Reservoir pada zona yang bertekanan rendah atau telah turun (depleted) dapat
menyebabkan beberapa problem pemboran bila dilakukan dengan menggunakan metode
konvensional yaitu kehilangan sirkulasi dan pipa terjepit.
Situasi dimana Rate of Penetration (ROP) diharapkan meningkat dan dengan relative lebih
sedikit penggunaan mata pahat (bit).
Beberapa keadaan formasi yang memberikan hasil yang moderat jika dilakukan aerated
drilling
Formasi yang memiliki permeabilitas sangat kecil dimana dibutuhkan hydraulic fracturing.
Permeabilitas formasi yang sangat tinggi yang dapat menghasilkan fluida formasi yang
sangat tinggi yang melebihi kapasitas peralatan permukaan, dalam situasi ini dibutuhkan clear
fluid dengan acid soluble solids yang bersifat non-invasive.
Formasi yang memiliki tekanan tinggi diamana membutuhkan biaya yang lebih mahal untuk
fluida pemboran dan peralatan permukaan.
laju penembusan. Dalam aerated drilling, chip holdown force dari batuan berkurang sehingga cutting
yang tergerus akan memiliki efek ledakan akibat tekanan formasi yang lebih besar daripada tekanan
lumpur di annulus.
Viskositas yang naik akan meningkatkan friction loss, menambah pressure drop dan
mengurangi kecepatan yang didapat, oleh karena itu bila viskositas naik chip clearance time akan
bertambah sehingga menurunkan ROP, dalam aerated drilling viskositas dari lumpur aerasi akan
menurun karena adanya penambahan udara sehingga ROP pun akan meningkat
2). Mencegah Pipa Terjepit
Ada dua macam pipa terjepit, yaitu : differential pressure pipe sticking dan mechanical pipe
sticking. Differential pressure pipe sticking terjadi ketika bagian dari drillstring menempel masuk
kedalam mud cake yang terbentuk di dinding zona permeable selama pemboran yang disebabkan
oleh tekanan lumpur (Pm) yang lebih besar dari tekanan zona permeabel (Pff).
3). mengurangi resiko kehilangan sirkulasi
hilang sirkulasi terjadi karena lebih besarnya tekanan hidrostatik lumpur daripada tekana
formasi, akibat dari lebih besarnya tekanan hidrostatik lumpur karena dalam aerated drilling takanan
hidrostatik lumpur pemboran hasil dari campuran udara dengan lumpur cenderung lebih kecil dari
tekanan formasi maka resiko terjadinya hilang sirkulasi lumpur dapat dihindari
4). mengurangi terjadinya kerusakan formasi
Pemakain fluida yang didisain untuk pemboran aerasi tidak akan membuat kerusakan
formasi, dikarenakan tekanan fluida pemboran didisain kurang dari atau sama dengan tekanan pori
formasi, sehingga fluida pemboran tidak akan masuk kedalam pori dan rekahan. Dengan cara ini
rekahan dan pori formasi tidak akan tersumbat, sebab tekanan pori formasi lebih besar dari tekanan
fluida aerasi.
4. Teknik Aerated Drilling
Fluida pemboran aerasi terdiri dari fasa gas (udara) yang diinjeksikan (dicampur) ke dalam
fasa lumpur dasar (water base mud) dimana fraksi cairan lebih dari 25 % dan lumpur aerasi ini
memiliki densitas efektif antara 4 7 ppg. Penggunaan lumpur aerasi ini terutama untuk mencegah
terjadinya hilang sirkulasi yang terjadi jika menggunakan fluida pemboran konvensional. Pengaturan
tekanan sirkulasi dapat dilakukan dengan mengatur laju (rate) gas injeksi dan laju lumpur yang
dipompakan. Biasanya perbedaan tekanan hidrostatis lumpur di lubang bor dengan tekanan
pori/rekah formasi antara 200 500 psi (tekanan underbalanced). Dalam pemboran aerasi fasa
cairan fluida pemboran dapat digunakan kembali setelah sirkulasi dan kembali ke permukaan.
5. Peralatan yang digunakan untuk aerated drilling
Peralatan yang digunakan untuk aerated drilling antara lain
1.
Primary Compressor
2.
Booster Compressor
3.
Rotating Head
3.
Banjo Box
4.
Blooie Line
5.
Downhole equipment
1.
Float Valve
2.
3.
Bit
4.
Jet Sub