Lensa pasir dapat juga terbentuk dalam pengedapan delta. Endapan delta
umumnya mempunyai perlapisan silang siur yang terdiri atas tiga lapisan yang
saling berhubungan tetapi mempunyai lithologi yang berbeda. Tiga lapisan yang
dimaksud yaitu lapisan muka, lapisan dasar, dan lapisan tutup.
Lapisan muka tersusun dari material – material kasar yang terendapkan
paling awal setelah aliran air atau sungai mencapai laut. Lapisan muka biasanya
tebal dan mempunyai kemiringan yang besar. Semakin ke arah laut, lapisan muka
semakin kecil ukuran butirnya, dan akhirnya dihasilkan lapisan yang berbutir
halus dan menyebar pada daerah yang luas di dasar laut yang disebut lapisan
dasar.
Proses pengendapan yang berlangsung terus-menerus menyebabkan
lapisan depan berkembang ke arah laut dan menutupi lapisan dasar. Akibatnya
delta semakin berkembang ke arah laut, arus air yang membawa sedimen juga
semakin maju ke arah laut melalui kanal – kanal yang melewati lapisan muka dan
lapisan dasar delta. Di dalam kanal terendapkan oleh arus air suatu endapan
horizontal yang disebut lapisan tutup.
Di dalam delta terdapat saluran penyebar yang pada dasarnya
terendapakan lapisan pasir. Maka sama juga halnya seperti meander karena
memajangnya aliran sungai maka pada suatu ketika saluran menjadi terlalu
panjang dan terjadilah suatu pembobolan tanggul sebagai suatu penyelewenga
aliran. Maka terbentuklah aliran baru, sedang aliran yang lama boleh dikatakan
mati. Jika aliran ini mati maka seluruh aliran pasir menjadi suatu lensa yang
disebut lobate.
Lensa yang dibetuk oleh suatu delta di laut dangkal menjadi kompleks
sekali dengan terjadinya perpindahan saluran, maka terjadilah suatu sistem lensa
yang tumpuk menumpuk. Lensa pasir yang terbentuk oleh proses pembentukan
delta sangat penting bagi akumulasi minyak bumi. Misalnya di Indonesia, terdapat
di lapangan minyak Attaka, dimana lensa-lensanya terpisah satu dengan yang lain.
Selain itu, di Nigeria lensa pasir dari delta sungai Niger sangat penting bagi
adanya akumulasi minyak bumi.
Gambar 2.2.
Proses Pembentukan Lensa pada Delta (Coleman, 1964)
φ [−C f ΔP ]
[ () ]
Sc=Sc mak 1−
φi
e
.........................................................(2-1)
Keterangan :
Scmak = Kekuatan batuan maksimum, psi
cf = Kompresibilitas batuan, fungsi dari komposisi batuan, psi-1
= Porositas batuan, fungsi dari waktu dan komposisi, dari data log %.
i = Porositas awal pada saat pengendapan, fungsi dari jenis batuan, %.
P = Pf – tekanan fluida (Pi) di dalam pori batuan (Pf - Pi), psi.
Secara umum, masalah penghancuran batuan dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu stress (tegangan) dan strain (regangan). Tegangan merupakan pengaruh
luar batuan yang menyebabkan pecahnya batuan dan regangan merupakan ukuran
dapat diubahnya bentuk maupun volume batuan akibat adanya tegangan dan
merupakan pengaruh dari dalam batuan. Pada material rapuh seperti batuan,
patahan bisa terjadi secara tiba-tiba dengan sedikit tambahan regangan. Tegangan
yang dibutuhkan untuk menyebabkan patahan disebut dengan “uniaxial
compressive strength (Co)”.
Tabel II-1.
Compressive Strength dengan Scmak, Cf, dan f
untuk Beberapa Batuan Sedimen
2.3.2. Drillability
Drillability merupakan ukuran kemudahan batuan untuk dibor, yang
dinyatakan dalam satuan besarnya volume batuan yang dapat dibor pada setiap
unit energi yang diberikan pada batuan tersebut. Dengan demikian, semakin besar
tingkat drillability suatu batuan, maka batuan tersebut akan semakin mudah untuk
dibor. Drillability umumnya akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman.
Semakin besar kedalaman, maka batuan akan semakin sulit untuk ditembus.
2.3.3. Kekerasan Batuan
Kekerasan batuan atau hardness adalah ketahanan mineral terhadap
goresan. Kekerasan relatif dari suatu mineral tertentu dengan urutan mineral yang
dipakai sebagai standar kekerasan. Mineral yang mempunyai kekerasan yang
lebih kecil akan mempunyai bekas goresan pada tubuh tersebut. Untuk
menentukan ketahanan ini digunakan skala kekerasan Mohs yang memiliki 10
pembagian skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral yang terlunak dan skala 10
untuk mineral terkeras. Berikut ini urutan skala kekerasan Mohs pada Tabel II-2.
Tabel II-2.
Skala Mohs
Skala Mohs Nama Mineral Rumus Kimia
1 Talk H2Mg3(SiO)4
2 Gypsum CaSO42H2O
3 Calsite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3(PO4)2
6 Orthoklase KalSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Secara praktis, penentuan gradien tekanan overburden ini selain dari analisa log
juga dapat ditentukan sebagai berikut (lihat Gambar 2.3.):
Gambar 2.3.
Penentuan gradien tekanan overburden (Rubiandini, 2012)
Besarnya gradien tekanan overburden yang normal biasanya dianggap
sebesar 1 psi/ft, yaitu diambil dengan menganggap berat jenis batuan rata-rata
sebesar 2,3 kali dari berat jenis air. Sedangkan besarnya gradien tekanan air
adalah 0,433 psi/ft maka gradien tekanan overburden sebesar 2,3 x 0,433 psi/ft.
2.3.1.3. Tekanan Formasi
Tekanan formasi adalah besarnya tekanan yang diberikan cairan yang
mengisi rongga formasi. Secara hidrostatis, untuk keadaan normal sama dengan
tekanana kolom cairan yang ada dalam dasar formasi samapai ke permukaan.
Pada saat pemboran berlangsung, tekanan lumpur yang digunakan harus
mengimbangi tekanan formasi dengan diberikan kelebihan berkisar antara 2-10%
dari tekanan formasi. Persamaan yang digunakan adalah:
Pf = Gf x D………………………………………………………....(2-6)
Keterangan :
Pf = Tekanan fluida formasi, Psi.
Gf = Gradien tekanan, Psi/ft.
D = Kedalaman, Ft
Pada Gambar 2.3. menggambarkan kisaran gradien tekanan fluida (Gf),
yaitu Jika 0.433 psi/ft < GF < 0.465 psi/ft disebut tekanan normal, sedangkan Gf >
0.465 psi/ft disebut tekanan abnormal, dan Gf < 0.433 psi/ ft disebut tekanan
subnormal.
2.3.1.3.1. Tekanan Formasi Normal
Secara hidrostatik, untuk keadaan normal tekanan formasi normal sama
dengan tekanan kolom cairan yang ada dalam dasar formasi ke permukaan. Pada
Gambar 2.3. jika dari kolom terisi oleh berbeda-beda cairannya, maka besar
tekanan hidrostatiknya pun berbeda, untuk kolom air tawar (fresh water) memiliki
gradien tekanan hidrostatik sebesar 0,433 psi/ft dan untuk kolom air asin (salt
water) gradien tekanan hidrostatiknya sebesar 0,465 psi/ft. Sehingga gradien
tekanan normal berkisar antara 0,433 psi/ft – 0,465 psi/ft.
2.3.1.3.2. Tekanan Formasi Abnormal
Yang dimaksud dengan tekanan formasi abnormal biasanya tekanan
formasi yang lebih besar dari yang diperhitungkan pada gradien hidrostatik
(>0,465 psi/ft). Hal ini disebabkan karena kompaksi batuan oleh sedimen yang ada
di atasnya sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari lempeng tidak langsung
menghilang dan tetap berada dalam batuan semula.
Pada proses kompaksi normal, mengecilnya volume pori akibat dari
pertambahan berat beban diatasnya dapat mengakibatkan fluida yang ada didalam
pori terdorong keluar dan mengalir ke segala arah menuju formasi di sekitarnya.
Kompaksi abnormal Gambar 2.4, akan terjadi jika pertambahan berat beban
diatasnya tidak menyebabkan berkurangnya ruang pori. Ruang pori tidak
mengecil karena fluida didalamnya tidak dapat mengalir keluar. Tersumbatnya
fluida didalam ruang pori disebabkan karena formasi itu terperangkap didalam
formasi lain yang menyebabkan permeabilitas menjadi sangat kecil.
P=Pob −S ...…………….……..…………………………...….......(2-7)
Keterangan :
P = Tekanan formasi, psi
Pob = Tekanan overburden, psi
S = Tekanan kekuatan batuan, psi
Gambar 2.4.
Ilustrasi Tekanan Abnormal (Rubiandini, 2012)
Pf 1 Pob 2 P
=
D 3 D (+
D ) …..……………………………………………(2-9)
Keterangan :
Pf = Tekanan rekah, psi
Pob = Tekanan overburden, psi
P = Tekanan formasi, psi
D = Kedalaman, ft
2.3.2. Temperatur Reservoir
Temperatur akan mengalami kenaikan dengan bertambahnya kedalaman, ini
dinamakan gradien geothermal yang dipengaruhi oleh jauh dekatnya dari pusat
magma. Besaran gradien geothermal ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lain,
dimana harga rata-ratanya adalah 2oF/100 ft. Gradien geothermal yang tertinggi
adalah 4oF/100 ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5 oF/100 ft. Variasi yang
kecil dari gradien geothermal ini disebabkan oleh sifat konduktivitas thermis
beberapa jenis batuan. Besarnya gradien geothermal dari suatu daerah dapat dicari
dengan menggunakan persamaan :
T formasi −T s tandard
Gradien geothermal=
Kedalalaman Formasi ..........……………. (2-10)
Harga gradien geothermal berkisar antara 1,11 oF sampai 2 oF/100 f. Seperti
diketahui temperatur sangat berpengaruh terhadap sifat – sifat fisik fluida
reservoir. Hubungan temperatur terhadap kedalaman dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Td = Ta + (GTH x D) ............................................................................ (2-11)
Keterangan :
Td = temperatur reservoir pada kedalaman D ft, oF
Ta = temperatur pada permukaan, oF
GTH = gradien temperatur, oF
D = kedalaman, ratusan ft.