Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lumpur pemboran adalah salah satu komponen utama yang menentukan


kelancaran dan keberhasilan suatu operasi pemboran. Sistem lumpur yang
digunakan pada suatu operasi pemboran harus sesuai dengan kondisi formasi serta
lithologi yang harus ditembus. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh
terhadap suatu operasi pemboran, karena salah satu faktor yang menentukan
berhasil tidaknya suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur bor yang
digunakan. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran
sangat tergantung dari lumpur pemboran yang digunakan. Karena berbagai faktor
pemboran yang ada maka lumpur pemboran mutlak diperlukan pada proses
tersebut.

Lost circulation atau hilang lumpur didefinisikan sebagai hilangnya fluida


pemboran sebagian atau seluruhnya selama pemboran dan sirkulasi. Masuknya
lumpur pemboran ke dalam formasi bisa diakibatkan secara ilmiah, karena jenis dan
tekanan formasi yang ditembus mata bor maupun diakibatkan secara mekanis yang
disebabkan kesalahan dalam operasi pemboran. Pada umumnya hilang lumpur
terjadi jika tekanan hidrostatik lumpur naik hingga melebihi tekanan rekah formasi
yang akan mengakibatkan adanya fracture (rekahan) yang memungkinkan lumpur
(fluida) mengalir ke dalamnya. Kerugian akibat terjadinya lost circulation ini
adalah, akibat hilangnya lumpur tersebut, penurunan permukaan lumpur didalam
lubang bor yang dapat mengakibatkan terjadinya semburan liar pada formasi lain
yang bertekanan tinggi, tidak didapatinya serbuk bor (cutting) untuk sample log,
bahaya terjepitnya pipa bor, kehilangan waktu dan biaya serta menimbulkan
kerusakan formasi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa faktor penyebab hilang lumpur/lost circulation ?


2. Bagaimana hilang lumpur dapat terjadi pada sumur “X” ?
3. Apa saja cara penanggulangan hilang lumpur ?
4. Bagaimana cara paling efektif untuk menanggulangi hilang lumpur pada
sumur “X” ?

1.3 Hipotesis

1. Penyebab hilang lumpur atau lost circulation adalah adanya celah


terbuka yang cukup besar di dalam lubang bor, sehingga memungkinkan
lumpur untuk mengalir kedalam formasi, dan tekanan didalam lubang
lebih besar dati tekanan formasi.
2. Pada sumur “X” hilang lumpur terjadi karena densitas lumpur memiliki
tekanan yang lebih besar dari tekanan formasi sehingga lumpur
pemboran masuk kedalam formasi melalui pori-pori batuan.
3. Beberapa cara penanggulangan hilang lumpur yang dapat dilakukan
antara lain mengurangi tekanan pompa, mengurangi densitas lumpur,
menaikkan viscositas dan gel strength, mengurangi tekanan surge
lubang bor, sealing agent, cement plug, drilling blind, aerated drilling.
4. Cara paling efektif untuk menanggulangi hilang lumpur pada sumur “X”
adalah dengan menambahkan densitas lumpur pemboran dengan
additive tertentu, karena lebih cepat dati cara penanggulangan lainnya
yang membutuhkan biaya dan waktu yang relatif lama.

1.4 Identifikasi Masalah

Bagi mahasiswa teknik perminyakan, calon engineer minyak, penting


mengenal dan memahami bagaimana penanggulangan hilang lumpur pada proses
pemboran. Seperti telah disebutkan dalam latar belakang, lumpur pemboran adalah
salah satu komponen utama yang menentukan kelancaran dan keberhasilan suatu
operasi pemboran.

1.5 Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan penulis, maka


selanjutnya masalah yang akan dibahas terbatas mengenai evaluasi penanggulangan
hilang lumpur pada sumur “X” untuk mengetahui cara yang paling efektif.

1.6 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi Tugas Mata


Kuliah Metode Penulisan Ilmiah dengan dosen pengampu Bpk. Trisno Fallo, S.Hut,
M.Hut di samping dalam upaya pembelajaran dan mengenai penanggulangan
hilang lumpur.

1.7 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan penyusunan
penulisan diharapkan dapat memberikan pemahaman dan mengetahui
bagaimana cara terbaik untuk penanggulangan hilang lumpurpada
sumur “X” lapangan “Y”.
2. Manfaat Akademis
Bagi civitas akademika Universitas Proklamasi 45, khususnya
di Teknik Perminyakan, makalah ini diharapkan dapat menjadi
dokumen yang berguna untuk dijadikan referensi bacaan maupun
acuan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hilang Lumpur (Lost Circulation)

Lost circulation atau hilang lumpur didefinisikan sebagai hilangnya fluida


pemboran sebagian atau seluruhnya selama pemboran dan sirkulasi. Masuknya
lumpur pemboran ke dalam formasi bisa diakibatkan secara ilmiah, karena jenis dan
tekanan formasi yang ditembus mata bor maupun diakibatkan secara mekanis yang
disebabkan kesalahan dalam operasi pemboran. Pada umumnya hilang lumpur
terjadi jika tekanan hidrostatik lumpur naik hingga melebihi tekanan rekah formasi
yang akan mengakibatkan adanya fracture (rekahan) yang memungkinkan lumpur
(fluida) mengalir ke dalamnya. Kerugian akibat terjadinya lost circulation ini
adalah, akibat hilangnya lumpur tersebut, penurunan permukaan lumpur didalam
lubang bor yang dapat mengakibatkan terjadinya semburan liar pada formasi lain
yang bertekanan tinggi, tidak didapatinya serbuk bor (cutting) untuk sample log,
bahaya terjepitnya pipa bor, kehilangan waktu dan biaya serta menimbulkan
kerusakan formasi.

Berdasarkan keadaan lost circulation dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

 Partial Lost, yaitu bila lumpur yang hilang hanya sebagian saja dan masih
ada lumpur yang mengalir ke permukaan.
 Total Lost, yaitu hilangnya seluruh lumpur dan masuk kedalam formasi.

2.2. Faktor-faktor Penyebab Lost Circulation

Faktor-faktor yang menyebabkan lost circulation adalah jenis formasi,


tekanan dan lumpur pemboran. Berdasarkan jenis formasinya, maka lost circulation
dapat terjadi pada formasi yang mempunyai permeabel besar, formasi gua-gua dan
formasi rekahan.
Formasi Permeable Besar (Coarsely Permeable Formation). Jenis formasi
ini terdiri dari batu pasir dan gravel, dengan keadaan dimana diameter lubang atau
pori-pori batuan formasi sedikitnya tiga kali lebih besar dari diameter butiran padat
dari lumpur dan tekanan hidrostatik lumpur > 10% dari tekanan formasi.

Formasi Gua-gua (Cavernous Formation) Cavernous formation adalah


formasi yang banyak terdapat gravel dan banyak terdapat cavern (gua-gua),
sehingga ruang pori yang cukup besar sebagai tempat mengalirnya fluida
pemboran, misalnya formasi Batu Kapur (Limestone dan Dolomite).

Penyebab lost circulation adalah adanya celah terbuka yang cukup besar di
dalam lubang bor, yang memungkinkan lumpur untuk mengalir kedalam formasi,
dan tekanan didalam lubang lebih besar dati tekanan formasi. Celah tersebut dapat
terjadi secara alami dalam formasi yang cavernous, fracture, fissure, unconsolidate,
atau tekanan terlalu besar.

2.2.1. Formasi Natural Yang Dapat Menyebabkan Lost

Walau formasi yang menyebabkan lost circulation tidak diketahui secara


nyata, namun dapat dipastikan bahwa formasi tersebut mesti berisi lubang pori yang
lebih besar dari ukuran partikel lumpur. Hal ini ditunjukkan dalam banyak kasus
bahwa phase solid dari lumpur tidak akan masuk ke pori dari formasi yang terdiri
dari clay, shale dan sand dengan permeabilitas normal.

Formasi yang mempunyai formasi alami cukup besar untuk mengalirkan lumpur
adalah :

a. Coarse dan Gravel yang mempunyai variasi permeabilitas

Studi menunjukkan bahwa formasi memerlukan permeabilitas yang


besar untuk dimasuki lumpur. Permeabilitas yang besar ini dapat terjadi
pada shallow sand dan lapisan gravel. Formasi yang berkonsolidasi dengan
baik, dapat menyebabkan keguguran dinding sumur yang membentuk gua-
gua. Hal ini dapat terjadi karena tekanan overburden arat berat rig.
b. Breksiasi

Breksiasi terjadi karena adanya earth stress yang menghasilkan


rekahan. Rekahan yang terjadi dapat menyebabkan lost circulation.

c. Cavernous atau vugular formation

Pada prinsipnya zona cavernous atau vugular terjadi pada formasi


limestone. Pada formasi limestone, vugs dihasilkan oleh aliran yang
kontinyu dari air alami, yang menghancurkan bagian dari matriks batuan
menjadi encer dan larut. Ketika formasi ini ditembus, lumpur akan hilang
ke formasi dengan cepat. Volume lumpur yang hilang tergantung pada
derajat vugs yang saling berhubungan, sedangkan cavernous dapat terjadi
karena pendinginan magma.

d. Cracked dan fracture

Lost circulation juga terjadi jika formasi terjadi cracked dan adanya
fracture. Selain itu juga terjadi di depleted zone. Depleted sand sangat
potensial untuk terjadinya lost, karena jika formasi produktif dalam
lapangan yang sama menyebabkan tekanan subnormal akibat produksi dari
sumur sebelumnya (sumur pengembangan). Dalam kasus ini, berat lumpur
yang diperlukan untuk mengontrol tekanan formasi yang lebih dangkal,
mungkin terlalu tinggi untuk lapisan sand dibawahnya, akibatnya lapisan
sand menjadi rekah dan akan dimasuki lumpur.

2.2.2. Lost Circulation Karena Tekanan

Selain karena adanya formasi natural yang dapat menyebabkan lost, lost
circulation dapat juga terjadi karena kesalahn yang dilakukan pada saat operasi
pemboran yang berkaitan dengan tekanan, misalnya :
a. Memasang intermediate casing pada tempat yang salah, jika casing
dipasang di atas zona transisi antara zona yang bertekanan normal dengan
zona yang bertekanan tidak normal, maka diperlukan lumpur yang berat
untuk mengimbangi tekanan yang abnormal.

b. Pelanggaran downhole pressure, pelanggaran downhole pressure antara


lain :

 mengangkat atau menurunkan pipa yang terlalu cepat


 Pipe whipping
 Sloughing shale
 Peningkatan tekanan pompa yang terlalu cepat
 Lumpur yang terlalu berat

2.3. Penanggulangan Lost Circulation

Lost circulation dapat menimbulkan beberapa masalah dan kerugian, misalnya :

 Hilangnya lumpur
 Bahaya terjepitnya pipa
 Formation damage
 Kehilangan waktu
 Tidak diperolehnya cutting untuk sample log
 Penurunan permukaan lumpur dapat menyebabkan blowout pada formasi
berikutnya.

Beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi lost circulation,


yaitu:

2.3.1. Mengurangi Tekanan Pompa

Terjadinya lost circulation dapat diketahui dari flow sensor, atau


berkurangnya lumpur di mud pit. Bila berat lumpur normal dan tekanan abnormal
bukanlah faktor penyebab, langkah pertama dan paling mudah dilakukan adalah
mengatur tekanan pompa dan berat lumpur. Tekanan sirkulasi lumpur berkisar
antara 900 psi sampai 3000 psi. Fungsi dari tekanan ini adalah untuk
menanggulangi kehilangan tekanan selama pengaliran lumpur.

2.3.2. Mengurangi Berat Lumpur

Salah satu fungsi lumpur pemboran adalah untuk mengimbangi tekanan


formasi. Semakin besar berat lumpur, semakin besar differensial pressure antara
kolom lumpur dan formasi. Lumpur yang terlalu berat dapat menyebabkan
pecahnya formasi.

2.3.3. Menaikkan Viskositas dan Gel Strength

Pada shallow depth, lost circulation umumnya disebabkan oleh formasi


yang porous yang terdiri dari coarse, gravel atau cavernous. Peningkatan viskositas
dan gel strength akan membantu memecahkan masalah ini.

2.3.4. Mengurangi Tekanan Surge Lubang bor

Tekanan surge dihasilkan dari penurunan pipa kedalam lubang bor yang
terlalu cepat. Kondisi ini dapat memecahkan formasi. Untuk itu drill string mesti
diturunkan dengan lambat untuk mengurangi tekanan surge yang dapat
memecahkan formasi.

2.3.5. Sealing Agent

Bila beberapa metode diatas gagal, biasanya ditambahkan Lost Circulation


Material (LCM), yaitu bahan pengurang kehilangan lumpur.

Ada tiga cara additive LCM, yaitu :

1. menjaga agar tidak terjadi rekahan akibat penyemenan, dalam hal ini
tekanan hidrostatik harus kecil. LMC antara lain : extenders
2. dengan menempatkan material yang mampu menahan hilangnya
semen/lumpur, antara lain : granular, flake dan fibrous.
3. Kombinasi dari kedua cara diatass.
2.3.6. Cement Plug

Penggunaan semen untuk mengatasi hilang lumpur terutama di daerah yang


banyak mengandung gerowong (vuggy) sebagaimana terdapat pada formasi
karbonat.

2.3.7. Drilling Blind

Drilling blind adalah pemboran yang dilakukan secara membabi buta,


dimana sirkulasi lumpur tidak ada karena semua lumpur hilang ke formasi. Drilling
blind sangat berbahaya karena cutting yang tidak terangkat kepermukaan dapat
menjepit pipa/stuck. Metode drilling blind biasanya dilakukan bila tekanan normal
dan air tersedia dalam jumlah yang banyak.

2.3.8. Aerated Drilling

Aerated drilling mud dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan densitas


lumpur. Metode ini sangat cocok diterapkan untuk mengatasi lost circulation yang
dijumpai pada formasi cavernous, vugs yang besar. Metode ini dilakukan dengan
memompa campuran air dan udara kedalam lubang. Jumlah air yang dipompa ke
dalam lubang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Setelah daerah vugular
dilewati, pipa dapat diset atau aerated water drilling dapat diteruskan.

2.4 Cara Paling Efektif Untuk Menangulangi Hilang Lumpur Pada


Sumur “X”

Cara paling efektif untuk menanggulangi hilang lumpur pada sumur “X”
adalah dengan mengurangi densitas lumpur pemboran dengan additive tertentu,
karena setelah diketahui penyebab hilang lumpur pada sumur “X” adalah adanya
tekanan formasi yang lebih kecil dari densitas lumpur, sehingga untuk
mengimbangi hal tersebut dibutukan densitas lumpur yang lebih kecil atau
seimbang dengan tekanan formasi sehingga lumpur tidak masuk kedalam atau
hilang kedalam formasi.
Penggunaan cara ini juga lebih cepat dati cara penanggulangan lainnya yang
membutuhkan biaya dan waktu yang relatif lama. Sehingga lebih efektif
dikarekanakan sirkulasi lumpur akan kembali normal dan proses pemboran dapat
dilanjutkan dengan baik.
Apabila lost circulation atau hilang lumpur ini tidak dapat diatasi dengan
cepat akan menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan maupun pekerja karena,
hilangnya lumpur dapat menyebabkan berbagai permasalahan seperti bahaya
terjepitnya pipa, formation damage, kehilangan waktu, tidak diperolehnya cutting
untuk sample log, penurunan permukaan lumpur dapat menyebabkan blowout pada
formasi berikutnya.

Oleh sebab itu cara paling efektif untuk menanggulangi hilang lumpur pada
sumur “X” setelah di evaluasi penyebabnya dan cara-cara penanggulangannya
adalah dengan mengurangi densitas lumpur pemboran dengan additive tertentu,
untuk mengimbangi tekanan formasi yang terlalu kecil.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pentingnya pengetahuan mengenai lost circulation atau hilang nya lumpur


pemboran harus semakin dikembangkan, karena masalah yang paling sering
dihadapi dan ditemui dilapangan salah satunya adalah hilang lumpur. Dewasa ini
kegiatan pertambangan dan eksplorasi energi khususnya di Indoensia banyak
melalukan tindakan pencegahan atau penanggulangan hilang lumpur memakan
waktu dan biaya yang tidak sedikit, namun apabila dilakukan dengan efektif
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan biaya dan waktu yang lebih sedikit.

Apabila lost circulation atau hilang lumpur ini tidak dapat diatasi dengan
cepat akan menyebabkan kerugian baik bagi perusahaan maupun pekerja karena,
hilangnya lumpur dapat menyebabkan berbagai permasalahan seperti bahaya
terjepitnya pipa, formation damage, kehilangan waktu, tidak diperolehnya cutting
untuk sample log, penurunan permukaan lumpur dapat menyebabkan blowout pada
formasi berikutnya.

Oleh sebab itu evaluasi penanggulangan hilang lumpur wajib dilakukan


untuk mengetahui cara paling efektif dalam menghadapi permasalahan hilang
lumpur.

3.2 Saran

Dalam eksploitasi minyak dan gas bumi memerlukan waktu dan biaya yang
tidak sedikit, untuk itu waktu sangat berharga dalam proses pemboran, namun salah
satu permasalahan yang paling sering dihadapi adalah hilang lumpur atau lost
circulation.
Banyak perusahaan menghabiskan waktu dan biaya besar untuk
menanggulangi masalah ini, sehingga menimbulkan kerugian dari berbagai segi
yang diakibatkan proses pemboran terhenti oleh permasalahan hilang lumpur ini.

Sayangnya dari pengalaman tersebut banyak yang melupakan atau


menyampingkan pentingnya evaluasi analisa hilang lumpur pada sumur yang
menghadapi permasalahan tersebut, perusahan cenderung mencoba-coba berbagai
cara asalkan dapat menghentikan hilang lumpur tersebut tanpa melakukan evaluasi,
disatu sisi mereka menganggap permasalahan telah teratasi namun justru
menyebabkan permasalahan yang dapat datang kapan saja berikutnya karena
penanggulangan yang tidak efektif.

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba mengevaluasi analisa hilang


lumpur pada sumur “X” sehingga dapat dilakukan pengembangan cara
penanggulanngan hilang lumpur dengan efektif dan ekonomis untuk dapat
digunakan sebagai referensi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.en.wikipedia.org/wiki/Lost_circulation (diakses pada 17 Juni 2017)

http://www.halliburton.com/en-US/ps/baroid/fluid-services/fluid-
additives/lost-circulation-materials/ (diakses pada 13 Juni 2017)

http://www.petrowiki.org/Lost_circulation (diakses pada 13 Juni 2017)

http://www.repository.upnyk.ac.id/7827/1/Loss_sirkulasi_adalah_lumpur_
pemboran_hilang_sebagian_atau_seluruhnya_kedalam.pdf (diakses
pada 11Juni 2017)

https://www.scribd.com/doc/261115314/Lost-Circulation (diakses pada 17


Juni 2017)

Anda mungkin juga menyukai