Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Gaya atau tenaga eksogen adalah kekuatan alami yang berasal dari luar bumi.
Yang termasuk gaya eksogen adalah angin, aliran air sungai, aliran air permukaan,
hujan, es, organisma, panas matahari. Gaya-gaya ini akan bekerja terhadap batuan
dipermukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi. Proses pengerjaannya
berupa pelapukan, erosi, pelarutan, pengangkutan dan pengendapan. Hal ini lah
salah satu faktor tenaga penyebab longsor, Indonesia termasuk negara yang rentan
akan Tanah Longsor, apalagi didaerah yang dilewati oleh dua sirkum pengunungan
aktif dunia, maka dari itu kita harus mengerti bagaimana cara-cara menangulagi
bencana ini agar kelak tidak akan memakan banyak korban.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah longsor merupakan hal penting bagi para geografer karena tiga alasan utama.
Pertama, dengan mengikis, mengangkut dan menyetorkan tanah dan batuan, mereka
mewakili salah satu proses geomorfik penting yang terlibat dalam pembentukan
permukaan bumi. Alasan yang kedua bahwa tanah longsor merupakan indikator
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Sebagai proses geomorfik, tanah longsor
merupakan pengatur jangka-pendek terhadap suatu gangguan sistem alam. Ketika
tanah longsor terjadi, mereka dengan cepat mengkonversi lereng yang tidak stabil ke
kondisi yang lebih stabil. Alasan ketiga tanah longsor sering dipelajari oleh ahli geografi
adalah karena tanah longsor dapat menimbulkan bahaya alam yang serius. Karena
melibatkan keterkaitan antara sistem fisik, sosial, dan ekonomi.

B. Identifikasi Masalah
 Apa itu tanah longsor?
 Bagaimana proses fisik terjadinya tanah longsor?
 Apa saja jenis-jenis tanah longsor?
 Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tanah longsor?
 Bagaimana cara mengatasi tanah longsor?
 Bagaimana cara penanggulangan longsor?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui lebih dalam tentang
fenomena lingkungungan yakni tanah longsor sehingga kedepannya tidak mengalami
kekeliruan dalam upaya pengendalian terhadap dampak buruk yang akan terjadi lagi
bagi kelangsungan hidup sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakakan
diatas, maka penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanah longsor.


 Untuk mengetahui jenis-jenis proses terjadinya tanah longsor.
 Untuk mengetahui dampak atau akibat yang dituimbulkan oleh tanah longsor
terhadap kehidupan manusia dan lingkiungan.
 Untuk mengetahui Upaya apa sajakah yang dapat ditempuh untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya tanah longsor.

D. Manfaat
Manfaaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan
kita pengetahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan tanah
longsor, mengetahui tentang jenis-jenis proses terjadinya tananh longsor,
dampak yang ditimbulkan oleh tanah longsor terhadap kehidupan manusia
dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan
mencegah dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh tanah longsor.
Pengetahuaan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran kita untuk
menjaga lingkungan serta mngubah pola hidup untuk mendukung pelestarian
lingkungan hidup.

BAB II

PEMBAHASAN ISI

A. Pengertian Tanah Longsor


Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran
tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat
diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah.
Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng
dan keluar lereng.

B. Proses Fisik Terjadinya Tanah Longsor

Berhubungan dengan longsor, penting menggunakan klasifikasi untuk


membedakan karakteristik yang berkaitan untuk di gunakan pada akhir penelitian.
Pihak yang bekerja pada The World Landslide Inventory (1990), telah mengupayakan untuk
menstandarkan istilah dan mendefinisikan tanah longsor sekedar sebagai : "Pegerakan massa
batuan, bumi, dan puing-puing menuruni lereng." Definisi yang lebih menyeluruh yang dapat
membantu untuk membedakan longsor dengan proses geomorfologi lainnya adalah "gerakan
ke bawah atau keluar dari massa material pembentuk lereng di bawah pengaruh gravitasi, yang
terjadi di batas-batas diskrit dan menempatkan semula tanpa bantuan air sebagai agen
transportasi.” Tiga klasifikasi yang paling banyak digunakan berkaitan dengan longsor
adalah (Sharpe 1938; Varnes 1958; 1978; Hutchinson 1988) dengan memisahkan
‘gerakan massa' menjadi dua kategori, yaitu : "penurunan" (yang merupakan materi
yang tenggelam vertikal) dan gerakan-gerakan yang terjadi di lereng. "Pegerakan
lereng" ini kemudian biasanya pertama menjadi "Tanah Longsor" seperti yang
disefinisikan diatas. Dan yang kedua, dalam pegerakan lambat yang lebih luas dan
yang tidak jelas seperti "merayap", "merosot" dan "mengelembung". Dari semua
klasifikasi tanah longsor yang berbeda-beda yang pernah ada, Sistem yang di buat oleh
Varnes (1978) sering disukai karena pembuatannya cukup sederhana dan mudah untuk
diterapkan di lapangan. Dalam menerapkan klasifikasi ini, penting untuk diingat bahwa
kriteria material mengacu pada material asli lereng tersebut, bukan dengan apa yang
akhirnya akan muncul dalam setoran (reruntuhan).

C. Gerakan Massa Batuan

Yang dimaksud gerakan massa di sini adalah pergerakan massa batuan,


termasuk di dalamnya tanah/soil dan batuan, bahan-bahan lepas yang telah disiapkan
oleh proses pelapukan, menuruni lereng. Pergerakan tersebut semata–mata karena
gaya berat.
Faktor–faktor penyebab gerakan massa adalah :

 Gaya berat , sebagai sumber energi untuk menggerakan lapisan tanah atau batuan
menuruni lereng.
 Air, berfungsi sebagai penambah besarnya gerakan juga sebagai penambah beban,
sehingga dapat mempermudah gerakan.
 Gaya-gaya pengikis yang menghasilkan lereng menjadi curam
 Gempa bumi atau getaran-getaran lainnya
 Batuan yang tidak kompak atau batuan yang licin
 Batuan yang retak–retak karena kekar, sesar, foliasi
 Curah hujan yang besar
 Perubahan keadaan vegetasi penutup lahan (aktifitas manusia)

Pada massa batuan yang tidak kompak, pori-porinya sebagian diisi air dan sebagian
lainnya diisi udara, sehingga kondisi batuan menjadi lembab. Dengan kondisi
lembabnya ini maka akan menimbulkan kurangnya daya kohesi batuan tersebut.

Air tanah juga dapat mempengaruhi gerakan massa batuan. Gerakan air tanah dapat
memberikan tekanan terhadap butiran-butiran tanah sehingga memperlemah
kemantapan lereng. Selain itu, air tanah juga dapat melarutkan dan menghanyutkan
bahan perekat sehingga memperlemah ikatan antar butir dan berkurangnya daya
kohesi. Larut dan hanyutnya bahan perekat menghasilkan rongga-rongga dalam tanah
dan inipun mengurangi kemantapan tanah.

Tanah longsor (gerakan massa batuan) di Indonesia, umumnya terjadi di lereng terjal
yang terbentuk dari endapan vulkanik yang tidak terpadatkan. Lereng-lereng terjal yang
dipengaruhi struktur geologi seperti patahan, rekahan, lipatan, lebih rentan terhadap
gejala longsor, apalagi jika arah pelapisan batuan searah dengan kemiringan lereng
dan terdapat patahan aktif. Pelapisan batuan yang merupakan perselingan antara
batuan yang kedap air dan batuan yang dapat menyerap air menciptakan bidang yang
berpotensi sebagai bidang gelincir.
Dalam keseharian gerakan massa batuan disebut dengan peristiwa longsor.
Peristiwa ini sangat bervariasi bila dilihat dari sisi akibatnya, yaitu ada yang berakibat
ringan ada yang berakibat berat sampai menghilangkan nyawa dan menghancurkan
pemukiman serta harta bendanya. Contohnya pada minggu akhir Februari 2005 terjadi
longsoran sampah sepanjang 1 km dengan ketinggian 20 meter di TPA di Bandung
menyebabkan kematian belasan orang dan menghancurkan pemukiman di sekitarnya.
Beban tumpukan sampah yang berat itu membebani lapisan tanah di bawahnya. Dalam
musim penghujan, air hujan disamping menambah beban juga bertindak menambah
besarnya tenaga untuk mengerakkan sampah dan lapisan tanah menuruni lereng.

Macam–macam gerakan massa adalah :


1. Creep (rayapan), yaitu tanah yang bergerak sangat pelan. Ciri–cirinya antara lain :
pelengkungan pohon, miringnya tiang–tiang.
2. Solifluction, yaitu campuran material kasar–halus yang bergerak karena jenuh air.
3. Fall (jatuhan), yaitu meluncurnya massa karena grafitasi tanpa bidang pelun-cur
(jatuh bebas).
4. Slide, yaitu pergerakan massa dengan cepat melewati bidang peluncur.
5. Subsidence (amblesan), yaitu gerakan ke bawah tanpa permukaan bebas.

Semuanya adalah gejala gerakan massa batuan dan semua gerakan ini terjadi apa bila
terdapat gangguan dalam keseimbangan.

D. Jenis-jenis Tanah Longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan
rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan
korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-
gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan
kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang
telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan


Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis
materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan
meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran
sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
Tabel Faktor-faktor utama penyebab gerakan tanah
Faktor Penyebab Mekanisme Utama

1. Hilangnya penahan lateral a. Aktifitas erosi

b. Pelapukan

c. Kemiringan lereng bertambah akibat gerakan


d. Pemotongan bagian bawah.

2. Kelebihan beban tanah a. Air hujan yang meresap pada tanah.

b. Penimbunan bangunan

c. Adanya genangan air di lereng bagian atas.

3. Getaran a. Gempa bumi

b. Getaran karena ulah manusia/kendaraan

4. Hilang tahanan bagian a. Pengikisan oleh air

bawah b. Pemotongan lereng bagian bawah.

c. Erosi

d. Penambangan atau pembuatan terowongan.

5. Tekanan lateral a. Pengisian air di pori-pori antar butir tanah.


b. Pengembangan tanah.

Sumber: Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung 2000.

E. Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor


a. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena


meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga
terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan
menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang
kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya
sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor,
karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di
bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada
pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan
diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

b. Lereng Terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.

c. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki
potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah
ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan
pecah ketika hawa terlalu panas.

d. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan
terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.

e. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

f. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran


mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah,
badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
g. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan
pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan
retakan yang arahnya ke arah lembah.

h. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.

i. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan


pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah
tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya.
Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan
retakan tanah.

j. Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan


material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau
sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:

* Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.


* Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya
gembur dan subur.
* Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
* Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
* Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil
pada longsoran lama.
* Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran
kecil.
* Longsoran lama ini cukup luas.

k. Penggundulan Hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
l. Daerah Pembuangan Sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di
Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

F. Pencegahan Longsor
Untuk mencegah terjadinya tanah longsor, masyarakat diimbau :
 menanam pohon berakar kuat di lereng yang terjal,
 tidak mencetak sawah di bagian atas lereng terjal,
 tidak memotong lereng terjal di bagian bawah,
 tidak membuat kolam air di lereng bagian atas, terutama dasar kolam yang tidak
kedap air,
 tidak melakukan tindakan yang menimbulkan getaran di lereng terjal,
 tidak menebang pohon di lereng terjal, dan
 upayakan di lereng bagian atas ditanami tanaman keras, di lereng bagian tengah
berupa perkebunan, dan lereng bawah persawahan dan permukiman.
 penyebaran informasi mengenai bahaya longsor,
 menyampaikan anjuran, dan larangan kepada masyarakat, terutama yang tinggal
di daerah rawan longsor.

G. Penanggulangan Longsor
1 Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain:

 Kondisi medan
 Kondisi bencana
 Peralatan
 Informasi bencana
2.Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya
supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena
kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para ahli geografi memiliki peran besar dalam bahaya longsor dan penilaian
terhadap risiko yang ditimbulkan. Hal tersebut terjadi karena
resiko akibat dari keterkaitan antara lingkungan manusia dan fokus tradisional studi
geografis. Hal itu bukan peran eksklusif, karena selalu ada kebutuhan yang
spesial di berbagai bidang seperti fisika tanah, ekonomi dan teknik. Namun,
para geograf juga memberikan kontribusi khusus untuk daerah-daerah
penelitian lereng stabil dengan mengembangkan model dan menyediakan informasi
empiris dari pemantauan lapangan. Proses longsor sendiri merupakan
produk dari keterkaitan antara sejumlah sistem alam,
termasuk geologi, geomorfologi, hidrologi,iklim dan penggunaan sistem tanah oleh
manusia. Memahami tanah longsor memerlukan kemampuan untuk
menganalisis hubungan antara sistem ini. Para geograf telah mampu memberikan
kontribusi yang berharga di daerah ini karena mereka
umumnya memeriksa berbagai kondisi dalam pandangan dari perspektif spasial dan
temporal di berbagai skala. Dari semua itu, para geograf menafsirkan proses ini
sebagai komponen dari suatu sistem fisik manusia. Hal tersebut menyoroti tidak
hanya risiko dan kerentanan masyarakat tetapi juga mengungkapkan faktor manusia
sebagai penyebab stabilitas lereng. Karena Indonesia termasuk negara yang rentan
akan Tanah Longsor, apalagi didaerah yang dilewati oleh dua sirkum pengunungan
aktif dunia, maka dari itu kita harus mengerti bagaimana cara-cara menangulagi
bencana ini agar kelak tidak akan memakan banyak korban.
B. Saran

Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-
tempat hunian, antara lain:

 Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).


 Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
 Vegetasi kembali lereng-lereng.
 Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor
adalah :

 Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman
 Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
 Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan
 Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
 Jangan menebang pohon di lereng
 Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
 Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
 Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
 Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. 2011. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor. diakses


desember 2011

2. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.

3. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan Tanah.
Jakarta : Mancamedia.

Anda mungkin juga menyukai