Anda di halaman 1dari 7

A.

LOST - CIRCULATION ATAU WATER - LOST (HILANGNYA


LUMPUR)

Hilangnya lumpur pengeboran merupakan proses masuknya lumpur ke dalam


formasi. Hilangnya lumpur ini merupakan masalah lama dan sering terjadi dalam
pengeboran, banyak terjadi di mana-mana serta pada kedalaman yang berbeda-
beda. Hilangnya lumpur ini dapat terjadi bila tekanan hidrostatis lumpur
melebihi tekanan formasi.

Hilangnya lumpur pengeboran ( lost-circulation atau water-lost )

B. SEBAB-SEBAB HILANGNYA LUMPUR PENGEBORAN (WATER-


LOST)
Sebab hilangnya lumpur pengeboranini dapatditinjau dari segi formasi, maka
hilangnya lumpur dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Coarseley Permeable Formation
Contoh dari jenis formasi ini adalah pasir dan gravel, namun tidak semua jenis
formasi ini menyerap lumpur. Formasi ini dapat menyerap lumpur apabila
tekanan hidrostatis lumpur lebih besar daripada tekanan formasi. Selain itu ada
pengertian bahwa lumpur mampu masuk ke dalam formasi bila diameter lubang
atau pori-pori sedikitnya tiga kali lebih besar terhadap diameter butiran atau
partikel padat dari lumpur.
2. Cavernous Formation
Hilangnya lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang mengandung
banyak gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat
pada formasi batu kapur (limestone dan dolomite).
3. Fissure, Fractures, Dan Faults
Ini merupakan celah-celah dan retakan di dalam formasi. Bila hilangnya
lumpur ini terjadi tidak pada formasi permeabel atau batukapur, biasanya ini
terjadi karena celah-celah dan retakan tersebut. Fractures dapat bersifat alamiah
karena proses-proses geologi, tetapi juga dapat terjadi karena sebab-sebab
mekanis selama pengeboran (induced fractures). Fractures ini dapat disebabkan
antara lain:
 Penekanan (pressure surge) pada waktu masuknya stang bor atau mata bor
 Adanya kenaikan tekanan karena drilling practice yang tidak benar, misalnya
seperti tekanan pompa terlalu tinggi, lumpur terlalu kental, gel strength terlalu
besar.
 Hilangnya lumpur dapat juga terjadi karena perlakuan yang kurang sesuai,
misalnya menjalankan pompa secara mengejutkan, dan lain sebagainya.

C. HILANGNYA LUMPUR KARENA SIFAT LUMPUR DAN


OPERASIONAL PENGEBORAN
Hilangnya lumpur pengeboran tidak hanya terjadi dengan dipengaruhi oleh
faktor formasi saja, akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh sifat lumpur dan juga
operasional pengeboran yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Squeeze Effect
Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang
kental, maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat naik ke
annulus di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor
tertekan ke formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor dengan lubang
seperti sebuah piston. Peristiwa ini dikenal sebagai squeeze effect. Akibat dari
squeeze effect dapat menyebabkan formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.
2. Berat Jenis Lumpur Yang Tinggi
Karena berat jenis lumpur yang digunakan terlalu tinggi, maka tekanan hidrostatis
lumpur akan menjadi besar. Bila menemui lapisan yang tekanan rekahannya kecil
maka formasi akan terjadi rekahan-rekahan dan akibatnya adalah sama seperti
yang diuraikan di atas.
3. Viskositas Lumpur Yang Tinggi
Bila viskositas lumpur terlalu tinggi, maka tekanan sirkulasi lumpur di annulus
akan cukup tinggi yang mengakibatkan formasi pecah bila formasi tidak kuat.

4. Gel Strength
Lumpur yang memiliki tinggi gel-strength sangat penting pada saat tidak ada
sirkulasi, yaitu akan menahan cutting supaya tidak turun ke dasar lubang. Dalam
kondisi ini material pembuat lumpur diusahakan tidak menumpuk di dasar
lubang. Apabila gel-strength tinggi maka untuk memulai sirkulasi yang sempat
terhenti akan diperlukan tenaga pompa yang cukup besar. Bila formasi tidak
sanggup menahan tekanan pompa yang besar ini maka formasi akan pecah.
5. Pemompaan Yang Mengejutkan
Pemompaan lumpur yang mengejutkan akan menyebabkan formasi pecah jika
formasi tidak kuat. Akibatnya adalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada waktu mata bor menembus formasi ini maka lumpur akan mengisi gua,
celah, dan rekahan yang ada.

D. TINDAKAN PENCEGAHAN
Pengalaman menunjukkan bahwa sekitar 50% dari hilangnya lumpur
pengeboran terjadi karena induced fracture. Dalam hal ini hilangnya lumpur dapat
terjadi dimana tidak terlalu terpengaruh oleh jenis formasi. Dengan demikian
pencegahan akan lebih murah daripada mengatasi hilangnya lumpur pengeboran
bila sudah terjadi. Beberapa hal yang perlu diingat untuk pencegahan antara lain:
1. Berat Lumpur
Berat lumpur perlu juga dijaga agar tetap minimum sekedar mampu
mengimbangi tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga
mengakibatkan penambahan berat lumpur, sehingga pembersihan lubang bor
memegang peranan yang sangat penting.
2. Viscosity Dan Gel-Strength
Gel strength juga harus dijaga agar tetap kecil, gel-strength yang besar
memerlukan tenaga yang besar pula untuk menyirkulasikan gel tersebut, dan
tenaga yang besar ini akan dapat mengakibatkan pecahnya formasi. Disarankan
agar rotary-table dan spindle digerakkan terlebih dulu sebelum menjalankan
pompa, disamping itu dalam menjalankan pompa tidak dilakukan dengan
mengejutkan (perlahan-lahan dalam membuka kran atau katup).
3. Penurunan Stang Bor Dan Mata Bor
Pada saat menurunkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya
pressure surge untuk mencegah pecahnya formasi, juga pada waktu mencabut
atau menaikkan stang bor dan mata bor harus dihindari terjadinya swabbing.
4. Gunakan Lumpur Pengeboran Yang Baik Dan Stabil
Harus dipergunakan lumpur pengeboran yang baik dan stabil. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengurangi negative-mud seperti caving dan sloughing-
bridging.

E. CARA MENGATASI HILANGNYA LUMPUR PENGEBORAN


Cara mengatasi hilangnya lumpur pengeboran ini sangat berbeda antara satu
dengan yang lain, tergatung dari sebab-sebab, sifat formasi, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk mengatasi
hilangnya lumpur pengeboran:
1. Bahan Penyumbat
Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan
penyumbat antara lain:
 Granular material sepeti nut-shells, nut-plug, dan tuff-plug
 Fibrous material seperti leather-floc, fiber-seal, dan chip-seal.
 Flakes, seperti mica dan cellophare
 Kombinasi dari jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya
dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse).
 Heat expanded material, seperti expanded-perlite
 Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil slurry,
atau bentonite diesel oil cemen slurry
2. Seepage Losses
Seepage Losses Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang
relatif kecil, yaitu kurang dari 15 bbl/ jam, upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi hal ini adalah:
 Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode
menunggu. Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara
menyiapkan bahan-bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk
membawa bahan-bahan tersebut sekitar 200bbl.
 Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-macam
jenis serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25 - 35 lbs/ bbl lumpur.
Apabila hilangnya lumpur pengeboran makin besar maka jumlah serta
ukuran bahan penyumbat harus diperbesar.
 Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat bahan
penyumbat sampai pada dasar mata bor, maka pengeboran dapat dimulai
lagi. Dengan demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal
(seimbang). Apabila sirkulasi masih belum normal maka penyumbatan
dengan batch-method ini dapat diulang hingga berhasil.
 Complete loss of returns, Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar
kembali dari lubang bor, tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat
diusahakan antara lain dengan memakai high-filter-loss slurry atau soft
plug. Lumpur tidak sampai ke permukaan, Keadaan ini sangat berbahaya
karena akan terjadi pengurangan tekanan hidrostatis lumpur pengeboran
yang selanjutnya dapat terjadi well-kick. Usaha yang harus segera
dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang jumlahnya
harus diperhitungkan atau lubang bor disumbat terlebih dahulu dengan
bahan penyumbat sebelum pengeboran dilanjutkan.
 Blind drilling, Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan
tekanan yang sangat rendah, bahkan di bawah tekanan hidrostatis air.
Usaha yang dapat dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang
sangat ringan misalnya aerated-mud atau mist-drilling sampai mencapai
formasi yang cukup keras untuk kemudian dipasang casing dan disemen.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sebagai penulis, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan Makalah teknik pemboran tentang Water Lost.
Tujuan dibuat laporan ini untuk memenuhi laporan persyaratan dari mata kuliah
Teknik Pemboran. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada ibu Rahmawati
S.T,M.T selaku dosen pembimbing kami.
Semoga dengan dibuatnya Makalah ini bisa berguna bagi pembaca dan bermanfaat
dikalangan mahasiswa teknik pertambangan, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan atau penyusunan laporan ini.
Lahat, 23 September 2019

Anda mungkin juga menyukai