Anda di halaman 1dari 12

Andhika Fakhriansyah (113140044) , Caesario Bari (113140062) , Fernando Ardian (113140034)

, Burhanuddin Aziz (113140057)


Evaluasi Penanggulangan Kick pada Sumur Berarah Pada Sumur X Lapangan Y PT.
Pertamina EP Region Java Field Cepu
Pada saat pemboran Eksplorasi dilakukan, faktor alamiah sangatlah dominan dalam
keberhasilan kegiatan ini, karena pada saat akan mulai pemboran para pekerja hanya dibekali dengan
prediksi yang dibuat oleh ahli geologi dan geofisika tentang lapisan batuan yang akan ditembus, baik
kualitas maupun perkiraan tekanannya, sehingga berbagai problem dan kecelakaan sangat mungkin
terjadi, diantaranya adalah well kick dan Blowout. Well kick adalah proses masuknya fluida formasi
yang tidak diinginkan masuk ke dalam lubang sumur karena tekanan formasi lebih besar dari tekanan
hidrostatik. Masalah yang dihadapi pada pemboran sumur ini yaitu terjadinya kick dikedalaman 2370
meter (7775.97 ft) trajek 8-1/2" Open Hole, ditandai dengan adanya terjadi floculant pada lumpur
yang ada dalam sumur sehingga barite settling dimana ikatan kimiawi fase cair dan padat terlepas.
Kata kunci : Well kick, Blowout, BOP Stack, Kill line, Floculant .
I.

Pendahuluan
Pada
tahap
awal
untuk
dapat
memproduksikan migas, satu-satunya cara
adalah membuat lubang dari permukaan
sampai ke sumber migas tersebut, yang
dikenal dengan istilah Pemboran Eksplorasi.
Pada saat Pemboran Eksplorasi dilakukan,
faktor alamiah sangatlah dominan dalam
keberhasilan kegiatan ini, karena pada saat
akan mulai pemboran para pekerja hanya
dibekali dengan prediksi yang dibuat oleh ahli
geologi dan geofisika tentang lapisan batuan
yang akan ditembus, baik kualitas maupun
perkiraan tekanannya, sehingga berbagai
problem dan kecelakaan sangat mungkin
terjadi, diantaranya adalah well kick dan
Blowout. Untuk itu, keberhasilan suatu
pemboran haruslah dilakukan dengan standar
keselamatan dan keamanan yang tinggi, yang
membutuhkan peralatan yang baik sampai
pada pekerja yang memiliki keterampilan dan
bersertifikat juga memperhatikan berbagi
faktor lainnya.
II. Dasar Teori
II.1. WELL KICK
Saat kegiatan pengeboran berlangsung
kejadian loss dan kick hal yang sering terjadi.
Kick adalah proses merembesnya fluida
formasi (minyak, gas, atau air) dari dalam
tanah masuk ke lubang yang sedang dibor.
Hal ini dapat terjadi ketika tekanan di dalam
lubang, lebih kecil dari tekanan formasi
tersebut.

2.1.2 Penyebab terjadinya well kick


Sebab-sebab terjadinya well kick
diantaranya adalah :
a. Berat Jenis Lumpur Tidak Memadai.
Berat jenis lumpur berpengaruh pada
tekanan hidrostatis yang diberikan oleh
lumpur tersebut. Berat jenis lumpur yang
tidak memadai akan mengurangi tekanan
hidrostatis lumpur pada formasi. Hal ini
mengakibatkan
tekanan
hidrostatis
lumpur lebih kecil daripada tekanan
formasi.
Cairan
formasi
yang
mempunyai tekanan yang lebih tinggi
akan masuk ke dalam sumur pemboran
karena tekanan hidrostatis lumpur
pemboran tidak sanggup mengimbangi
tekanan formasi.
b. Kurangnya tinggi kolom lumpur.
Tinggi kolom lumpur yang ada dalam
sumur akan berkurang ketika pipa bor
diangkat pada saat penggantian bit.
Volume lumpur yang berada di annulus
akan mengisi sumur sebesar volume yang
dikosongkan oleh rangkaian pipa sehingga
tinggi kolom lumpur yang mengisi
annulus sekarang mengisi annulus sumur.
Hal ini mengakibatkan mengecilnya
tekanan hidrostatik yang diberikan lumpur
terhadap formasi, sehingga cairan formasi
akan mendesak lumpur dalam sumur.
c. Kehilangan sirkulasi.
Penyebab kick yang paling sering
terjadi adalah dimulai dengan kejadian
Lost-Circulation, yaitu masuknya sebagian
lumpur pemboran kedalam formasi yang
mengakibatkan kolom fluida di dalam

sumur turun dan akhirnya tekanan di


dalam sumur menjadi lebih kecil dari
tekanan formasi, walaupun secara densitas
equivalen lumpur yang dipakai sudah
cukup berat.
d. Kandungan gas dalam lumpur.
Penyebab kedua adalah menembus
zona abnormal, dimana tekanan yang
dimiliki formasi jauh lebih besar dari
lapisan sebelumnya dan melampaui
tekanan hidrostatik yang dimiliki lumpur
pemboran di dalam lubang. Kasus ini akan
menjadi tambah sulit ketika zona abnormal
tersebut mengandung gas.
e. Akibat aksi penghisap
Penyebab ketiga adalah terjadinya
efek swabbing (sedotan) pada saat pipa
pemboran ditarik ke permukaan, seperti
halnya sebuah suntikan yang sedang
ditarik akan menghasilkan efek menyedot,
sehingga seolah-oleh tekanan hidrostatis
lumpur berkurang jauh, dan pada saat
sudah lebih rendah dari tekanan formasi
maka akan merangsang fluida dari formasi
keluar menuju lubang sumur.
2.1.3. Tanda-tanda terjadinya well kick
Tanda-tanda terjadinya well kick pada
operasi pemboran dapat diketahui dari
beberapa parameter berikut:
a. Kenaikan volume lumpur di tangki.
Pada operasi pemboran normal,
lumpur pemboran mengalami sirkulasi
secara terus menerus dimana volume
lumpur yang dipompakan ke dalam sumur
sama dengan volume lumpur yang kembali
dipermukaan (dengan mengabaikan sedikit
volume lumpur yang menjadi filtrat).
Ketika terjadi kick fluida formasi masuk
kedalam lubang dan bercampur dengan
lumpur kemudian terangkat ke permukaan
sehingga akan menambah jumlah total
volume lumpur yang terukur dalam tangki.
b. Tekanan pompa turun dengan kecepatan
pompa naik.
Pada saat lumpur di annulus
tercampuri
fluida
formasi
yang
menyebabkan turunnya berat jenis lumpur
di annulus. Sehingga tekanan hidrostatis
annulus lebih kecil daripada tekanan
hidrostatis dalam pipa bor, sehingga
tekanan hidrostatis dalam pipa bor seolah
olah ikut membantu mendorong lumpur di
annulus sehingga tekanan pompa yang
diperlukan relatif turun dan lumpur di

dalam pipa relatif lebih cepat dari kondisi


sebelumnya.
c. Kenaikan laju alir di flowline.
Pada laju alir dari pompa yang konstan
dan masuknya fluida formasi ke dalam
lubang akan menambah volume fluida
pada annulus sedangkan luas annulus
tetap. Hal ini mengakibatkan laju alir di
annulus dan di flowline relatif lebih cepat
jika dibandingkan dengan laju alir tanpa
fluida formasi yang masuk dalam lubang
sumur.
2.1.4. Sistem BOP
Fungsi utama dari sistem BOP adalah
mentup lubang bor ketika terjadi kick. Sistem
BOP terdiri dari tiga sub komponen utama
yaitu BOP stack, Accumulator, dan Sistem
Pendukung yang terdiri dari Choke Manifold
dan Kill line. Sistem BOP dapat dilihat pada
(Gambar 3) .
2.1.4.1. BOP Stack
BOP stack (Gambar 4) merupakan
peralatan dengan valve tekanan tinggi yang
didesain untuk menahan tekanan lubang bor
bila terjadi kick. BOP stack terdiri dari
beberapa komponen yaitu Annular Preventer,
Ram Preventer, Drilling Spools, dan Casing
Head.
a. Annular Preventer :
Annular Preventer ditempatkan pada
bagian paling atas dari susunan BOP stack.
Annular Preventer berisi Rubber Packing
Element yang dapat menutup lubang annulus
baik lubang dalam keadaan kosong ataupun
ada rangkaian pipa bor.
b. Ram Preventer :
Ram Preventer hanya dapat menutup
lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu,
atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam
lubang. Sebagian besar Ram Preventer ditutup
dengan tekanan 1500 psi. Dibagi atas pipe
ram, blind ram, dan shear ram yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
Pipe rams
Digunakan untuk menutup lubang bor
pada waktu rangkaian pipa bor berada
pada lubang.
Blind ram
Digunakan untuk mentup lubang bor
pada waktu rangkaian pipa bor tidak
berada dalam lubang bor.

Shear rams
Memotong drill pipe dan seal
sehingga lubang bor kosong (Open
Hole), digunakan terutama pada
offshore floating rig. Hampir
sebagian
besar
Shear
rams
memerlukan
3000
Psi
untuk
memotong pipa.

c. Drilling Spools :
Drilling Spools terletak diantara
preventers. Drilling Spools berfungsi sebagai
tempat pemasangan Choke Line (yang
mensirkulasikan kick keluar dari lubang bor)
dan kill line (yang memompakan lumpur
berat). Ram Preventer pada sisa-sisanya
mempunyai outlets yang digunakan untuk
maksud yang sama.
d. Casing Head :
Merupakan alat tambahan pada
bagian atas casing yang berfungsi sebagai
pondasi BOP stack, dan sebagai tempat
menggantungkan casing saat operasi running
casing.
2.1.4.2. Accumulator
Accumulator
dihidupkan
dalam
keadaan darurat yaitu untuk menutup BOP
stack. Unit ini dapat dihidupkan dari remote
panel yang terletak di dekat lantai bor atau
dari Accumulator panel yang jaraknya kirakira 50 meter sampai 100 meter dari menara
pengeboran.
2.1.4.3. Sistem Pendukung
Sistem pendukung terdiri dari Choke
Manifold dan Kill line yang dihubungkan
langsung dengan Spool pada BOP Stack yang
bekerja dengan tekanan tinggi dan diaktifkan
jika terjadi kick.
a. Choke Manifold :
Choke Manifold merupakan suatu
kumpulan fitting dengan beberapa outlet yang
dikendalikan secara manual dan atau
otomatis. Bekerja pada BOP stack dengan
High Pressure Line, disebut Choke Line
yang dapat memindahkan aliran Lumpur bor
saat terjadi kick ditempatkan diluar
substruktur. Bila dihidupkan, Choke Manifold
membantu menjaga back pressure dalam
lubang bor untuk mencegah terjadinya intrusi
fluida formasi. Lumpur bor dapat dialirkan
dari BOP stack ke sejumlah valve (yang
membatasi aliran dan langsung ke reserve
pits) mud gas separator atau mud

conditioning area back pressure dijaga


sampai lubang bor dapat dikontrol kembali.
b. Kill line :
Kill line bekerja pada BOP stack
biasanya berlawanan langsung dengan Choke
Manifold (dan Choke Line). Lumpur berat
dipompakan melalui kill line ke dalam lubang
bor sampai tekanan hidrostatik lumpur dapat
mengimbangi tekanan formasi.
2.1.5. Prosedur Menutup Sumur
Penutupan sumur ketika pipa di
dalam sumur atau pada waktu drilling,
prosedurnya adalah sebagai berikut ;
1) Memberi peringatan pada kru
2) Dengan segera tarik kelly ke atas
sampai tool joint di atas rotary table
3) Menghentikan putaran rotary table
dan matikan pompa
4) Memeriksakan aliran dari dalam
sumur dan bila ada aliran kita lakukan
prosedur penutupan sumur yaitu
dengan :
a)

Metode Hard Shut In


Tutup Annular BOP
Buka HCR
Tutup Adjustable Choke
Memberitahu
personel
perusahaan
Catat SIDP dan SICP setiap
menit

b)

Metode Modifikasi
Choke tertutup
Menutup rangkaian BOP
Membuka Choke Line Valve
Memberi
tahu
personel
perusahaan
Membaca SIDP dan SICP setiap
menit

c)

Metode Soft Shut In


Buka HCR
Tutup Annular BOP
Tutup Adjustable Choke
Memberitahu personel
perusahaan
Membaca SIDP dan SICP setiap
menit

III.

Tinjauan Lapangan

3.1. Letak Geografis Lapangan


Struktur sumur X merupakan struktur
antiklin dengan arah sumbu barat laut
tenggara, panjang 15 km dengan lebar 1,5 km
dengan lapisan penghasil dari formasi
Wonocolo dan anggota Ngrayong formasi
Tawun. Struktur ini berjarak 22 km sebelah
timur laut kota Cepu, 176 km sebelah timur
Semarang dan 145 km sebelah barat
Surabaya. Secara astronomis geografi,
struktur kawengan ini berada pada 07 05 LS
dan 111 42 BT dengan ketinggian berkisar
antara 100 sampai 350 meter diatas
permukaan laut dapat dilihat pada (Gambar
1) .
3.2. Struktur Geologi Lapangan
Lapangan Y merupakan antiklin
asimetri yang mempunyai arah sumbu
tenggara barat laut, panjang antiklin kurang
lebih 20 km dari desa kidangan, dibagian
tenggara, sampai dengan desa Kedewan,
dibagian barat laut. Lebar antiklin kurang
lebih 1,5 km dengan sayap selatan lebih
curam dari sayap utaranya. Bagian barat
antiklin Kawengan ini dikenal dengan antiklin
Dan dangilo (yang berada 1 km sebaelah
barat desa Wonocolo). Sepanjang sayap
selatan antiklin lapangan Y ini dipotong
oleh sesar naik dimana blok utara relatif naik
dibandingkan blok selatan, zona sesar searah
dengan sumbu antiklin.
Selain sesar ini ada sekelompok sesar
naik berarah barat timur, dan sesar turun
berarah barat daya timut laut terbentuk
sebagai sesar antitetik. Kedua jenis sesar ini
membagi lapangan Y menjadi 5 blok, yaitu
:blok I, II, II, IV. Blok I dan II dipisahkan
oleh sesar naik dengan posisi blok II relatif
naik terhadap blok I dan membentuk sesar
thrust fault. Demikian juga dengan blok II
dan III dipisahkan oleh sesar naik dengan
bidang sesar agak tegak, dimana blok II relatif
naik terhadap blok III.
3.3. Kondisi Stratigrafi Lapangan
Formasi tertua yang tersingkap di
lapangan Y adalah formasi wonocolo
bagian atas yang terdapat di daerah puncak
antiklin kawengan. Lithologinya terdiri atas
napal pasiran dengan sisipan batu gamping
pasiran.
Diatas
formasi
wonocolo

berkembang formasi ledok yang disusun oleh


batu gamping pasiran selang seling dengan
batu pasir gampingan, dijumpai struktur
sediment perlapisan. Glaukonit ditemukan
pula di formasi ini yang makin ke atas
jumlahnya makin banyak. Diatas formasi
Ledok berkembang batu napal massif dari
formasi mundu yang merupakan formasi
termuda. Formasi wonocolo bagian tengah
tidak tersingkap dimana litologinya terdiri
atas napal berselingan dengan batu gamping
dan disisipi oleh batu pasir. Tebal formasi
wonocolo bagian tengah 120 140 meter,
yang dapat dilihat pada ( Gambar 2 ).
IV.Latar Belakang Masalah
Pada sumur X lapangan Y telah
terjadi kick pada kedalaman 2730 meter
(7775,97 ft) yang disebabkan karena tekanan
formasi pada kedalaman tersebut lebih besar
dari tekanan hidrostatik lumpur, sehingga
berat jenis lumpur yang sedang digunakan
pada saat itu tidak mampu menahan tekanan
formasi batuan yang ditembus. Dari hasil
perhitungan tekanan formasi pada kedalaman
7775,97 ft, didapati harga tekanan formasi
sebesar 5571,02 psi, sedangkan harga tekanan
hidrostatik pada waktu itu sebesar 5692,32psi.
V. METODELOGI
5.1. Penanggulangan Kick di Sumur X
Penanganan kick yang dilakukan di
sumur X telah dimulai sejak dimulainya
operasi pemboran dengan mengusahakan
berat jenis lumpur yang digunakan dapat
mengimbangi atau lebih besar sedikit dari
tekanan formasi yang sedang ditembus.
Sedangkan Peralatan yang digunakan untuk
penganggulangan kick di sumur X terdiri
dari :
1. Pada selubung conductor 20 digunakan
Annular (Singel Ram) 211/4 - 2M
dengan Bottom flangenya berukuran
211/4- 2M.
2. Pada selubung surface 133/8 digunakan
susunan BOP group 13 5/8 x 5.000 psi
dengan well headnya adalah 135/8 - 3M,
Bottom flange 13 5/8 x 11 x 3000 psi.
3. Pada selubung surface 95/8 digunakan
susunan BOP group 135/8- 5M, dengan
well headnya adalah 135/8- 3M.
Penanggulangan kick disumur X adalah
dengan menggunakkan metode Concurent

karena telah teridentifikasi adanya gas pada


fluida pemboran pembacaan diflow sensor
sama dipossumbely shale shaker, dapat dibaca
dimudloging unit disumur X dan gas harus
disirkulasikan terlebih dahulu. Berikut ini
adalah merupakan data-data sumur X ketika
terjadi kick dan perhitungan penanggulangan
kick disumur X.
5.2. Metode Concurrent
Pada Metode Concurent pemompaan
dilakukan dengan memompakan lumpur lama,
tetapi sambil memompakan lumpur tersebut,
lumpur diperberat. Cara ini lebih cepat, tetapi
ada dua kegiatan yang mesti dikerjakan pada
saat bersamaan ialah dengan memompakan
lumpur dengan pola tertentu dan memperberat
lumpur. Dua pekerjaan ini dalam kenyataanya
sulit dikerjakan secara bersamaan.
Metode concurrent yang merupakan
suatu metode dengan menaikkan densitas
lumpur secara pelan atau sedikit demi sedikit
hingga mencapai densitas yang diinginkan.
Pada metode ini terjadi penurunan tekanan
drillpipe secara perlahan setiap penambahan
lumpur berat.
Keuntungan
dengan
metode
Concurrent adalah :
1.Hanya sekali dilakukan sirkulasi dan
sekaligus mematikan kick
2.Fluida kick umumnya lebih sedikit
Kerugian dengan metode Concurrent adalah :

Perhitungan lebih rumit,


karena dibutuhkan pencatatan data
yang lengkap dalam setiap sirkulasi
karena lumpur dinaikan sedikit demi
sedikit

Diperlukan operator yang


benar-benar ahli dan menguasai
dengan metode ini.
Prosedur metode concurrent dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Menggambar grafik atau pembuatan tabel
untuk menghitung pengaturan tekanan
dan densitas pada saat sirkulasi.
Pengaturan tekanan disesuaikan dengan
berat jenis lumpur dapat dilakukan
dengan pembagian sepuluh bagian, yaitu
dengan rumus :
Pembagian tekanan
= (ICP FCP) : (KMW OMW) : 10
........................................(1)
Ket :

ICP = initial circulating pressure


FCP = final circulatng pressure
KMW = killing mud weight
OMW = old mud weight
2. Memulai sirkulasi dengan memompakan
lumpur lama dan mempertahankan
tekanan casing konstan dan bila ada
selisih lebih dari 50 psi, adakan
pengaturan kembali agar tekanan kembali
seperti semula.
3. Tahan tekanan pada angka ICP dan
dilakukan penambahan densitas lumpur
dengan skala satu kolom mewakili
penambahan 1/10 ppg, memulai sirkulasi
dan menginformasikannya pada operator
Choke. Waktu dan total stroke telah
dihitung terlebih dahulu.
4. Pengaturan Choke harus selalu dilakukan
setiap perubahan densitas lumpur untuk
mempertahankan tekanan casing konstan.
Sampai densitas terakhir yang diinginkan
untuk mematikan sumur sampai ke bit,
maka tekanan drillpipe harus pada harga
FCP dan dipertahankan sampai fluida
kick dapat diangkat ke permukaan. Dan
memeriksa apakah tidak ada aliran lagi di
dalam sumur.
5.3. Perhitungan Penanggulangan Kick
Disumur X
5.3.1. Data-data Sumur X Ketika Terjadi
Kick :
Casing :
OD=20 ID=19,124: L = 158,34 ft
Kapasitas (0,3553 bbl/ft)
OD=133/8 ID=12,515 : L=2342,63 ft
Kapasitas (0,1522 bbl/ft)
OD=9 5/8 ID=8,681: L = 6644,02 ft
Kapasitas (0,073 bbl/ft)
Drill pipe (DP) :
OD
=5
ID
= 4.267
Weight
= 19.50 lbs/ft
Displ
= 0.00648 bbls/ft
Kapasitas DP
= 0.0178 bbl/ft
L = 6309.36 ft
HWDP :
OD
ID
Weight
Displ

=
=
=
=

5
3.02
50.00 lbs/ft
0.01543 bbls/ft

Kapasitas HWDP

= 0.00886

bbl/ft

= 112.31 bbl
Volume DC = panjang DC x kapasitas DC

L = 1066.91 ft

= 399.69 ft x 0.0087 bbl/ft

Drill collar (DC) :


OD
= 8
ID
= 3.00
Displ
= 0.0535 bbls/ft
Kapasitas DC = 0.0087` bbl/ft
L = 399.69 ft
Bit size 8 1/2

Kedalaman saat terjadi kick


= 7775.97 ft
SIDP
= 60 psi

SICP

= 100 psi

OMW

= 14.07 ppg 1.69 SG

P surface saat MOT = 530 psi

MOT

= 1.54 SG

Data pompa :
Pada saat Slow Circulating Rate (SCR) :
Pompa # 1 :
SPM

= 75 SPM

Pump Pressure = 2900 psi


GPM

= 490 GPM

BPM

= 11.67 BPM

Output Pompa (Capacity Pompa)

11.67 BPM
75 SPM

= 3.48 bbl
Volume HWDP

= panjang HWDP x

kapasitas HWDP
= 1066.91 ft x0.00886 bbl/ft
= 9.45 bbl
Total vol.drillstring = DP + DC + HWDP
= 112.31 + 3.48 + 9.45
= 125.24 bbl
b)

Menghitung volume annulus :


Vol.anulus antara DP dengan casing 9 5/8 :
= [{(ID casing)2 (OD DP)2}/ 1029,4 ] x L
DP di casing 9 5/8
= [{( 8.681)2 ( 5 )2}/ 1029,4] x 6644.02 ft
= 324.89 bbl
Vol.anulus antara DP dengan Open Hole
= [{(Hole Dia )2 (OD DP)2}/

1029,4 ] x L

DP di Open Hole
= [{(81/2 )2 ( 5 )2}/ 1029,4] x 1263.185 ft
= 57.98 bbl
Vol.anulus antara HWDP dengan Open Hole

= 0.1556 BPS
Diameter Liner
= 6.5

Panjang Stroke

= 12

L HWDP di Open Hole

YP

= 32 lb/100 ft2

= [{(81/2 )2 (5)2}/ 1029,4] x 1066.91 ft

PV

= 30 cp

= 48.97 bbl

5.3.2.1. Perhitungan Penanggulangan Kick


Disumur X :

a)

Penentuan Total Volume Lubang Bor :

Saat mengisi drillstring :

= [{(Hole Dia )2 (OD HWDP)2}/ 1029,4 ] x

Vol.anulus antara DC dengan Open Hole :


= [{(Hole Dia )2 (OD DC)2}/ 1029,4 ] x L
DC di Open Hole
= [{(81/2 )2 ( 8 )2}/ 1029,4] x 399.69 ft
= 3.20 bbl

Volume DP = panjang DP x kapasitas DP


= 6309.36 ft x 0.0178 bbl/ft

Total vol annulus dari surface sampai

SIDP
0,052 x Bit TVD

kedalaman 7775.97 ft :
= 324.89 bbl + 57.98 bbl + 48.97 bbl + 3.20

KMW =

60 Psi
0,052 x 7775.97 ft

bbl
= 435.04 bbl
c)

Menghitung volume displacement :


Volume Displacement DP :
Displacement DP = 0.00648 bbl/ft
L DP

= 0.00648 bbl/ft x

a) Stroke Surface to Bit (STB) :

Drill String Volume


Pump Output
=

6309.36 ft

Volume DP Volume HWDP Volume DC


Pump Out Pompa #1 saat SCR

= 40.88 bbl
Volume Displacement HWDP :

112.31 bbl 9.45 bbl 3.48 bbl


0.1556 BPS

Displacement HWDP = 0.00886 bbl/ft


Panjang

= 1066.91 ft

Vol.displacement

= 0.00886 bbl/ft x

124.25 bbl
0.1556 BPS

1066.91 ft
= 9.45 bbl
Volume Displacement DC :
Displacement DC = 0.0087 bbl/ft
= 399.69 ft

=
= 804.884 Stroke
b) Strokes for KMW ke Casing Shoe :

Volume Annulus Open Hole


Pump Output

Vol.displacement = 0.0087 bbl/ft x 399.69 ft


= 3.48 bbl
Total volume displacement :

=
Vol.Ann ((DP - OH) (HWDP - OH) (DC - OH))
Pump Output

= 40.88 bbl + 9.45 bbl + 3.48 bbl


= 53.81 bbl

57.98 bbl 48.97 bbl 3.20 bbl


0.1556 BPS

Total volume lubang bor dari surface sampai


5547.67 ft :
= Total vol drillstring + Total vol
annulus + total vol displacement
= 125.24 bbl + 435.04 bbl + 53.81 bbl
= 614.09 bbl
Menentukan Kill mud weight (KMW) :

+ `14.07 ppg

= 14.22 ppg 1.7 SG


Jumlah Strokes untuk membunuh Kick :

= 6309.36 ft

Vol.displacement

Depth

+ OMW

110.15 bbl
0.1556 BPS
=
= 707.90 Strokes

c) Stroke Bit to Surface :

Volume Annulus Total


Pump Output
=

436.04 bbl
0.1556 BPS
=
= 2802.31 Strokes
Waktu untuk mengisi Drill string (KMW ke
Bit) :

Stroke Surface to Bit


Stroke Per Menit

1.
Menentukan Kill Mud Weight
(KMW) :
SIDP
0,052 x Bit TVD
KMW =
+ OMW
60 Psi
0,052 x 7775.97 ft
=
+14.07 ppg
= 14.22 ppg 1.7 SG
2. Jumlah Strokes untuk membunuh
Kick :
a Stroke Surface to Bit (STB) :
Drill String Volume
Pump Output
=
Volume DP Volume HWDP Volume DC
Pump Out Pompa #1 saat SCR

=
804.884 Strokes
75 SPM

124.25 bbl
0.1556 BPS

= 10.73 Menit
Waktu untuk KMW dari Bit kembali ke
permukaan :

Stroke dari Bit ke Permukaan


Stroke Per Menit

=
= 804.884 Stroke
b Strokes for KMW ke Casing Shoe :
Volume Annulus Open Hole
Pump Output
=

Vol.Ann ((DP - OH) (HWDP - OH) (DC - OH))


Pump Output

2802.31 Strokes
75 SPM
=

112.31 bbl 9.45 bbl 3.48 bbl


0.1556 BPS

= 37.36 Menit

5.3.2.2. Metode Concurent


untuk
Penanggulangan kick di kedalaman
7775.97 ft :
Total waktu yang diperlukan unuk
menanggulangi kick dengan menggunakan
metode Concurent adalah sebesar :
= Waktu KMW ke Bit + Waktu untuk
KMW ke Permukaan
= 10.73 Menit + 37.36 Menit
= 48.09 menit

5.3.3. Perhitungan Metode Drillers


untuk
Penanggulangan
kick
dikedalaman 7779.49 ft :

57.98 bbl 48.97 bbl 3.20 bbl


0.1556 BPS
110.15 bbl
0.1556 BPS

=
= 707.90 Strokes
c Stroke Bit to Surface :
Volume Annulus Total
Pump Output
=
436.04 bbl
0.1556 BPS
=
= 2802.31 Strokes

Jadi besarnya Total Stroke


Pompa dari permukaan kembali ke
permukaan adalah sebesar Stroke
Surface to Bit ditambah Stroke Bit to
Surface yang hasilnya adalah 3607.194
Strokes.
3.Waktu yang dibutuhkan membuang
kick :
Sirkulasi Pertama (sirkulasi kick)
Waktu
yang
diperlukan
untuk
mensirkulasikan seluruh material kick
keluar kepermukaan:
Vann
Cpump x SPM
Tk
=
436.04 bbl
0.1556 x 75
=
= 37.36 Menit
Sirkulasi kedua (sirkulasi lumpur
pemati)
a Waktu untuk mengisi Drill
String (KMW ke Bit) :
Stroke Surface to Bit
Stroke Per Menit
=
804.884 Strokes
75 SPM
=
= 10.73 Menit
b Waktu untuk KMW dari Bit ke
Casing Shoe :
Stroke dari Bit ke Casing Shoe
Stroke Per Menit
=
707.90 Strokes
75 SPM
=
= 9.43 Menit
c Waktu untuk KMW dari Bit
kembali ke permukaan :
Stroke dari Bit ke Permukaan
Stroke Per Menit
=
2802.31 Strokes
75 SPM
=

= 37.36 Menit
Waktu total yang diperlukan
unuk mengeluarkan fluida kick adalah
sebesar :
=Waktu KMW ke Bit + Waktu untuk
KMW ke Permukaan
= 10.73 Menit + 37.36 Menit
= 48.09 Menit 48 Menit
Jadi waktu yang diperlukan
untuk penanggulangan kick dengan
metode Drillers adalah sebesar :
= Waktu sirkulasi pertama + Waktu
sirkulasi kedua
= 37.36 Menit + 48 Menit
= 85.36 menit
Metode Wait and Weight
(Engineer) untuk Penanggulangan kick
dikedalaman 7775.97 ft
5.3.4.

VI.

Diskusi
Masalah yang dihadapi pada pemboran
sumur ini yaitu terjadinya kick dikedalaman
2370 meter (7775.97 ft) trajek 8-1/2" Open
Hole. Penyebab terjadinya kick disumur X
yaitu adanya floculan terdapat pada lumpur
pemboran menyebabkan tekanan hidrostatik
lebih kecil dari pada tekanan formasi, dimana
berat jenis lumpur lama (old mud weight)
yang sedang digunakan pada pemboran saat
itu sebesar 14.07 ppg karena tekanan formasi
batuan yang ditembus lebih besar dari tekanan
hidrostatik lumpur. Dari hasil perhitungan,
didapati bahwa harga tekanan formasi pada
kedalaman 7775.97 ft sebesar 4818.77 psi
dengan tekanan hidrostatik pada waktu itu
hanya sebesar 4932.68 psi. Berdasarkan data
kedalaman puncak formasi yang ditembus,
dapat diketahui bahwa kick terjadi pada saat
mata bor sedang berada pada formasi
wonocolo, dimana pada formasi ini yaitu pada
lapisan batupasirnya merupakan salah satu
lapisan yang diduga dapat bertindak sebagai
lapisan reservoir minyak.
Penanggulangan kick disumur X
adalah dengan menggunakkan metode
Concurent karena telah teridentifikasi adanya
Settling pada barite pembacaan diflow sensor,
dapat dibaca dimudloging unit disumur X

dan penambahan berat lumpur terlebih


dahulu.
Ketika terjadi kick, sumur ditutup, dicek
tekanan drill pipe dan tekanan casing,
diperoleh harga SIDP sebesar 60 psi, dan
SICP sebesar 100 psi. kick dialirkan melalui
gas separator dan bakar gas di flare,
Kemudian dilakukan perhitungan dengan kill
sheet dengan metode Concurent dan didapati
harga lumpur pemati (kill mud weight) yang
harus disirkulasikan untuk membunuh sumur
adalah sebesar 14.22 ppg (1.7 SG) dari Old
mud Weight yang sedang digunakan pada saat
itu sebesar 14.07 ppg (1.69 SG). Untuk
penggunaan SPR (Slow Pump Rate) pada
operasi killing well, digunakan pompa #1
dengan rate sebesar 490 gpm, panjang
langkahnya 75 SPM dengan tekanan pompa
sebesar 2900 psi. Berdasarkan perhitungan
didapati volume drill string pada kedalaman
7775.49 ft adalah 125.24 bbl dan volume
annulusnya 435.04 bbl sehingga didapati
jumlah stroke untuk membunuh sumur dari
permukaan ke bit sebesar 804.884 stroke dan
jumlah stroke dari bit kepermukaan adalah
sebesar 3284.4 stroke, sehingga total stroke
keseluruhan untuk satu kali sirkulasi penuh
sebesar 2802.31 stroke. Total waktu yang
digunakan
untuk
membunuh
sumur
berdasarkan perhitungan jumlah stroke
terhadap panjang langkah pompa yang
digunakan untuk operasi killing well adalah
selama 48.09 menit itu sudah termasuk waktu
penambahan berat lumpur untuk mengatasi
terjadinya kick. Setelah disirkulasikan penuh,
sumur dicek tekanannya dan tercatat bahwa
harga SIDP dan SICP = 0 psi. Hal ini
menunjukan bahwa kick telah berhasil diatasi.
Kemudian Choke Manifold dibuka dan lubang
diobservasi serta dicek alirannya (flow check),
menyatakan bahwa sumur statik/ tidak ada
aliran. Kemudian buka Annular BOP, dan
operasi pemboran dilanjutkan kembali.
VII.

Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan sebelumnya
tentang judul Evaluasi Penanggulangan Kick
pada Sumur Berarah Pada Sumur X
Lapangan Y PT. Pertamina EP Region Java
Field Cepu, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penanggulangan kick disumur ini dengan
menggunakan metode Concurent
yaitu
dengan melakukan memompakan lumpur

lama, tetapi sambil memompakan lumpur


tersebut, lumpur diperberat. Cara ini lebih
cepat dibanding dengan driller method dan
engineer method, dengan perbandingan lama
penanggulangan metode Concurent, Driller
dan Engginer adalah 1 : 1,8 : 2,25.
2.
Ketika terjadi kick, tercatat harga
SIDP sebesar 60 psi dan SICP sebesar 100
psi. Old mud Weight yang sedang digunakan
pada saat itu sebesar 14.07 ppg. Berdasarkan
perhitungan, didapati harga kill mud weight
sebesar 14.22ppg. Volume drill string pada
kedalaman terjadinya kick adalah 125.24
barrel, dan volume annulus pada saat itu
sebesar 435.04 barrel.
3.
Dari hasil perhitungan, jumlah total
stroke selama operasi killing well sebanyak
3607.194 strokes, dengan total waktu selama
133.45 menit. Untuk penggunaan SPR (Slow
Pump Rate) digunakan pompa #1 dengan rate
sebesar 127 GPM, panjang lagkahnya 75
SPM dan tekananya sebesar 2900 psi. Jumlah
lumpur yang digunakan pada operasi bunuh
sumur (killing well) adalah sebanyak 560.28
bbl.
4.
Penanggulangan kick disumur X
telah berhasil, hal ini dibuktikan dengan
ketika sumur ditutup setelah dilakukannya
operasi killing well, terbaca harga SIDP dan
SICP sebesar 0 psi. Kemudian Choke
Manifold dibuka dan lubang diobservasi serta
dicek alirannya (flow check), menyatakan
bahwa sumur statik/ tidak ada aliran.
Kemudian buka Annular BOP, dan operasi
pemboran dilanjutkan kembali.
5.
Apabila melakukan pemboran pada
sumur berikutnya maka harus hati-hati
sewaktu membor pada kedalaman mendekati
7775.97 ft atau 2370 meter. Sehingga pada
saat membor sumur X terjadi kick dimana
mengakibatkan floculant pada lumpur yang
ada dalam sumur sehingga barite Settling
dimana ikatan kimiawi fase cair dan padat
terlepas. Syaran untuk pemboran selanjutnya
apabila menembus daerah kurang dari
7775.97 ft atau 2370 meter kita menggunakan
Gambar 2.
lumpur dengan SG 1.7.
VIII.

Daftar Pustaka

Kolom Stratigrafi Sumur

1. Buku Pedoman Praktikum Peragaan


Peralatan
Pemboran,
Laboratorium
Peragaan Peralatan Pemboran, Jurusan
Teknik Perminyakan, UPN Veteran
Yogyakarta, 2008
2. Baker, R. A Primer of Oil-Well Drilling,
Fourth Edition Petroleum Extension
Service, The University of Texas, Austin,
Texas, 1972.
3.
Clark, W.L. Surface Motion
Compensation, The Technology of
Offshore Drilling, Completion and
Production, ETA Offshore Seminars, Inc.
The Petroleum Publishing Company,
Tulsa, Oklahoma, 1976.

Gambar 3.
Peta Lokasi Sumur X Lapangan
Y Berdasarkan Letak Geografis

IX. Lampiran

Gambar 1.

Gambar 4.

Gambar 5.
Keterangan gambar :
A = Annular Preventer
R = Ram Preventer (Blind ram, Pipe ram,
dan Shear ram)
S = Spool yang dihubungkan dengan Choke
dan Kill line

Gambar 6.

CSG 95/8 Shoe = 6644.02


ft
DP di CSG = 5046.17 ft
DP di OH = 1263.18 ft
DP total = 6309.36 ft
L OH = 2729.79 ft
DC di OH = 399.69 ft
HWDP di OH = 1066.91
ft
TVD = 7775.97 ft

Gambar 6.

Gambar 7.

Anda mungkin juga menyukai