TANAH LONGSOR
Oleh:
TRI SHINTA SUMARSONO
Nim. 22012021
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun dari luar bumi
(eksogen) dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi manusia. Bencana-bencana
tersebut diantaranya merupakan tanah longsor. Tanah longsor merupakan satu peristiwa
dikarenakan adanya gerakan tanah. Dampak dari bencana-bencana tersebut dapat
menimbulkan berbagai kerugian dan dampak bagi aktivitas manusia di berbagai wilayah
muka bumi.
Di banyak negara-negara di dunia yang daerahnya bergunung-gunung atau berbukit-
bukit seperti di Indonesia, Jepang, Norwegia, Swiss, Yugoslavia dan lain-lainnya, longsoran
sering terjadi dan merupakan problem yang serius yang harus ditangani. Di Indonesia,
semenjak tahun 2000 banyak tempat di daerah yang berbukit-bukit mengalami longsoran,
terutama pada musim hujan (Hardiyatmo, 2006: 1).
Tanah longsor yang terjadi perlu diperhatikan oleh masyarakat luas terlebih lagi
tentang dampak yang dapat ditimbulkan, usaha mencegah bencana tanah longsor dan mitigasi
bencana tanah longsor. Tanah longsor dapat memakan korban jiwa yang banyak dan proses
evakuasi yang berjalan dengan lama. Bencana tersebut menganggu aktvitas manusia dan
menimbulkan banyak kerugian bagi manusia. Kejadian tanah longsor perlu diwaspadai
mengingat Indonesia merupakan wilayah yang memiliki rawan longsor dan berbagai bencana
lainnya. Masyarakat luas perlu mewaspadai adanya bahaya longsor dengan terus
memperhatikan keseimbangan alam dan menjaga alam supaya bahaya bencana tersebut tidak
terjadi.
Berdasarkan catatan, bencana geologi yang terjadi di berbagai belahan dunia
meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan skala kejadiannya dan berdasarkan statistik
jumlah korban jiwa dan harta benda juga meningkat. Ketidakpastian dalam menghadapi
bencana, pencegahan dan mitigasi bencana merupakan isu-isu yang sangat penting pada saat
ini. (Djauhari, 2006: 105).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanah longsor?
2. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
3. Apa penyebab terjadinya tanah longsor?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor?
5. Bagaimana pemetaan daerah rawan longsor di Indonesia?
6. Bagaimana usaha menanggulangi tanah longsor?
7. Bagaimana mitigasi bencana tanah longsor?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor
2. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor
3. Mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tanah longsor
5. Mengetahui pemetaan daerah rawan longsor di Indonesia
6. Mengetahui usaha-usaha menanggulangi tanah longsor
7. Mengetahui mitigasi bencana tanah longsor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis
basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan
batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah akibat gaya gravitasi.
Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari massa tanah/batuan dan secara umum
diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya
berat (Noor, 2006: 106).
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi)
tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya dan
bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya membentuk masa
yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas)
dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa
tanah/batuan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah terdiri dari
berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban
tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan pola pengolahan lahan, pengikisan
oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan sebagainya.
B. Poses Terjadinya Tanah Longsor
Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu
volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah
liat (mengandung kadar tanah liat) seteluh jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran
akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan berikut:
a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah
b. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang akan
menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air tersebut
menjadi jenuh
Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar tanah liat tinggi, atau
dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat (slay shale) (Arsyad dalam Suripin,
2011:39).
Gerakan massa (mass movement) merupakan gerakan massa tanah yang besar di sepanjang
bidang longsor kritisnya. Gerakan massa ini bergerak ke bawah material pembentuk lereng
berupa tanah, batu, timbunan buatan atau campuran dari material lain.
Menurut Cruden dan Varnes (1992) dalam (Hary C Hardiyatmo, 2006:15), karakteristik
gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi lima macam antara lain;
a. Jatuhan (falls)
b. Robohan (topples)
c. Longsoran (slides)
d. Sebaran (spreads)
e. Aliran (flows)
Gambar 1
Jenis-jenis Gerakan Massa
a. Jatuhan (falls)
Jatuhan (falls) merupakan gerakan jatuh material pembentuk lereng (tanah atau batuan)
di udara dengan tanpa adanya interaksi antara bagian-bagian material yang longsor. Jatuhan
terjadi tanpa adanya bidang longsor dan banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang
terdiri dari batuan yang mempunyai bidang-bidang menerus (diskontinuitas). Jatuhan pada
tanah biasanya terjadi apabila material mudah tererosi terletak di atas tanah yang lebih tahan
erosi, contohnya di lapisan pasir bersih atau danau berada di atas lapisan lempung.
Jatuhan merupakan satu dari mekanisme erosi utama dari lempung overconsolidated
tinggi (heavily overconsolidated). Longsoran pada lempung terjadi apabila air hujan mengisi
retakan di puncak dari lereng terjal. Jatuhan yang disebabkan oleh retakan yang dangkal
runtuhnya ke depan.
Jatuhan batuan dapat terjadi pada semua jenis batuan dan umumnya terjadi akibat oleh
pelapukan, perubahan temperatur, tekanan air atau penggalian bagain bawah lereng. Di
daerah Tempel, Sleman, Yogyakarta terdapat lereng batuan terjal yang retak dengan lebar
retakannya secara berangsur-angsur bertambah oleh akibat getaran yang ditimbulkan oleh
aliran debris Kali Krasak, ketika terjadi banjir.
b. Robohan (topples)
Robohan (topples) merupakan gerakan material roboh dan biasanya terjadi pada lereng
batuan yang sangat terjal sampai tegak yang mempunyai bidang-bidang ketidakmenerusan
yang relatif vertikal. Tipe gerakan hampir sama dengan jatuhan, hanya gerakan batuan
longsor merupakan mengguling hingga roboh yang berakibat batuan lepas dari permukaan
lerengnya. Faktor utama yang menyebabkan robohan yaitu air yang mengisi retakan.
c. Longsoran (slides)
Berdasarkan geometri bidang gelincirnya, longsoran dibedakan dalam dua jenis antara
lain:
Sebaran yang termasuk longsoran translasional disebut sebaran lateral (lateral spreading)
merupakan kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya massa batuan terpecah-
pecah ke dalam material lunak di bawahnya (Cruden dan Varnes, 1992 dalam (Hary C
Hardiyatmo, 2006:27). Longsoran tipe sebaran lateral terjadi pada saat hujan lebat di Algeria,
berupa blok-blok batu gamping (limestone) yang melesak ke dalam lapisan marl yang
berbeda di bawahnya. Lapisan marl ini menjadi lemah oleh pengaruh pelapukan (Drouhin et
al, 1948 dalam Hary C Hardiyatmo, 2006:27)
e. Aliran (flows)
Aliran (flows) merupakan gerakan hancuran material ke bawah lereng dan mengalir
seperti cairan kental. Aliran sering terjadi dalam bidang geser relatif sempit. Material yang
terbawa oleh aliran dapat terdiri dari berbagai macam partikel tanah (termasuk batu-batu
besar), kayu-kayuan, rating dan lain-lain.
Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara umum ditandai dengan munculnya
retakan-retakan dilerang yang sejajar dengan arah tebing. Tanah longsor biasanya terjadi
setelah hujan, karena banyak muncul mata air baru secara tiba-tiba, tebing menjadi rapuh,
dan banyak kerikil yang mulai berjatuhan. Disamping faktor penyebab secara umum tersebut,
faktor-faktor lainnya yaitu :
1. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena adanya pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan
angin. Lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong, sehingga apabila sudut
lereng tersebut mencapai 180o maka akan sangat rawan terjadi longsor.
2. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah tersebut memiliki potensi untuk terjadinta
tanah longsor, apabila terjadi hujan. Disamping itu, tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena lembek terkena air dan pecah akibat terkena panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila terdapat pada
daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah persawahan akarnya kurang kuat
untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh terhadap air
sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan di daerah perladangan, penyebab longsor
adalah akar pohon tidak mampu menembus bidang longsoran yang dalam dan biasanya
terjadi di daerah longsoran yang lama.
5. Getaran
Getaran diakibatkan karena adanya gempa bumi, gunung meletus, getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan.
6. Surutnya Muka Air Danau
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka dapat menyebabkan
gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringannya 220 o sehingga mudah
terjadi longsor dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya Beban Tambahan
Akibat adanya beban tambahan, seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan,
maka akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di daerah tikungan
jalan di daerah lembah. Akibatnya aka nada penurunan tanah dan retakan yang arahnya
ke lembah.
8. Pengikisan (Erosi)
Pengikisan banyak terjadi di aliran sungai yang menuju tebing dank arena adanya
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, sehingga mengakibatkan tebing menjadi
terjal.
9. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Dalam memperluas dan mengembangkan lahan permukiman, umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum menjadi sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Dengan demikian,
apabila terjadi hujan maka akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan
retakan tanah.
10. Longsoran Lama
Longsoran lama pada umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material
gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat dan sesudah terjadi patahan
kulit bumi.
11. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang-bidang yang tidak berkesinambungan tersebut merupakan bidang-bidang lemah
dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
12. Penggundulan Hutan
Tanah longsor terjadi akibat adanya penggundulan hutan, karena pengikatan air tanah
sangat kurang.
13. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah yang
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran air hujan.
1. Dampak Positif :
a. Ketika terjadi bencana seperti tanah longsor ini bisa meningkatkan kesadaran diri
supaya tidak terjadi lagi penebangan hutan dan memperluas lahan.
b. Meningkatkan kepedulian terhadap korban bencana dan kepedulian terhadap sesama
secara umumnya.
c. Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang
rawan tehadap tanah longsor.
d. Bisa menjadikan motivasi dan penelitian oleh para ahli geologi apa yang bisa
menyebabkan tanah longsor terjadi.
2. Dampak Negatif :
Sumber: BNPB
Sumber: BNPB
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebanyak 275 kabupaten/kota rawan
longsor pada tahun ini. BNPB telah membagikan peta zonasi daerah rawan bencana kepada
pemerintah daerah. Zonasi itu terbagi menjadi tiga, warna hijau potensi longsor rendah, warna
oranye potensi longsor sedang, dan warna merah potensi longsor tinggi.
Longsor jenis bencana paling mematikan selama 2014-2016 berdasarkan pernyataan Ketua
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo
Purwo Nugroho. Data selama 2016, terdapat 487 kejadian longsor yang menyebabkan 161 orang
tewas, 88 orang luka, 38.092 pengungsi, serta ribuan rumah rusak. Peristiwa tanah longsor
terbesar yang pernah ada terjadi di banjarnegara, terdapat 300 orang di lokasi kejadian. Korban
selamat sebanyak 200 orang, sisanya sekitar 100 orang tertimbun. (Sumber
:http://www.bbc.com/Indonesia).
Sumber: BNPB
G. Usaha-usaha menanggulangi tanah longsor
1. Strategi penanggulangan bencana longsor sebagai berikut:
a. Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di sekitar lereng yang
curam.
b. Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan bencana terutama
bencana tanah longsor
c. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghidari
air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi
drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah
d. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase pada teras - teras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah
e. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang
tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga bencana tanah longsor bisa di minimalisir.
f. Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat. sehingga akan kokoh saat
terjadi bencana
g. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
h. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
2. Upaya yang dapat dilakukan dalm penanggulangan bahaya longsor (Nandi, 2007) adalah
sebagai berikut:
a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah memalui
retakan .
d. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
e. Jangan menebang pohon di lereng.
f. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
g. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yag terjal.
h. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
i. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
3. Tindakan-tindakan praktis dalam pengelolaan tanah yang baik dalam menunjang Usaha
Konservasi (A.G Kartasapoetra, 2005: 120-121)
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor (landslide)
merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis
basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan batas
bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak
kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat (mengandung kadar tanah liat)
seteluh jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan
berikut: adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah. adanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang
akan menjadi bidang luncur dan adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah
tepat diatas kedap air tersebut menjadi jenuh. Karakteristik gerakan massa pembentuk lereng
dapat dibagi menjadi lima macam antara lain : jatuhan (falls), Robohan (topples), longsoran
(slides), sebaran (spreads), aliran (flows).
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebanyak 275 kabupaten/kota rawan
longsor pada tahun ini. BNPB telah membagikan peta zonasi daerah rawan bencana kepada
pemerintah daerah. Zonasi itu terbagi menjadi tiga, warna hijau potensi longsor rendah, warna
oranye potensi longsor sedang, dan warna merah potensi longsor tinggi. Oleh karena itu perlu
adanya mitigasi bencana longsor melihat kondisi Indonesia yang rawan longsor maka tahap
Mitigasi Bencana Tanah longsor yang dapat dilakukan (Nandi, 2007) meliputi: pemetaan,
penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, dan pemeriksaan bencana longsor.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, Patrick L. 2014. Natural Disaster: Ninth Edition. San Diego: McGraw-Hill International
Edition.
Hardiyatmo, Harry Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Kartasapoetra. 2005. Teknologi Konservasi Tanah & Air. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Supirin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
BPBD. 2017. Strategi dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor. Diakses melalui
http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/ pada tanggal 22 Februari 2017.
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). 2017. Peta Indeks Risiko Bencana
Gerakan Tanah. Diakses melalui http://geospasial.bnpb.go.id/ pada tanggal 11 Maret
2017.