44
45
Keuntungan Kerugian
Meningkatkan ROP Memungkinkan adanya problem
Mengurangi formation damage kestabilan lubang sumur
Menghilangkan risiko dari differential Meningkatkan biaya pemboran
sticking Kompatibilitas dengan alat MWD
Mengurangi risiko lost circulation konvensional
Meningkatkan umur bit Memungkinkan erosi pada lubang bor
Tabel IV-1.
Keuntungan dan Kerugian UBD
(Santos, 2000)
Gambar 4.1.
Skema Fluid Loss dan Solid Loss Pada Operasi Overbalanced
Underbalanced.
(Bennion, 1994)
47
menahan serbuk bor untuk tetap berada di bawah lubang dan tidak akan
menyebabkan bit menggerus ulang serbuk bor lagi.
Serbuk bor akan segera bergerak dan bit akan menggerus formasi sehingga
didapat laju penembusan yang tinggi. Metode pemboran underbalance
memberikan efek yang positif terhadap laju penetrasi.
Berdasarkan Gatlin (1960) salah satu faktor yang dapat meningkatkan laju
penembusan pahat pada batuan adalah :
Berat lumpur pemboran.
Studi laboratorium dan lapangan memperoleh kesimpulan bahwa makin
ringan fluida pemboran yang dipakai, laju penembusan akan semakin
cepat, karena differential pressure, yaitu (ph - pf) akan semakin kecil
bahkan pada UBD differential pressure akan berharga negatif.
Kekuatan batuan (compressive strength)
Dengan menurunkan differential pressure, maka compressive strenght
batuan akan menurun dan bit dapat dengan mudah menembus lapisan
batuan, hal ini dapat terlihat pada saat drilling break pada pemboran biasa,
di mana kecepatan pemboran tiba- tiba naik pada saat pahat menembus
formasi dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan hidrostatik fluida
pemboran. Konsep tersebut diterapkan secara sengaja untuk menurunkan
tekanan hidrostatis fluida pemboran lebih rendah dari tekanan formasi.
P = P m - P f ………...………….………………………….….(4-2)
49
Mechanical pipe sticking dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
Kurangnya pembersihan lubang bor di annulus
Hole caving
Keyseating
Salah satu penyebab terjadinya pipa terjepit adalah lumpur pemboran yang
terlalu berat dan filtration loss yang besar dan menyebabkan mud cake tebal pada
dinding lubang bor. Untuk mencegah terjadinya pipa terjepit ini, maka harus
digunakan lumpur yang mempunyai densitas yang lebih rendah untuk
memberikan tekanan hidrostatis lumpur yang lebih rendah, water loss yang
rendah dan mud cake yang tipis. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan
pemboran underbalance pada formasi yang jika dilakukan menggunakan
pemboran overbalance akan mengalami pipa terjepit. Hal ini dikarenakan pada
pemboran underbalance tekanan lubang bor lebih rendah dari tekanan formasi dan
50
karena lumpur dasar yang digunakan biasanya air maka tidak terbentuk mud cake
yang merupakan penyebab utama differential pressure pipe sticking.
4.1.1.4. Mencegah Terjadinya Kerusakan Formasi (Formation Damage)
Dalam pemboran overbalance, fluida pemboran didesain untuk
memberikan tekanan hidrostatis yang lebih besar daripada tekanan pori formasi,
hal ini dimaksudkan untuk mencegah fluida formasi mengalir ke dalam lubang
bor. Perbedaan antara tekanan fluida pemboran dan tekanan formasi memberi
kemungkinan partikel lumpur dan invasi filtrat ke dalam formasi. Sebagai akibat
dari kejadian ini, maka partikel-partikel tersebut menyumbat lubang pori.
Salah satu penyebab kerusakan formasi (formation damage) adalah
penggunaan lumpur yang terlalu berat sehingga partikel padat (innert solid) masuk
ke dalam formasi produktif.
Formasi padat dari fluida pemboran yang masuk ke formasi akan
menyebabkan beberapa hal, yaitu :
Menutup pori-pori formasi produktif
Meningkatkan water content pada formasi yang mengandung minyak
sehingga saturasi minyak menurun dan akhirnya ditempati oleh air.
Partikel clay pada formasi produktif mengembang dan menutup
permeabilitas formasi.
Gambar 4.2.
Skema Terjadinya Mud cake Yang Tebal Dan Invasi Air Filtrat
51
mud, akan terjadi penambahan biaya pada peralatan injeksi gas / udara ke dalam
fluida pemboran.
4.1.2. Kelemahan Metoda Underbalanced Drilling
Selain mempunyai beberapa keuntungan, teknik underbalanced drilling
juga mempunyai beberapa aspek yang merugikan dalam penggunaannya (D.B.
Bennion, and F.B. Thomas., 1994) yaitu :
Tabel IV-2.
Perbandingan Biaya Yang Digunakan Antara Underbalanced dan
Conventional Drilling
(Maclovio Yanez, 1996)
Gambar 4.3.
Pemboran Underbalance mengatasi Depleted Zone
(Cuthbertson, 1997)
Pada metode pemboran underbalance memerlukan beratan yang rendah pada bit
daripada pemboran overbalance. Menurunnya beban pada bearing yang dikaitkan
dengan tingginya Rate of Penetration (ROP) akan menghasilkan perbaikan pada
bit life, meningkatnya bit life akan mengurangi biaya bit yang diperlukan untuk
mengebor sumur dan mengurangi jumlah trip yang diperlukan.
terjepit. Seperti pada saat bit mendekati zona tersebut, lubang bor mulai bergua-
gua dan torsi akan bertambah secara simultan.
Fluida pemboran fasa gas ini dapat berupa udara kering, gas alam dan
nitrogen sebagai fluidanya.
Tabel IV-3.
Densitas Lumpur Pemboran
(Ping Wang, 2018)
4.2.2.1.3. Limitasi
Adanya aliran air formasi yang banyak akan sangat mengganggu operasi
dan sebaiknya fluida pemboran diubah menjadi kabut (mist drilling) atau busa
(foam drilling), tetapi formasi air ini bisa ditutup misalnya dengan squeeze
cementing atau injeksi resin ~ catalyst, dan straddle packers.
Bahaya pemboran dengan udara kering adalah terjadinya kebakaran di
dasar lubang bor. Campuran tertentu hidrokarbon di formasi dengan udara dapat
61
Gambar. 4.4.
Daerah Ledakan Campuran HC dan Udara Pada Tekanan
(Bambang Tjondro, 2002)
Pada metoda UBD, nitrogen dan gas dapat digunakan sebagai ganti udara
yang berbahaya. Nitrogen dapat dicampurkan sebagai bagian dari fluida
pemboran. Sirkulasi nitrogen tak usah harus murni N2 untuk mencegah kebakaran
di dasar sumur, campuran udara, nitrogen dan hidrokarbon tidak akan
menyebabkan kebakaran kalau konsentrasi oksigen di bawah level tertentu. Di
permukaan paling tidak 12,8% oksigen agar tidak terjadi kebakaran dan berapa
persen batas ini tergantung tekanannya, atau dengan persamaan dapat ditulis
sebagai berikut :
Gambar 4.6. menunjukkan korelasi ini. Untuk tekanan 3000 psi persentase
oksigen dalam campuran dengan methane dan nitrogen harus dibawah 8,15%. Jadi
nitrogen sangat baik untuk mencegah kebakaran.
Gambar 4.5.
Persentase oksigen minimum yang bisa menyebabkan kebakaran
63
Gas alam (natural gas) bisa digunakan untuk pemboran seperti juga
nitrogen, dengan perkecualian mudah menimbulkan kebakaran di permukaan.
4.2.2.2.1. Keuntungan dan Kelemahan
Keuntungan metode ini adalah :
ROP meningkat
Waktu pemboran dipersingkat
Penghematan biaya bit
Kebutuhan air (H2O) berkurang
Kemungkinan ledakan tidak ada (bila menggunakan N2)
Kelemahan metode ini adalah :
Masalah timbul bila ada aliran air dari formasi ke dalam sumur. Erosi
lubang bor dapat terjadi bila dinding sumur kurang kompak
Pembengkakkan biaya karena penyediaan N2
Untuk formasi/reservoir yang mengandung H2S, dibutuhkan peralatan
tambahan di permukaan (closed system)
4.2.2.2.3. Limitasi
Batasan lainnya yang berlaku pada pemboran dengan udara tetap berlaku
disini, misalnya tetap saja terjadi cincin lumpur, walaupun tanpa berakibat
ledakan. Pipa terjepit masih mungkin terjadi. Air formasi masih menjadi
64
persoalan. Selain udara, nitrogen dapat digunakan sebagai bahan fasa gas pada
mist dan foam drilling, jika dijumpai air formasi yang jumlahnya banyak.
Mahalnya pengadaan nitrogen ini, maka nitrogen hanya digunakan jika pemboran
melalui suatu interval panjang seperti untuk sumur horisontal. Untuk sumur
vertikal, jarang dipakai kecuali intervalnya banyak dan tebal.
4.2.3.1. Mist
Mist merupakan suatu keadaan pada fluida pemboran dimana gas sebagai
fasa kontinyu dan cairan sebagai fasa diskontinyu, jadi kenampakan fluida ini
menyerupai kabut.
Biaya gas mahal jika tidak menggunakan udara kering, adanya biaya
tambahan untuk pengkondisian air/gas dari dalam sumur, biaya
peminjaman alat besar
4.2.3.1.3. Limitasi
Limitasi dari pemboran dengan menggunakan fluida yang menyerupai
busa ini adalah hampir sama dengan gas yang lain, yaitu jika dinding sumur tidak
66
stabil dan adanya aliran hidrokarbon dari reservoir. Pembuangan air ke permukaan
sekitar 200–500 bbl/day merupakan masalah tersendiri selain dapat menimbulkan
masalah karat, selain itu adanya air bisa menyebabkan shale terganggu dan gugur.
Gambar 4.6.
Perbedaan volume injeksi yang dibutuhkan untuk pemboran dengan udara
dan dengan mist (Bambang Tjondro, 2000)
4.2.3.2. Foam
Busa (foam) dapat dipakai sebagai fluida sirkulasi dalam pemboran
maupun komplesi dan produksi. Foam terdiri dari fasa cairan kontinyu yang
membentuk struktur bulat dinding cairan yang membungkus gas. Viskositas foam
bisa menjadi sangat tinggi bahkan di atas viskositas gas atau cairannya sendiri,
tetapi densitasnya setengah lebih kecil dari air. Mengetahui sifat-sifat tersebut
maka foam lebih baik dalam menahan serpih pemboran dan slip velocity-nya
kurang, sehingga injeksinya akan berkurang pula, karena densitas lebih tinggi dari
udara atau mist, maka laju penetrasi akan berkurang, walaupun karena
underbalance maka masih lebih cepat dari lumpur biasa. Tekanan di anulus lebih
67
tinggi, maka kestabilan sumur akan lebih baik, sedangkan karena lajunya lebih
rendah maka erosi lubang bor juga berkurang.
Udara adalah yang paling umum digunakan untuk foam ini, meskipun
nitrogen juga sering digunakan. Foam berkualitas rendah bila lebih banyak
cairannya begitu juga sebaliknya.
Pada pemboran dengan menggunakan busa sebagai fluida pemborannya
(foam drilling), terdiri dari cairan, gas, foamers, defoamers, Corrosion inhibitor,
mungkin KCl dan lain-lain. Pada stiff foam airnya akan ditambah polymer untuk
menghasilkan efek viskositas dan ini disebut viskosifyer.
Gas Volume
Foam Quality= ………………………….4-
Gas Volume+ Liquid Volume
69
4.2.3.2.4. Limitasi
Jika udara dipakai sebagai media gas pada pemboran dengan
menggunakan fluida yang menyerupai busa ini (foam) maka laju karat peralatan
akan naik. Karat dapat ditanggulangi dengan corrosion inhibitor yang kompatibel
dengan foamer dan defoamer, juga harus tahan terhadap fluida formasi jika ada.
Pada formasi yang di bor dengan foam, kecepatan foam kecil dan erosi di dinding
akan kecil, tetapi tekanan dinding akan lebih tinggi dari kolom fluida foam di
lubang bor. Dalam hal ini bisa terjadi ketidakstabilan yang menyebabkan lubang
gugur, seperti juga pada mist drilling, bisa saja digunakan inhibitor seperti
polymer dan garam agar tidak terjadi kerusakan pada shale dan clay.
Stiff foam dapat menaikkan serpih bor pada kecepatan rendah. Ini
menyebabkan pemboran pada lubang berdiameter besar juga dapat dilakukan
dimana pemboran dengan udara kering (dry air drilling) dan mist drilling akan
terlalu besar kompressornya dan tidak akan ekonomis.
4.2.3.3.4. Limitasi
Pengalaman menunjukkan bahwa untuk formasi bertekanan rendah dan
lajunya kecil dapat di bor dengan gasified liquid ini. Untuk formasi bertekanan
tinggi, permeabilitas besar atau sumur yang tidak stabil dindingnya atau formasi
yang banyak memproduksi air yang berlebih, adanya masalah karat dan laju
penetrasi pemboran yang lambat, akan membatasi penggunaan metoda gasified
liquid drilling ini.
72
Gambar 4.7.
Volume udara untuk mendapatkan pengurangan densitas lumpur
pada temperatur fluida 150oF
(McLennan, 1997)
Gambar 4.8.
Mud Ring Yang Terjadi Pada UBD
(Bambang Tjondro, 2000)
halnya hidrokarbon pada tekanan tinggi bisa meledak, hal ini bisa
melelehkan bit dan drillstring.
4. Kesulitan pada MWD, biasanya MWD menggunakan media lumpur
pemboran atau cairan dalam hal meneruskan pulse ke permukaan untuk
mendapatkan data. Pada pemboran dengan menggunakan udara kering dan
gas sebagai fluida pemborannya akan sulit sekali bila tidak menggunakan
peralatan khusus, EMWD (Electromagnetic Measurement While Drilling).
Gambar 4.9.
BOP Stack
(Oil & Gas Journal)
Suatu drilling spool memisahkan antara blind rams dan pipe rams, dimana
choke berfungsi untuk mengalirkan fluida yang memiliki kandugan gas ke mud
gas separator, sedangkan kill line berfungsi untuk memasukkan lumpur berat
apabila terjadi kick yang tidak terkendali, namun jika dapat dikontrol pemboran
terus dilaksanakan. Jika tidak terdapat gas atau kandungan berbahaya pada fluida
pemboran yang keluar maka fluida diarahkan ke outlet flange yang terdapat pada
rotating control head.
Unit ini terdiri dari satu set pipe rams di atas satu set blind rams. Satu
outlet untuk choke line dan yang satu untuk kill line. Untuk lebih baiknya bisa
ditempatkan satu set pipe rams di bawah spool ini. Semua alat harus dicoba pada
rating yang benar. Kill line harus terdiri dari dua ball atau gate valves dan satu
check valve yang bisa mengalirkan aliran ke anulus. Katub yang bekerja dengan
baik, maka fluida formasi bisa diarahkan ke choke manifold.
Gambar 4.10.
Susunan Rotating Head
(Oil & Gas Journal)
Gambar 4.11.
Rotating BOP (RBOP)
(Taco Bieseman, 1996)
untuk membor formasi yang lebih tinggi pula tekanannya dibandingkan dengan
RH.
Sedangkan laju alir fluida melalui separator dapat diestimasikan sebagai 2 x laju
alir kick (bbl/min)
Gambar 4.12.
Mud/Gas Separator
79
(McDougall, 1991)
Setelah mud gas separator terdapat flare yang dilengkapi dengan pemantik
otomatis (automatic flare ignitor) untuk menyala begitu ada gas.
Gambar 4.13.
Choke manifold
(McLennan, 1997)
b. Vacum Degasser
Alat ini digunakan untuk membuang tekanan dari separator untuk menarik
fluida sekaligus memisahkan gas dan cairan. Gas kemudian dibakar di flare dan
cairan dipompakan ke shale shaker.
d. Flare Stack
Flare stack harus berkapasitas cukup untuk menanggulangi aliran gas (bisa gas
yang berasal dari produksi atau plus gas injeksi). Flare tersebut harus
dilengkapi dengan pemantik otomatis atau pilot flame untuk meyakinkan bahwa
gas yang keluar akan terbakar habis. Ada juga gas yang jika merupakan gas
alam, maka akan dikirim melalui pipa untuk kemudian dijual.
82
e. Control Unit
Unit ini terletak di lantai bor di samping Driller’s console dan berfungsi
sebagai pengatur tekanan yang akan dipakai untuk menutup atau membuka
RBOP.
1. Float Valve
Untuk pemboran biasa tidak dibutuhkan adanya float valve ini. Udara
membawa serpih bor di anulus dan akan lebih berat dari pada udara di drill string.
Jika udara dilepaskan (vented) di drill string selama connection, maka terjadi efek
tabung U di drill string tanpa float. Ini juga berakibat kalau udara berhenti
mengalir maka serpih bor akan jatuh ke dasar sumur. Di dalam drill string, serpih
bor bisa berhenti di atas bit dan menyebabkan sumbatan di dekat bit di dalam
string. Jadi kesimpulannya adalah memasang float valve di atas bit adalah suatu
keharusan itu alasan keamanan adalah alasan pemasangan float valve agar jika
pada dry air drilling atau setelah BHA seperti motor, hammer tool atau stabilizer.
Selain dijumpai gas dari formasi selama pemboran tidak akan masuk ke
dalam drill string. Selama tripping atau connection, gas formasi akan tetap masuk
ke sumur. Walaupun kebanyakan gas ini akan lewat blooie line dan akan dibakar
di permukaan, tapi sebagian gas akan masuk ke dalam drill string tanpa float. Gas
yang terpaksa dilepaskan di drill string bisa menimbulkan bahaya kebakaran
apalagi jika jumlahnya relatif banyak.
Gambar 4.14. menunjukkan dua macam float valves yang umum dipakai
pada dry air, mist dan foam drilling. Flapper style valve mempunyai “per” yang
akan terbuka jika ada tekanan gas di atasnya. Bila aliran dari atas berhenti, maka
flapper valve tertutup. Tekanan yang datang dari bawah flapper valve malah akan
menutup lebih keras. Demikian pula prinsip dart (piston) dimana valve bekerja
dengan “per”. Kedua macam valve ini telah terbukti bekerja dengan baik pada
pemboran UBD.
Selain diatas bit, float valve sering dipasang di dekat permukaan untuk
mempercepat pelepasan connection/round trip. Float valve di drill string ini
disebut string floats. Dengan makin dalamnya lubang, maka waktu yang
dibutuhkan untuk melepaskan seluruh tekanan akan lama.
84
Gambar 4.14.
Float Valves
(Bambang Tjondro, 2000)
2. Downhole Tools
Downhole tools seperti jar, shock subs, stabilizer dan sebagainya bisa
dipakai pada dry air, mist dan foam drilling. Sebaiknya digunakan mechanical jar
dan jangan yang hydraulic. Jika drill string terjepit dan sumur tak bisa disirkulasi,
maka panas di hydraulic jars bisa merusaknya. Udara tidak bisa melepaskan panas
dari alatnya yang bisa dilepaskan oleh lumpur biasa. Gambar 4.15. menunjukkan
suatu contoh BHA pada dry air drilling. Gambar 4.15. tersebut untuk deviation
control tanpa mud motor. Gambar 4.15. bagian kiri (dua) untuk mempertahankan
lubang tetap lurus. Pada dry air, mist dan foam drilling sering lubang sukar lurus
terutama kalau formasinya keras. Pada gambar 4.15. tersebut yang paling kiri
menggunakan square drill collar agar lebih kekar (stiff). Tetapi sering sudutnya
termakan dan aus. Karena akan memakan biaya yang relatif mahal maka tidak
selalu akan dipasang.
85
Gambar 4.15.
Contoh BHA pada dry air drilling
(Bambang Tjondro, 2000)
Penggunaan motor bagi dry air, mist dan foam drilling masih mungkin,
tetapi untuk motor biasa sering mogok dan sukar untuk dihidupkan kembali. Ini
disebabkan karena laju udara terlalu cepat. Selain itu sering rusak waktu diangkat
karena jika BHA diangkat, motor dapat berputar terlampau cepat. Pada saat ini
ada downhole motor khusus untuk fluida kompresibel.
Motor ini dirancang agar bekerja pada laju aliran tinggi dan penurunan
tekanan relatif kecil, sehingga akan menguntungkan dalam hal :
Tidak perlu booster
Effisiensi meningkat
Tidak mudah mogok
Overspeed tidak terjadi
Bisa untuk dry air, mist dan foam drilling serta gasified liquid atau liquid
saja.