Anda di halaman 1dari 30

AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN

Jurusan Teknik Perminyakan


Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2
2. I. TEORI DASAR
Penggunaan lumpur pemboran untuk mengangkat cutting ke
permukaan pertama kali dikonsep oleh Fauvelle, Insinyur Perancis,
tahun 1845.
Definisi Lumpur pemboran adalah fluida baik gas atau cairan atau
kombinasinya yang digunakan dalam operasi pemboran untuk
tujuan tertentu.

2.1.1. Fungsi Lumpur Pemboran


Fungsi lumpur pemboran dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Mendinginkan dan melumasi bit serta drillstring.
Operasi penembusan formasi membuat berbagai macam friksi
antara bit, drillstring dan lubang bor/casing/mineral-mineral
penyusun formasi sehingga menimbulkan dampak panas pada
peralatan pemboran bawah permukaan. Fungsi lumpur adalah
sebagai pelumas antar drillstring/bit ketika terjadi friksi dan
menyerap panas ketika terjadi gesekan yang berlebihan.
2. Membersihkan dasar lubang sumur
Ketika tekanan hidrostatis lumpur lebih besar daripada tekanan
formasi maka terjadilah efek “chip hold down” dimana bit
menggerus batuan dan karena adanya kondisi overbalance
mengakibatkan cutting cenderung mengendap apada dasar lubang
bor. Permasalahan yang diakibatkan adalah menumpuknya

Lumpur Pemboran 1
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

cutting pada lubang sumur sehingga bisa mengakibatkan bit


balling dan hole problems lainnya. Lumpur dipilih untuk
mengangkat cutting yang mengendap tersebut dimana
keberhasilan pengangkatannya akan tergantung adanya
kecepatan aliran, viskositas, ukuran cutting, densitas cutting dan
lumpur pemboran.
3. Mengangkat cutting ke permukaan
Cutting harus diangkat ke permukaan untuk mencegah
berkembangnya konsentrasi padatan yang menumpuk dibawah
permukaan dalam jumlah yang tinggi.
4. Meminimalkan kerusakan formasi
Kerusakan formasi adalah pengecilan permeabilitas batuan
berpori disekitar lubang bor. Kejadian ini diperparah pada kondisi
low permeability reseservoirs. Material – material yang dapat
menyebabkan kerusakan formasi adalah koloid padatan, barit dan
clay. Lumpur pemboran digunakan untuk mencegah kejadian
diatas dengan membuat filter cake yang cukup pada zona – zopa
produktif.
5. Mengontrol tekanan formasi dan permasalahannya
Penembusan formasi yang bertekanan sub-normal atau abnormal
membutuhkan pemilihan jenis lumpur yang sesuai.
6. Menjaga kestabilan lubang bor
Kestabilan lubang bor dapat terganggu apabila terjadi
penembusan fractured, unconsolidated zone, hydratable clays dan
pressures section.
7. Sarana Well Logging
Sifat fisik dan kimia dari lumpur pemboran akan mempengaruhi
proses penilaian formasi atau well logging.

Lumpur Pemboran 2
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

8. Melindungi drillstring, casing dan tubing dari korosi


Penembusan formasi yang mengandung gas H2S akan
mempercepat terjadinya korosi. Lumpur pemboran ditambahkan
dengan additif untuk mencegah korosi atau digunakan oil base
muds.
9. Mencegah kontaminasi dari formasi
Kontaminasi yang terjadi adalah adanya gas – gas beracun,
padatan dalam jumlah banyak, dan kontaminasi ion dapat
dikurangi dengan pemilihan jenis lumpur yang sesuai.
10. Meminimalkan Torsi, Drag dan Pipa Terjepit
Torsi adalah gaya yang dibutuhkan untuk memutar drillstring.
Drag adalah gaya diatas berat string yang digunakan untuk
menggerakan pipe secara vertikal. Penambahan torsi dapat
pengakiatkan drillstring bengkok dan penambahan drag yang
berlebihan akan mengakibatkan pipe terjepit.
Pipa terjepit banyak menghabiskan iaya dan dapat dicegah dengan
pemakaian jenis lumpur yang sesuai dengan formasi yang
ditembus. Penambahan chemicals diharpkan lebih membantu
untuk pencegahan dan penanggulangannya.

11. Meningkatkan laju penembusan


Laju penembusan dipengaruhi oleh sifat – sifat fisik lumpur
pemboran. Lumpur dengan viskositas tinggi mengurangi
kecepatan pengangkatan cutting dibawah bit.

2.1.2. Jenis – Jenis Lumpur Pemboran


Jenis – jenis lumpur pemboran yang biasa digunakan
dilapangan adalah :

Lumpur Pemboran 3
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

1. Fresh Water Muds


2. Salt Water Muds
3. Oil in Water Emulsion
4. Oil Base and Oil Base Emulsion Muds
5. Gaseous Drilling Fluids

2.1.2.1. Fresh Water Muds


Adalah lumpur yang fasa cairnya air tawar dengan (kalau ada
kadar garam kecil (kurang dari 10000 ppm = 1% berat garam).
Jenis – jenisnya adalah :
1. Spud Mud
Adalah lumpur yang digunakan untuk membor formasi bagian
atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya adalah mengangkat
cutting ke permukaan.
2. Natural Mud
Umunya tipe lumpur ini digunakan untuk pemboran yang cepat
seperti pemboran pada surface casing .
3. Bentonite – Treated Mud
Merupakan jenis lumpur yang banyak digunakan dalam
pemboran. Bentonit adalah material yang digunakan untuk
membuat koloid innorganis yang mengurangi filter loss dan
mengurangi tebal mud cake. Bentonit juga menaikkan viskositas
dan gel yang dapat dikontrol dengan thinner.
4. Phosphate Treated Mud
Lumpur jenis ini mengandung polyphosphate untuk mengontrol
viskositas dan gel strength. Densitas lumpur akan cukup besar
tetapi viskositas dan gelstrengthnya rendah. Fungsinya adalah
mengurangi filter loss serta mud cake dapat tipis. Kelemahan

Lumpur Pemboran 4
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

lumpur ini adalah tidak cocok pada temperatur tinggi, densitas


yang sangat tinggi, kontaminasi NaCl dapat terjadi penggumpalan
dan kontaminasi semen dalam jumlah banyak.
5. Organic Colloid Treated Mud
Lumpur dengan penambahan pregelatinized starch atau
carboxymethil cellulose. Organic colloid tersebut tidak sensitif
dengan clay sehingga baik untuk mengurangi filltration loss .
6. Red Mud
Adalah lumpur yang ditreatment dengan caustic soda atau
quebracho sehingga menghasilkan warna merah muda.
7. Calcium Mud
Adalah lumpur yang disengaja ditambahkan calcium dalam
bentuk slaked lime (kapur putih), semen, plaster (CaSO4)/(CaCl2),
tetapi dapat tidak sengaja selama pemboran karena adanya
semen, anhydirit dan gypsum.
Jenis – jenisnya dibagi lagi yaitu:
a. Lime Treated Mud
b. Gypsum Treated Mud
c. Calcium Salt

2.1.2.2. Salt Water Mud


Adalah lumpur dengan bahan dasar garam untuk membor
formasi garam massive/salt dome, atau lapisan formasi garam.
Sebagai bentonite digunakan attapulgite. Jenis – jenis lumpur ini
adalah :
1. Unsaturated Salt Water Mud
Lumpur yang bahan dasarnya adalah garam tak jenuh, biasanya
yang digunakan adalah air laut.

Lumpur Pemboran 5
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2. Saturated Salt Water Mud


Lumpur yang bahan dasarnya adalah garam jenuh NaCl atau jenis
– jenis garam lainnya. Garam yang terdapat dalam lumpur
digunakan untuk menjenuhi garam yang terdapat dirongga-rongga
formasi terlebih dahulu.
3. Sodium Silicate Mud
Lumpur dengan bahan dasar 65 % volume Na Silicate dan 35 %
garam larutan jenuh.

2.1.2.3. Oil in Water Emulsion Mud (Emulsion Mud)


Minyak merupakan fasa tersebar sedangkan air merupakan
fasa kontinyu. Air juga merupakan filtrat. Sebagai bahan dasar bisa
digunakan baik fresh maupun salt water muds. Keuntungan dari
lumpur ini adalah filtrate loss berkurang, laju penetrasi naik dan
pengurangan korosi pada drillstring, Perbaikan sifat – sifat lumpur
(viskositas dan tekanan pompa dapat dikurangi, water loss turun,
mud cake turun/tipis) dan mengurangi bit balling.

2.1.2.4. Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud


Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya.
Kadar air diatur renda hanya berkisar 3 –5% volume. Karena
filtratnya minyak sehingga tidak akan menghidratkan shale atau clay
yang sensitif baik pada formasi biasa ataupun formasi produktif.
Kegunaan lainnya adalah sebagai pembebas pipa terjepit dan
mempermudah pemasangan casing/liner.
Oil base emulsion mud pada dasarnya sama dengan oil base
mud tetapi air merupakan tambahan 15-50% untuk menghindarkan
api, toleran terhadap air dan sebagainya.

Lumpur Pemboran 6
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2.1.2.5. Gaseous Drilling Fluid


Lumpur ini bahan dasarnya adalah udara kering dan
digunakan pada formasi kering/keras. Lumpur bisa juga merupakan
aerated drilling mud artinya pencampuran antara air dan udara/gas.

2.1.3. Pengujian lumpur Pemboran


Pengujian didasarkan pada standar American Petroleum
Institute (API) RP 13B

Tabel 2–1. Pengujian Lumpur ( Sumber : Neal Adam, 1985)

Jenis Lumpur
Pengujian
Bahan Dasar Air Bahan Dasar Minyak

Densitas/Berat Lumpur Mud Balance Mud Balance


Viskositas Marsh Funnel & Grad. Cup Marsh Funnel & Grad. Cup
Kadar Pasir Sand Content Kit Belum ada
Rheology (PV, YP, Gels) Viscometer Viscometer
Shear Strength Shearometer Shearometer
Low pressure filtration (100 psi) HPHT Press HPHT Press
Static high-temperature shear streghts HT pressurized aging cells HT pressurized aging cells
Hydrogen ion determination Modified calorimetric method Belum ada
pH meter
pHydrion dispenser
Oil, water, solid Retort kit Retort kit
Bentonite Methylene Blue Kit Belum ada
Kadar Chlorida Pottasion Chromat Belum ada
Silver Nitrate Belum ada
Water phase salinity and total Belum ada mengukur % calsium chlorida
soluble salts dan kadar sodium khlorida
dari volume air
Alkalinitas N-50 sulfuric acid, phenoptaline Belum ada
metil orange
Calcium dan magnesium Versenate hardness test belum
Electrical stability Belum ada voltage breakdown meter

Lumpur Pemboran 7
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2.1.4. Jenis – Jenis Additif


Jenis – jenis additif yang digunakan :
1. Viscosifiers
Additif yang digunakan untuk meningkatkan viskositas lumpur
pemboran. Jenis – jenisnya antara lain :
a. Clays, digunakan untuk meningkatkan viskositas, yield point
dan gel strength. Contohnya adalah bentonite, attapulgite dan
sub – bentonite (attapulgite).
b. Polymer, contohnya :
‰ Hydroxymethilcellulose (HEC), non ionic polymer viscofiers
yang terdispersi dalam air tawar atau brines.
‰ Carboxymethylcellulosa (SMC), anionic polymeric viscosifiers
yang digunakan di air tawar.
‰ Polysacharide (high moleculer weight), sebagai agen suspensi
dan material pemberat pada lumpur air tawar dan brines.
‰ Hydrocarbon coplymer, meningkatkan viscositas pada
lumpur invert dan oil muds.
‰ Polyacrylamide polyacrilate (kombinasi), kombinasi dari
kedua polimer tersebut akan meningkatkan polimer.
‰ Plyacrilate, digunakan dengan bentonite untuk
meningkatakan yield dari bentonite dengan tanpa
menambah kadar padatan dalam lumpur.
2. Viscosity Reducer
Adalah material pengurang viskositas dalam lumpur pemboran.
3. Thinner dan Dispersant
Adalah zat – zat kimia yang menyebabkan lumpur mengencer
dengan mengurangi gaya tarik – menarik antar partikel dalam
lumpur pemboran.

Lumpur Pemboran 8
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Sebagian besar thinner dapat diklasifikasikan dalam material


organik dan innorganik. Thinner organik seperti lignosulfate, lignin
dan tannin. Thinner organik dapat digunakan pada temperatur
tinggi dan menghasilkan kontrol filtrasi yang baik.
Thiiner innorganik seperti sodium acid polyphosphate acid
pyrophosphate (SAPP), tetrasodium pyrophosphate, sodium
tetraphosphate, dan sodium hexametaphosphate.
4. Chemical Breakers
Adalah meterial kimia yang digunakan untuk memecah viskositas
lumpur yang diakibatkan oleh polimer sebagai contoh adalah
clorox.
5. Fluid Loss Agents
Lumpur meloloskan fluida ke dalam formasi. Agen untuk
mengurangi loss tersebut dibuat untuk membuat mud cake yang
tipis dan semipermeabel. Lubang bor akan lebih stabil dan zona
produktif yang terinfiltrasi filtrate dapat sedikit
dikurangi/dikontrol.
Bentonit digunakan untuk membuat dasar mud cake yang
permeabel dan zat – zat kimia ditambahkan untuk membantu
mengontrol filtration loss sebagai contoh : starch, guar gum, poly
sacharide, acrylic polymer, organic thinner dan sodium
carboxymethil cellulosa.
6. pH Adjusters
biasanya sebagai alat pengntrol pH. Ketika lumpur ditambahkan
aditif seperti thinner dan sebagainya akan mengubah lumpur
keluar dari kondisi basa maka perlu ditambahkan alkaline seperti
NaOH dan KOH.

Lumpur Pemboran 9
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

7. Density Control Material


Pengontrolan densitas dilakukan agar tekanan hidrostatis lumpur
sesuai dengan kondisi formasi yang ditembus. Density control lebih
dikenal sebagai material pemberat lumpur seperti Barite, Galena,
Calcium Carbonate, Bar-Gain, Densimix.
8. Lost Circulation Material
LCM adalah zat – zat yang digunakan untuk mengontrol loss
circulation diantaranya adalah newssprint, ground walnut hulls,
cottonsed hulls, sawdust, cellophane flakes, ground leather dan
ccane fiber dan beberapa polimer seperti resin.
9. Spotting Fluids
Spooting fluid adalah dluida yang digunakan untuk membebaskan
pipa terjepit, jenisnya adalah: oil muds, diesel oil, emulsifiers,
lubricant.
10. Flocullants
Adalah zat yang digunakan untuk menggabungkan partikel –
partikel yang terdapat didalam lumpur pemboran
(menggumpalkan). Contoh : alluminium compounds, organic
polymers, modified polysacharide dan modified guar gum.
11. Shale Stabilizers
Kondisi lubang bor yang tidak stabil dapat diakibatkan adanya
reaksi kimia antara lumpur dan formasi, masalah mekanik atau
memang karakter fisik dari formasi yang ditembus salah satunya
ketidakstabilan akibat penembusan lapisan clay. Untuk mengatasi
hal tersebut maka dalam lumpur pemboran perlu ditambahkan
additif diantaranya yaitu : asphalt dan gilsonite.

Lumpur Pemboran 10
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

12. Detergents
Detergents, apabila digunakan dengan baik maka dapat
meningkatkan laju penembusan, mengurangi bit and collar balling,
dan mengurangi pengendapan cutting. Detergents digunakan
untuk lubang permukaan.
13. Corrosion Control
Gas – gas yang terdapat selama penembusan yang dapat
menyebabkan korosif beserta treatmentnya ditabelkan seperti
Tabel 2-2.
Tabel 2-2. Treatment Korosi di Formasi
T
Agen Korosif Sumber Treatment

Karbondioksida Formasi Meningkatkan densitas lumpur


Meningkatkan pH 10 atau lebih
Menggunakan Inhibitor Korosi Kation

Hidrogen Sulfida Bakteri Formasi Microbiocyde


Meningkatkan densitas lumpur
meningkatkan pH 10 atau lebih
Menggunakan H2S atau Sulfide
Scavengers yang berkonjungsi dengan
pH control .
Bakteri Mikrobiocide
Meningkatkan pH 10 atau lebih
Degradasi Thermal Merubah sitem lumpur ke lignite/
surfactant atau oil mud.

Oksigen Aerasi Mengurangi YP dan Gel Strength


Menggunakan peralatan yang tepat
meningkatkan pH 10 atau lebih
menggunakan cationic inhibitor
menggunakan mud guns
Menambah scavenger

Lumpur Pemboran 11
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2.1.5. Sifat – Sifat Fisik Lumpur Bor


2.1.5.1. Densitas
Densitas didefinisikan sebagai berat per volume. Alat yang
digunakan untuk pengkuran densitas adalah mud balance. Dibawah
akan disebutkan cara pengukuran menggunakan mud balance yaitu :
1. Mengkalibrasikan peralatan mud balance sebagai berikut :
a. Membersihkan peralatan mud balance
b. Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu diutup dan
dibersihkan bagian luarnya. Keringkan dengan kertas tissue.
c. Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula.
d. Rider ditempatkan pada skal 8,33 ppg
e. Mencek pada level glass, bila tidak seimbang, atur callibration
screw sampai seimbang.
2. Menkar air 350 cc dicampur dnegan 22,5 gram bentonit. Caranya
air dimasukkan ke dalam bejana, lalu dipasang pada multi
mixerdan bentonite dimasukkan sedikit demi sedikit setelah multi
mixer dijalankan, selang beberapa menit setelah dicampur, bejana
diambil dan isi cup balance dengan lumpur yang telah dibuat..
3. Cup ditutp dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar
dan tutup cup lalu dibersihkan.
4. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula lalu mengatur
rider hingga seimbang. Baca densitas yang ditunjukkan oleh
skala.

Lumpur Pemboran 12
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Gambar 2-1. Mud Balanced

Densitas dapat dirumuskan sebagai berikut :


Wo
Do = …(2-1)
Vo
WA
DA = …(2-2)
VA
WF
DF = …(2-3)
VF
Dimana :
Wo = berat lumpur awal, lb.
WA = berat material tambahan, lb.
WF = berat lumpur akhir setelah penambahan materail, lb.
Vo = volume lumpur awal, gal.
VA = volume materail yang ditambahkan, gal.
VF = volume lumpur akir, gal.
Do = densitas lumpur awal, lb./gal.

Lumpur Pemboran 13
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

DA = densitas material tambahan, lb./gal.


DF = densitas lumpur akhir, lb./gal.
Karena dalam standar Amerika terdapat 42 gallon per barrel
umpur maka berat material yang ditambahkan pada lumpur awal (w)
dan berat material yang ditambahkan pada lumpur akhir ( w ) adalah:
WA
w = 42 … (2-4)
Vo

WA
w = 42 … (2-5)
WF
Berat lumpur akhir adalah berat lumpur awal ditambahkan dengan
berat material.
WF = Wo + WA …(2-6)

Volume lumpur akhir adalah volume lumpur awal ditambahkan


dengan berat material.
VF = Vo + VA …(2-7)

Beberapa rumus perhitungan lumpur adalah:


1. Densitas yang dihasilkan dari penambahan padatan ke dalam
lumpur pemboran.
WF
DF =
VF
Wo + WA
DF =
Vo + VA
Vo Do + WA
DF =
W
Vo + A
DA

WA
Do +
Vo
DF = …(2-8)
W
1+ A
Vo DA

Lumpur Pemboran 14
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Dari persamaan 2-4, maka:


w
Do +
DF = 42 …(2-9)
w
1+
42 DA

Jika material yang ditambahkan adalah Barit dengan SG 4,3


atau 35 lb./gal. (DA = 35.lb./gal. Maka persamaan diatas
menjadi:

…(2-10)

Jika material yang ditambahkan adalaha clay bentonite dengan


SG 2,5 dan DA = 20 lb./gal. Maka persamaan 2-12 menjadi:
w
1+
DF = 42 …(2-11)
1 + 0, 0012 w
2. Densitas yang dihasilkan dari penambahan cairan pada lumpur
pemboran.
WF = Wo + WA

VF DF = Vo Do + VA DA

VF Do − VA Do + VA DA
DF =
VF

VA
DF = Do − ( Do − DA ) …(2-12)
VF
3. Perhitungan material padatan yang dibutuhkan per lumpur awal.
WF = Wo + WA

VF DF = VO DO + WA

(VO + VA ) DF = VO DO + WA

Lumpur Pemboran 15
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

WA
(VO + ) DF = VO DO + WA
DA

WA DF − DO
=
VO D
1− F
DA

Subtitusi dengan Rumus 2-4, maka :


42( DF − Do )
w= …(2-13)
D
1− F
DA

4. Perhitungan material padatan yang dibutuhkan per lumpur


akhir.
WF = WO + WA

WF DF = VO DO + WA

VF DF = (VF − VA ) Do + WA

 W 
VF DF =  VF − A  DO + WA
 DA 

WA DF − DO
= , Subtitusi dengan persamaan 2-5 maka:
VF DO
1−
DA

42 ( DF − Do )
w= …(2-14)
D
1− O
DA
5. Hubungan antar volume dan densitas
WF = WO + WA

VF DF = VO DO + VA DA

VF DF = VO DO + (VF − VO ) DA

VO DA − VO DO = VF DA − VF DF

Lumpur Pemboran 16
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

VO DA − DF
= …(2-15)
VF DA − DO

VA DO − DF
= …(2-16)
VF DO − DA
VA DO − DF
= …(2-17)
VO DF − DA

2.1.5.2. Viscositas, Yield Point dan Gelstrength


Viskositas adalah proporsi konstant adalah proporsi
perbandingan konstan adalah shear stress dan shear rate untuk
newtonian fluida dalam aliran laminer. Newtonian Fluid adalah fluida
yang viscositasnya hanya dipengaruhi tekanan dan temperatur,
misalnya air, gas dan minyak encer. Viskositas plastis adalah bagian
dari resistensi untuk mengalir dan disebabkan oleh adanya friksi
mekanik. Yield Point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir
oleh gaya trik menarik antara partikel dalam kondisi dinamis.
Gelstrengh sama dengan viskositas hanya kondisinya statis.
Fungsi dari mengetahui Viskositas, yield point dan gelstrength
adalah :
1. Mengontrol kehilangan tekanan sirkulasi di annulus
2. Mengasilkan pengangkatn cutting yang efisien.
3. Membantu pengontrolan surge dan swab pressure.
Jenis peralatan untuk mengukur viskositas yang biasa
digunakan dilanpangan adalah Fan VG Meter dan Marsh Funnel.

Lumpur Pemboran 17
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Gambar 2-2. Marsh Funnel

Gambar 2-3. Viscometer

Lumpur Pemboran 18
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Penentuan viskositas dengan Marsh funnel adalah sbb:


1. Tutup bagian bawah marsh funnel dengan jari tangan. Tuangkan
lumpur bor melalu saringan lumpur yang menyinggung bagian
bawah cairan (1500 cc)
2. Setelah disediakan bejana tertenti (1 quart = 946 ml), maka
pengukran dimulai dengan membuka jari tadi sehingga lumpur
mengalir ke bawah dan tertampung dalam bejana tadi.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk lumpur mengalir semua untuk
mengisi bejana tadi adalah harga viskositas.
Perhitungan – perhitungan dalam pengukuran viskositas :
1. Penentuan harga shear stress dan shear rate
Harga shear stress dan shear rate yang masing – masing
dinyatakan dalam bentuk penyimpangan skala penunjuk (dial
reading) dan RPM Motor , harus diubah menjadi harga shear
stress dan shear rate dalam satuan dyne/cm2 dan 1/detik agar
diperoleh harga viskositas dalam satuan centipoise (cp). Adapun
persamaan sebagai berikut :
τ = 5.077 *C …(2-18)
γ = 1.704* RPM …(2-19)
Dimana :
τ = shear stress, dyne/cm2
γ = shear rate, detik-1
C = dial reading, derajat
RPM = revolotion per minute dari rotor
2. Penentuan harga viskositas nyata (apparent viscosity, µ a )

τ
µa = x100 …(2-20)
γ

Lumpur Pemboran 19
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

(300 xC )
µa = …(2-21)
RPM
3. Penentuan Platic Viscosity dan Yield Point
Untuk menentukan viskositas plastik ( µ p ) dan yield point (Yp)

adalah sebegai berikut :


τ 600 − τ 300
µp = …(2-22)
γ 600 − γ 300
µ p = C600 − C300 …(2-23)

Yb = C300 − µ p …(2-24)

Dimana :
µp = plastic viscosity, cp.

Yb = Yield point Bingham, lb/100 ft.2

C600 = dial reading pada 600 RPM, derajat.

C300 = dial rading pada 300 RPM, derajat.

4. Penentuan harga gelstrength


Harga gelstrength dalam 100 lb/ft2 diperoleh secara langsung dari
pengukuran dengan alat Fann VG. Simpangan skala penunjuk
akibat digerakkannya rotor pada kecepatan 3 RPM, langsung
menunjukna harga gelstrength10 detik atau 10 menit dalam 100
lb/ft2.

2.1.5.3. Filtrasi dan Mud Cake


Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batauan
porous, batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang
memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida
yang hilang ke dalam batuan di sebut “filtrate”, sedangkan lapisan

Lumpur Pemboran 20
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

partikel-partikel besar tertahan dipermukaan batuan disebut “Mud


Cake”. Proses filtrasi diatas hanya terjadi apabila terjadi tekanan
positip kearah batuan. Pada dasarnya ada dua jenis filtration loss
yang terjadi selama operasi pemboran, yaitu : static filtration dan
dynamic filtration. Static filtration terjadi ketika lumpur berada
dalam keadaan diam dan dynamic filtration terjadi ketika lumpur di
sirkulasi.
Apabila filration loss dan pembentukan mud cake tidak
dikontrol ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama
operasi pemboran maupun dalam evaluasi formasi dan tahap
produksi. Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang baik
antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang
tebal akan terjepit pipa pemboran sehinga sulit diangkat dan diputar.
Sedangkan filratnya akan menyusup ke formasi dan dapat
menimbulkan damage pada formasi.
Dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran volume
filtration loss dan tebal mud cake untuk static filtration. Standar
prosedur yang digunakan adalah API RP 13B untuk LPLT (Low
Pressure Low Temperatur). Lumpur ditempatkan dalam silinder
standar yang bagian dasarnya dilengkapi kertas saring dan diberi
tekanan sebesar 100 psi dengan lama waktu pengukuran 30 menit.
Volume filtrat ditampung dengan gelas ukur dengan cubic centimeter
(cc). Persamaan untuk volume filtrate yang dihasilkan dapat
diturunkan dari persamaan Darcy, persamaannya adalah sebagai
berkut :

Lumpur Pemboran 21
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

1
  Cc  2
2 k
  Cm  − 1 
Vf = A    ∆Pt  …(2-25)
 µ 
 

Dimana:
A = Filtration Area
k = Permeabilitas Cake
Cc = Volume Fraksi solid dalam mud cake
Cm = Volume fraksi solid dalam lumpur
P = Tekanan Filtrasi
t = waktu filtrasi = viscositas filtrat
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian
dalam pemboran yang berhubungan erat, baik waktu, kejadian
maupun sebab dan akibatnya. Oleh sebab itu maka pengukurannya
dilakukan secara bersamaan. Persamaan yang umum digunakan
untuk statik filtration loss adalah :
0.5
t 
Q2 = Q1 ×  2  …(2-26)
 t1 
Dimana :
Q1 = Fluid loss pada waktu t1
Q2 = Fluid loss pada waktu t2

2.1.5.4. Sifat Kimia Lumpur Bor


Dalam operasi pemboran, pengontrolan kualitas lumpur
pemboran harus terus menerus dilakukan sehingga lumpur bor tetap
berfungsi dengan kondisi yang ada.
Perubahan kandungan ion-ion tertentu dalam lumpur
pemboran akan berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik lumpur

Lumpur Pemboran 22
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

pemboran, oleh karena itu kita perlu melakukan analisa kimia untuk
mengontrol kandungan ion-ion untuk kemudian dilakukan
tindakan-tindakan yang perlu dalam penanggulangannya.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan analisa kimia lumpur bor dan
filtratnya yaitu : analisis kimia alkalinitas, analisis kesadahan total,
analisa kandungan ion klor, ion kalsium, ion besi, serta pH lumpur
bor (dalam hal ini filtratnya).
Alkalinitas berkaitan dengan kemampuan suatu larutan untuk
bereaksi dengan suatu asam. Dari analisa alkalinitas kita bisa
mengetahui konsentrasi hidroksil, bikarbonat dan karbonat.
Pengetahuan tentang konsentrasi ion-ion ini diperlukan misalnya
untuk mengetahui kelarutan batu kapur yang masuk ke sistem
lumpur pada waktu pemboran menembus formasi limestone.
Analisa kandungan ion klor (Cl-) diperlukan untuk mengetahui
kontaminasi garam yang masuk ke sistem lumpur pada waktu
pemboran menembus formasi garam ataupun kontaminasi garam
yang berasal dari air formasi.
Air yang mengandung sejumlah besar ion Ca2+ dan Mg2+
dikenal sebagai hard water atau air sadah. Ion-ion ini bisa berasal
dari lumpur pada waktu membor formasi gypsum (CaSO4.2H2O).
Analisa kandungan ion besi diperlukan untuk pengontrolan
terjadinya korosi pada peralatan pemboran.
Metoda utama yang digunakan dalam analisa kimia lumpur
pemboran adalah titrasi. Titrasi meliputi reaksi dari sampel yang
diketahui volumenya dengan sejumlah volume suatu larutan standar
yang diketahui konsentrasinya. Konsentrasi dari ion yang kita analisa
dapat ditentukan dari pengetahuan tentang reaksi yang terjadi pada
waktu titrasi.

Lumpur Pemboran 23
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2.1.6. Permasalahan pemboran menembus Formasi yang terkait


dengan pengontrolan Lumpur
2.1.6.1. Pembesaran Lubang Bor
Biasanya tersusun atas formasi yang tersusun atas garam.
Permasalahan/kerugian yang ditimbulkannya :
1. Terjepitnya drillstring.
2. Penambahan volume lumpur.
3. Penambahan volume penyemenan.
Penanggulangannya adalah membuat salt saturated mud system.

2.1.6.2. Permasalahan Shale


Partikel clay akan mengembang menyerap air dan memenuhi
lubang bor. Permasalahan utama adalah terjadinya pipa terjepit.
Penanggulanganya adalah dengan :
1. Merubah sistem lumpur dengan cara memilih lumpur yang tidak
sensitif terhadap adsorbsi parikel clay contohnya : lime, gyps dan
sebagainya.
2. Meningkatkan laju penembusan untuk pemindahan partikel
cutting ke permukaan.
3. Meningkatkan densitas lumpur.
4. Mengganti lumpur dengan oil emulsion atau oil base mud.

2.1.6.3. Blow Out


Apabila pemboran menembusan formasi bertekanan abnormal
maka sering terjadi tekanan yang yang naik tiba – tiba ke
permukaan, densitas lumpur harus ditambahkan lebih besar dan
BOP dipastikan mampu menahan tekanan tersebut.

Lumpur Pemboran 24
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

2.1.6.4. Lost Circulation


Adalah hilangnya semua atau sebagian lumpur ke dalam
formasi (partial atau total loss). Lost Circulation terjadi ketika
permeabilitas formasi dan tekanan tidak mampu menahan berat
lumpur dan biasanya terjadi apabila pemboran menembus zona –
zona bertekanan formasi rendah.
Kerugian akibat adanya lost circulation adalah :
1. Biaya lumpur dan waktu pemboran.
2. Penurunan tekanan di anulus akan mengindikasikan terjadinya
kicks / blowout.
3. Representatsi cutting untuk informasi formasi karena
sebagian/seluruhnya hilang ke formasi.
4. Kemungkinan terjadinya pipa terjepit.
5. Mengurangi kemampuan produski apabila lost circulation pada
zona – zona produksi.
Jenis – jenis formasi yang sering terjadi lost circulation :
1. coarsely rocks
2. irregural limestone
Metode penanggulangannya :
1. Mengurangi densitas lumpur sampai dibawah tekanan formasi
pada titik – titik lost circulation.
2. Mencampur dengan Lost Circulation Material (LCM) seperti :
fibrous materaial, lammelated materilas, grannular bridging
material.

2.1.6.5. Sand Content


Serpihan-serpihan formasi (cutting) yang tercampur dalam
lumpur pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran.

Lumpur Pemboran 25
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Serpihan-serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat


mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal
ini akan menambah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi.
Bertambahnya densitas lumpur yang tersirkulasi ke permukaan akan
menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setelah
lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan
terutama menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam
lumpur selama sirkulasi. Alat untuk membersihakan lumpur
tersebut dinamakan “Conditioning Equipment”, yang meliputi :
™ Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau
cutting yang berukuran besar.
™ Degasser
Fungsinya untuk membersihakan lumpur dari gas yang
mungkin masuk ke lumpur pemboran
™ Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel
padatan yang berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker
™ Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yang berukuran
lebih kecil
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah
merupakan prosen volume dari pertikel-partikel yang diameternya
lebih besar dari 74 mikron. Sedangkan rumus untuk menentukan
kandungan pasir (sand content) pada lumpur pemboran adalah :

Lumpur Pemboran 26
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

Vs
n= x100 … (2-27)
Vm

Dimana :
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume Lumpur

Gambar 2-4. Sand Content Set

Lumpur Pemboran 27
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

III. DISKUSI (SOAL APLIKASI TEORI)


1. 10 Ton barit ditambahkan ke dalam 800 barel lumpur dengan
berat jenis 9,2 ppg. Berapakah densitas setelah penambahan barit
tersebut ?…….
a. 10 ppg. b. 9,64 ppg.
c. 9, 44 ppg. d. 10,44 ppg.
2. Dari Soal No. 1 tentukankah peningkatan volume lumpur……
a. 13 bbl b. 13, 2 bbl
c. 13,4 bbl d. 11,8 ppg
3. Hitunglah densitas yang dihasilkan dari penambahan 100 barrel
minyak dengan API 40 ke dalam lumpur 11,3 ppg yang volumenya
800 barrel.
a. 8,8 ppg b. 9,8 ppg
c. 10,8 ppg d. 11,8 ppg
4. Sistem Sumur Pemboran terdiri atas 750 bbl. Lumpur dengan
densitas 10,4 ppg. Berapa banyak sak barit yang dibutuhkan
untuk meningkatkan densitas menjadi 12,4 ppg…..
a. 983 sak b. 988 sak
c. 948 sak d. 932 sak
5. Sistem lumpur pemboran tersiri atas 800 barel lumpur dengan
densitas 12,5 ppg dicampur dnegan menambahkan barit 5% ke
dalam suspensi . Berapa banyaknya barit yang dibutuhkan ?
a. 210 lb b. 219 lb.
c. 189 lb. d. 175 lb.
6. Dari soal No.5 diatas berapakah barel air yang harus ditambahkan
sebelum mulai mencampur di mud pit ketika pemboran
berlangsung? (diketahui barit yang ditambahkan adalah 35 ppg)..
a. 648 bbl b. 678 bbl

Lumpur Pemboran 28
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

c. 649 bbl. D. 682 bbl.

IV. TUGAS MANDIRI


Diketahui data sebagai berikut :
No Komposisi Dens, ppg Sand Content,
Lumpur % Volume
1. Lumpur Dasar 8,65 0,50
2. Lumpur Dasar + 2 gr barit 8,70 0,50
3. Lumpur Dasar + 5 gr barit 8, 75 0,50
4. Lumpur Dasar + 10 gr 8,75 0,75
CaCO3
5. Lumpur Dasar + 15 gr Ca 8,80 0,75
CO3

1. Dilihat dari data diatas jelaskan apakah barit dan CaCO3


mempunyai fungsi yang sama?
2. Jika saudara bekerja sebagai seorang mud engineering staff pada
suatu operasi pemboran. Berdasarkan pengalaman densitas
lumpur yang digunakan berkisar antara 9-14 ppg. Dari 2 jenis
material diatas manakah yang akan saudara gunakan? Berikan
alasannya?
3. Dari tabel diatas terlihat bahwa selain densita sjuga diukur kadar
pasir . Jelaskan secara singkat mengapa perlu dilakukan
pengukuran kadar pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah
tersebut dalam suatu operasi pemboran?
4. Pada saat ini, selain barit dapat juga digunakan hematit (Fe2O3)
dan Ilmenit (FeO.TiO2) sebagai aditif pengontrol. Hematit
mempunyai harga SG 4,9 – 5,3 sedangkan Ilmenit 4,5 – 5,11

Lumpur Pemboran 29
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
Jurusan Teknik Perminyakan
Jl. Jendral Sudirman 17, Indramayu, Jawa Barat Telp. 0234-272448
Modul Teknik Pemboran II – Andi Eka Prasetia, ST

dengan kekerasan (hardness) masing – masing 2 kali lebih besar


dari barit. Dari data – data diatas buatlah analisa kelebihan dan
kekurangan kedua additif tersbut apabila dibandingkan dengan
barit.
5. Galena memiliki harga SG sekitar 7,5 dan dapat digunakan untuk
membuat lumpur dengan densitas lebih bear dari 19 ppg.
Jelaskan mengapa material ini jarang digunakan?

Lumpur Pemboran 30

Anda mungkin juga menyukai