Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS BENCANA TANAH LONGSOR SERTA MITIGASINYA

Oleh Ninda Auliya

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia termasuk dalam daerah tropis yang mempunyai curah hujan


tinggi dan topografi yang bervariasi. Banyak bencana seperti letusan gunung api,
gempa bumi, tanah longsor dan banjir yang terjadi di Indonesia berdasarkan
geologis, geomorfologis dan klimatologis. Bencana-bencana tersebut disebabkan
oleh faktor alam dan juga manusia. Salah satu bencana yang sering terjadi di
daerah Wonosobo yang memiliki kondisi kemiringan lereng yang curam dan
didominasi oleh pegunungan dan perbukitan yaitu tanah longsor. Tanah longsor
merupakan pergerakan tanah, batuan, kerikil atau percampuran keduanya yang
menuruni lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah. Proses terjadinya
tanah longsor yaitu dimulai dengan peresapan air ke dalam tanah yang
mengakibatkan penambahan bobot tanah. Jika air yang meresap ke dalam tanah
tersebut sampai ke tanah yang kedap air (bidang gelincir), maka akan menjadikan
kondisi tanah menjadi licin. Oleh karena itu, tanah pelapukan yang ada di atasnya
akan menjadi rentan terjadi longsor. Pada umumnya, tanah longsor disebabkan
oleh tiga hal. Diantaranya yaitu faktor dakhil, kondisi luar dari suatu medan dan
faktor pemicu lainnya. Adapun struktur geologi, permeabilitas tanah dan
kedalaman pelapukan batuan termasuk dalam faktor dakhil. Sementara itu,
kemiringan, penggunaan lahan dan banyaknya dinding terjal ini masuk dalam
kategori penyebab tanah longsor yang dari kondisi luar suatu medan. Faktor
pemicu lainnya yaitu adanya curah hujan tinggi dan terjadinya gempa bumi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, pada dasarnya tanah longsor itu disebabkan oleh
dua faktor utama yaitu faktor alam dan manusia.

Salah satu daerah rawan longsor tersebut yaitu kecamatan Cimarga dan
Leuwidamar tepatnya di Kampung Cibeas dan Ciomas. Lahan di daerah tersebut
rata-rata tergolong curam dan dimanfaatkan untuk akses jalan, sehingga
mengakibatkan infiltrasi dan intersepsi air hujan semakin berkurang sehingga
potensi terjadinya tanah longsor semakin besar. Oleh karena itu, bencana tanah
longsor ini selalu terjadi hampir setiap tahun. Berdasarkan bencana tanah longsor
yang terjadi tersebut, perlu adanya mitigasi yang harus dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat sekitar. Mitigasi bencana tersebut perlu dilakukan saat terjadinya
bencana, dan setelah bencana tanah longsor tersebut terjadi. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi bencana tanah longsor susulan dan akibat yang ditimbulkan
dari bencana tersebut.

2. Rumusan Masalah
1) Apa saja penyebab terjadinya bencana longsor?
2) Apa saja dampak yang disebabkan oleh bencana longsor?
3) Bagaimana mitigasi yang dilakukan dalam bencana longsor?

3. Tujuan
1) Untuk mengetahui terjadinya bencana longsor
2) Untuk mengetahui dampak yang disebabkan oleh bencana longsor
3) Untuk mengetahui mitigasi yang dilakukan dalam bencana longsor
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Bencana Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan
tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

2. Penyebab Terjadinya Bencana Tanah Longsor


Ada beberapa penyebab terjadinya bencana tanah longsor, salah satunya di
akibatkan oleh hujan. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan.

Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui
tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat
dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan, karena akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.

3. Ciri-ciri Daerah Rawan Longsor


a) Daerah bukit, lereng dan pegunungan dengan kelerengan lebih dari 20 derajat.
b) Kondisi lapisan tanah tebal diatas lereng.
c) Sistem tata air dan tata guna lahan yang buruk.
d) Lereng terbuka atau gundul akibat penebangan pohon secara brutal.
e) Adanya retakan pada bagian atas tebing.
f) Terdapat mata air atau rembesan air pada tebing yang disertai dengan longsoran kecil.
g) Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau sarana
lainnya.

4. Pencegahan Mengurangi Resiko Tanah Longsor


1) Hindari Membuat Sawah Di Atas Lereng: Membangun sawah atau kolam di atas
lereng hanya akan semakin meningkatkan potensi terjadinya tanah longsor. Hal
tersebut karena permukaan lereng akan penuh dengan air, sehingga tanah rentan untuk
bergerser dan menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor.
2) Tidak membangun Rumah Di Bawah Tebing: Tidak di anjurkan untuk mendirikan
bangunan di bawah tebing, hal tersebut karena mendirikan bangunan di bawah tebing
memiliki ancaman besar terkena bencana tanah longsor. Jika tinggi tebing 100 meter
maka usahakan lokasi rumah atau bangunan berjarak minimal 250 meter dari kaki
lereng. Sehingga apabila terjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan
tersebut.
3) Hindari menebang Pohon di Sekitar Lereng: Pohon yang berada di sekitar lereng
menjadi pencegah terjadinya tanah longsor karena akar-akar dari pohon-pohon
tersebut menyebar dan saling bersinggungan sehingga bisa membantu tanah tidak
mudah longsor karena akan menjadi penahan tanah. Tentu kita perlu menghindari
menebang pohon di sekitar lereng.
4) Jangan Mendirikan Bangunan Di Sekitar Sungai: Semakin tinggi jarak antara bibir
tebing terhadap sungai maka akan semakin besar peluang terjadinya longsor.
Terjadinya erosi tanah tidak langsung namun tanah yang terus tergerus oleh erosi
tanah akan menyebabkan semakin habisnya tanah ada di sekitar sungai.
5) Membuat Terasering: Jika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk membuat
sawah atau ladang maka sebaiknya buatlah sistem bertingkat sehingga akan
memperlambat run off (aliran permukaan) ketika hujan
BAB III
METODE PENELITIAN

Analisis bencana tanah longsor ini dilakukan dengan metode survei untuk
mengetahui kondisi fisik di lapangan. Data yang dipakai dalam analisis bencana tanah
longsor ini berupa pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara dan
warga sekitar yang terkena dampak dari bencana tanah longsor ini.

BAB IV
PEMBAHASAN

Bencana longsor merupakan bencana alam yang dapat terjadi akibat beberapa
faktor. Bencana ini merupakan bencana yang dapat membuat kerugian bagi manusia
sehingga diperlukan langkah preventif yang dapat dilakukan. Faktor penyebab terjadinya
longsor lahan karena proses perubahan struktur permukaan bumi yang ditandai dengan
adanya gangguan kestabilan pada tanah dan batuan penyusun lereng yang keduanya
dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi terutama faktor kemiringan lereng, kondisi batuan
ataupun tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi pada daerah lereng. Sedangkan
faktor dominan penyebab longsor lahan yaitu:

1) Kondisi topografi pada daerah tersebut yang merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan terjal (30-45’) dimana semakin terjal kemiringan suatu lereng akan
semakin besar gaya penggerak massa tanah atau batuan penyusun lereng sehingga
lebih berisiko terjadi longsor lahan;
2) Keadaan tanah dimana tanah jenuh karena air hujan sehingga akan berpengaruh pada
kesetabilan tanah (Karnawati, 2005; Pánek et al., 2019). Kondisi tanah yang tidak
stabil akan lebih mudah runtuh dan menuruni lereng (Li et al., 2019). Selain faktor
alam, faktor lain yang memicu terjadinya longsor lahan juga disebabkan oleh manusia
sendiri, beberapa hal yang penyebab longsor lahan yang disebabkan oleh manusia
yakni, pemotongan tebing di lereng pegunungan, penimbunan di daerah lereng,
penebangan pohon tanpa tebang pilih, kurangnya kecintaan masyarakat terhadap
lingkungan sekitar, pengembangan wilayah yang tidak sesuai, dan sistem irigasi serta
pertanian yang tidak memperhatikan keamanan (Ramli, 2010).

Berdasarkan pengamatan diperoleh informasi bahwa pada daerah terjadinya longsor


lahan terdapat aktivitas manusia berupa pola penggunaan lahan yang tidak sesuai, yaitu
melakukan pemotongan lereng untuk permukiman dan jalan yang dapat mengakibatkan
hilangnya peneguh lereng yang akhirnya dapat memicu terjadinya longsor lahan pada
lereng. Selain itu, pola hidup masyarakat seperti membuang sampah sembarangan dan
pengembangan wilayah yang tidak sesuai dengan peruntukannya serta tidak diimbangi
dengan kesadaran masyarakat sehingga menimbulkan masalah lingkungan.

Kejadian longsor lahan yang sering terjadi di Kampung Cibeas berdampak besar
bukan hanya berdampak terhadap lingkungan tetapi juga berdampak besar terhadap
tatanan kehidupan masyarakatnya, yaitu (1) rusaknya perumahan penduduk, (2)
masyarakat kehilangan tempat tinggal, (3) rusaknya infrastruktur publik seperti jalan dan
menghambat aktivitas masyarakat. Kejadian longor lahan yang berdampak sangat besar
seperti jatuhnya korban jiwa dan kerugian materiil dapat dan perlu dicegah yaitu dengan
upaya-upaya mitigasi longsor lahan dengan tujuan untuk dapat mencegah, meminimalkan
terjadinya korban dan kerugian longsor lahan yang disebabkan karena merupakan suatu
proses alamiah. Kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam biasanya disebabkan
karena pemahaman masyarakat pada upaya mengurangi risiko atau dikenal dengan
mitigasi bencana masih rendah. Mitigasi bencana sangat diperlukan untuk mengurangi
kerentanan terhadap bencana tersebut.

Perlu dilakukan upaya mitigasi untuk meminimalisir dampak dari bencana longsor
yaitu identifikasi daerah yang rentan terhadap bencana longsor (Bayuaji, Nugraha, &
Sukmono, 2016). Kerentanan merupakan kondisi suatu komunitas yang menyebabkan
ketidak mampuan dalam menghadapi bahaya. Kesiapsiagaan masayarakat merupakan
bagian dari pengurangan risiko bencana sebagai upaya untuk membangun ketahanan
masyarakat. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan terhadap bencana longsor dapat
dilakukan, yaitu (PSBA, 2001):
1. Mitigasi bencana longsor lahan secara fisik dapat berupa tindakan pembuatan teras
sesuai kontur, teras bangku, penanaman pohon, pembuatan saluran, pemotongan
tebing, dan pembuatan kawat pengikat batuan yang lapuk.
2. Mitigasi bencana longsor lahan secara sosial dapat dilakukan dengan pemindahan
penduduk secara permanen dan pemindahan penduduk sementara (evakuasi saat
terjadi bencana longsor).
3. Mitigasi bencana longsor lahan secara vegetasi dapat dilakukan dengan
memperhatikan keadaan vegetasi meliputi pemilihan jenis vegetasi yang sesuai
hingga pengaturan jenis tanaman

Mitigasi bencana itu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu mitigasi struktural dan
nonstruktural [10-11]. Mitigasi struktural meliputi pembuatan infrastruktur yang kuat
yang dapat meminimalisasi dampak dari tanah longsor. Pengelolan tanah longsor dan
pelatihan kepada masyarakat pada daerah rawan tanah longsor mengenai mitigasi-
mitigasi yang harus diakukan saat terjadi dan setelah terjadinya bencana tanah longsor ini
termasuk dalam kategori mitigasi non-struktural. Pada umumnya ada lima tahapan
mitigasi bencana tanah longsor yaitu meliputi pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan,
pemantauan dan sosialisasi. Tahap pemetaan ini sangat penting dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui daerah-daerah mana saja yang termasuk dalam rawan bencana tanah
longsor. Setelah itu, tahap penyelidikan dan pemeriksaan juga sangat penting dalam
mempelajari penyebab dan dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Hasil dari
penyelidikan dan pemeriksaan ini akan sangat berguna dalam penanggulangan bencana
dan pengembangan wilayah kedepannya. Setelah itu, daerah rawan bencana ini harus
selalu dipantau setiap waktu dengan tujuan untuk mengurangi dampak yang akan
ditimbulkan dari bencana tersebut. Tahapan yang terakhir yaitu sosialisasi yang harus
secara rutin dilakukan oleh pihak pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan masyarakat.
Sosialisasi tersebut dapat berupa poster, booklet atau penyampaikan secara langsung dari
pemerintah ke warga masyarakat daerah rawan tanah longsor.

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan

Kampung Cibeas adalah salah satu daerah di Kecamatan Cimarga yang rawan
akan terjadinya bencana tanah longsor. Bencana tanah longsor ini menyebabkan jalan
utama rusak. Selain itu, terdapat 1 rumah disekitarnya yang juga terancam jadi korban.
Adapun mitigasi bencana yang dilakukan untuk mengatasi bencana tanah longsor ini
yaitu dengan melakukan mitigasi, nonstruktural dan peminimalisasi resiko bencana.
Reboisasi dengan menggunakan tanaman/pohon yang lebih bisa menyerap air dan
menahan tanah dari longsoran juga dilakukan untuk mitigasi bencana tanah longsor ini.
Mitigasi lain yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan melakukan kegiatan
sosialisasi kepada warga masyarakat.

2. Saran

Anda mungkin juga menyukai