Anda di halaman 1dari 20

23 Juni 2009

Mass Wasting Dan Pentingnya Dalam Geomorfologi

Dalam kajian geomorfologi, mass-wasting merupakan proses gerak massa batuan dalam
menuruni lereng karena pengaruh adanya gaya gravitasi bumi. Batuan yang berada di muka
bumi dapat berpindah secara massal dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Perpindahan tersebut disebabkan antara lain oleh pengaruh gravitasi. Dalam proses gerak
massa batuan air juga memegang peranan sebagai pembantu. Pada batuan yang banyak
mengandung air, gerakan masa batuan akan lebih cepat daripada
batuan yang kering. Pada proses gerak massa batuan, air hanya sebagai pemicu dan
jumlahnya sedikit serta fungsinya bukan sebagai pengangkut, melainkan hanya membantyu
melancarkan gerakan.

Perpindahan massa batuan dapat juga disebabkan oleh kemiringan lereng, kandungan air, dan
jenis batuan. Perpindahan batuan secara massal disebut mass-wasting. Contoh gerak massa
batuan ialah tanah ambles dan longsor. Dalam kaitannya dengan geomorfologi, mass-wasting
dapat mempercepat maupun memperlambat proses terbentuknya suatu bentanglahan karena
gerakannya ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Mass wasting dapat terdiri dari
rayapan, solifluksi, longsoran, runtuhan, jatuhan, dsb. Selebihnya akan dijelaskan pada uraian
berikut:

Faktor penyebab
Longsor yang menyebabkan terjadinya gerakan massa tersebut adalah topografi, litologi,
struktur geologi, iklim dan penggunaan lahan. Faktor tersebut saling kait mengkait dan dalam
proses untuk mencapai keseimbangan baru, akan terjadi berbagai proses baik proses erosi
maupun proses gerakan massa. Telah kenyataan bahwa aktivitas manusia dalam
memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup selalu merubah factor topografi,
litologi, stratigrafi dan kemungkinan struktur geologinya. Misalnya aktivitas manusia yang
banyak menambang batuan untuk bahan bangunan, jalan dan bangunan lainnya telah
menambah beban yang dapat mengakibatkan atau memacu terjadinya gerakan massa.
Biasanya kejadian gerakan massa itu bersamaan dengan musim penghujan yaitu pada saat
intensitas curah hujan tinggi dalam waktu relative lama. Dalam gerakan massa, air pegang
peranan, bukan sebagai tenaga, tetapi merupakan faktor pemacu yaitu menjadi bidang pelicin
dan menambah berat massa hancuran batuan. Selain itu air dapat berfungsi sebagai wahana
dalam mempercepat gerakan massa hancuran karena menyebabkan massa tersebut menjadi
lebih encer.

Jenis-jenis Longsoran
Longsoran merupakan bagian dari gerakan tanah yang menyebabkan berpindah atau
bergesernya massa tanah dari daerah energi potensial tinggi ke daerah dengan potensial
rendah. longsoran merupakan hal umum terjadi sejak bumi ada. Jadi longsoran adalah
fenomena alam yang biasa dalam sejarah bumi.
Dalam kehidupan nyata biasanya jika musim hujan datang, maka akan sering terjadi
longsoran yang memakan tidak sedikit harta dan nyawa. Mengenali longsoran memberikan
kepada kita pengetahuan untuk mengetahui keadaan disekitar kita dan kemungkinan
antisipasi menghindarinya.

Perencanaan, pengembang, insinyur atau ahli dalam ilmu kebumian selalu berusaha untuk
mengenali bahaya yang ditimbulkan oleh bekas longsoran, tanda-tanda pergerakan lereng
atau daerah yang berpotensi terjadinya longsoran. Bahaya longsoran terjadi dalam waktu
yang cepat, keadaan yang menghancurkan dengan mengenali ukuran, kecepatan dan efek
penghancurannya.
Longsoran akan teraktivasi akibat perubaha cuaca berhubungan dengan peningkatan
penyerapan air-seperti pada musim pennghujan-, gempa bumi atau aktivitas manusia.

Secara umum longsoran dikelompokkan menjadi 5 tipe longsoran, yaitu:

1. Jatuhan
2. Rubuhan
3. Gelinciran
4. Sebaran lateral
5. Aliran

1. Jatuhan

Jatuhan adalah gerak bebas material yang berasal dari lereng curam seperti bukit. Tipe ini
memiliki asal kata "jatuh", yang membedakan dengan tipe lain adalah keadaan dimana
material jatuh bebas dari lereng mengalami tumbukan berulang dengan lereng yang berada
dibawahnya dengan kecepatan tinggi. Lebih mudahnya adalah adanya sebuah pecahan batuan
yang jatuh dari sebuah lereng yang menggelinding dan menerjang serta merusakkan apa saja
yang dilewatinya.
Diantara tipe jatuhan ini adalah bukit curam, dimana bukit curam tersusun oleh batuan
bersipat getas yang mengalamin erosi gelombang laut pada bagian bawahnya yang
menyebabkan terjadinya jatuhan. Perhatikan retakan pada permukaan atasnya yang
merupakan gejala sebelum terjadi jatuhan.

Tipe longsoran jatuhan ini juga harus diwaspadai pada daerah pemukiman yang berada
dibawah lereng yang memiliki batu-batu besar dan terpisah-pisah. Antisipasi yang dapat
dilakukuan adalah membangun pagar-pagar kawat, atau dengan mengikat batu yang
membahayakan tersebut.

2. Rubuhan

Rubuhan adalah gerak rotasi ke depan dari massa batuan, runtuhan atau tanah dengan sumbu
yang berhimpit pada lereng bukit. Rubuhan merupakan gabungan dari gerak jatuhan dengan
gelinciran tetapi bergerak tanpa adanya tumbukan.

Gerakan ini terjadi akibat tekanan interaksi antar blok kolom. Blok-blok tersebut terjadi
akibat adanya bidang perlapisan iregular, belahan, kekar atau retakan tension dengan arah
jurus relatif sejajar dengan arah jurus lereng. Rubuhan mungkin hanya terdiri dari satu
fragmen dengan volume 1 m3 hingga 109 m3.

Perubahan umumnya terjadi di batuan schist dan gamping tetapi juga terdapat pada batuan
sedimen tipis dan juga batuan beku dengan kekar kolom. Retakan pada batu gamping yang
sejajar dengan jurus kemiringan lereng menyebabkan terdi rubuhan ini.

3. Longsoran Gelinciran

Longsoran gelinciran merupakan bencana yang sering terjadi di indonesia dan intensif terjadi
pada musim penghujan. Longsorn gelinciran ini dikenali dengan adanya retakan di
permukaan. Pergerakan ini dikenali dengan bentuk permukaan berupa lingkaran atau bentuk
sendok.
Setelah terjadi kerusakan massa dengan adanya gawir longsoran di permukaan pada bagian
mahkota longsoran, longsoran gelincir ini mulai bergerak dan akan membagi dalam beberapa
blok yang terpisahkan oleh retakan. Pada daerah kepala blok ini akan menggelincir ke bawah
dan membentuk daerah datar. Bagian paling bawah akan bergerak muncul ke atas
membentuk lidah di permukaan.

Gelinciran ini dapat terjadi dengan kecepatan beberapa centimeter per tahun hingga beberapa
meter per bulan bahkan dapat terjadi tiga meter dala satu detik. Rayapan tanah merupakan
indikator adanya pergerakan longsoran gelinciran yang ditunjukkan dengan keadaan vegetasi
yang membengkok. Daerah seperti ini semestinya tidak diperuntukkan sebagai kawasan
pemukiman penduduk.

Selain itu, ada seorang pakar geomorfologi yaitu Sharpe, beliau membedakan gerak massa
batuan menurut gerakan dan keadaan batuan yang dipindah menjadi empat kelompok, yaitu
pemindahan lambat, pemindahan cepat, tanah longsor dan tanah amblas.

Proses gerak massa batuan dibedakan menjadi:

1. Pemindahan Lambat

Pemindahan lambat dibagi menjadi dua macam, yaitu rayapan dan solifluksi. Rayapan
merupakan proses pemindahan massa batuan yang sangat lambat sehingga sulit diamati.Hal
ini bias terjadi pada talah margalit/ tanah liat pada lahan miring/ melandai, penyebabnya
adalah karena pergantian yang jelas antara pengeringan dan pembasahan. Pada saat kering
tanah terlihat retak-retak dan pada saat basah tanah sangat lunak.
Solifluksi adalah pengaliran massa tanah yang jenuh akan air, ini biasanya terjadi didaerah
yang tinggi/ pegunungan. Kadar air yang tinggi menjadi beban yang berat, tetapi air ini bukan
sebagai unsur pengangkut. Hal-hal yang menimbulkan solifluksi:

 proses pelapukan yang berlangsung cepat


 adanya persediaan air yang cukup
 lereng curam yang tidak bervegetasi
 adanya tanah beku abadi dipermukaan bumi.

2. Pemindahan Cepat

Gerakan cepat ini disebabkan oleh kadar air yang lebih tinggi, hingga tanah yang bergerak ini
jenuh akan air,hal ini diperoleh pesan batuan ini mengalir.Pemindahan cepat meliputi tanah
mengalir, Lumpur mengalir dan lawina hasil rombakan.
3. Longsor Lahan

Gerakan longsor lahan sangat cepat dan terjadi pada massa yang relative kering. Hal ini juga
dipengaruhi oleh aktivitas penggunaan lahan.

4. Tanah amblas

Merupakan gerakan tanah yang menunjam ke bawah karena adanya pergeseran material yang
menyebabkan struktur tanah kurang kompak sehingga tanah mengalami penurunan (amblas).

Sumber: http://udhnr.blogspot.com/2009/06/mass-wasting-dan-pentingnya-dalam.html

Kerusakan Tanah
By Lucia Febriarlita Februari 17, 2014

Kerusakan tanah yang terjadi karena tanah longsor.

Tanah merupakan sumber daya alam terutama dalam bidang pertanian. Sebagai tanah
pertanian, tanah memiliki fungsi sebagai sumber unsur hara dan pendukurng tanaman, yakni
sebagai tempat menyimpan air.
Fungsi tanah dalam pertanian dapat hilang atau menurun karena faktor alam maupun karena
manusia. Penurunan atau hilangnya fungsi tanah ini disebut dengan kerusakan tanah
(degradasi tanah).

Kerusakan tanah sebagai sumber unsur hara dapat diperbaharui dalam waktu yang tidak
terlalu lama, antara lain dengan cara pemupukan. Tapi, kerusakan tanah pada fungsi sebagai
pendukung tanaman memerlukan perbaikan yang sangat lama, bahkan mencapai ratusan
tahun untuk pembentukan tanah lagi.

A. Erosi Tanah

Permukaan tanah yang mengalami erosi akan mengalami penelanjangan tanah dan terbentuk
alur-alur kecil di permukaannya

Kata erosi tanah berasal dari bahasa Latin erodere yang artinya penggundulan atau
pelenyapan. Erosi tanah terjadi karena sifat tanah yang selalu dinamis dan senantiasa berubah
baik dari segi fisik, kimia, maupun organis. Perubahan secara berlebihan inilah yang mampu
merusak tanah dan tanah menjadi tererosi.

Erosi atau pengikisan tanah adalah proses penghancuran dan pemindahan tanah ke tempat
lain oleh tenaga air, angin, gravitasi atau es/gletser. Namun, di Indonesia pada umumnya
erosi yang terjadi adalah erosi yang disebabkan oleh air.

Erosi dapat terjadi secara alami (normal atau geological erosion). Tetapi erosi dapat
dipercepat menjadi parah akibat tindakan manusia terhadap tanah (accelerated erosion).
Erosi alamiah terjadi sangat lambat sehingga tidak menjadi bencana bagi manusia dan tidak
merusak keseimbangan alam. Hal ini terjadi karena erosi tanah seimbang dengan proses
pembentukannya. Sedangkan erosi dipercepat dapat menimbulkan kerugian bagi manusia dan
lingkungan karena pada erosi dipercepat volume tanah yang dibawa dan hanyut oleh air lebih
besar daripada proses pembentukannya. Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab erosi
tanah.

E = f (C, S, T, V, Lu)

E = Erosi

f = factor
C = Climate (Iklim) suhu, curah hujan

Kekuatan curah hujan yang jatuh ke tanah dapat memecahkan dan menghancurkan
gumpalan-gumpalan tanah. Dengan demikian semakin besar ukuran titik-titik hujan semakin
besar pula erosi yang terjadi. Sedangkan suhu berperan bedar dalam pelapukan tanah,
terutama pada daerah dengan perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam.
Semakin bersar selisih suhu siang dan malam semakin banyak material yang tererosi.

S = Soil (Tanah) Tekstur, Unsur Organik, Struktur, Permeabilitas

Sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap proses erosi meliputi: tekstur, kandungan unsur
organik, struktur, dan permeabilitas tanah.

 tekstur tanah adalah perbandingan tingkat kasar atau halusnya tanah berdasarkan
banyaknya butir pasir, debu, dan lempung.
 kandungan unsur organik adalah banyaknya bahan organik dalam tanah sehingga
berpengaruh terhadap kemantapan struktur tanah.
 struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butiran tanah yang tersusun dari pasir, debu, dan
lempung.
 permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air. perrmeabilitas
menunjukkan kecepatan air meresap ke dalam tanah baik secara vertikal mauun horizontal.

T = Topography (Topografi) kemiringan dan panjang lereng

Kemiringan lereng berpengaruh terhadap cepat dan besarnya erosi. Lereng yang semakin
curam menyebabkan kecepatan aliran permukaannya semakin cepet. Oleh karenanya,
kekuatan dalam mengangkut tanah semakin meningkat pula. Panjang lereng mempengaruhi
jarak medan yang harus ditempuh oleh material yang tererosi. Semain besar jarak medannya
maka potensi erosinya semakin besar pula.

V = Vegetation (Vegetasi)

Pengaruh vegetasi terhadap erosi tanah adalah sebagai berikut:

 Kerapatan vegetasi penutup lahan dapat menghalangi jatuhnya hujan langsung ke


permukaan tanah. Oleh karena itu, kekuatan hujan untuk menghancurkan tanah menjadi
berkurang.
 menghambat air yang mengalir di permukaan, tetapi memperbanyak air yang meresap ke
dalam tanah.
 membantu penguapan air dalam tanah melalui penguapan oleh vegetasi (transpirasi).

Lu = Landuse (Penggunaan lahan)

Penggunaan lahan terkait dengan peran serta manusia dalam mengusahakan lahan. Perlakuan
manusia terhadap tanah dapat membuat aliran permukaan yang terjadi lebih besar atau lebih
kecil. Misalnya penggunaan lahan sebagai lahan pertanian tentu akan menghasilkan aliran
permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaannya sebagai lahan terbangun.

Berdasarkan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh
Wischmeir dan Smith (1978), erosi dapat diperkirakan dengan rumus sebagai berikut:
A = RKLSCP

A = besarnya kehilangan tanah per satuan luas lahan

R = erosivitas curah hujan dan air permukaan untuk daerah tertentu (dalam indeks erosi rata-
rata (El))

K = erodibilitas tanah untuk horizon tanah tertentu

L = panjang lereng

S = gradien (beda) kemiringan

C = pengelolaan/ cara bercocok tanam

P = praktik konservasi tanah

B. Gerakan Tanah

Kita sering mendengar peristiwa tanah longsor, baik berupa tanah maupun bersama dengan
vegetasi dan batuan yang ada. Tanah tersebut dapat longsor kerena adanya gaya berat atau
pengaruh gravitasi bumi. Perpindahan massa tanah dan batuan karena gaya berat disebut
tanah bergerak (masswasting atau mass movement). Gerakan tanah dapat terjadi apabila gaya-
gaya yang menahan massa tanah di lereng lebih kecil daripada gaya yang mendorong atau
meluncurkan tanah.

Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng dipengaruhi kedudukan muka air tanah,
daya ikat tanah dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang
luncuran. Gaya pendorong tersebut dipegaruhi di antaranya oleh kandungan air, beban
bangunan dan berat massa tanah. Faktor penyebab gerakan tanah dijelaskan sebagai berikut:

 Hilangnya penahan lateral: akibat erosi, pelapukan, dan kemiringan lereng bertambah oleh
gerakan tanah
 Kelebihan beban tanah: air hujan yang meresap dalam tanah, penimbunan bangunan, dan
adanya genangan di lereng bagian atas.
 Getaran: gempa bumi dan getaran karena ulah manusia.
 Tekanan lateral: pengisian air di pori-pori antar butir tanah dan pengembangan tanah

Gerakan tanah mempunyai kecepatan yang beragam. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kemiringan lereng dan material yang bergerak. Kecepatan pergerakan tanah
berpengaruh terhadap bentuk-bentuk masswasting, antara lain sebagai berikut.
Macam-macam gerakan tanah (masswasting/massmovement)

1. Slow Flowage/Soil Creep

Gerakan tanah ini sering disebut dengan rayapan tanah, merupakan gerakan tanah yang
sangat lambat pada lereng yang landai. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali
pepohonan yang tumbuh membengkok atau bangunan, seperti tiang listrik yang berdiri
miring.

2. Rapid Flowage

Merupakan perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat karena dibantu oleh aliran
air dalam tanah yang telah jenuh. Rapid flowage terdiri atas:

 Solifluction adalah pecahan batuan jenuh air yang mengalir pelan-pelan menuruni lereng
 Earth flow/tanah mengalir adalah gerakan tanah yang jenuhair bercampur dengan lempung
dan debu yang menuruni lereng yang landai.

3.Landslide

Gerakan tanah ini sering disebut dengan tanah longsor, merupakan gerakan cepat material
campuran yang kering menuruni lereng, umumnya berupa tanah atau batuan dalam bentuk
blok-blok besar. Meskipun bergerak cepat, tetapi masih dapat terlihat oleh mata. Landslide
terdiri atas:

 Rock slide yaitu peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan


 Rock fall yaitu peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blok-blok batuan

4.Slump

Merupakan gerakan longsoran tanah yang gerakannya putus-putus.

5. Subsidence
Gerakan ini sering disebut tanah amblas, merupakan gerakan tanah ke arah vertikal yang
terjadi secara lambat.

C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah

1. Hilangnya penahan lateral

 Akibat erosi
 Pelapukan
 Kemiringan lereng bertambah oleh gerakan tanah

2. Kelebihan beban tanah

 Air hujan yang meresap pada tanah


 Penimbunan bangunan
 Adanya genangan di atas lereng bagian atas

3. Getaran

 Gempa bumi
 Getaran karena ulah manusia

4. Tekanan lateral

 Pengisian air di pori-pori antar butir tanah


 Pengembangan tanah

D. Dampak Kerusakan Tanah terhadap Tingkat Kesuburan Tanah

Erosi dan gerakan tanah dapat berdampak langsung terhadap kondisi tanah setempat. Dampak
langsung tersebut antara lain hilangnya lapisan atas atau lapisan olah tanah, sedikit demi
sedikit hingga sampai pada lapisan bawah (subsoil) yang sifat tanahnya lebih buruk.

Penurunan tingkat kesuburan tanah sebagai dampak terjadinya erosi dan gerakan tanah
tampak dari adanya pernghanyutan partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan
kapasitas infiltrasi dan penampungan, serta perubahan profil tanah.

E. Upaya Mengurangi dan Mencegah Kerusakan Tanah

Erosi dan gerakan tanah lainnya merupakan proses yang alamiah yang tidak mudah, bahkan
tidak dapat dihilangkan. Namun, kita dapat mengupayakan agar erosi dan gerakan tanah
lainnya yang terjadi tidak merusak sama sekali atau melebihi laju pembentukan tanah. Upaya
tersebut sangat penting terutama untuk lahan pertanian agar tidak banyak kehilangan tanah
lapisan atas yang mengandung unsur hara. Jika upaya tersebut dapat dilakukan, tingkat
kesuburan dan produktivitas tanah dapat diperhatikan.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah
adalah melalui konservasi tanah. Konservasi tanah adalah pemeliharaan dan perlindungan
tanah dalam rangka mengurangi dan mencegah kerusakan tanah melalui upaya pelestarian.
Tujuan utama konservasi tanah adalah memperoleh tingkat keberlanjutan produksi tanah
dengan jalan menjaga laju kehilangan tanah. Usaha konservasi tanah yang paling penting
dilakukan adalah penggunaan tanah sesuai dengan keperluan dan kemampuannya.

Usaha konservasi tanah dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu metode vegetatif (agronomis),
mekanik, dan kimia. Ketiga metode tersebut memiliki maksud yang sama dalam konservasi
tanah, yaitu melindungi tanah dari curahan hujan secara langsung, meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah, mengurangi laju aliran permukaan, dan meningkatkan stabilitas partikel-
partikel (agregat) tanah.

1. Metode Vegetatif

Penambahan unsur hara pada tanah merupakan salah satu metode vegetatif dalam konservasi
tanah.

Metode vegetatif adalah konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman atau sisa tanaman
sebagai media untuk menahan laju erosi. Merode ini berfungsi melindungi tanah dari
penghancuran oleh butiran air hujan, aliran permukaan, dan memperbaiki kapasitas infiltrasi.
Termasuk dalam metode ini antara lain: reboisasi, penghijauan, penanaman makanan ternak,
pergiliran tanaman, penanaman tanaman penghalang angin (wind barrier), dan pemberian
unsur organik dalam tanah dengan menimbun sisa organisme dalam tanah (misal daun-daun
kering).

2. Metode Mekanik

Terassering merupakan salah satu konservasi tanah secara mekanik


Metode mekanik adalah konservasi tanah melalui pengelolaan tanah guna mengurangi
banyaknya tanah yang hilang akibat erosi dan gerakan tanah lainnya. Metode ini berfungsi
memperlambat aliran permukaan, menampung dan mengalirkan aliran permukaan, serta
menyediakan air bagi tanaman. Termasuk dalam metode ini antara lain pengolahan tanah,
pembuatan teras, pembuatan saluran air (irigasi), sistem tumpang sari, sistem sengkedan, dan
sistem tegalan.

3. Metode Kimia

Metode kimia adalah konservasi tanah dengan memberikan bahan-bahan kimia. Metode ini
dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat tanah.
Termasuk dalam metode ini adalah perncampuran tanah dengan menggunakan bitumen.

F. Pemanfaatan Tanah yang Baik

Guna menjaga kelestarian tanah diperlukan cara yang bijak dalam pemanfaatannya.
Sehubungan dengan upaya konservasi, pemanfaatan potensi tiap jenis tanah harus
disesuaikan dengan keperluannya.

Akan tetapi, masih banyak manusia yang memanfaatkan tanah tanpa pertimbangan
kelestariannya. Kondisi seperti ini banyak dijumpai pada daerah-daerah dengan sumber daya
tanahnya yang terbatas. Keterbatasan sumber daya tanah tersebut tidak saja hanya pada
luasnya (kuantitas), tetapi juga pada tingkat kesuburannya (kualitas). Keterbatasan luas
mungkin sulit bahkan tidak dapat diatasi, tetapi keterbatasan kesuburan dapat diatasi.

Keterbatasan kesuburan dapat diatasi dengan memberikan masukan-masukan pada tanah. Hal
ini dimaksudkan agar setiap tindakan dan perlakuan pada tanah tidak akan menurunkan
produktivitasnya, tetapi justru sebaliknya.

Masukan-masukan yang perlu dilakukan tersebut harus meliputi pemupukan, perbaikan


sistem pengelolaan dan pengolahan tanah dan tanaman, serta pengadaan sarana pengendali
erosi. Semua masukan tersebut harus disesuaikan dengan prinsip kelestarian tanah.

Sumber: http://luciafebriarlita17.wordpress.com/2014/02/17/kerusakan-tanah/

Mass wasting ( Tanah Bergerak )

DEFINISI
Mass wasting atau tanah bergerak adalah perpindahan massa tanah dan batuan karena adanya
gaya berat.Tanah dapat bergerak apabila gaya yang menahan massa tanah di lereng lebih
kecil daripada gaya yang mendorong atau meluncurkan tanah

TYPES OF MASS WASTING


1. Rock Fall
Talus : Tumpukan miring dari fragmen batuan berbaring di dasar tebing atau lereng
curam dari mana mereka telah dipatahkan; juga dikenal sebagai Scree.

2.Rock Avalanche

Rock longsoran terjadi ketika massa besar fragmen batuan dan batu-batu
bergerak cepat menuruni lereng curam.
3.Rock slides

melibatkan gerakan lereng bawah lapisan batuan yang relatif utuh yang telah
memisahkan diri dari singkapan batuan miring

4.Slump

Gerakan ke bawah blok material pada permukaan melengkung.


5.Mudflows

Mudflows melibatkan gerakan lereng bawah tanah atau tidak dikonsolidasi,


sedimen tanah liat kaya dalam gerakan fluida.Mudflows terjadi ketika bahan di
permukaan miring yang jenuh atau hampir jenuh dengan air. Lereng yang stabil ketika
kering, tetapi menjadi tidak stabil ketika jenuh dengan air.
6.Debris Flow

Debris Flow mirip Mudflow bedanya Debris flow melibatkan tanah,sedimen,dan


sejumlah batu besar

7.Creep

Gerakan sangat lambat hampir terus menerus dari lereng bawah tanah dan
material lainnya.
8. Sulifluction

Suatu bentuk Mass Wasting yang terjadi di daerah yang relatif dingin di
mana tergenang air tanah mengalir sangat lambat menuruni lereng.
Sumber: http://geoclasstopus.blogspot.com/2011/01/mass-wasting-tanah-bergerak.html

Gerakan massa batuan (mass wasting atau mass movement)

Gerakan massa batuan juga disebut dengan perpindahan tanah atau batuan
yang ada dilereng oleh pengaruh gaya berat (gravitasi) atau kejenuhan air. Mass
wasting biasa terjadi pada lereng yang labil, yaitu lereng yang gaya menarik (shear
strees)nya > gaya menahan (shear strenght). Untuk lereng yang stabil, shear strenght
> shear strees sehingga tidak terjadi gerakan massa batuan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mass wasting (gerakan massa batuan, yakni:

 Kemiringan lereng, dimana semakin besar kemiringannya maka peluang terjadi gerakan massa batuan
akan semakin besar dikarenakan gaya berat semakin besar pula.
 Relief lokal, terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar misalnya
kubah, perbukitan mempunyai peluang yang besar untuk terjadi mass wasting.
 Ketebalan hancuran batuan diatas batuan dasar, makin tebal maka peluang untuk
terjadinya mass wasting dikarenakan permukaan yang labil makin besar pula.
 Iklim.
 Gempa bumi.
 Vegetasi.
 Dan tambahan material di bagian atas lereng.

Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai klasifikasi mass


wasting adalah sebagi berikut:
 Gerakan lambat (slow flowage).
o Rayapan tanah (soil creep) yaitu gerakan massa tanah atau batuan secara lambat (<>
o Talus creep adalah rayapan puing-puing hasil pelapukan yang tertimbun di
suatu lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang tertimbun di suatu
lereng. Terjadi karena pengaruh gravitasi, yang dibantu oleh air sebagai
pendorong.
o Rock creep yaitu gerakan massa batuan secara lambat menuruni lereng
disebabkan karena gravitasi.
 Gerakan cepat (rapid flowage). Gerakan ini dikontrol oleh kejenuhan air pada massa batuan.
o Earth flow adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni lereng .
o Mud flow yakni aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air
melalui lembah-lembah (saluran), terjadi di daerah beriklim kering.
 Gerakan sangat cepat (very rapid flowage). Gerakan ini dipengaruhi oleh gravitasi.

Cara untuk mencegah gerakan mass wasting adalah sebagai berikut:

 Menanami lereng dengan vegetasi


 Membuat teras-teras pada lereng
 Bangunan di dekat lereng dibuatkan beton penahan
 Dan usaha-usaha yang lain

Erosi dan transportasi

Erosi adalah suatu bagian dari proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan
dan terangkatnya material bumi oleh tenaga geomorfologis. Menurut Arsyad (1989),
erosi adalah pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah daru suatu
tempat ke tempat lain oleh media alami. Media dapat berupa aliran sungai, angin,
gerakan massa tanah, dan lain-lain. Erosi sering juga disebut dengan pengikisan, baik
berupa air, angin atau gletser.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya erosi, faktor tersebut


adalah sifat hujan, kemiringan lerang dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah,
dan kemampuan tanah utnuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian
merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam. Morgan (1980) menyebutkan bahwa
erosi merupakan interaksi antara faktor iklim, topografi, tanah, vegetasi, dan aktivitas
manusia yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

E = f(c.t.v.s.h)
Dimana,

E = erosi c = iklim t = topografi v = vegetasi

F = fungsi s = tanah h = manusia.

Jenis-jenis erosi menurut Morgan (1979) dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:

 Erosi percik, yakni proses percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh
pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah.
 Erosi lembar, yakni erosi yang terjadi karena pengankutan/pemindahan lapisan tanah
yang hampir merata di tanah permukaan oleh tenaga aliran perluapan. Kekuatan jatuh
tetes-tetes hujan dan aliran perluapan merupakan penyebab utama erosi lembar.
 Erosi alur, merupakan erosi yang terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah
saluran kecil (alur) yang kedalamannya <>
 Erosi parit, proses terbentuknya sama seperti erosi alur, akan tetapi tenaga erosinya
berupa aliran limpasan, dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam
sehingga sudah tidak dapt dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa.

sedimentasi

Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga
air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan
halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih
rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material
yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. Di
padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas dapat dihembuskan angin dan
berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser, walaupun lambat gerakannya, tetapi
memiliki daya angkut besar. Lalu, apa yang dimaksud dengan sedimentasi?

Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah


diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa
batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan
pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air tadi.
Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut. Pengendapan
yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil pengendapan ini biasanya berupa
batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan lumpur yang menutupi dasar sungai.

Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini


biasanya dalam bentuk delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur.
Proses pengendapan di danau ini disebut sedimen limnis.

Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus


menerus dalam jangka waktu lama dapat mengubah permukaan bumi
menjadi dataran yang lebih tinggi. Pengikisan oleh tenaga air atau
mungkin angin di daerah pegunungan mengakibatkan adanya
pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama kelamaan
berubah menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng,
Dataran Tinggi Gayo.
Sumber: http://herugio1.blogspot.com/2010/01/bentuk-muka-bumi-definisi-bumi-yang.html

Anda mungkin juga menyukai