2009 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNDERBALANCE DRILLING
1. Pengertian
Underbalanced Drilling (UbD) adalah metode drilling dengan
menggunakan mud weight yang SGnya lebih kecil daripada tekanan formasi. Adapun fungsinya adalah untuk mencegah atau mengurangi infiltrasi mud ke formasi yang dapat merusak formasi atau pembentukan skin pada formasi. Underbalanced Drilling pada dasarnya mengebor sumur dengan menggunakan fluida, dimana densitasnya menghasilkan tekanan hidrostatis di dalam sumur yg lebih kecil daripada tekanan di formasi. Tujuan utamanya adalah meminimalkan “skin” atau formation damage, sehingga diharapkan produksi hidrokarbon akan lebih baik. Fluida yg umum digunakan bisa yang incompressible (air) atau yang compressible (angin, foam, aerated diesel, dsb). Aplikasi umumnya adalah re- entry drilling di reservoir yg mempunyai karakter:
Sensitif, mudah damage
Depleted Highly fractured Tekanan formasi harus bisa diketahui seakurat mungkin sehingga fluida pengeboran dapat diprogram untuk mencegah kick.
Pemboran underbalanced merupakan metoda pemboran dimana tekanan
hidrodinamik dasar sumur didesain agar lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Pada kondisi itu fluida reservoir masuk ke sumur dan ikut tersirkulasi ke permukaan. Ini tentu saja akan mempengaruhi sifat fisik fluida di annulus. Sifat fisik fluida di sumur pada pemboran underbalanced tidaklah mudah untuk ditentukan. Ini dikarenakan sifat fisik fluida dipengaruhi oleh tekanan hidrodinamik dan komposisi fluida, sementara tekanan hidrodinamik juga bergantung pada sifat fisik fluida. Selain itu komposisi fluida di annulus juga bergantung pada laju influks yang juga bergantung pada tekanan. Jadi kesemuanya itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga membuat penentuan parameter transportasi cutting menjadi rumit. Untuk memecahkan masalah ini kemudian dilakukan filterasi antara tekanan, laju alir influks dan sifat fisik influks sampai didapat harga yang sesuai. Pada studi ini, pemodelan aliran underbalanced digunakan fluida foam, emulsi, oil base mud dan aerated mud sebagai fluida pemboran dengan tiga macam fluida influks, yaitu minyak, air dan gas. Kombinasi dari tipe fluida pemboran dan influks membuahkan hasil perhitungan parameter transportasi cutting dan tekanan yang bervariasi. Pada pemboran ini dilakukan penentuan tekanan hidrodinamik pada operasi horizontal coiled tubing underbalanced drilling, sifat fisik fluida campuran, dan parameter transportasi cuttingnya. Selain itu dilakukan juga penentuan pengaruh beberapa faktor seperti ukuran coiled tubing, ukuran lubang, jenis fluida pemboran, dan Jenis influks terhadap pengangkatan cutting. Salah satu contoh di daerah jatibarang, Berdasarkan data-data geologi dan reservoir, dapat disimpulkan bahwa tekanan formasi dilapisan Vulkanik Jatibarang telah mengalami penuruan gradien tekanan yang mana telah berada dibawah gradien tekanan abnormal. Dalam melakukan pemboran dengan air saja sudah akan menghasilkan tekanan hidridinamik diatas tekanan formasi, inilah penyebab hilangnya sirkulasi saat pemboran berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut menggunakan pemboran underbalanced, dengan prinsip kerja yaitu tekanan kolom hidrodinamik lebih kecil Dibandingkan tekanan formasi. Untuk mengatasi hilang sirkulasi yang terjadi pada pemboran menembus lapisan Vulkanik yang mengandung rekahan-rekahan alam dipergunakanlah gas untuk menurunkan berat dari sistim fluida pemboran. Dilakukan dengan cara menginjeksikan gas kedalam fluida dasar (fresh water). Pemboran underbalanced menggunakan fluida dengan sistim dua fasa (air dan gas) atau dikenal dengan gasfield system. Analisa yang dilakukan terhadap sistim fluida pemboran ini untuk mengetahui keberhasilan dalam sistim pengangkatan terhadap cutting yang dipengaruhi oleh beberapa parameter yang berhubungan erat dengan tekanan dan temperatur dan supaya memperoleh laju pemboran yang sangat baik. Hasil analisa pengangkatan cutting pada pemboran underbalanced berguna untuk mengindentifikasi baik atau tidaknya pengangkatan cutting dan juga untuk merencanakan operasi pengangkatan cutting pada masa yang akan datang, supaya dapat memperoleh laju alir fluida yang optimal.
Menurut API RP 53 3) dalam draft bagian 13, “Underbalanced drilling”
adalah pelaksanaan operasi pemboran yang mana diijinkannya fluida formasi masuk ke lubang bor, disirkulasikan dan dikontrol di permukaan”. Sedangkan menurut Energy Resources Conservation Board (ERCB) 5) : “UBD adalah tekanan hidrostatik fluida pemboran diusahakan di bawah tekanan pori formasi yang sedang dibor. Keadaan ini dapat dilakukan dengan menambahkan gas seperti udara atau nitrogen ke dalam fasa cair fluida pemboran”. Hal inilah yang akan menyebabkan masuknya fluida formasi yang harus disirkulasikan dan dikontrol di permukaan. Berdasarkan definisi tersebut maka fluida pemboran tidak akan dapat memasuki formasi dan tidak akan terjadi kehilangan sirkulasi. 2. Konsep Underbalanced Drilling 2.1 Batasan Underbalanced Drilling Pada kenyataanya underbalanced tidak selalu dapat dilakukan secara ekonomis, hal ini mengingat bebarapa hal sebagai berikut : 1. Kestabilan sumur akan terganggu, dan lubang akan gugur sehingga menyebabkan peralatan terjepit. Jika serpih batuan terlampau besar untuk diangkat oleh aliran fluida di sumur, serpih akan terendapkan, biasanya terjadi diatas batas drill collar dengan drill pipe karena kecepatan mengangkat di anulus drill pipe mendadak mengecil dibandingkan dengan di anulus drill collar. Ini disebut sebagai cincin lumpur atau“mud ring”. 2. Aliran air dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu bila di bor dengan menggunakan gas, air bisa membasahi serpih bor di sumur, sehingga serpih saling melekat satu dengan yang lainnya, dan akhirnya dapat menyumbat annulus sumur 3. Terjadinya ledakan di dalam sumur. Penggunaan udara pada pemboran underbalanced dapat menjadi ancaman yang serius bila dijumpai cincin lumpur didalam sumur dengan tekanan yang semakin meningkat, seperti hidrokarbon pada tekanan yang tinggi juga akan meledak. 4. Kesulitan pada waktu MWD. MWD biasanya menggunakan media lumpur pemboran konvensional dalam hal meneruskan pulse kepermukaan untuk mendapatkan data. Pada pengeboran dengan menggunakan udara kering dan gas sebagai fluida pemborannya akan sangat sulit sekali bila tidak menggunakan peralatan khusus seperti EMWD (Electromagnetic Measurement While Drilling). 2.2 Identifikasi Daerah Yang Sesuai Dengan Penggunaan Metoda UBD Aplikasi metode underbalanced drilling akan berpotensi mencapai hasil yang optimum apabila dilakukan pada daerah-daerah, seperti: 1. Depleted reservoir (subnormal pressure) Depleted reservoir (daerah subnormal pressure), dimana gradien tekanannya lebih rendah dibandingkan dengan tekanan hidrostatik kolom fluida pemboran jika digunakan metode conventional maka daerah ini berpotential terjadinya fenomena lumpur masuk kedalam reservoir (hilang lumpur) dan pipa terjepit. Hilang lumpur ini terjadi jika besarnya lubang pori lebih besar dari ukuran partikel lumpur pemboran. Ukuran lubang pori yang mengakibatkan terjadinya hilang sirkulasi ini berada pada kisaran 0,1 - 1,00 mm. Biasanya terjadi pada daerah yang memiliki lapisan dengan permeabilitas sangat besar, rekah-rekah, seperti sandstone dan unconsolidated sand. 2. Reservoir rekahan. Reservoir dengan rekahan alami ini biasanya memperlihatkan hilang fluida pemboran yang sangat besar. Kehilangan fluida ini akan membuat masalah pemboran seperti well control atau memberikan terjadinya mechanical sticking karena tekanan hidrostatik fluida pemborannya lebih besar dari tekanan formasinya. Sedangkan pada operasi pemboran underbalanced tekanan didesain lebih kecil daripada tekanan formasi. 3. Formasi yang terdiri atas batuan yang keras. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan laju penembusan pahat pada batuan adalah densitas fluida pemboran. Studi laboratorium dan lapangan memperoleh kesimpulan bahwa semakin ringan densitas fluida pemboran yang dipakai, laju penembusan pahat akan semakin cepat, karena dengan semakin kecilnya perbedaan tekanan atau differential pressure, yaitu (Ph-Pf) akan semakin kecil bahkan pada Underbalanced Drilling, perbedaan tekanan tersebut akan berharga negatif. Laju penembusan juga terpengaruh oleh kekuatan batuan (compressive strength) yang ditembus, dengan menurunkan perbedaan tekanan yang dimaksud, maka kekuatan batuan tadi akan menurun dan pahat bor dapat dengan mudah menembus lapisan batuan. Contoh untuk formasi ini adalah Limestone padat (batu gamping) dan jenis batuan yang faktor sementasinya besar (consolidated sand). 4. Formasi dengan permeabilitas besar Salah satu penyebab terjadinya pipa terjepit adalah mud cake yang terjadi apabila perbedaan antara tekanan hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan formasi menjadi sangat besar pada saat melewati formasi yang porous dan permeabel, seperti batupasir (sandstone) dan batu gamping (limestone). 5. Kerusakan formasi. Formasi akan berpotensi mengalami kerusakan (formation damage) apabila dibor dengan metoda overbalanced drilling. Salah satu penyebab kerusakan formasi (formation damage) adalah karena penggunaan lumpur yang terlalu berat sehingga partikel padatan lumpur (innert solids) akan masuk ke dalam formasi produktif. Partikel padatan dan filtrat lumpur pemboran yang masuk ke formasi akan menyebabkan beberapa hal, yaitu : - Menutup pori-pori formasi produktif. - Meningkatkan water content pada formasi yang mengandung minyak sehingga saturasi minyak menurun dan akhirnya di tempati oleh air. - Partikel clay pada formasi produktif mengembang dan menutup permeabilitas formasi. Dengan adanya kerusakan formasi tersebut tentunya akan meningkatkan biaya stimulation suatu sumur dan gangguan prodiktivitas. 3. Model Operasi Underbalanced Terdapat beberapa model operasi pemboran underbalanced, yaitu : dry air drilling, nitrogen drilling, natural gas drilling, mist drilling, stable foam drilling, stiff foam drilling, gasified liquids, flowdrilling, mudcap drilling, snub drilling, dan closed systems. Masing-masing model operasi ini akan membutuhkan peralatan dan operasional yang berbeda. 3.1 Peralatan Yang Digunakan Pada dasarnya peralatan yang digunakan pada underbalanced drilling hampir sama dengan peralatan pada pemboran overbalanced : Rotating Blow Out Preventer (RBOP) Separator Rotating Control Head / RCH Bowl Chemical Injection Rotating Control Head / RCH Bearing Assembly Booster High Pressure Flamibility Limit Appartus Choke Manifold Kompresor Peralatan – peralatan pendukung : # Sample Catcher # Vacum Degasser # Settling Tank dan Skimmer Tank # Flare Stack # Control Unit 3.2 Subnormal Pressure Tekanan Subnormal didefinisikan sebagai tekanan yang menyimpang dari gradient tekanan normal yang besarnya kurang dari 0,465 psi/ft. Identifikasi tekanan yang terjadi sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasi pemboran. Adanya tekanan subnormal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi, baik lithologi maupun struktur geologinya. Mekanisme terjadinya tekanan subnormal disebabkan oleh : adanya expansi thermal, pengkerutan formasi dan Potentiometric Surface (mekanisme yang menunjukan adanya relief struktur\ suatu formasi yang dapat menghasilkan baik zona subnormal maupun overpressure). Metode untuk memperkirakan dan pendeteksian tekanan subnormal sama dengan metode untuk memperkirakan dan mendeteksi tekanan abnormal yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu: a. Metode Kwalitatif Merupakan metode pendeteksian tekanan formasi ketika pemboran sedang berlangsung dengan tanpa memberikan informasi besarnya tekanan abnormal pada suatu kedalaman. Metode ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu : Korelasi sumur lama yang telah diketahui data tekanannya.(yang umumnya dipakai) Anomali temperatur, dapat digunakan secara effektif untuk mendeteksi lapisan transisi ke lapisan tekanan tinggi. Resistivy lumpur dan cutting, resistivity cutting berubah dengan bertambahnya porositas (indikator sekunder memonitor zona transisi) Cutting, cuting yang besar menunjukan bahwa perbedaan tekanan berkurang. b. Metode Kwantitatif Metode pendeteksian tekanan formasi dimana informasi besarnya tekanan pada suatu kedalaman dapat diketahui. Metode ini terbagi menjadi lima kategori: Analisa Seismic, metode geofisik untuk mendeteksi keberadaan dan puncak tekanan abnormal ( interval travel time) Analisa Log, untuk menentukan tekanan pori-pori dalam sumur offset dan pemboran sumur aktual (resistivity log, sonic log, log density) Analisa Overlay, metode pendeteksian tekanan formasi dengan mencocokan terlebih dahulu antara tekanan formasi normal dengan trend normal. Densitas bulk, metode pendeteksian tekanan yang didasarkan pada hubungan antara densitas bulk batuan dengan porositas (semakin bertambah kedalaman maka semakin kecil porositas atau kompaksi batuan bertambah) Ada beberapa cara yang sering digunakan dalam aplikasi jenis fluida ini , yaitu: Injeksi fluida melalui pipa, hal inidilakukan sebagai suatu caraalternatif dengan melihat kondisidari tekanan formasi yang sangatrendah. Parasite injection, hal ini dilakukanapabila tekanan formasi agak tinggidan pemboran sumur membutuhkanMWD. Temporary Casing Injection, hal inidilakukan apabila pemboranmemerlukan kondisi laju gas yang tinggi. 3.3 Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan dilapanga pada dasarnya hampir sama pada pemboran overbalanced kecuali pada unit injeksi gas dan penambahan RBOP (Rotating Blow Out Preventer) tipe Williams 7100. Untuk pemutar drillstring tidak digunakan rotary table, melainkan top drive. Dengan menggunakan top drive dapat dilakukan operasi keluar-masuk rangkaian sepanjang 3 joint (1 stand). Dengan demikian top drive berfungsi sebagai sebagai alat pengganti traveler hook, alat angkat, alat putar dan sebagai tempat awal sirkulasi menuju drillstring karena swivel terletak pada top drive ini. RBOP ini sanggup menahan tekanan balik sampai sebesar 2500 psi ketika beroperasi. Unit injeksi gas terdiri dari dua unit kompressor yang akan memasok udara bertekanan 200 psi ke NPU (Nitrogen Processing Unit). Selanjutnya di NPU ini dihasilkan gas Nitrogen dengan proses pemurnian (purifier) hingga didapat Nitrogen berkadar 95 %. Sebenarnya yang diinginkan adalah Nitrogen dengan kadar 97% untuk menghindari resiko korosi yang lebih besar. 3.4. Lumpur Dasar yang Digunakan Lumpur dasar yang digunakan adalah air tawar dengan berat 8.33 ppg dan viskositas funnel sebesar 28 MF detik. Ke dalam air ini ditambahkan beberapa zat kimia seperti caustic soda untuk menjaga pH lumpur 11 dan penambahan corrosion inhibator. 3.5 Keadaan Formasi (Geomekanik) Pengaruh hydrostatic head pressure saat sirkulasi lumpur berjalan tidak boleh terlalu rendah dari tekanan formasi (< batas bawahnya) adalah mempengaruhi wellbore instability, yaitu runtuhnya lubang sumur (sloughing atau collapse), karena underbalanced drawdown terlalu besar. Hydrostatic head pressure juga tidak boleh melebihi tekanan formasi ( >batas atas)yang akan mengakibatkan hilang sirkulasi, dimana berarti underbalanced drawdown terlalu kecil atau malah berharga positif. 3.6 Rate Influx Influx yang terproduksi (flowing pressure rate) harus dapat ditangani oleh peralatan permukaan atau harus disesuaikan dengan kemampuan kerja dari peralatan penanganan dipermukaan. Apabila kita melakukan pemboran pada zona kedalaman Produktif, Efek hydrostatic head pressure terhadap production while drilling harus tetap diperhatikan : Konsep ini adalah seperti prinsip produktivitas indeks pada bidang produksi. Dirumuskan sebagai: PI= q / ( ps – pwf ) Dimana: PI = produktivitas indeks dari formasi q = laju alir produksi fluida formasi Ps-Pwf = pressure drawdown atau beda tekanan antara tekanan dari formasi dan tekanan alir pada dasar sumur. Yang artinya nilai pressure drawdown / perbedaan tekanan akan berbanding lurus dengan nilai laju alir produksi fluida formasi kelubang sumur. Semakin besar beda tekanan maka laju alir juga semakin besar pula. (Ps-Pwf) berarti sama dengan underbalanced drawdown (Pf-Ph) pada konsep underbalanced drilling, jika nilainya besar berarti semakin besar pula laju produksi fluidanya dari formasi ke lubang sumur, dalam hal ini adalah laju alir produksi hidrocarbon saat pemboran. Hal ini sangat dimungkinkan pada underbalanced drilling karena didukung fasilitas separasi fluida balik, yang selalu digunakan pada setiap operasi underbalanced drilling, seperti: Rotating Head / RBOP (untuk rating tekanan kerja yg lebih tinggi dari RH), tekanan kerja separator 4 fasa. 3.7 Volume Fluid maximum dan minimum yang melalui mud motor : Jika volume fluid yang melalui mud motor melebihi range motor maka motor akan stall (rusak), dan jika kurang dari range yang diinginkan maka motor tidak akan jalan. Suatu mud motor mempunyai range (minimal 100 gpm dan maksimal 300 gpm), jadi volume fluid yang melalui mud motor tersebut harus berada di range-nya. 3.8 Minimum and Maksimum Liquid Velocity : Jika kecepatan fluida di annulus kurang dari kecepatan fluida yang dibutuhkan untuk mengangkat serbuk bor, maka serbuk bor akan menumpuk di lubang bor dan akibatnya akan terjadi problem pipa terjepit atau jika kecepatan fluida di annulus di dalam lubang bor sangat tinggi maka akan mengakibatkan washout di lubang bor maupun di peralatan pemboran.