Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRINSIP STRATIGRAFI DAN SEDIMENTOLOGI

Disusun oleh:
MIKHA HELBER CONSTANTIN MARINGKA
1801005
TEKNIK PERMINYAKAN A 2018

PROGRAM STUDI STRATUM 1 TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2019
1. Jelaskan yang dimaksud pada point ¹ di atas!
a. Sifat Fisis, misalnya: struktur besar dari perlapisan; kontak dengan
lapisan di atas dan di bawahnya; struktur kecil yang mencirikan,
seperti: flute cast, gelembur gelombang, tekstur batuan, orientasi
butir.
b. Sifat Kimia, misalnya: macam batuan, seperti batu gamping, batu
pasir; kandungan mineral tertentu yang dapat untuk penentuan
lingkungan terutama mineral autigenik; perbandingan unsur-unsur
tertentu misalnya: Ca dan Mg; Kandungan kimia dari organisme
yang sering mengalami pelarutan setelah terendapkan; Konsentrasi
nodule batu gamping pada dasar pulau penghalang serta pada
tubuh pasir kuarsa yang dihasilkan dari pengendapan CaCO3 dari
pencucian cangkang organisme.
c. Sifat Biologis, misalnya: kelimpahan flora dan fauna,
Perbandingan masing-masing jenis, baik flora maupun fauna;
Adanya gejala perpindahan dan percampuran fauna; Flora dan
fauna penunjuk lingkungan.
2. Uraikan yang dimaksud pada point ² di atas!
a. Kedalaman air
Kedalaman air disini penting, karena beberapa organisme
dalam hidupnya sangat dipengaruhi oleh kedalaman air, seperti:
koral, algae. Kedalaman air kadang-kadang memberikan
kenampakan yang khas, dengan melihat kenampakan dapat
diketahui kedalaman dari batuan pada saat diendapkan,
kenampakan tersebut misalnya:
i. "Cut and Fill Structures", dan perlapisan silang siur, yang
menunjukkan di daerah tersebut ada arus dan gelombang.
ii. "Mud Crack", yang menunjukkan daerah tersebut
tersingkap pada atmosfer.
iii. Beberapa jenis "Trail and Burrow" ternyata berbeda
bentuknya karena disebabkan beberapa perbedaan
kedalaman dari air.
b. Kecepatan
Energi kinetis dari air merupakan kontrol bagi pegerakan
sedimen. Sedimen yang berbutir halus tidak bisa terbentuk dalam
lingkungan turbulensi terlalu tinggi.
c. Temperatur
Temperatur akan mengontrol kelarutan dari CaCO3 dan
kecepatan pertukaran zat atau unsur dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan, sebagai contoh : populasi yang besar dari organisme dan
karbonat jarang terdapat di dalam air dingin.
d. Kegaraman
Merupakan kontrol penting bagi aktifitas biologis. Populasi
dari hewan dan tumbuh-tumbuhan banyak yang dipengaruhi oleh
kegaraman dari air.
e. Eh (potensial oksidasi) dan pH (konsentrasi ion H)
Eh dan pH merupakan dua aspek kimia yang penting dalam
lingkungan pengendapan, yang akan mengontrol sedimen dan
fauna yang hidup di dasar.
f. Bentuk Fisik dari Lingkungan Pengendapan
Bentuk fisik dari lingkungan pengendapan kerap kali
mengontrol sedimen yang ada dalam cekungan. Bentuk fisik dari
lingkungan pengendapan dapat berupa: kemiringan dari
permukaan, kedalaman dari daerah deposisi.
3. Jelaskan point nomor ³ diatas disertai dengan gambar!
a. Lingkungan darat (Terrigeneous): Alluvial fan, Dataran banjir,
Lakustrin (basah, kering), Padang pasir, Rawa (swamp), dan
Endapan es.
b. Lingkungan campuran: River Channel atau Distributary Channel
(dan Lovec), Estuarin, Teluk, Lagun, Paya-paya (marsh), Intertidal,
Supratidal, Bar, dan Channel.
c. Lingkungan laut dangkal (600 kaki): Self banks (tidal dan non
tidal), Self basin (terbatasi iklim basah, iklim kering), Gradded
self, Karbonat Paparan dan karang (berhubungan atau tidak dengan
daratan), Cekungan evaporit.
d. Lingkungan laut dalam (batial: 600 – 6000 kaki, abisal > 6000
kaki) : Slope dan Canyon, Sub Marine Fan, Cekungan laut dalam
(pelagik, terrigeneous), Cekungan laut dalam tertutup (iklim basah
dan kering)
4. Uraikan proses terbentuknya batuan-batuan non-klastik.
a. Batu Bara
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan
Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara
pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun
yang lalu (lihat juga mengenai zaman neozoikum). Kualitas dari
setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik.
Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (lihat
disini apa itu tanah gambut), yang selanjutnya berubah menjadi
batubara muda (lignit) atau disebut pula batubara coklat (brown
coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas
organik rendah (Raharjo, 2006). Proses pembentukan batubara
terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan
tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air
pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini
melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO 2, H2O, dan
NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan
fungi diubah menjadi gambut (Stach et al, 1982). Tahap
pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi,
kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu
terhadap komponen organik dari gambut. Pada tahap ini persentase
karbon akan meningkat, sedangkan presentase hidrogen dan
oksigen akan berkurang. Proses ini akan menghasilkan batubara
dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari
lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga
meta antrasit. Meningkatnya peringkat batubara dari lignit hingga
berubah menjadi subbitumin dan antrasit disebabkan oleh
kombinasi antara proses fisika dan kimia serta aktifitas biologi
(Stach et al., 1982).
b. Batu Garam (Halit)
Halit terdapat di lapisan mineral evaporit batuan sedimen
yang luas, yang dihasilkan dari pengeringan danau, playa, dan laut
tertutup. Lapisan garam bisa setebal ratusan meter dan meliputi
area yang luas. Di Amerika Serikat dan Kanada, lapisan bawah
tanah yang luas terbentang dari cekungan Appalachian di barat
New York melalui sebagian Ontario dan di bawah sebagian besar
Lembah Michigan. Deposit lain berada di Ohio, Kansas, New
Mexico, Nova Scotia dan Saskatchewan. Tambang garam Khewra
adalah deposit besar halit di dekat Islamabad, Pakistan. Di Inggris
ada tiga tambang; yang terbesar di Winsford, Cheshire
menghasilkan rata-rata satu juta ton per tahun. Kubah garam adalah
diapir vertikal atau massa garam seperti pipa yang pada dasarnya
"diperas" dari dasar lapisan garam oleh mobilisasi karena berat
batuan di atasnya. Kubah garam mengandung anhidrit, gipsum, dan
belerang nativ, selain halit dan silvit. Mereka umum di sepanjang
pantai Teluk Texas dan Louisiana dan sering dikaitkan dengan
deposit minyak bumi. Jerman, Spanyol, Belanda, Rumania dan Iran
juga memiliki kubah garam. Gletser garam ada di Iran yang
gersang di mana garam telah menembus permukaan pada
ketinggian dan mengalir menuruni bukit. Pada semua kasus ini,
halit dikatakan berperilaku seperti rheid. Halit yang berisi alur
tidak biasa, ungu, berserat ditemukan di Prancis dan beberapa
tempat lainnya. Kristal halit yang disebut kristal hopper tampaknya
adalah "kerangka" dari batu khas, dengan adanya tepi dan tekanan
berbentuk anak tangga di permukaan atau lebih tepatnya di dalam
setiap muka kristal. Dalam lingkungan pengkristalan cepat, tepi-
tepi batu tumbuh lebih cepat daripada pusatnya. Kristal halit
terbentuk dengan sangat cepat di beberapa danau yang cepat
menguap sehingga menghasilkan artefak modern bersalut atau
berkerak kristal halit. Bunga halit adalah stalaktit langka dari serat
keriting halit yang ditemukan di gua gersang tertentu di Dataran
Nullarbor Australia. Stalaktit dan kerak halit juga dilaporkan di
tambang tembaga nativ Quincy di Hancock, Michigan.
c. Batu Gamping
i. Pembentukan di Lingkungan Laut
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal,
tenang, dan pada perairan yang hangat. Lingkungan ini
merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu
membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton
sebagai sumber bahan pembentuk batugamping. Ketika
organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton mereka
akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya
akan terlitifikasi menjadi batugamping. Produk sisa
organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk
pembentukan sebuah massa sedimen. Batugamping yang
terbentuk dari sedimen sisa organisme dikelompokan
sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis mereka
sering terlihat oleh kehadiran fosil. Beberapa batugamping
dapat terbentuk oleh pengendapan langsung kalsium
karbonat dari air laut. Batugamping yang terbentuk dengan
cara ini dikelompokan sebagai batuan sedimen kimia.
Batugamping ini dianggap kurang melimpah dibandingkan
batugamping biologis.
ii. Pembentukan di Lingkungan Evaporasi
Batugamping juga dapat terbentuk melalui
penguapan. Stalaktit, stalakmit dan formasi gua lainnya
(sering disebut speleothems) adalah contoh dari
batugamping yang terbentuk melalui penguapan. Di sebuah
gua, tetesan air akan merembes dari atas memasuki gua
melalui rekahan ataupun ruang pori di langit-langit gua,
kemudian akan menguap sebelum jatuh ke lantai gua.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang
dilarutkan dalam air akan tersimpan di langit-langit gua.
Seiring waktu, proses penguapan ini dapat mengakibatkan
akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua,
deposit ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tetesan jatuh ke
lantai dan menguap serta tumbuh/berkembang ke atas (dari
lantai gua) depositnya disebut dengan stalakmit. Batu
gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai
"travertine" dan masuk dalam kelompok batuan sedimen
kimia.
d. Batu Rijang
Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida
(SiO2) tumbuh dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu
kapur. Dalam sedimen tersebut, jumlah yang sangat besar dari
mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi nodul yang
berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh
air ke sebuah lingkungan pengendapan. Jika nodul-nodul atau
konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar maka akan
membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang
yang terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan
sedimen kimia. Beberapa silikon dioksida dalam rijang
diperkirakan memiliki asal biologis. dibeberapa tempat baik itu di
lingkungan "laut dalam" maupun "laut dangkal", dimana di
lingkungan tersebut terdapat diatom dan radiolaria yang hidup di
air. Organisme ini memilik cangkang kaca silika yang licin (glassy
silica skeleton). Beberapa spons juga menghasilkan "spikula" yang
terdiri dari silika. Ketika organisme ini mati, skeleton silika mereka
akan terlepas, larut, mengkristal dan kemudian menjadi bagian dari
nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang terbentuk dengan cara
ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis.
5. Daftar Pustaka
Flysh Geost (2017, 18 Desember). Lingkungan Pengendapan: Pengertian,
Faktor, dan Klasifikasinya. Diakses pada 22 Februari 2019:
https://www.geologinesia.com/2017/12/pengertian-lingkungan-pengendapan.html
Flysh Geost (2016, 22 Januari). Tempat dan Proses Pembentukan Batu Bara.
Diakses pada 22 Februari 2019: https://www.geologinesia.com/2016/01/tempat-
dan-proses-pembentukan-batubara.html
Flysh Geost (2016, 25 Mei). Pengertian, Jenis, dan Kegunaan Batu Gamping
(Batu Kapur). Diakses pada 22 Februari 2019:
https://www.geologinesia.com/2016/05/pengertian-jenis-dan-kegunaan-batu-
gamping-batu-kapur.html
Flysh Geost (2016, 11 Februari). Batu Rijang dan Proses Pembentukannya.
Diakses pada 22 Februari 2019: https://www.geologinesia.com/2016/02/batu-
rijang-dan-proses-pembentukannya.html
Wikipedia (2019, 7 Februari). Halit. Diakses pada 22 Februari 2019:
https://id.wikipedia.org/wiki/Halit

Anda mungkin juga menyukai