusi masalah yang dihadapi

didalam dunia industri atau dunia kerja.

5. Mengetahui, mengenali dan memahami prinsip kerja spesialisasi perforation

operation yang ada di lokasi ELNUSA DRILLING SERVICE.

1.3.2. Tujuan Yang Bersifat Khusus

1. Mengetahui proses operasi HSD dilapangan.

2. Mengetahui komponen utama HSD dan spesifikasi tools yang digunakan

pada perusahaan yang bersangkutan.

3. Mengetahui prinsip kerja dari kegiatan HSD.


3

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa yang kerja praktek

dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit

kerja yang relevan.

2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi yang

ada pada perusahaan tersebut.

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara

perusahaan tempat kerja praktek dengan jurusan teknik perminyakan

AKAMIGAS BALONGAN.

1.4.2. Bagi Program D3 Jurusan Teknik Perminyakan Akamigas Balongan

1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan

mempraktekkan didunia kerja.

2. Sebagai sarana untuk membina network dan kerjasama dengan perusahaan

di bidang perminyakan.

1.4.3. Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi dilingkungan kerja.

2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan yang

diperoleh dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya.

3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan tempat

mahasiswa kerja praktek.


4

1.5. Rencana Kegiatan

1.5.1. Aktivitas

Hal-hal yang dilakukan selama proses kerja praktek ialah hal-hal yang

berkaitan dengan Spesialisasi Completion System.

1.5.2. Jadwal Kegiatan dan Tempat Kerja Praktek

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Perforasi
5

Perforasi merupakan suatu kegiatan pembuatan lubang ketika sumur minyak

atau gas siap untuk diproduksikan. Bahan peledak (perforator) merupakan bagian

terpenting dari kegiatan tersebut. Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator

yang dibedakan atas bullet atau gun perforator dan shape charge atau jet perforator.

2.1.1. Kondisi Kerja Perforasi

Kondisi kerja dari perforasi dibedakan atas dua macam berdasarkan kondisi

dari lubang sumur, contohnya adalah:

2.1.1.1. Conventional Overbalance

Adalah kondisi dimana tekanan hidrostatik sumur lebih besar sedikit dari

tekanan formasi sumur, sehingga memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan

tubing dan perlengkapan sumur lainnya.

2.1.1.2. Underbalance

Adalah kondisi dimana tekanan hidrostatik lumpur komplesi lebih kecil

dibandingkan tekanan formasi.

2.1.2. Teknik atau Cara Perforasi

Teknik atau cara perforasi dibedakan berdasarkan kondisi dari lubang

sumur.
6

2.1.2.1. Wireline Conveyed Perforation / High Shoot Density

Pada sistem ini gun diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan

wireline, biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi

dengan teknik ini adalah Overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah perforasi

dan menara pemboran dengan BOP masih tetap terpasang untuk penyelesaian

sumur lebih lanjut.

2.1.2.2. Wireline Conveyed Tubing Gun / Enerjet

Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-Mastree dan

tubing, setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi. Penyalaan

gun dilakukan pada kondisi Underbalance dan untuk operasi ini umumnya tidak

diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan pressure control equipment.

2.1.2.3. Tubing Conveyed Perforation / TCP

Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing yang diturunkan

kedalam sumur bersama tubing string. Setelah pemasangan X-Mastree dan packer,

perforasi dilakukan secara mekanik dengan menjatuhkan bar atau go-devil melalui

tubing yang akan menghantam firing head yang ditempatkan dibagian atas

perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada kondisi underbalance maupun

overbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau

dijatuhkan kedasar sumur (rat hole).


7

2.2. Pengertian HSD

HSD (High Shoot Density) adalah salah satu kegiatan perforasi, dimana

kegiatan ini dilakukan pada sumur dengan kondisi Overbalance yaitu dimana

tekanan hidrostatik lebih besar sedikit daripada tekanan formasi.

2.3. Fungsi HSD

Selain untuki melubangi casing, semen dan formasi agar fluida pada lapisan

produktif bisa mengalir kedalam sumur untuk diproduksikan.

2.4. Prinsip Kerja HSD

Setelah lubang sumur dikondisikan pada keadaan Overbalance, maka kegiatan

HSD dapat segera dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan rig up equipment,

lalu memasang BOP (Blow Out Preventer), terdapat dua jenis BOP yang digunakan

pada kegiatan HSD yaitu BOP M dan BOP V.

Pada saat running peralatan HSD, korelasi colar casing dilakukan mulai dari

top depth. Setelah dikorelasi, maka dapat segera ditentukan posisi shooting depth.

Shooting Depth tidak boleh berada pada daerah collar karena dapat memutuskan

susunan casing pada lubang sumur.

Setelah shooting depth didapat, maka arus listrik akan dialirkan dari unit

melalui wireline keperalatan HSD. Arus listrik sebesar 0,4-0,5 Ampere akan

mengaktifkan white deto yang berhambatan 52-54 Ohm yang kemudian akan

memicu Primacord. Primacord tersebut kemudian akan meledak dan memberi


8

tekanan besar pada charge sehingga charge akan meledak dan akan menembak

sehingga casing, semen dan formasi dapat berlubang.

2.5. Peralatan-peralatan HSD

Untuk penjelasan mengenai peraalatan-peralatan HSD penulis hanya akan

menjelaskan nama dan fungsi peralatan yang digunakan diperusahaan tempat

penuliis melakukan praktek kerja.

1. PEH-A/B

2. 10 to 1

3. CAL-B (Casing Anomaly Locator)

4. Carrier

5. Bottom Nose

2.6. Bahan Peledak

Bahan peledak yang digunakan pada kegiatan HSD terdiri dari dua jenis yaitu

Primary Explosive dan Secondary Explosive.

2.6.1. Primary Explosive

Memiliki karakteristik mudah meledak tetapi berdaya ledak rendah, bahan

peledak primary explosive pada HSD terdiri dari :


9

2.6.1.1. Detonator

Berfungsi sebagai pemicu dimana alat ini dapat meledak apabila dialiri arus

sebesar 0,4-07 ampere dan detonator tersebut memiliki hambatan sebesar 52-54

0hm. Jenis detonator yang digunakan pada kegiatan HSD disebut “white deto”.

2.6.1.2. Primacord

Sebenarnya bahan peledak ini berkarakteristik secondary explosive tetapi

karena pada kegiatan HSD peledak ini berperan sebagai pemicu charge maka

peledak ini dimasukkan pada primary explosive. Bahan peledak ini berbentuk seperti

kabel dan sensitif terhadap tekanan yang besar.

2.6.2. Secondary Explosive

Memiliki karakteristik berlawanan dengan primary explosive dimana alat ini

tidak mudah meledak jika terkena tekanan kecil tetapi memiliki daya ledak yang

besar. Explosive tersebut berfungsi sebagai peledak utama karena explosive inilah

yang akan menembak casing, cement dan formasi. Explosive tersebut memiliki

berbagai macam jenis, diantaranya :

2.6.2.1. RDX

Yaitu explosive yang dapat digunakan pada lubang sumur dengan temperature

dibawah 3500F. RDX adalah tipe explosive yang berkarakteristik low temperature.

2.6.2.2. HMX
10

Yaitu explosive yang berkarakteristik high temperature diatas 4000F.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu

melakukan studi kasus, yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai ditempat kerja
11

praktek menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada, ataupun

melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses atau alat untuk kemudian dikaji

sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Untuk mendukung kerja praktek dan kajian yang akan dilakukan, maka dapat

dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain :

3.1. Metode Interview

Dengan cara memberikan pertanyaan kepada pembimbing atau petugas

yang berwenang, untuk mendapatkan data yang tidak diperoleh dilapangan.

3.2. Metode Observasi

Dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis mengenai hal-hal

yang terjadi dilapangan.

3.3. Study Literature

Menambah wawasan / pengetahuan mengenai tema kerja praktek dengan

menelaah literatur-literatur yang berhubungan dan bersesuaian, baik literatur dari

perusahaan maupun dari luar.

BAB IV
KESIMPULAN SEMENTARA

1. Kegiatan HSD dilakukan pada kondisi lubang sumur Overbalance.


2. Pada operasi HSD, Rig pemboran dan BOP masih tetap terpasang untuk
penyelesaian lebih lanjut.
12

3. Tindakan safety sangat diperlukan karena kegiatan HSD menggunakan


bahan peledak berdaya ledak besar.

BAB V

PENUTUP
13

5.I. PENUTUP

Demikian proposal ini saya ajukan, semoga dapat memberikan penjelasan

maksud dan tujuan dari kerja praktek dilokasi Elnusa Drilling Service. Besar harapan

kami agar perusahaan bersedia menerima permohonan kerja praktek ini, dan atas

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Indramayu, 2 Juli 2007

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN INDRAMAYU

Pemohon

REDI TRANSISTO P
NIM: 030003

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

HAZAM FATHON,ST D. SUBYAR MUJIHANDONO, ST


DAFTAR PUSTAKA

1. Donohue, David A T. “ PETROLEUM TECHNOLOGY “. International

Human Resources Development Corporation, Boston, USA, 1986.


14

2. Transisto, Redi, ” STUDY LITERATURE ”. Tekbor, AKAMIGAS

BALONGAN, Indramayu, 2004.

3. Schlumberger, ” SCHLUMBERGER OPERATOR MANUAL “.

Schlumberger Training Center, Paris, France, 1985.

4. Tjondro, Bambang, Ir. “ PERFORATION“. Training Book, Bandung, 2003.

Anda mungkin juga menyukai