Anda di halaman 1dari 11

Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Baru Ulu, Balikpapan Barat,

Balikpapan, Kalimantan Timur

Chris Mokosuli1, Muh. Rizky Diffa2, Novaldi Armando3


Program studi S1 Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Minyak Dan Gas Bumi Balikpapan

ABSTRACT

Balikpapan is one of the big cities in Indonesia, Balikpapan is located in the province of
East Kalimantan which is an industrial area that is engaged in the processing of natural materials
in almost all areas in Balikpapan. Balikpapan looks like a city that has many natural landscapes
which include highlands, lowlands, and coastal areas. With the influence of the weather and
elevation differences in various areas behind Balikpapan, it can create the potential for natural
disasters to occur, such as landslides. Landslides themselves often occur in Balikpapan because
they are supported by high rainfall (3854.5 mm / year in 2020)

Keywords: Balikpapan, Landslide, Rainfall

ABSTRAK

Balikpapan merupakan salah satu kota besar yang ada di negara Indonesia, Balikpapan
terletak di provinsi Kalimantan Timur yang merupakan wilayah industri yang banyak bergerak
dibidang pengolahan bahan alam yang terdapat di hamper keseluruhan wilayah di Balikpapan.
Balikpapan nampak seperti kota yang memiliki banyak bentang alam yang meliputi dataran
tinggi, dataran rendah, maupun wilayah pantai.. Dengan adanya pengaruh dari cuaca dan
perbedaan elevasi diberbagai wilayah di balikpapan dapat menjadikan potensi adanya kejadian
bencana alam yang berpotensi untuk terjadi seperti bencana tanah longsor. Tanah longsor sendiri
sering terjadi di Balikpapan karena didukung oleh curah hujan yang tinggi (3854,5 mm/Tahun
pada tahun 2020)

Kata Kunci : Balikpapan, Tanah Longsor, Curah Hujan


PENDAHULUAN

Kota Balikpapan merupakan salah satu Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Timur.
Kota Balikpapan memiliki luasan wilayah 508,38 Km2 dengan 6 kecamatan dan 34 kelurahan.
Kota Balikpapan merupakan Kota terbesar kedua di provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat
dilihat dari jumlah penduduk yang ada di Kota Balikpapan. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Balikpapan, pada tahun 2017 tercatat jumlah penduduk Kota Balikpapan
berjumlah sebanyak 636 ribu jiwa. Selain menjadi Kota dengan jumlah penduduk besar, Kota
Balikpapan juga merupakan pusat pemerintahan dan perkembangan ekonomi yang cukup tinggi
di Kalimantan Timur. Secara keadaan geologis, kota Balikpapan terbentuk dari formasi batuan
yang tergolongkan dalam formasi Balikpapan, formasi kampung baru, formasi pulau balang, dan
lain-lain.
Curah hujan mempunyai peranan yang penting dalam berbagai bidang. Curah hujan pada
periode tertentu, dapat mempengaruhi banyak hal, seperti pada bidang pertanian dan bidang
penerbangan. Dalam bidang pertanian, curah hujan dapat mempengaruhi tanaman yang ditanam,
sedangkan dalam bidang penerbangan, dapat mempengaruhi jalannya penerbangan karena curah
hujan yang tinggi.
Curah hujan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, tetapi apabila curah hujan yang
tinggi ataupun rendah, dapat mengakibatkan kerugian untuk banyak hal. Pada saat ini, perubahan
iklim sering terjadi diakibatkan oleh pemanasan global. Perubahan iklim ini mengakibatkan
curah hujan yang tidak menentu. Contohnya pada saat curah hujan tinggi, bisa mengakibatkan
terjadinya banjir yang menggangu aktivitas keseharian kita. Oleh karena pentingnya untuk
mengetahui hal tersebut, maka perlu untuk menentukan factor cuaca apa saja yang berpengaruh
terhadap curah hujan.
Tanah longsor adalah proses perpindahan massa batuan (tanah) akibat gaya berat
(gravitasi). Longsor terjadi karena adanya gangguan kesetimbangan gaya yang bekerja pada
lereng, yaitu gaya penahan dan gaya peluncur. Gaya peluncur dipengaruhi oleh kandungan air,
berat massa tanah itu sendiri berat beban bangunan. Ketidakseimbangan gaya tersebut
diakibatkan adanya gaya dari luar lereng yang menyebabkan besarnya gaya peluncur pada suatu
lereng menjadi lebih besar daripada gaya penahannya, sehingga menyebabkan massa tanah
bergerak turun (Naryanto, 2011; Naryanto et al., 2016).
Tanah longsor terjadi karena dua faktor utama yaitu faktor pengontrol dan faktor
pemicu.Faktor pengontrol adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material itu sendiri
seperti kondisi geologi, kemiringan lereng, litologi, sesar dan kekar pada batuan.Faktor pemicu
adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut seperti curah hujan, gempabumi,
erosi kaki lereng dan aktivitas manusia (Naryanto, 2013; Naryanto, 2017). Tanah longsor adalah
bencana alam yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia dan menyebabkan kerusakan luas
pada properti dan infrastruktur.Tanah longsor, secara umum mencakup semua gerakan ke bawah
atau tiba-tiba material permukaan seperti tanah liat, pasir, kerikil dan batu.Tanah longsor
merupakan salah satu bencana utama yang merusak di daerah pegunungan, yang diaktifkan
karena pengaruh gempa bumi dan curah hujan (Pareta& Pareta, 2012).
Bencana tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah semakin sering terjadi di
Indonesia dari tahun ketahun. Tanah longsor merupakan salah satu kejadian alam yang terjadi di
wilayah peggunungan, terutama di musim hujan. Kondisi tektonik di Indonesia yang membentuk
morofolagi tinggi, patahan, batuan vulkanik yang mudah rapuh serta ditunjang dengan iklim di
Indonesia yang berupa tropis basah, sehingga menyebabkan potensi tanah longsor menjadi
tinggi. Hal ini ditunjang dengan adanya degradasi perubahan tataguna lahan akhir-akhir ini,
menyebabkan kejadian tanah longsor menjadi semakin meningkat. Kombinasi faktor
antropogenik dan alam sering merupakan penyebab terjadinya longsor yang memakan korban
jiwa dan kerugian harta benda.(Naryanto, 2013; Naryanto, 2017).Wang et al.(2017) mengatakan
bahwa kejadian tanah longsor berhubungan dengan berbagai faktor seperti presipitasi, geologi,
jarak dari patahan, vegetasi, dan topografi.
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi
paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban
jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-
tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah
aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup
banyak.

Gambar 1 Macam-macam jenis tanah longsor

Umumnya tanah longsor memiliki gejala-gejala umum yang akan terjadi sebelum
terjadinya longsor, yaitu :

 Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.


 Biasanya terjadi setelah hujan.
 Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
 Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Tanah longsor dapat terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada
gaya penahannya. Gaya penahan dari lapisan tanah dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah, sedangkan untuk gaya pendorongnya disebabkan oleh factor-faktor seperti
sudut lereng, curah hujan, beban yang ditopang dan berat jenis tanah batuan.
Mitigasi adalah upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko,
penyadaran akan risiko bencana, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya. Bisa dikatakan,
mitigasi bencana adalah segala upaya mulai dari pencegahan sebelum suatu bencana terjadi
sampai dengan penanganan usai suatu bencana terjadi. Menurut UU 24 Tahun 2007, mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
METODE PENELITIAN
Penelitian Keadaan Lapangan
Penelitian dilakukan dengan menganalisa lokasi pasca-longsor yang telah terimitigasi
setelah terjadinya longsor di tempat tersebut.

Gambar 2 PETA LOKASI PENELITIAN

Pengamatan dilakukan di lokasi yang terletak di wilayah Balikpapan barat yang telah
mengalami bencana tanah longsor, pengamatan dilakukan berdasarkan hal-hal yang terdapat di
lapangan. Berdasarkan peta, titik pengamatan termasuk sebagai formasi kampung baru yang
memiliki
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
No.1452/K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah,
pemetaan zona kerentanan tanah dapat dilakukan dengan pemetaan langsung, pemetaan tidak
langsung dan metoda gabungan

Tahap
Pengolahan Interpretasi
Pengumpulan Analisa Data
1. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang dibutuhkan seperti data curah
hujan daerah Balikpapan, data kelerengan, batas administrasi wilayah, dan keadaan
geologi di lapangan.
2. Pengolahan Data
Metode pengolahan data berupa pembuatan peta lokasi penelitian yang dilakukan
menggunakan peta digital yang terdapat pada situs google earth dan juga pada ArcMap
10.7
3. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan upaya ingin mengetahui hal-hal apa saja yang
menjadi penyebab kejadian tanah longsor yang terjadi pada wilayah perumahan guru di
Balikpapan barat.
4. Interpretasi Data
Interpretasi data berdasarkan data yang didapatkan dilapangan adalah pada daerah
penelitian ditemukan bahwa tanah longsor yang terjadi Baru Ulu terjadi akibat dari
ketidakmampuan dari lapisan tanah yang menopang jalan umum yang dilalui oleh warga
setempat, hal ini didukung dengan adanya curah hujan yang tinggi pada saat tersebut
(tahun 2022), kemudian dipengaruhi juga oleh lapisan batupasir yang menjadi penopang
utama dari aspal jalan umum tersebut yang juga dapat dipengaruhi oleh adanya lereng
yang cukup terjal dengan kemiringan ± 40° sehingga dapat menjadi salah satu faktor dari
terjadinya tanah longsor di Baru Ulu, Balikpapan Barat. Kemudian setelah terjadi
bencana tanah longsor yang merusak setengah dari jalan umum tersebut, warga sekitar
melakukan upaya perbaikan jalan dan juga pemasangan penahan dari kayu untuk
mencegah terjadinya tanah longsor kembali di daerah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis lokasi pengamatan
Lokasi Penelitian terletak di perumahan guru RT 27, Baru Ulu, Balikpapan Barat,
Balikpapan, Kalimantan Timur. Terjadi di jalan umum yang terletak pada titik koordinat
1° 13’ 35” S 116° 48’ 50” E. Lokasi pengamatan terletak pada formasi Kampung Baru
(TPKB) dengan tipe longsoran rotasi. Jenis litologi yang terdapat pada lokasi longsor
adalah batupasir. Dampak terjadinya bencana tanah longsor di daerah tersebut adalah
kerusakan jalan umum yang dilalui warga sekitar yang memakan setengah dari jalan
tersebut dan juga pada rumah warga yang terletak sangat dekat dengan lokasi longsor.

Gambar 3 Kejadian longsor di Baru Ulu


2. Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana yang dilakukan untuk mengurangi potensi terjadinya longsor kembali
dengan memasang penahan dari kayu dan juga memperbaiki jalan umum warga

Gambar 4 Upaya Mitigasi Bencana Longsor yang dilakukan oleh warga dan pemerintah setempat

Gambar 5 Tampak lokasi pasca-longsor yang telah termitigasi


PENGOLAHAN Poligon DATA CURAH HUJAN BALIKPAPAN (2019-2020)
Kelas Nilai TengahCurah
Frekuensi
Hujan
Menurut Bulan
1 124 di Balikpapan
10
Bulan
2 245 7
(mm)
3 366 2019 3 2020 N 24
Januari 294,0
4 487 3 158,1 Nilai Terkecil 64
5 Februari608 75,0
1 316,7 Nilai Terbesar 668
Maret 159,0 96,8
Jumlah Kategori 6
April 158,0 337,3
Interval Kelas 121
Mei 166,0 287,6

Juni 668,0 545,6

Juli 245,0 521,7

Agustus 64,0 263,5

September 99,0 473,9

Oktober 248,0 257,6

November 75,0 315,4

Desember 116,0 280,3

Jumlah 2367 3854.5

Histogram Kurva Ogif


Kelas Interval Frekuensi Frekuensi
Kelas Frekuensi
Lebih dr Kurang dr
1 Gambar
64.0 - 6184.8 10
Histogram Gambar 7 Kurva24Ogif 0
1 10
2 184.9 - 305.7 7
2 7 14 10
3 305.8 - 426.6 3 3 3 7 17
4 Gambar
426.7 -8547.5
Poligon 3 Gambar 9 Diagram Lingkaran20
4 3 4
5 547.6 - 668.4 1 5 1 1 23
Diagram Lingkaran
0 24
Kelas Frekuensi
1 3
2 11
3 7
4 8
5 5
6 2
KESIMPULAN
Dari pengamatan keadaan lapangan pasca-longsor, dapat disimpulkan bahwa longsor
terjadi akibat dari curah hujan yang tinggi dan juga litologi yang terdapat pada lapisan dibawah
aspal yang berupa lapisan batupasir kemudian didukung oleh kemiringan yang cukup terjal
sehingga mendukung dari terjadinya bencana tanah longsor. Setelah terjadinya kejadian tersebut,
dilakukan mitigasi bencana berupa pembuatan penahan dari kayu pada bagian bawah aspal yang
berguna untuk mencegah potensi terjadinya longsor kembali di daerah tersebut.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan terselesaikannya laporan geostatistika ini, kami kelompok 7 ingin mengucapkan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karunia-Nya sehingga dapat
membantu kami dalam penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu, kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak-pihak yang telah memberi bantuan kepada kami dalam proses
pembuatan laporan ini :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Seluruh anggota keluarga kami
3. Dosen pengampu mata kuliah Geostatistika
4. Teman-teman seperjuangan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Mukmin. (2020). Berita Mengenai Banjir di Tahun 2020. Diakses dari
https://kaltim.idntimes.com pada tanggal 20 Januari 2021.
Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaran Penanggulangan Bencana. Jakarta. Lembaran Negara RI Tahun 2008, No. 42.
Kota Balikpapan. (2013). Peraturan Daerah Kota Balikpapan No. 3 Tahun 2013 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan. Balikpapan.
Lembaran Daerah Tahun 2013, No. 3.

Luthfi, Mustafa, and Bambang Sunarwan. "TINJAUAN GEOLOGI TERHADAP


POTENSI DAN TINGKAT KERAWANAN BAHAYA LONGSOR DI KOTA BALIPAPAN-
KALIMANTAR TIMUR." Jurnal Teknik| Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK 10.1 (2009).
Mitigasi Adalah Upaya Mengurangi Risiko, Berikut Langkah-Langkah dan Contohnya –
BPBD Kabupaten Bogor. Bogorkab.go.id. Published August 2, 2022. Accessed April 13, 2023.
https://bpbd.bogorkab.go.id/mitigasi-adalah-upaya-mengurangi-risiko-berikut-langkah-langkah-
dan-contohnya/#:~:text=Mitigasi%20adalah%20upaya%20yang%20memiliki,penanganan
%20usai%20suatu%20bencana%20terjadi
Naryanto, Heru Sri, et al. "Analisis Penyebab Kejadian dan Evaluasi Bencana Tanah
Longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
Tanggal 1 April 2017." Jurnal Ilmu Lingkungan 17.2 (2019): 272-282.
Pengenalan Gerakan Tanah.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gerakan_Tanah.pdf

Anda mungkin juga menyukai