NIM : 4201419038
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun dari luar bumi
(eksogen) dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi manusia. Bencana-bencana
tersebut diantaranya merupakan tanah longsor. Tanah longsor merupakan satu peristiwa
dikarenakan adanya gerakan tanah. Dampak dari bencana-bencana tersebut dapat
menimbulkan berbagai kerugian dan dampak bagi aktivitas manusia di berbagai wilayah
muka bumi.
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis
basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan
batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Berbagai jenis longsoran (landslide) dalam beberapa klasifikasi di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut (Zakaria, 2009) :
1. Jatuhan (Fall) adalah jatuhan atau massa batuan bergerak melalui udara, termasuk gerak
jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah batu dan bahan rombakan tanpa
banyak bersinggungan satu dengan yang lain. Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan
(urug, lawina, avalanche) batu, bahan rombakan maupun tanah.
2. Longsoran-longsoran gelinciran (slides) adalah gerakan yang disebabkan oleh keruntuhan
melalui satu atau beberapa bidang yang dapat diamati ataupun diduga. Slides dibagi lagi
menjadi dua jenis. Disebut luncuran (slide) bila dipengaruhi gerak translasional dan
susunan materialnya yang banyak berubah.. Bila longsoran gelinciran dengan susunan
materialnya tidak banyak berubah dan umumnya dipengaruhi gerak rotasional, maka
disebut nendatan (slump), Termasuk longsoran gelinciran adalah: luncuran bongkah
tanah maupun bahan rombakan, dan nendatan tanah.
3. Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh jumlah kandungan atau kadar air
tanah, terjadi pada material tak terkonsolidasi. Bidang longsor antara material yang
bergerak umumnya tidak dapat dikenali. Termasuk dalam jenis gerakan aliran kering
adalah sandrun (larian pasir), aliran fragmen batu, aliran loess. Sedangkan jenis gerakan
aliran basah adalah aliran pasir-lanau, aliran tanah cepat, aliran tanah lambat, aliran
lumpur, dan aliran bahan rombakan.
4. Longsoran majemuk (complex landslide) adalah gabungan dari dua atau tiga jenis
gerakan di atas. Pada umumnya longsoran majemuk terjadi di alam, tetapi biasanya ada
salah satu jenis gerakan yang menonjol atau lebih dominan. Menurut Pastuto & Soldati
(1997), longsoran majemuk diantaranya adalah bentangan lateral batuan, tanah maupun
bahan rombakan.
5. Rayapan (creep) adalah gerakan yang dapat dibedakan dalam hal kecepatan gerakannya
yang secara alami biasanya lambat (Zaruba & Mencl, 1969; Hansen, 1984). Rayapan
(creep) dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: rayapan musiman yang dipengaruhi iklim,
rayapan bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan rayapan melaju
yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau perpindahan massa lainnya (Hansen,
1984).
6. Gerak horisontal / bentangan lateral (lateral spread), merupakan jenis longsoran yang
dipengaruhi oleh pergerakan bentangan material batuan secara horisontal. Biasanya
berasosiasi dengan jungkiran, jatuhan batuan, nendatan dan luncuran lumpur sehingga
biasa dimasukkan dalam kategori complex landslide - longsoran majemuk (Pastuto &
Soldati, 1997). Prosesnya berupa rayapan bongkah-bongkah di atas batuan lunak
(Radbruch-Hall, 1978, dalam Pastuto & Soldati, 1997). Pada bentangan lateral tanah
maupun bahan rombakan, biasanya berasosiasi dengan nendatan, luncuran atau aliran
yang berkembang selama maupun setelah longsor terjadi. Material yang terlibat antara
lain lempung (jenis quick clay) atau pasir yang mengalami luncuran akibat gempa (Buma
& Van Asch, 1997).
7. Pada longsoran tipe translasional maupun rotasional, ada batas antara massa yang
bergerak dan yang diam (disebut bidang gelincir), kedalaman batas tersebut dari
permukaan tanah sangat penting bagi deskripsi longsoran. Terdapat 4 (empat) kelas
kedalaman bidang gelincir (Fernandez & Marzuki,1987), yaitu:
a) Sangat dangkal (<1,5 meter);
b) Dangkal (1,5 s.d. 5 meter);
c) Dalam (antara 5 sampai 20 meter);
d) Sangat dalam (>20 meter).
Umur gerakan dan derajat aktivitas longsoran merupakan kondisi yang cukup penting
diketahui. Longsoran aktif selalu bergerak sepanjang waktu atau sepanjang musim,
sedangkan longsoran lama dapat kembali aktif sepanjang adanya faktor-faktor pemicu
longsoran. Zaruba & Mencl (1969) mempelajari longsoran-longsoran yang berumur
Plistosen dan menggunakan istilah fosil longsoran untuk longsoran yang sudah tidak aktif
lagi.
Factor lain yang mengakibatkan desa tersebut sering longsor adalah membangun jalan
raya di lereng yang telah beralih menjadi pemukiman warga. Sehingga dampak dari tanah
longsor akan semakin besar. Kurangnya literasi warga desa akan bahaya penebangan pohon
didaerah pegunungan menjadi alasan terbesar dari permasalahan tersebut.
Untuk dapat mengatasi permasalahan tanah longsor di desa tersebut ada beberapa cara
(Susanti, 2017), yaitu:
b. Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan bencana terutama
bencana tanah longsor
c. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng,
menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar
lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan
air ke dalam tanah
d. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras - teras
dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
e. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam
yang tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa di
minimalisir.
f. Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan kokoh
saat terjadi bencana
g. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam
tanah.
2. Upaya yang dapat dilakukan dalm penanggulangan bahaya longsor (Nandi, 2007) adalah
sebagai berikut:
a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
memalui retakan.
3. Tindakan-tindakan praktis dalam pengelolaan tanah yang baik dalam menunjang Usaha
Konservasi (A.G Kartasapoetra, 2005: 120-121)
e. Mencegah timbulnya alur-alur pada permukaan tanah yaitu dengan pembuatan chek
dam, menanami permukaan tanah dengan tanaman-tanaman penutup yang dapat
tumbuh rapat dan tindakan-tindakannya seperti sheet erosion dan gully erosion.