Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hasriyanti Tachir

Nim : D011171027

Tugas Essai Pertemuan ke-2


Konsep Rekayasa Geoteknik dan Geologi untuk Mitigasi dan Penanggulangan Bencana
Alam.

Pendahuluan
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi setiap saat dimana saja
dan kapan saja, yang menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan
masyarakat. Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang umumnya
terjadi di wilayah pegunungan (mountainous area), terutama di musim hujan,
yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda maupun korban jiwa dan
menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana lainnya seperti perumahan, industri, dan
lahan pertanian yang berdampak pada kondisi sosial masyarakatnya dan menurunnya
perekonomian di suatu daerah.

Mitigasi Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana).

Tinjauan Pustaka
Gempa bumi

Terutama gerakan tanah yang kuat adalah contoh dari pembebanan siklik yang tidak
beraturan yang meliputi sebuah cakupan yang utuh dari karakteristik dan regangan geser serta
karakteristik perilaku tanah dalam region. Konsekwensi pada tanah deposit seperti liquifaksi
dan kegagalan lereng, atau penurunan yang besar dalam kaitan dengan lahan densification,
dapat mengakibatkan kerusakan yang fatal pada bangunan didaerah itu. Dengan begitu,
didaerah seismic, kebutuhan akan analisis yang rasional dan perkiraan-perkiraan objektif
yang memiliki resiko harta dan kehidupan bukan hanya kebutuhan akademis.
Empat golongan kerusakan utama akibat gempa
1. Ground shaking – Ini adalah gerakan tanah akibat gempa yang merupakan unsur utama
penyebab keruntuhan struktur
2. Liquefaction – Kehilangan strength pada pasir yang jenuh air akibat pembebanan siklik.
Kondisi ini menyebabkan penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang berpotensi liquefaction dengan
menghindari pembangunan diatasnya, atau cara lain membuat fondasi dalam sehingga
terhindar dari liquefaction
3. Bidang patahan (fault rupture) – Ini pergerakan patahan akibat gempa. Pergerakan dapat
vertikal maupun horizontal.
4. Landslide – Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa. Perlu dihindari
pembangunan diatas lereng atau dikaki dari lereng.
Bencana Longsor
Beberapa bencana alam yang berhubungan dengan geoteknik adalah longsor, gempa bumi,
dll. Peristiwa tanah longsor dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau
kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan dan
sebenarnya merupakan fenomena alam yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat
adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya
pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah. Tanah longsor merupakan
suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan besar tanah. Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (2005) menyatakan bahwa tanah longsor boleh disebut juga
dengan gerakan tanah. Didefinisikan sebagai massa tanah atau material campuran
lempung, kerikil, pasir, dan kerakal serta bongkah dan lumpur, yang bergerak sepanjang
lereng atau keluar lereng karena faktor gravitasi bumi. Gerakan tanah (tanah
longsor) adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang
menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan ke tempat yang lebih rendah. Gaya
yang menahan massa tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik
tanah dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang lereng.
Tipe longsor
Menurut Naryanto (2002), jenis tanah longsor berdasarkan kecepatan
gerakannya dapat dibagi menjadi 5(lima) jenis yaitu :
a. Aliran; longsoran bergerak serentak/mendadak dengan kecepatan tinggi.
b. Longsoran; material longsoran bergerak lamban dengan bekas longsoran
berbentuk tapal kuda.
c. Runtuhan; umumnya material longsoran baik berupa batu maupun tanah
bergerak cepat sampai sangat cepat pada suatu tebing.
d. Majemuk; longsoran yang berkembang dari runtuhan atau longsoran dan
berkembang lebih lanjut menjadi aliran.
e. Amblesan (penurunan tanah); terjadi pada penambangan bawah tanah,
penyedotan air tanah yang berlebihan, proses pengikisan tanah serta pada daerah yang
dilakukan proses pemadatan tanah.
Penurunan tanah (subsidence) dapat terjadi akibat adanya konsolidasi, yaitu penurunan
permukaan tanah sehubungan dengan proses pemadatan atau perubahan volume
suatu lapisan tanah. Proses ini dapat berlangsung lebih cepat bila terjadi pembebanan
yang melebihi faktor daya dukung tanahnya ataupun pengambilan air tanah yang
berlebihan dan berlangsung relatif cepat.

Metode Penyelesaian
Biasanya, saat gempa juga dapat menimbulkan bencana tsunami. Jepang telah membangun
dinding penahan Tsunami setinggi 4,5 pada daerah pantai yang padat penduduk. Namun
ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokaido, tinggi gelombang Tsunami mencapai 30m.
Dinding penahan terlampaui namun tetap dapat mengurangi kecepatan dari Tsunami. Korban
jiwa tetap tidak terhindarkan. Dinding semacam ini dapat digunakan di Aceh atau daerah
lainnya (Pangandaran) yang rawan Tsunami, namun efektivitas dinding penahan tersebut
perlu dilakukan penelitian. Pembuatan model dengan alat centrifuge dan melakukan uji di
laboratorium dapat mensimulasikan tinggi gelombang yang dikehendaki.
Selain itu, untuk bencana alam tanah longsor, dapat diterapkan berbagai pencegahan.
Pencegahan adalah tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakan-
kerusakan yang lebih parah pada daerah-daerah yang berpotensi longsor.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
 Menghindari penambahan gaya pada bagian atas lereng, misalnya tidak
melakukan penimbunan dan pembuatan bangunan di atas lereng.
 Menghindari pemotongan/penggalian pada kaki lereng.
 Mencegah terjadinya penggerusan sungai yang berakibat terganggunya
kemantapan lereng.
 Mengeringkan genangan air pada bagian atas lereng.
 Menutup cekungan-cekungan yang berpotensi menimbulkan genangan air.
 Penghijauan pada lereng yang gundul.
 Mengendalikan air permukaan pada lereng sehingga tidak terjadi erosi yang
menimbulkan alur dalam.
 Penggunaan bangunan penambat, misalnya tiang pancang, tembok penahan,
bored pile, bronjong, dan lain-lain.
 Pengaturan tata guna lahan.

Penanggulangan darurat adalah tindakan korektif yang sifatnya sementara dan


umumnya dilakukan sebelum penanggulangan permanen dilaksanakan.
Penanggulangan darurat dapat dilaksanakan dengan tindakan-tindakan sebagai berikut:
 Mencegah masuknya air permukaan ke dalam area longsoran dengan cara
membuat saluran terbuka.
 Mengeringkan genangan air yang berada pada bagian atas longsoran.
 Mengalirkan genangan air dan mata air yang tertimbun maupun yang terbuka.
 Menutup rekahan dengan tanah liat.
 Membuat beban kontra (counter weight)pada kaki longsoran, misalnya dengan
bronjong ataupun karung yang berisi tanah.
 Pelebaran ke arah tebing.
 Pemotongan bagian kepala longsoran.

Penanggulangan Permanen
Penanggulangan permanen memerlukan waktu untuk penyelidikan, analisis, dan
perencanaan yang matang. Metode penanggulangan longsoran dibedakan menjadi 3 (tiga)
kategori, yaitu:
a.Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan tanah dengan cara:
 Mengubah geometri lereng
 Mengendalikan air permukaan

b.Menambah gaya-gaya yang menahan gerakan tanah dengan cara:


 Mengendalikan air rembesan
 Penambatan
 Beban kontra (counter weight)

c.Jika kedua metode di atas tidak dapat mengatasi longsoran yang terjadi maka
dilakukan penanggulangan dengan tindakan lain, misalnya:
 Stabilisasi
 Relokasi
 Bangunan silang
 Bangunan bahan ringan

Kesimpulan
Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi pengaruh dari
bencana dan kondisi yang peka dalam rangka untuk mengurangi bencana yang lebih besar
dikemudian hari. Karena itu seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana itu sendiri
atau bagian/elemen dari ancaman.

Anda mungkin juga menyukai