Anda di halaman 1dari 11

RESUME STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

UNDERBALANCE DRILLING

Oleh :

Abdul Rahman (113070106)

Rudi Kurniawan (113070107)

Akhmad Zaenul A (113070168)

Robi Sasmoko (113070198)

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’

YOGYAKARTA

2009
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNDERBALANCE DRILLING

1. Pengertian

Underbalanced Drilling (UbD) adalah metode drilling dengan


menggunakan mud weight yang SGnya lebih kecil daripada tekanan formasi.
Adapun fungsinya adalah untuk mencegah atau mengurangi infiltrasi mud ke
formasi yang dapat merusak formasi atau pembentukan skin pada formasi.
Underbalanced Drilling pada dasarnya mengebor sumur dengan menggunakan
fluida, dimana densitasnya menghasilkan tekanan hidrostatis di dalam sumur yg
lebih kecil daripada tekanan di formasi. Tujuan utamanya adalah meminimalkan
“skin” atau formation damage, sehingga diharapkan produksi hidrokarbon akan
lebih baik. Fluida yg umum digunakan bisa yang incompressible (air) atau yang
compressible (angin, foam, aerated diesel, dsb). Aplikasi umumnya adalah re-
entry drilling di reservoir yg mempunyai karakter:

 Sensitif, mudah damage


 Depleted
 Highly fractured Tekanan formasi harus bisa diketahui seakurat mungkin
sehingga fluida pengeboran dapat diprogram untuk mencegah kick.

Pemboran underbalanced merupakan metoda pemboran dimana tekanan


hidrodinamik dasar sumur didesain agar lebih kecil dibandingkan tekanan
formasi. Pada kondisi itu fluida reservoir masuk ke sumur dan ikut tersirkulasi ke
permukaan. Ini tentu saja akan mempengaruhi sifat fisik fluida di annulus. Sifat
fisik fluida di sumur pada pemboran underbalanced tidaklah mudah untuk
ditentukan. Ini dikarenakan sifat fisik fluida dipengaruhi oleh tekanan
hidrodinamik dan komposisi fluida, sementara tekanan hidrodinamik juga
bergantung pada sifat fisik fluida. Selain itu komposisi fluida di annulus juga
bergantung pada laju influks yang juga bergantung pada tekanan. Jadi
kesemuanya itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga membuat
penentuan parameter transportasi cutting menjadi rumit. Untuk memecahkan
masalah ini kemudian dilakukan filterasi antara tekanan, laju alir influks dan sifat
fisik influks sampai didapat harga yang sesuai. Pada studi ini, pemodelan aliran
underbalanced digunakan fluida foam, emulsi, oil base mud dan aerated mud
sebagai fluida pemboran dengan tiga macam fluida influks, yaitu minyak, air dan
gas. Kombinasi dari tipe fluida pemboran dan influks membuahkan hasil
perhitungan parameter transportasi cutting dan tekanan yang bervariasi. Pada
pemboran ini dilakukan penentuan tekanan hidrodinamik pada operasi horizontal
coiled tubing underbalanced drilling, sifat fisik fluida campuran, dan parameter
transportasi cuttingnya. Selain itu dilakukan juga penentuan pengaruh beberapa
faktor seperti ukuran coiled tubing, ukuran lubang, jenis fluida pemboran, dan
Jenis influks terhadap pengangkatan cutting. Salah satu contoh di daerah
jatibarang, Berdasarkan data-data geologi dan reservoir, dapat disimpulkan bahwa
tekanan formasi dilapisan Vulkanik Jatibarang telah mengalami penuruan gradien
tekanan yang mana telah berada dibawah gradien tekanan abnormal. Dalam
melakukan pemboran dengan air saja sudah akan menghasilkan tekanan
hidridinamik diatas tekanan formasi, inilah penyebab hilangnya sirkulasi saat
pemboran berlangsung. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut
menggunakan pemboran underbalanced, dengan prinsip kerja yaitu tekanan kolom
hidrodinamik lebih kecil Dibandingkan tekanan formasi. Untuk mengatasi hilang
sirkulasi yang terjadi pada pemboran menembus lapisan Vulkanik yang
mengandung rekahan-rekahan alam dipergunakanlah gas untuk menurunkan berat
dari sistim fluida pemboran. Dilakukan dengan cara menginjeksikan gas kedalam
fluida dasar (fresh water). Pemboran underbalanced menggunakan fluida dengan
sistim dua fasa (air dan gas) atau dikenal dengan gasfield system. Analisa yang
dilakukan terhadap sistim fluida pemboran ini untuk mengetahui keberhasilan
dalam sistim pengangkatan terhadap cutting yang dipengaruhi oleh beberapa
parameter yang berhubungan erat dengan tekanan dan temperatur dan supaya
memperoleh laju pemboran yang sangat baik. Hasil analisa pengangkatan cutting
pada pemboran underbalanced berguna untuk mengindentifikasi baik atau
tidaknya pengangkatan cutting dan juga untuk merencanakan operasi
pengangkatan cutting pada masa yang akan datang, supaya dapat memperoleh laju
alir fluida yang optimal.

Menurut API RP 53 3) dalam draft bagian 13, “Underbalanced drilling”


adalah pelaksanaan operasi pemboran yang mana diijinkannya fluida formasi
masuk ke lubang bor, disirkulasikan dan dikontrol di permukaan”. Sedangkan
menurut Energy Resources Conservation Board (ERCB) 5) : “UBD adalah
tekanan hidrostatik fluida pemboran diusahakan di bawah tekanan pori formasi
yang sedang dibor. Keadaan ini dapat dilakukan dengan menambahkan gas seperti
udara atau nitrogen ke dalam fasa cair fluida pemboran”. Hal inilah yang akan
menyebabkan masuknya fluida formasi
yang harus disirkulasikan dan dikontrol di permukaan. Berdasarkan definisi
tersebut maka fluida pemboran tidak akan dapat memasuki formasi dan tidak akan
terjadi kehilangan sirkulasi.
2. Konsep Underbalanced Drilling
2.1 Batasan Underbalanced Drilling
Pada kenyataanya underbalanced tidak selalu dapat dilakukan secara ekonomis,
hal ini mengingat bebarapa hal sebagai berikut :
1. Kestabilan sumur akan terganggu, dan lubang akan gugur sehingga
menyebabkan peralatan terjepit. Jika serpih batuan terlampau besar untuk
diangkat oleh aliran fluida di sumur, serpih akan terendapkan, biasanya
terjadi diatas batas drill collar dengan drill pipe karena kecepatan
mengangkat di anulus drill pipe mendadak mengecil dibandingkan dengan di
anulus drill collar. Ini disebut sebagai cincin lumpur atau“mud ring”.
2. Aliran air dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu bila di bor dengan
menggunakan gas, air bisa membasahi serpih bor di sumur, sehingga serpih
saling melekat satu dengan yang lainnya, dan akhirnya dapat menyumbat
annulus sumur
3. Terjadinya ledakan di dalam sumur. Penggunaan udara pada pemboran
underbalanced dapat menjadi ancaman yang serius bila dijumpai cincin
lumpur didalam sumur dengan tekanan yang semakin meningkat, seperti
hidrokarbon pada tekanan yang tinggi juga akan meledak.
4. Kesulitan pada waktu MWD. MWD biasanya menggunakan media lumpur
pemboran konvensional dalam hal meneruskan pulse kepermukaan untuk
mendapatkan data. Pada pengeboran dengan menggunakan udara kering dan
gas sebagai fluida pemborannya akan sangat sulit sekali bila tidak
menggunakan peralatan khusus seperti EMWD (Electromagnetic
Measurement While Drilling).
2.2 Identifikasi Daerah Yang Sesuai Dengan Penggunaan Metoda UBD
Aplikasi metode underbalanced drilling akan berpotensi mencapai hasil
yang optimum apabila dilakukan pada daerah-daerah, seperti:
1. Depleted reservoir (subnormal pressure) Depleted reservoir (daerah
subnormal pressure), dimana gradien tekanannya lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan hidrostatik kolom fluida pemboran jika
digunakan metode conventional maka daerah ini berpotential terjadinya
fenomena lumpur masuk kedalam reservoir (hilang lumpur) dan pipa
terjepit. Hilang lumpur ini terjadi jika besarnya lubang pori lebih besar
dari ukuran partikel lumpur pemboran. Ukuran lubang pori yang
mengakibatkan terjadinya hilang sirkulasi ini berada pada kisaran 0,1 -
1,00 mm. Biasanya terjadi pada daerah yang memiliki lapisan dengan
permeabilitas sangat besar, rekah-rekah, seperti sandstone dan
unconsolidated sand.
2. Reservoir rekahan. Reservoir dengan rekahan alami ini biasanya
memperlihatkan hilang fluida pemboran yang sangat besar. Kehilangan
fluida ini akan membuat masalah pemboran seperti well control atau
memberikan terjadinya mechanical sticking karena tekanan hidrostatik
fluida pemborannya lebih besar dari tekanan formasinya. Sedangkan pada
operasi pemboran underbalanced tekanan didesain lebih kecil daripada
tekanan formasi.
3. Formasi yang terdiri atas batuan yang keras. Salah satu faktor yang dapat
meningkatkan laju penembusan pahat pada batuan adalah densitas fluida
pemboran. Studi laboratorium dan lapangan memperoleh kesimpulan
bahwa semakin ringan densitas fluida pemboran yang dipakai, laju
penembusan pahat akan semakin cepat, karena dengan semakin kecilnya
perbedaan tekanan atau differential pressure, yaitu (Ph-Pf) akan semakin
kecil bahkan pada Underbalanced Drilling, perbedaan tekanan tersebut
akan berharga negatif. Laju penembusan juga terpengaruh oleh kekuatan
batuan (compressive strength) yang ditembus, dengan menurunkan
perbedaan tekanan yang dimaksud, maka kekuatan batuan tadi akan
menurun dan pahat bor dapat dengan mudah menembus lapisan batuan.
Contoh untuk formasi ini adalah Limestone padat (batu gamping) dan jenis
batuan yang faktor sementasinya besar (consolidated sand).
4. Formasi dengan permeabilitas besar Salah satu penyebab terjadinya pipa
terjepit adalah mud cake yang terjadi apabila perbedaan antara tekanan
hidrostatik lumpur pemboran dan tekanan formasi menjadi sangat besar
pada saat melewati formasi yang porous dan permeabel, seperti batupasir
(sandstone) dan batu gamping (limestone).
5. Kerusakan formasi. Formasi akan berpotensi mengalami kerusakan
(formation damage) apabila dibor dengan metoda overbalanced drilling.
Salah satu penyebab kerusakan formasi (formation damage) adalah karena
penggunaan lumpur yang terlalu berat sehingga partikel padatan lumpur
(innert solids) akan masuk ke dalam formasi produktif. Partikel padatan
dan filtrat lumpur pemboran yang masuk ke formasi akan menyebabkan
beberapa hal, yaitu :
- Menutup pori-pori formasi produktif.
- Meningkatkan water content pada formasi yang
mengandung minyak sehingga saturasi minyak menurun
dan akhirnya di tempati oleh air.
- Partikel clay pada formasi produktif mengembang dan
menutup permeabilitas formasi. Dengan adanya kerusakan
formasi tersebut tentunya akan meningkatkan biaya
stimulation suatu sumur dan gangguan prodiktivitas.
3. Model Operasi Underbalanced
Terdapat beberapa model operasi pemboran underbalanced, yaitu : dry air
drilling, nitrogen drilling, natural gas drilling, mist drilling, stable foam drilling,
stiff foam drilling, gasified liquids, flowdrilling, mudcap drilling, snub drilling,
dan closed systems. Masing-masing model operasi ini akan membutuhkan
peralatan dan operasional yang berbeda.
3.1 Peralatan Yang Digunakan
Pada dasarnya peralatan yang digunakan pada underbalanced drilling
hampir sama dengan peralatan pada pemboran overbalanced :
 Rotating Blow Out Preventer (RBOP)
 Separator
 Rotating Control Head / RCH Bowl
 Chemical Injection
 Rotating Control Head / RCH Bearing Assembly
 Booster
 High Pressure Flamibility Limit Appartus
 Choke Manifold
 Kompresor
 Peralatan – peralatan pendukung :
# Sample Catcher
# Vacum Degasser
# Settling Tank dan Skimmer Tank
# Flare Stack
# Control Unit
3.2 Subnormal Pressure
Tekanan Subnormal didefinisikan sebagai tekanan yang menyimpang dari
gradient tekanan normal yang besarnya kurang dari 0,465 psi/ft. Identifikasi
tekanan yang terjadi sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasi pemboran.
Adanya tekanan subnormal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi, baik
lithologi maupun struktur geologinya. Mekanisme terjadinya tekanan subnormal
disebabkan oleh : adanya expansi thermal, pengkerutan formasi dan
Potentiometric Surface (mekanisme yang menunjukan adanya relief struktur\
suatu formasi yang dapat menghasilkan baik zona subnormal maupun
overpressure). Metode untuk memperkirakan dan pendeteksian tekanan subnormal
sama dengan metode untuk memperkirakan dan mendeteksi tekanan abnormal
yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu:
a. Metode Kwalitatif
Merupakan metode pendeteksian tekanan formasi ketika pemboran sedang
berlangsung dengan tanpa memberikan informasi besarnya tekanan abnormal
pada suatu kedalaman. Metode ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
 Korelasi sumur lama yang telah diketahui data tekanannya.(yang umumnya
dipakai)
 Anomali temperatur, dapat digunakan secara effektif untuk mendeteksi
lapisan transisi ke lapisan tekanan tinggi.
 Resistivy lumpur dan cutting, resistivity cutting berubah dengan
bertambahnya porositas (indikator sekunder memonitor zona transisi)
 Cutting, cuting yang besar menunjukan bahwa perbedaan tekanan berkurang.
b. Metode Kwantitatif
Metode pendeteksian tekanan formasi dimana informasi besarnya tekanan pada
suatu kedalaman dapat diketahui. Metode ini terbagi menjadi lima kategori:
 Analisa Seismic, metode geofisik untuk mendeteksi keberadaan dan puncak
tekanan abnormal ( interval travel time)
 Analisa Log, untuk menentukan tekanan pori-pori dalam sumur offset dan
pemboran sumur aktual (resistivity log, sonic log, log density)
 Analisa Overlay, metode pendeteksian tekanan formasi dengan mencocokan
terlebih dahulu antara tekanan formasi normal dengan trend normal.
 Densitas bulk, metode pendeteksian tekanan yang didasarkan pada hubungan
antara densitas bulk batuan dengan porositas (semakin bertambah kedalaman
maka semakin kecil porositas atau kompaksi batuan bertambah)
Ada beberapa cara yang sering digunakan dalam aplikasi jenis fluida ini ,
yaitu:
 Injeksi fluida melalui pipa, hal inidilakukan sebagai suatu caraalternatif
dengan melihat kondisidari tekanan formasi yang sangatrendah.
 Parasite injection, hal ini dilakukanapabila tekanan formasi agak tinggidan
pemboran sumur membutuhkanMWD.
 Temporary Casing Injection, hal inidilakukan apabila pemboranmemerlukan
kondisi laju gas yang tinggi.
3.3 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan dilapanga pada dasarnya hampir sama pada
pemboran overbalanced kecuali pada unit injeksi gas dan penambahan RBOP
(Rotating Blow Out Preventer) tipe Williams 7100. Untuk pemutar drillstring
tidak digunakan rotary table, melainkan top drive. Dengan menggunakan top drive
dapat dilakukan operasi keluar-masuk rangkaian sepanjang 3 joint (1 stand).
Dengan demikian top drive berfungsi sebagai sebagai alat pengganti traveler
hook, alat angkat, alat putar dan sebagai tempat awal sirkulasi menuju drillstring
karena swivel terletak pada top drive ini. RBOP ini sanggup menahan tekanan
balik sampai sebesar 2500 psi ketika beroperasi. Unit injeksi gas terdiri dari dua
unit kompressor yang akan memasok udara bertekanan 200 psi ke NPU (Nitrogen
Processing Unit). Selanjutnya di NPU ini dihasilkan gas Nitrogen dengan proses
pemurnian (purifier) hingga didapat Nitrogen berkadar 95 %. Sebenarnya yang
diinginkan adalah Nitrogen dengan kadar 97% untuk menghindari resiko korosi
yang lebih besar.
3.4. Lumpur Dasar yang Digunakan
Lumpur dasar yang digunakan adalah air tawar dengan berat 8.33 ppg dan
viskositas funnel sebesar 28 MF detik. Ke dalam air ini ditambahkan beberapa zat
kimia seperti caustic soda untuk menjaga pH lumpur 11 dan penambahan
corrosion inhibator.
3.5 Keadaan Formasi (Geomekanik)
Pengaruh hydrostatic head pressure saat sirkulasi lumpur berjalan tidak
boleh terlalu rendah dari tekanan formasi (< batas bawahnya) adalah
mempengaruhi wellbore instability, yaitu runtuhnya lubang sumur (sloughing atau
collapse), karena underbalanced drawdown terlalu besar. Hydrostatic head
pressure juga tidak boleh melebihi tekanan formasi ( >batas atas)yang akan
mengakibatkan hilang sirkulasi, dimana berarti underbalanced drawdown terlalu
kecil atau malah berharga positif.
3.6 Rate Influx
Influx yang terproduksi (flowing pressure rate) harus dapat ditangani oleh
peralatan permukaan atau harus disesuaikan dengan kemampuan kerja dari
peralatan penanganan dipermukaan. Apabila kita melakukan pemboran pada zona
kedalaman Produktif, Efek hydrostatic head pressure terhadap production while
drilling harus tetap diperhatikan : Konsep ini adalah seperti prinsip produktivitas
indeks pada bidang produksi. Dirumuskan sebagai:
PI= q / ( ps – pwf )
Dimana:
PI = produktivitas indeks dari formasi
q = laju alir produksi fluida formasi
Ps-Pwf = pressure drawdown atau beda tekanan antara tekanan dari formasi dan
tekanan alir pada dasar sumur.
Yang artinya nilai pressure drawdown / perbedaan tekanan akan
berbanding lurus dengan nilai laju alir produksi fluida formasi kelubang sumur.
Semakin besar beda tekanan maka laju alir juga semakin besar pula. (Ps-Pwf)
berarti sama dengan underbalanced drawdown (Pf-Ph) pada konsep
underbalanced drilling, jika nilainya besar berarti semakin besar pula laju
produksi fluidanya dari formasi ke lubang sumur, dalam hal ini adalah laju alir
produksi hidrocarbon saat pemboran. Hal ini sangat dimungkinkan pada
underbalanced drilling karena didukung fasilitas separasi fluida balik, yang selalu
digunakan pada setiap operasi underbalanced drilling, seperti: Rotating Head /
RBOP (untuk rating tekanan kerja yg lebih tinggi dari RH), tekanan kerja
separator 4 fasa.
3.7 Volume Fluid maximum dan minimum yang melalui mud motor :
Jika volume fluid yang melalui mud motor melebihi range motor maka
motor akan stall (rusak), dan jika kurang dari range yang diinginkan maka motor
tidak akan jalan. Suatu mud motor mempunyai range (minimal 100 gpm dan
maksimal 300 gpm), jadi volume fluid yang melalui mud motor tersebut harus
berada di range-nya.
3.8 Minimum and Maksimum Liquid Velocity :
Jika kecepatan fluida di annulus kurang dari kecepatan fluida yang
dibutuhkan untuk mengangkat serbuk bor, maka serbuk bor akan menumpuk di
lubang bor dan akibatnya akan terjadi problem pipa terjepit atau jika kecepatan
fluida di annulus di dalam lubang bor sangat tinggi maka akan mengakibatkan
washout di lubang bor maupun di peralatan pemboran.

Anda mungkin juga menyukai