Anda di halaman 1dari 11

Petro sudah di index oleh Google Scholar dan ipi

DAFTAR PUSTAKA

EVALUASI PENGGUNAAN SISTEM LUMPUR SYNTHETIC OIL BASE MUD


DAN KCL POLYMER PADA PEMBORAN SUMUR X LAPANGAN Y
Abdul Hamid, Apriandi Rizkina Rangga Wastu ................................................................................

EVALUASI HIDROLIKA LUMPUR PEMBORAN PADA SUMUR X1 LAPANGAN X


SUPAYA EKONOMIS
Bayu Satiyawira, Cahaya Rosyidan, Havidh Pramadika ....................................................................

STUDI PEMANFAATAN AMPAS TEBU SEBAGAI LOST CIRCULATION MATERIAL


(LCM) DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR
Abdul Hamid ...................................................................................................................................

PENENTUAN FLOW UNIT BATUAN RESERVOIR PADA LAPANGAN RN


Reza Dwi Adrianto............................................................................................................................

UJI SENSITIVITAS DAN SOLUSI ANALITIK TYPE CURVES JENIS RESERVOIR


KOMPOSIT INFINITE ACTING RESERVOIR PADA LAJU ALIR PRODUKSI SUMUR
KONSTAN
Wiwiek Jumiati ................................................................................................................................

ANALISIS PENGARUH STIMULASI KOH TERHADAP PENINGKATAN LAJU ALIR


PRODUKSI SUMUR SIB 1, SIB 2 DAN SIB 3
Novrianti1, Novia Rita2, Era Yulia .......................................................................................................
Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

Studi Pemanfaatan Ampas Tebu Sebagai Lost Circulation


Material (LCM) dan Pengaruhnya Terhadap
Sifat Rheologi Lumpur
Abdul Hamid1
1
Prodi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian & Energi, Universitas Trisakti, Jakarta 11440

Sari
Dalam operasi pemboran masalah hilang sirkulasi adalah suatu masalah yang harus segera
ditanggulangi karena dapat menyebabkan kerugian biaya pemboran. Untuk mengatasi
masalah loss pada operasi pemboran biasanya dilakukan dengan menambahkan Loss
Circulation Material (LCM) kedalam sistem lumpur pemboran untuk menutup rekahan
atau pori yang ada pada formasi batuan. Jenis LCM yang biasa digunakan ada 4 macam
yaitu: bahan fibrous (berserat), flaky (bersepih), granular (berbutir) dan slurries (bubur).
Ampas tebu merupakan bahan LCM jenis fibrous yang dapat menutup rekahan atau pori
batuan sehingga sirkulasi lumpur menjadi normal, dimana LCM tersebut dapat
menghambat masuknya fluida lumpur masuk ke formas batuan. Dengan menambah ampas
tebu kedalam sisitim lumpur selain nenutup zona berpori diharapkan dapat pula menjaga
sifat fisik lumpur tetap stabil, artinya tidak menurunkan viskositas lumpur karena ampas
tebu juga dapat berfungsi sebagai viscosifier sehingga dapat mempertahankan viskositas
lumpur dan bahkan menaikkan viskositas serta menurunkan fitrat loss. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ampas tebu sebagai bahan LCM
dipakai untuk menutup zona loss dan dapat mempertahankan sifat rheologi lumpur.

Abstract
In drilling operations the problem of circulatory loss is a problem that must be addressed
as it may cause drilling cost loss. To solve the problem of loss in drilling operations is
usually done by adding Loss Circulation Material (LCM) into the drilling mud system to
cover the fractures or pores present in the rock formations. Types of LCM commonly used
there are 4 kinds: fibrous material (fibrous), flaky (split), granular (granular) and slurries
(porridge). The bagasse is a fibrous LCM material that can close the fracture or rock pore
so that the mud circulation becomes normal, where the LCM can inhibit the entry of mud
fluids into rock formations. Adding the bagasse to the sludge system in addition to
covering the porous zone is expected to keep the mud's physical properties stable, meaning
that it does not decrease the viscosity of the mud because the bagasse can also function as
a viscosifier to maintain the viscosity of the mud and even increase the viscosity and
decrease the fitrat loss. From the results of this study it can be concluded that the use of
bagasse as LCM material is used to cover the loss zone and can maintain the mosaic
rheological properties

BAB IPENDAHULUAN ekonomis. Dalam hal ni lumpur


1.1 Latar Belakang pemboran Memegang peranan yang
Di dalam operasi pemboran sumur sangat penting, oleh karena itu perlu
minyak dan gas, persyaratan utama yang diperhatikan faktor-faktor yang harus
harus dilakukan dan dipenuhi adalah dipertimbangkan untuk menentukan
dapat mencapai kedalaman akhir (Total jenis lumpur bor yang digunakan.
Depth-TD) dengan aman, cepat dan

12 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

Dalam dunia perminyakan dikenal dan menjembataninya yang


beberapa jenis lumpur pemboran memungkinkan filtrasi fluida pengeboran
seperti lumpur pemboran dengan mengontrol agent untuk menjadi lebih
bahan dasar minyak (oil based mud), efektif .
air tawar (water based mud), air
garam (salt based Bahan flaky mencakup hal-hal seperti
mud) dan air garam jenuh (saturated mika, serpihan kaca, serpihan kayu, dan
salt water based mud). laminasi plastik. Bahan-bahan ini
menghambat kehilangan sirkulasi dengan
Kehilangan fluida pengeboran secara terbaring datar di seluruh muka formasi
tiba-tiba dan bersamaan di dalam tekanan yang bocor, sehingga dapat
sumur dapat menyebabkan formasi menyegelnya.
batuan menjadi tidak stabil, dan dapat
menyebabkan semburan liar, yang Bahan granular termasuk barang-barang
mengakibatkan kerusakan pada sumur seperti sabut kacang tanah, perlit,
dan peralatan serta cedera pada pekerja. karbonat tanah, pasir dan batu kerikil.
Bahkan jika kerusakan tersebut tidak Karena kekuatan dan kekakuannya,
terjadi, hilangnya sejumlah besar fluida bahan-bahan ini menyegel dengan
pengeboran sangat meningkatkan biaya mengganjal diri di dalam bukaan formasi
pengeboran. yang bocor, mengurangi ukuran bukaan
dan memungkinkan filtrasi fluida
Untuk mencegah kehilangan ini, fluida pengeboran mengontrol agent untuk
pengeboran harus mengandung beberapa menjadi lebih efektif. Slurries adalah
jenis komponen yang akan menyumbat campuran yang kekuatannya umumnya
lubang terbuka di batuan. Fluida meningkat setelah ditempatkan.
pengeboran biasanya akan mencakup
komponen yang bertidak sebagai agent Ini termasuk semen hidrolik, campuran
penghubung di seluruh bukaan di formasi minyak-bentonite-lumpur, dan fluida
batuan : yang secara fisik menyumbat pengeboran dengan filter loss tinggi.
bukaan-bukaan tersebut dengan masuk Mereka umumnya terlihat di zona hilang
ke dalam lubang dan mencegah lebih sirkulasi dan memungkinkan untuk
banyak fluida pengeboran untuk mengeras dan memadat, sehingga
merembes. Agent ini biasanya disebut menyegel formasi yang bocor.
sebagai Lost Circulation Materials
(LCM). Campuran dari berbagai kategori LCM
Berbagai macam variasi bahkan telah juga terbukti bermanfaat, campuran
digunakan untuk beberapa kali sebagai bahan fibrous, flaky, dan granular dapat
LCM. Mereka umumnya dibagi menjadi menjadi lebih efektif daripada satu jenis
4 kategori : bahan fibrous (berserat), sendiri. Sejumlah produsen telah
bahan flaky (bersepih), bahan granular mengembangkan campuran eksklusif
(berbutir), dan slurries (bubur). berdasarkan prinsip ini.

Bahan Fibrous mencakup hal-hal seperti Satu masalah dengan LCM konvensional
serat kapas, sekam biji kapas, sekam adalah bahwa mereka tidak benar-benar
padi, ban mobil bekas, serat kayu, serbuk efektif dalam menutup bukaan dan
gergaji, dan bubur kertas. Bahan-bahan mencegah hilangnya fluida pengeboran,
ini memiliki sedikit kekakuan dan atau mungkin kemudian tercabut dan
menghambat sirkulasi yang hilang memungkinkan kehilangan fluida lebih
dengan dipaksa masuk bukaan-bukaan banyak. Masalah lain adalah bahwa

13 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

beberapa materi yang lebih efektif dasar air dibagi menjadi dua macem,
cenderung relatif mahal. yaitu: lumpur dengan bahan dasar air
tawar (fresh water-based mud atau yang
Dengan demikian, ada kebutuhan untuk dikenal dengan sebutan water-based
sebuah LCM yang rendah biaya dan mud) dan lumpur dengan bahan dasar air
efektif dalam mencegah kehilangan asin (salt water-based mud). Jenis
fluida pengeboran dan yang memiliki lumpur berbahan dasar air yang
kecenderungan berkurang untuk tertiup digunakan di dalam penelitian adalah
dan akan hilang ketika ditambahkan lumpur dengan bahan dasar air tawar. Di
melelui mud hopper. Penelitian ini dalam penelitian ini, ada dua sistem
membahas masalah tersebut dalam hal lumpur yang dianalisis, yakni water-
memanfaatkan bahan yang menggunakan based mud tanpa LCM (yang selanjutnya
Ampas Tebu. akan disebut sebagai lumpur dasar),
water-based mud dengan Ampas Tebu
1.2 Identifikasi sebagai LCM (yang selanjutnya akan
Masalah disebut sebagai lumpur sistem).
Pada penelitian ini menjelaskan langkah- Pada setiap konsentrasi lumpur air tawar,
langkah yang dilakukan pada percobaan diteliti sifat fisik dan sifat kimianya saat
di laboratorium dalam studi pemanfaatan dilakukan penambahan kedua bahan
Ampas Tebu sebagai bahan Lost LCM, yakni Ampas Tebu sebanyak tiga
Circulation Materials (LCM) macem (2 gram, 4 gram, dan 6 gram).
pengaruhnya terhadap sifat rheologi
lumpur. 1.3 Maksud dan Tujuan
Mengetahui apemanfaatan Ampas Tebu
Penelitian yang dilakukan di sebagai Lost Circulation Materials
laboratorium bertujuan untuk mengetahui (LCM) pada proses sirkulasi fluida
ke efektifan ampas tebu sebagai bahan pemboran.
LCM, berdasarkan harga water loss yang
didapat pada saat penelitian serta sifat- 1.4 Metode yang Digunakan
sifat fisik lumpur bor berbahan dasar air Metode yang digunakan untuk
tawar yang digunakan sebagai variable mengetahui pemanfaatan Ampas Tebu
kontrol serta perbandingan dari tingkat ini adalah dengan melakukan penelitian
ke efektifan Ampas Tebu peranannya di Laboratorium dengan menggunakan
sebagai LCM . salah satu jenis lumpur, lumpur
pemboran dapat dibagi menjadi beberapa
Sifat-sifat lumpur pemboran yang di teliti jenis, salah satunya adalah lumpur
pada percobaan ini adalah berat jenis berbahan dasar air (Water Based Mud).
lumpur (mud weight), funnel viscosity, Lumpur berbahan dasar air di bagi
plastic viscosity, yield point, apparent menjadi lumpur dengan air tawar dan
viscosity, gel strength, water loss, mud lumpur dengan air asin. Dalam
cake, dan pH filtrate. melakukan kegiatan pemboran lumpur
yang sering digunakan adalah lumpur
Pada dasarnya, lumpur pemboran terdiri dengan bahan dasar air, hal ini
dari tiga jenis, yakni lumpur berbahan disebabkan lumpur dengan berbahan
dasar air (water-based mud), lumpur dasar air mudah sekali didapat dan
berbahan dasar minyak (oil-based mud), harganya relatif lebih murah dari pada
dan lumpur berbahan dasar gas (gaseous lumpur berbahan dasar minyak atau gas.
drilling fluid). Lumpur yang digunakan Lumpur yang digunakan di dalam
pada penelitian ini adalah lumpur
berbahan dasar air. Lumpur berbahan

14 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

penelitian ini adalah lumpur berbahan 2.2 Sifat-Sifat Fisik Lumpur


dasar air. Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat
berpengaruh pada pemboran. Perencanaan
casing, drilling rate dan completion dipengaruhi
BAB II KAJIAN PUSTAKA oleh lumpur yang digunakan. Pengontrolan sifat-
Manfaat dari studi penelitian ini adalah sifat lumpur seperti densitas, viskositas, yield
untuk menambah pengetahuan dan point, gel strength, filtration, mud cake dan pH.
pengaplikasian secara mendetail dari Harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan masalah pada waktu operasi
sebuah disiplin ilmu di dunia pemboran sedang berlangsung. Jika terjadi
perminyakan dengan lebih inovatif dan perubahan sifat lumpur waktu pemboran maka
juga untuk mengetahui lebih dalam perlu penambahan zat padat ataupun zat kimia
mengenai manfaat Lost Circulation yang berhubungan dengan sifat lumpur yang
Materials (LCM) pada saat sirkulasi diingkan.
lumpur serta keefektifan Ampas Tebu 1. Densitas (ppg, gr/cc)
sebagai bahan LCM untuk mengurangi 2. Viskositas (detik/quart)
fluid loss pada saat dilakukan sirkulasi 3. Plastic Viscosity (cps)
lumpur untuk dapat mempersiapkan 4. Yield Point (lbs/100 ft²)
sistem lumpur yang baik. 5. Gel Strength (lbs/100 ft²)
6. Water Loss (ml)
7. Mud Cake (mm)
2.1 Aditif Ampas Tebu 8. pH Filtrate
Aditif Ampas Tebu adalah campuran dari
butiran, serpihan, dan bahan berserat BAB III METODOLOGI
dirancang terutama untuk menghentikan Untuk mencapai tujuan analisa pengaruh
“hilang sirkulasi” dalam berbagai kondisi Ampas Tebu terhadap lumpur pemboran
dengan pemboran berbasis air yang di laboratorium, langkah-langkah
berfungsi secara efektif atas jangkauan percobaan yang dilakukan beserta
terluas hilang kondisi sirkulasi. Ampas prosedurnya sebagai berikut
Tebu aditif Tersedia tiga kelompok
sebagai berikut : 3.1 Bahan dan Komposisi Lumpur
a. Butirsn kasar digunakan untuk menutup
rekahan yang besar dan formasi permeabel Bahan yang digunakan dalam
yang dapat dipompakan dengan mudah penelitian ini dapat dilihat tabel 3.1:
melalui jet besar atau pipa terbuka.
b. Butiran medium digunakan dalam
penyegelan menengah ke patahan dan zona Tabel 3.1
berpori yang dapat digunakan dengan Komposisi Lumpur Pemboran
sebagian besar jet bit.
c. Butiran halus digunakan di mana kerugian Bahan Jumlah (gr)
rembesan adalah masalah, seperti patahan Fresh Water 344,5
halus atau formasi berpori. NaOH 1,26
Soda Ash 0,5
Yang mempunyai fungsi sama dengan Ampas Bentonite 18,75
Tebu antara lain
CMC-LV 1.6
- Kwik Seal
CMC-HV 1
- Mud Fiber
XCD 3,5
- Mica
- Nut Plug
Kemudian untuk lumpur sistem, bahan-
- Cell-O-Seal
bahan yang digunakan sama dengan
- Wall-Nut
bahan-bahan yang digunakan untuk
- Micatex
membuat lumpur dasar namun pada
lumpur sistem ini mulai dilakukan
penambahan LCM yakni Ampas Tebu

15 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

dengan jumlah yang beragam (2 gram, berupa Ampas Tebu (bubuk serabut tebu) dalam
4 gram, dan 6 gram) pada lima kondisi menanggulangi lost circulation serta pengaruh
terhadap sifat Rheologi lumpur air tawar.
yang berbeda. Adapun komposisinya Data-data yang diperoleh merupakan hasil
adalah: dari percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan empat sistem lumpur yang
Tabel 3.2 berbeda-beda komposisinya. Keempat sistem
Komposisi Sistim Lumpur Dasar lumpur tersebut adalah lumpur dasar, lumpur
dengan bubuk serabut tebu sebagai LCM
Air Tawar yang berdasarkan jumlah LCM yang
digunakan dibagi menjadi tiga sistem (2
Bahan Jumlah (gr) gram, 4 gram, 6 gram). Semua sistem lumpur
A B C D tersebut diuji pada kondisi temperature
Fresh water 344,5 344,5 344,5 344,5 berkisar antara 83°F sampai dengan 250°F.
NaOH 1,26 1,26 1,26 1,26 Tujuan dari perubahan temperature tersebut
Soda Ash 0,5 0,5 0,5 0,5 adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan
Bentonite 18,75 18,75 18,75 18,75 temperature terhadap lumpur pada saat
sebelum dan sesudah ditambahkan LCM.
CMC-LV 1,6 1,6 1,6 1,6
CMC-HV 1 1 1 1
XCD 3,5 3,5 3,5 3,5 4.1 Berat Jenis Lumpur (Density)
Ampas Tebu 0 2 4 6 Berat jenis lumpur adalah berat lumpur per
satuan volume yang antara lain dinyatakan
oleh satuan pounds/cubic foot, pounds/gallon
Penelitian yang dilakukan meliputi : dan gr/cc. Hasil pengukuran berat jenis
pembuatan lumpur sesuai dengan lumpur bahan dasar air tawar dengan
komposisi yang telah di rencanakan, penambahan Ampas Tebu dan kenaikan
penentuan berat jenis dari setiap sistem temperature tertulis pada tabel 4.1 berikut.
lumpur, penentuan viskositas lumpur,
Tabel 4.1 Densitas dengan Penambahan
penentuan yield point lumpur, penentuan Ampas Tebu Terhadap Temperature
plastic viscosity lumpur, penentuan
apparent viscosity lumpur, penentuan
laju tapisan (water loss) lumpur, serta
penentuan pH lumpur.

3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini :
1. Gelas Ukur
2. Timbangan Digital
3. Mixer 4.2 Hasil Pengukuran Viskositas
4. Mud Balance
Seperti diketahui, viskositas lumpur memegang
5. Marsh Funnel peranan penting untuk mengangkat dan menahan
6. Viscometer (Fan V.G. Meter) serbuk bor di dalam suatu lumpur bor, viskositas
7. Filter Press lumpur pemboran tergantung pada konsentrasi,
8. pH Meter kualitas dan sifat dispersi partikel-partikel yang
tersuspensi. Kemampuan membersihkan dasar
BAB IV ANALISIS PERUBAHAN SIFAT- lubang bor, pengangkatan serbuk bor dan laju
penembusan akan meningkat jika lumpur
SIFAT FISIK WATER BASED MUD
mempunyai sifat gesekan. Viskositas lumpur ini
DENGAN PENAMBAHAN LCM diukur dengan menggunakan Mars Funnel. Hasil
Pada bab ini, akan dibahas mengenai hasil pengukuran viskositas lumpur dapat dilihat pada
percobaan yang telah dilakukan di laboratorium, tabel di bawah ini.
dimana tujuan dari percobaan-percobaan yang
telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
penambahan bahan Lost Circulation Materials

16 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

Tabel 4.2 Viskositas dengan Penambahan Gel strength adalah suatu daya pembentuk agar
Ampas Tebu Terhadap Temperature dari suatu fluida pada kondisi static, sifat ini
menunjukkan kemampuan lumpur didalam
menahan atau mengapungkan serpih bor pada
saat tidak ada. Di waktu lumpur berhenti
melakukan sirkulasi, lumpur harus mempunyai
gel strength yang dapat menahan serbuk lumpur
bor dan material pemberat lumpur agar tidak
turun. Akan tetapi jika gel strength terlalu tinggi
akan menyebabkan kerja pompa terlalu berat
4.3 Plastic Viscosity (PV) untuk memulai sirkulasi kembali.
Gel strength 10 detik dan gel strength 10 menit
Partikel padatan yang non aktif dapat juga memiliki maksud yang berbeda yaitu kemampuan
menimbulkan kenaikan viskositas. Maka saat menahan serbuk bor pada saat pompa
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap berhenti merupakan fungsi dari gel strength 10
sifst-sifat lumpur, diukurlah harga plastic menit sedangkan kemampuan untuk menahan
viscosity-nya. serbuk bor pada saat sirkulasi berhenti
Jadi plastic viscosity ini adalah suatu tahanan merupakan fungsi dari gel strength 10 detik.
terhadap aliran yang disebabkan oleh adanya Dibawah ini ditampilkan hasil data percobaan gel
gerakan-gerakan antara padatan-padatan di strength 10 detik dan 10 menit :
dalam lumpur, padatan-cairan dan gesekan
antara lapisan cairan. Hasil analisa dari Tabel 4.5 Gel Strength 10 sec. dengan
plastic viscosity di laboratorium dapat dilihat Penambahan Ampas Tebu dan Temperature
pada tabel 4.3 berikut

Tabel 4.3 Plastic Viscosi Dengan


Penambahan Ampas Tebu Terhadap
Temperature
Plastic Viscosity (cps)
Temperatur
(°F) Dasar
B C D
(A)
83 19 21 26 30
Tabel 4.6 Gel Strength 10 Menit dengan
250 12 13 12 11 Penambahan Ampas Tebu dan
Temperature

4.5 Yield Point (YP)


Yield point adalah mengukur gaya elektro
kimia antara padat-padat, cairan-cairan,
cairan-padatan pada zat kimia dalam kondisi
dinamis yang berhubungan dengan pola
aliran. Hasil penelitian harga yield point di
laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.4 di
bawah ini:

Tabel 4.4 Yield Point Dengen Penambahan


Ampas Tebu terhadap Temperature
4.6 Hasil Pengukuran Gel Strength 4.4 Hasil Pengukuran Laju Tapisan
Oleh karena itu lumpur bor harus mempunyai
sifat yang dapat mengeluarkan air filtrate sedikit
mungkin, terutama pada saat membor lapisan
yang akan diproduksikan. Pada tabel berikut ini
adalah data dari pengamatan laju tapisan yang
dihitung di laboratorium :

17 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

Tabel 4.7 Water Loss dengan Penambahan Tabel 4.9 H Filtrate dengan Penambahan
Ampas Tebu dan Temperature Ampas Tebu Terhadap Temperature
Temperatur pH Filtrate
Temperatur Water Loss 30 Menit 100 psi (cc) (°F)
Dasar
(°F) Dasar B C D
(A)
B C D (A)
83 6.6 5.4 5.0 4.2 83 10.5 10,2 9,7 9,5
250 8.8 6.4 5.8 5.2
250 9,7 9,5 9,2 9,0

BAB V PEMBAHASAN
4.5 Hasil Pengukuran Mud Cake Dalam bab ini dibahas mengenai analisa dari
hasil pengamatan penelitian-penelitian yang telah
Pengukuran mud cake menurut standar API dilakukan dalam studi pemanfaatan bubuk
dilakukan dengan tekanan 100 psi dan waktu Ampas Tebu sebagai LCM pada proses sirkulasi
selama 30 menit pada suhu ruangan. Pada water based mud melalui percobaan di
tabel berikut ini adalah data dari pengamatan Laboratorium Teknik Pemboran & Produksi.
percobaan untuk mud cake yang dihitung di
laboratorium : Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa
penggunaan lumpur dasar yang tidak
Tabel 4.8 Tebal Mud Cake dengan menggunakan LCM di dalam Penelitian ini
Penambahan Ampas Tebu Terhadap berfungsi sebagai variabel kontrol yang akan
Temperature memperlihatkan sejauh mana perubahan-
perubahan yang terjadi pada parameter-parameter
Temperatur Mud Cake (mm) dari lumpur yang diteliti sehingga dapat
(°F) Dasar mengtabelkan efektivitas dari bahan-bahan yang
B C D digunakan sebagai LCM.
(A)
83 0.1 0.2 0.3 0.5 Pada percobaan juga dilakukan perubahan suhu
dengan cara dipanaskan. Hal ini perlu untuk
250 0.5 0.7 1 1.2 dilakukan karena pada kondisi di lapangan
semakin dalam formasi yang akan ditembus
4.6 Hasil Pengukuran pH maka suhu formasi juga semakin meningkat.
pH adalah pengukuran nilai keasaman atau Dengan meningkatnya suhu formasi tersebut
kebasaan suatu lumpur. Keasaman memiliki pH maka akan mempengaruhi keseimbangan dari
dari 1 sampai dengan 7. pH menyatakan lumpur pemboran.
konsentrasi dari gugus hidroksil (OH⁻) yang
terdapat dalam lumpur yang mempengaruhi Pada saat lumpur dalam keadaan diam, maka
kereaktifan bahan-bahan kimia yang digunakan semakin bertambah tinggi suhunya akan semakin
dalam lumpur. tinggi juga daya untuk menjadi gel dan
penggumpalan gel dalam batas tertentu dapat
Sedangkan nilai pH = 7 adalah netral, lumpur bor diatasi dengan mengaduk lumpur hingga encer
harus bersifat basa karena akan mudah bereaksi kembali.
dibandingkan dengan lumpur saat bersifat asam.
Apabila lumpur bersifat asam akan menimbulkan Lumpur pemboran yang digunakan di dalam
korosif pada rangkaian pipa bor serta alat-alat percobaan memiliki densitas yang bernilai
pemboran lainnya hal ini akan menyebabkan sebesar 8.5 ppg pada suhu 83°F dan mengalami
kerapuhan pada rangkaian tersebut sehingga akan kenaikan seiring dengan kenaikan temperatur
mengurangi dari waktu pemakaian rangkaian dari sampai 8.65 ppg pada suhu 250°F sebelum di
alat-alat pemboran tersebut. Berikut adalah tabel tambahkan dengan bahan LCM (Ampas Tebu).
hasil pengukuran harga pH di laboratorium : Densitas ini perlu diukur untuk mengetahui
tekanan hidrostatik kolom lumpur untuk tiap
kedalaman. Dengan adanya kenaikan ini, maka
dapat dipastikan tekanan hidrostatik kolom
lumpur akan meningkat seiring bertambahnya
kedalaman sumur. Tekanan hidrostatik yang
terlalu besar pun juga tidak bagus karena dapat
beresiko akan mengakibatkan formasi pecah dan

18 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

lumpur hilang ke dalam formasi. Sedangkan dalam hal ini semakin kecil water loss yang
ketika lumpur ditambahkan dengan LCM, berat dihasilkan berarti semakin kecil pula masalah
jenis lumpur cenderung mengalami kenaikan yang mungkin terjadi pada operasi pemboran
pada suhu 83°F namun berbanding terbalik yaitu dalam hal kemungkinan terjadinya
dengan kenaikan temperature karena berat jenis pengembangan formasi yang mengandung shale
lumpur menurun setelah dipanaskan hingga suhu yang dapat menyebabkan terjepitnya pipa
250°F karena kekentalan lumpur berkurang. rangkaian pemboran dan atau terjadinya
kerusakan formasi hidrokarbon, dimana batas
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa berat jenis toleransi untuk pemboran formasi hidrokarbon
(densitas) lumpur setelah ditambahkan bubuk maksimal mempunyai water loss 6 cc/30 menit.
Ampas Tebu sebagai LCM menurun setelah Ketebalan mud cake pada akan bertambah
dipanaskan hingga suhu 250°F. Pada tabel apabila penambahan ampas tebu semakin besar
terlihat bahwa penambahan bubuk Ampas Tebu dan juga semakin besar dengan adanya kanaikkan
sebanyak 2 gram tidak menghasilkan penurunan temperatur. Pada tabel 4.8 terlihat bahwa
berat jenis secara signifikan pada suhu 83°F, penambahan ampas tebu sebesar 6 gram pada
namun berat jenis terus menurun seiring kenaikan terperatur 250 F mempunyai harga mud cake
temperature. Begitu juga dengan lumpur sebesar 1,2 mm, dalam hal ini cukur besar
komposisi C dan D yang ditambahkan bubuk apabila dilihat dari strandar lumpur water base
Ampas Tebu sebagai LCM dengan jumlah yang mud yaitu < 1 mm.
lebih besar mengalami trend penurunan densitas
hingga suhu 250°F namun pada kedua komposisi Hasil pengujian pH fitrate lumpur terhadap
ini berat jenis lumpur tidak menurun pada suhu penambahan ampas tebu mengalami penurunan
83°F dan justru bertambah meskipun tidak dan kenaikkan temperatur juga menurunkan
signifikan. harga pH lumpur tetapi masih dalam kondisi
Viskositas lumpur dasar yang digunakan di bersifat basa yaiut masih diatas 9 (lihat tabel 4.9).
dalam percobaan dengan Marsh Funnel
mengalami penurunan seiring dengan kenaikan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
temperature hingga 250°F. Hal ini dapat Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dimengerti karena pada hakikatnya, suatu zat cair di Laboratorium serta bab-bab yang telah dibahas
apabila dipanaskan akan menjadi semakin encer. di dalam penelitian ini hanya sampai viskositas
Namun, berkurangnya viskositas ini juga perlu maka di dapat kesimpulan bahwa :
diperhatikan karena apabila viskositas lumpur 1. Penambahan ampas tebu pada lumpur water
menjadi terlalu kecil maka pengangkatan serbuk base mud dapat menaikkan densitas lumpur
bor akan menjadi kurang sempurna dan dapat krn densitas ampas tebu besar dari pada berat
mengakibatkan serbuk bor tertinggal di dalam lumpur tesebut. Kenaikkan densitas akan
lubang bor sehingga menyebabkan rangkaian menurun pada temperatur 250 F tetapi masih
pipa pemboran akan terjepit. batas toleran untuk digunakan krn masi diatas
8,33 ppg.
Penambahan ampas tebu secara signifikan tidak 2. Sifat viskositas lumpur akan bertambah
begitu berpengaruh terhadap harga Yield point, dengan adanya penambahan ampas tebu
untuk pengujian pada temperatur 250 F terjadi untuk temperatur ruangan tetapi pada
penurunan harga Yield Point tetapi masih barada temperatut tinggi semakin banyak
pada kondisi aman untuk mengangkat serpihan penambahan ampas tebu akan semakin
serbuk bor. menurun harga viskositasnya, hal ini
dikarenakan pada temperatur tinngi sifat
Fungsi Gel Strength pada lumpur pemboran polymernya akan rusak pada temperatur 250
adalah untuk menahan serpihan bor pada saat F.
pemboran berhenti, dilihat dari pengujian 3. Pada sifat Yield Point penabahan ampas tebu
penambahan ampas tebu pada lumpur B, yaitu akan menaikkan harga YP hanya pada
penambahan sebesar 4 gram sudah merupakan penambahan 2 gr, sedangkan penamnaha 4
batas maksimal, karena pada lumpur C pada dan 6 gram akan menurunkan harga YP.
pengujian 250 F sudah tidak mampu lagi untuk Tetapi masih dalam batas toleransi untuk
berfungsi sebagai penahan serpihan bor karena dapat digunakan, yaitu masih diatas 11 lb/100
pada temparatur tersebut hasilnya pada Gel ft.
Strength 10 detik sebesar 2 lb/100 ft. Lihat tabel 4. Untuk sifat Gel Strength hanya pada
4.5.Pengukuran sifat water loss pada pengujian penambahan 2 gr ampas tebu yang masih
83 F dan 250 F pada lumpur B, C dan D hasil mempunyai nilai yang layak digunakan untuk
pengujian sangat baik, dimana harga water dipakai sebagai lumpur pemboran karena
lossnya menurun, dapat dilhat pada tabel 4.7 nilainya GS 10 sec < 3 lb/100 ft pada

19 Jurnal Petro | April, Th, 2017


Jurnal Petro 2017
VOLUME VI, No 1, APRIL 2017 p-ISSN: 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro

temperatur 250 F. Untuk dapat digunakan 7. pH lumpur masih berada diatas 7 baik pada
sebagai lumpur pemboran maka per temperatur rendan maupun pada temperatur
ditambahkan additive penstabil tahan panas. tinggi, sehingga tidak ada pengaruh dengan
5. Laju tapsian atau water loss mempunyai harga penambahan ampas tebu karena masih besifat
yang semakin kecil dengan ditambahkan basa.
ampas tebu, hal in berarti semakin baik untuk Reference
digunakan sebagai lumpur pemboran dengan 1. AADE,” Review of Lost Circulation
harga water loss < 6 cc/30 menit. Materials and Treatment With or Update
6. Nilai Mud Cake cukup besar untuk lumpur D Classification “, Houston, Texas,2014.
pada temperatur 250 F, yaitu 1,2 mm, hal ini 2. Bourgoyne, Adam T. And Keith K.
kurang baik digunakan karena dapat Millhen,”Aplied Drilling Engineering” SPE,
memperkecil clereance antara dinding lubang Texas, 1986.
dengan pipa pemboran. 3. Hanbook of Drilling Fluid, Seomi Oil Tool,
Kuala Lumpur, 2011.

20 Jurnal Petro | April, Th, 2017

Anda mungkin juga menyukai