Anda di halaman 1dari 17

Kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan panas bumi yang dilakukan dalam

usaha mencari sumberdaya panas bumi, membuktikan adanya sumberdaya serta


memproduksikan dan memanfaatkan fluidanya dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survei
2. Eksplorasi lanjut atau rinci (Pre-feasibility study)
3. Pemboran Eksplorasi
4. Studi kelayakan (Feasibility study)
5. Perencanaan
6. Pengembangan dan pembangunan
7. Produksi
8. Perluasan
I. EKSPLORASI PENDAHULUAN (RECONNAISANCE SURVEY)
Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survey dilakukan untuk mencari daerah
prospek panas bumi, yaitu daerah yang menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya
panas bumi dilihat dari kenampakan dipermukaan, serta untuk mendapatkan gambaran
mengenai geologi regional di daerah tersebut.
Secara garis besar pekerjaan yang dihasilkan pada tahap ini terdiri dari :
1. Studi Literatur
2. Survei Lapangan
3. Analisa Data
4. Menentukan Daerah Prospek
5. Spekulasi Besar Potensi Listrik
6. Menentukan Jenis Survei yang Akan Dilakukan Selanjutnya
1. Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan dalam usaha mencari daerah prospek panas bumi adalah
mengumpulkan peta dan data dari laporan-lapaoran hasil survei yang pernah dilakukan
sebelumnya di daerah yang akan diselidiki, guna mendapat gambaran mengenai geologi
regional, lokasi daerah dimana terdapat manifestasi permukaan, fenomena vulkanik, geologi
dan hidrologi di daerah yang sedang diselidiki dan kemudian menetapkan tempat-tempat
yang akan disurvei. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data sangat tergantung dari
kemudahan memperoleh peta dan laporan-laporan hasil survei yang telah dilakukan
sebelumnya, tetapi diperkirakan akan memerlukan waktu sekitar 1 bulan.


1. Survei Lapangan
Survei lapangan terdiri dari survei geologi, hidrologi dan geokomia. Luas daerah yang
disurvei pada tahap ini umumnya cukup luas, yaitu sekitar 5000-20000 km2, tetapi bisa
juga hanya seluas 5-20 km2 (Baldi, 1990). Survei biasanya dimulai dari tempat-tempat
dimana terdapat manifestasi permukaan dan di daerah sekitarnya serta di tempat-tempat
lain yang telah ditetapkan berdasarkan hasil kajian interpretasi peta topografi, citra landsat
dan penginderaan jauh serta dari laporan-laporan hasil survei yang pernah dilakukan
sebelumnya. Pada tahap ini survei dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan
sederhana dan mudah dibawa.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui secara global formasi dan jenis batua,
penyebaran batuan, struktur geologi, jenis-jenis manifestasi yang terdapat di daerah
tersebut besertas karakteristiknya, mengambil sampel fluida melakukan pengukuran
temperatur, pH, dan kecepatan air.
Waktu yang diperlukan untuk survei lapangan sangat tergantung dari kondisi geologi dan
luas daerah yang akan diselidiki, kuantitas dan kualitas data yang telah ada serta junlah
orang ayng terlibat dalam penyelidikan. Survei lapangan reconnaisab\nce yang dilakukan
pada satu daerah biasanya 2 minggu sampai 1 bulaln, dilanjutkan dengan survei detail
selama 3-6 bulan.
Di beberapa negara waktu yang diperlukan untuk survei lapangan ada yang lebih lama.
Menurut Baldi (1990), bila kuantitas dam kualitas data yang telah ada cukup baik serta
daerah yang akan diselidiki tidak terlaullu luas, maka survei lapangan mungkin hanya
memerlukan waktu sekitar 1-2 bulan. Akan tetapi, bila data yang ada sangat terbatas dan
daerah yang akan diselidiki cukup luas, maka survey lapangan dan analisis data akan
memakan waktu beberapa bulan sampai satu tahun.


1. Analisis dan Interpretasi Data
Data dari survei sebelumnya serta dari hasil survei lapangan dianalisis untuk mendapatkan
gambaran (model) mengenai regional geologi dan hidrologi di daerah tersebut. Dari kajian
data geologi, hidrologi dan geokimia ditentukan daerah prospek, yaitu daerah yang
menunjukkan tanda-tanda adanya sumberdaya panas bumi. Dari hasil analisis dan
interpretasi data juga dapat diperkirakan jenis reservoir, temperatur reservoir, asal sumber
air, dan jenis batuan reservoir.


1. Spekulasi Besar Sumberdaya Panasbumi
Pada tahap ini data mengenai reservoir masih sangat terbatas. Meskipun demikian,
seringkali para ahli geothermal diharapkan dapat berspekulasi mengenai besarnya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki. Jenis dan temperatur reservoir dapat
diperkirakan. Luas prospek pada tahapan ini dapat diperkirakan dari penyebaran
manifestasi permukaan dan pelamparan struktur geologinya secara global, tetapi selama ini
hanya ditentukan dengan cara statistik (rata-rata luas prospek).
Pada tahap ini sudah dapat ditentukan apakah prospek yang diteliti cukup baik untuk
dikembangkan selanjutnya apakah survey rinci pwerlu dilakukan atau tidak. Apabila tidak,
maka daerah yang diteliti ditinggalkan.


I. EKSPLORASI LANJUT ATAU RINCI (PRE-FEASIBILITY STUDY)
Tahap kedua dari kegiatan eksplorasi adalah tahap pre-feasibility study atau tahap
survey lanjut. Survei yang dilakukan terdiri dari survei geologi, geokimia dan geofisika.
Tujuan dari survei tersebut adalah :
Mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kondisi geologi permukaan dan
bawah permukaan
Mengidentifikasi daerah yang diduga mengandung sumberdaya panasbumi.
Dari hasil eksplorasi rinci dapat diketahui dengan lebih baik mengenai penyebaran
batuan, struktur geologi, daerah alterasi hydrothermal, geometri cadangan panas bumi,
hidrologi, system panasbumi, temperatur reservoir, potensi sumberdaya serta potensi
listriknya.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, survei umumnya dilakukan di tempat-tempat
yang diusulkan dari hasil survei pendahuluan. Luas daerah yang akan disurvei tergantung
dari keadaan geologi morfologi, tetapi umumnya daerah yang disurvei adalah sekitar 500-
1000 km2, namun ada juga yang hanya seluas 10-100 km2.
Waktu yang diperlukan sangat tergantung pada luas daerah yang diselidiki, jenis-jenis
pengujian yang dilakukan serta jumlah orang yang terlibat. Bila sumberdaya siperkirakan
mempunyai temperature tinggi dan mempunyai potensi untuk pembangkit listrik biasanya
luas daerah yang diselidiki cukup luas, sehingga untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility
study (survei lapangan, interpretasi dan analisis data, pembuatan model hingga pembuatan
laporan) diperlukan waktu sekitar satu tahun.
Ada dua pendapat mengenai luas daerah yang diselidiki dan waktu yang diperlukan
untuk eksplorasi rinci di daerah yang sumberdayanya diperkirakan mempunyai termperatur
sedang. Sekelompok orang berpendapat bahwa apabila sumberdaya mempunyai temperatur
sedang, maka dengan pertimbangan ekonomi luas daerah yang diselidiki bisa lebih kecil dan
didaerah tersebut cukup hanya dilakukan satu jenis survey geofisika saja. Dengan demikian
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tahap pre-feasibility study menjadi lebih
pendek, yaitu hanya beberapa bulan saja. Sementara kelompok lain berpendapat bahwa
untuk daerah panasbumi dengan tingkatan prospek lebih rendah (sedang) dan akan
dikembangkan justru memerlukan survey yang lebih lengkap dan lebih teliti untuk
menghindarkan terlalu banyaknya kegagalan pemboran.


1. Survei Geologi Lanjut/Rinci
Survei geologi umumnya yang pertama dilakukan untuk memahami struktur geologi dan
stratigrafi maka survei geologi rinci harus dilakukan di daerah yang cukup luas.
Lama waktu penyelidikan tergantung pada luas daerah yang diselidiki serta jumlah orang
yang terlibat dalam penyelidikan, tetpi hingga penulisan laporan biasanya diperlukan sekitar
3-6 bulan.
Survei geologi ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran batuan secara mendatar
maupun secara vertikal, struktur geologi, tektonik dan sejarah geologi dalam kaitannya
dengan terbentuknya suatu sistem panas bumi termasuk memperkirakan luas daerah
prospek dan sumber panasnya.


1. Survei Geokimia Lanjut
Pekerjaan yang dilakukan pada suatu survei geokimia lanjut pada dasarnya hamper sama
dengan pada tahap survei pendahuluan, tetapi pada tahap ini sampel harus diambil dari
semua manifestasi permukaan yang ada di daerah tersebut dan di daerah sekitarnya untuk
dianalisis di tampat pengambilan sampel dan atau di laboratorium. Analisis geokimia tidak
hanya dilakukan pada fluida tau gas dari manifestasi panas permukaan, tetapi juga pada
daerah lainnya untuk melihat kandungan gas dan unsure-unsur tertentu yang terkadanga
dalam tanah yang terbentuk karena aktivitas hydrothermal. Selain itu juga perlu dibuat
manifestasi permukaan, yaitu peta yang menunjukkan lokasi serta jenis semua manifestasi
panas bumi di daerah tersebut.
Hasil analisis kimia fluida dan isotop air dan gas dari seluruh manifestasi panas permukaan
dan daerah lainnya berguna untuk memperkirakan sistem dan temperature reservoir, asal
sumber air, karakterisasi fluida dan sistem hidrologi di bawah permukaan.
Hasil analisis air dapat juga digunakan untuk memperkirakan problema-problema yang
munkin terjdadi (korosi dan scale) apabila fluida dari sumberdaya panas bumi tersebut
dimanfaatkan dikemudian hari.


1. Survei Geofisika
Survei geofisika dilakukan setelah survei geologi dan geokimia karena biayanya lebih
mahal. Dari sember geologi dan geokimia diusulkan daerah-daerah mana saja yang harus
disurvei geofisika. Survei geofisika dilakuakn untuk mengetahui sifat fisik batuan mulai dari
permukaan hingga kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan. Dengan
mengetahui sifat fisik batuan maka dapat diketahui daerah tempat terjadinya anomali yang
dosebabkan oleh sistem panas buminya dan lebih lanjut geometri prospek serta lokasi dan
bentuk batuan sumber panas dapat diperkirakan.
Ada beberapa jenis survei geofisika, yaitu :
1. Survei resistivity
2. Survei gravity
3. Survei magnetic
4. Survei Macro Earth Quake (MEQ)
5. Survei aliran panas
6. Survei Self Potential
Pemilihan jenis survei tergantung dari keadaan geologi dan struktur di daerah yang akan
diselidiki, serta batasan anggaran untuk pengukuran di lapangan dan intrepetasi data.
Survei geofisika yang pertama kali dilakukan umumnya adalah survei resistivity
Schlumberger, gravity dan magnetic karena perlatannya mudah didapat dan biayanya
murah. Dari ketiga survei geofisika ini diusulkan daerah prospek panas bumi untuk disurvei
lebih detail dengan metoda yang lebih mahal yaitumagnetotelluric (MT) atau Control Source
Audio (CSMT) untuk melihat struktur fisik batuan dengan kedalaman yang jauh lebih dalam
dari maksimum kedalaman yang dicapai oleh metode Schlumberger yang hanya mampu
untuk mendeteksi kedalaman sampai beberapa ratus meter saja.


1. Survei Geografi
Selain survei geologi, geokimia, dan geofisika, pada tahap ini biasanya dilakuakn survei
geografi dan survei lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai status lahan, distribusi
kemiringan lereng, prasarana jalan, fasilitas listrik, air, kominaksi yang tersedia, jumlah dan
kepadatan penduduk.


1. Analisis dan Interpretasi Data
Dari hasil kajian data diharapkan akan diperoleh gambaran atau model awal mengenai
sistem panasbumi di daerah yang diselidiki, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan target dan lokasi sumur eksplorasi serta membuat program pemboran.
Model system panasbumi harus mengikutsertakan karakteristik litologi, stratigrafi, hidrologi,
atau pola sirkulasi fluida, perkiraan sumber panas dan temperatur dalam reservoir serta
sistem panas buminya. Model harus dibuat mulai dari permukaan hingga kedalaman 1 4
km. selain itu dari pengkajian data dapat diperkirakan besarnya potensi sumber daya
(resources), cadangan (recoverable reserve), dan potensi listrik panas bumi di daerah yang
diduga mengandung panasbumi.


I. PEMBORAN EKSPLORASI
Apabila dari data geologi, data geokimia, dan data geofisika yang diperoleh dari hasil
survey rinci menunjukkan bahwa di daerah yang diselidiki terdapat sumberdaya panasbumi
yang ekonomis untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pemboran
sumur eksplorasi. Tujuan dari pemboran sumur eksplorasi ini adalah membuktikan adanya
sumberdaya panasbumi di daerah yang diselidiki dan menguji model system panasbumi
yang dibuat berdasarkan data-data hasil survei rinci.
Jumlah sumur eksplorasi tergantung dari besarnya luas daerah yang diduga
mengandung energi panasbumi. Biasanya di dalam satu prospek dibor 3 5 sumur
eksplorasi. Kedalaman sumur tergantung dari kedalaman reservoir yang diperkirakan dari
data hasil survei rinci, batasan anggaran, dan teknologi yang ada, tetapi sumur eksplorasi
umumnya dibor hingga kedalaman 1000 3000 meter.
Menurut Cataldi (1982), tingkat keberhasilan atau success ratio pemboran sumur
panas bumi lebih tinggi daripada pemboran minyak. Success ratio dari pemboran sumur
panasbumi umumnya 50 70%. Ini berarti dari empat sumur eksplorasi yang dibor, ada 2
3 sumur yang menghasilkan.
Setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai kedalaman yang
diinginkan, dilakukan pengujian sumur. Jenis jenis pengujian sumur yang dilakukan di
sumur panasbumi adalah:
Uji hilang air (water loss test)
Uji permeabilitas total (gross permeability test)
Uji panas (heating measurement)
Uji produksi (discharge/ output test)
Uji transien (transient test)
Pengujian sumur geothermal dilakukan untuk mendapatkan informasi/ data yang lebih
persis mengenai :
1. Jenis dan sifat fluida produksi.
2. Kedalaman reservoir.
3. Jenis reservoir.
4. Temperatur reservoir.
5. Sifat batuan reservoir.
6. Laju alir massa fluida, entalpi, dan fraksi uap pada berbagai tekanan kepala sumur.
7. Kapasitas produksi sumur (dalam MW).
Berdasarkan hasil pemboran dan pengujian sumur harus diambil keputusan apakah
perlu dibor beberapa sumur eksplorasi lain, ataukah sumur eksplorasi yang ada telah cukup
untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya. Apabila beberapa sumur
eksplorasi mempunyai potensi cukup besar maka perlu dipelajari apakah lapangan tersebut
menarik untuk dikembangkan atau tidak.


I. STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
Studi kelayakan perlu dilakukan apabila ada beberapa sumur eksplorasi menghasilkan
fluida panas bumi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai apakah sumber daya panas
bumi yang terdapat di daerah tersebut secara teknis dan ekonomis menarik untuk
diproduksikan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah :
Mengevaluasi data geologi, geokimia, geofisika, dan data sumur.
Memperbaiki model sistem panas bumi.
Menghitung besarnya sumber daya dan cadangan panas bumi (recoverable reserve)
serta ppotensi listrik yang dapat dihasilkannya.
Mengevaluasi potensi sumur serta memprekirakan kinerjanya.
Menganalisa sifat fluida panas bumi dan kandungan non condensable gas serta
memperkirakan sifat korosifitas air dan kemungkinan pembentukan scale.
Mempelajari apakah ada permintaan energy listrik, untuk apa dan berapa banyak.
Mengusukan alternative pengembangan dan kapasitas instalasi pembangkit listrik.
Melakukan analisa keekonomian untuk semua alternative yang diusulkan.


I. PERENCANAAN
Apabila dari hasil studi kelayakan disimpulkan bahwa daerah panas bumi tersebut
menarik untuk dikembangkan, baik ditinjau dari aspek teknis maupun ekonomis, maka
tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan secara detail.
Rencana pengembangan lapangan dan pembangkit listrik mencangkup usulan secara
rinci mengenai fasilitas kepala sumur, fasilitas produksi dan injeksi di permukaan, sistem
pipa alir dipermukaan, fasilitas pusat pembangkit listrik. Pada tahap ini gambar teknik perlu
dibuat secara rinci, mencangkup ukuran pipa alir uap, pipa alir dua fasa, penempatan valve,
perangkat pembuang kondensat dan lain-lain.


I. PEMBORAN SUMUR PRODUKSI, INJEKSI DAN PEMBANGUNAN PUSAT LISTRIK
TENAGA PANAS BUMI
Untuk menjamin tersedia uap sebanyak yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik yang
dibutuhkan oleh pembangkit listrik diperlukan sejumlah sumur produksi. Selain itu juga
diperlukan sumur untuk menginjeksikan kembali air limbah. Pemboran sumur dapat
dilakukan secara bersamaan dengan tahap perencanaan pembangunan PLTP.


I. PRODUKSI UAP, PRODUKSI LISTRIK DAN PERAWATAN
Pada tahap ini PLTP telah beroperasi sehingga kegiatan utama adalah menjaga
kelangsungan:
1. Produksi uap dari sumur-sumur produksi.
2. Produksi listrik dari PLTP.
3. Distribusi listrik ke konsumen.

I. CONTOH KEGIATAN EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN
PANASBUMI
1. Lapangan Panas Bumi Kamojang
Usaha pencarian panas bumi Indonesia pertama kali dilakukan di daerah kawah Kamojang
pada tahun 1918. Pada tahun 1962-1929, lima sumur eksplorasi dibor sampai kedalaman
66-128 meter. Sehingga sumur KMJ-3 masih memproduksikan uap panas kering dan dry
system. Karena pada saat itu terjadi perang, maka kegiatan pemboran tersebut dihentikan.
Pada tahun 1972, direktorat vulkanologi dan pertamina, dengan bantuan pemerintah
Perancis dan New Zeland, melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia,
Kamojang mendapat prioritas untuk survei lebih rinci. Pada bulan September 1972
ditandatangani kontrak kerjasama bilateral antara Indonesia dan New Zeland untuk
pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di daerah tersebut. Survey geologi,
geokomia, dan geofisika dilakukan pada daerah tersebut. Area seluas 14 km2 diduga
mengandung fluida panas bumi. Lima sumur eksplorasi (KMJ6-10) kemudian dibor dengan
kedalaman 535-761 meter dan menghasilkan uap kering dengan temperatur tinggi (2400C).
uap tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik Mono Blok sebesar 0.5 MW
yang dimulai beroperasi pada 37 november 1978. Pemboren dilakukan lagi sampai
desember 1982. 18 buah sumur dibor dengan kedalaman 935-1800 m dan menghasilkan
535 ton uap per jam
Setelah menilai potensi sumur dan kualitas uap, maka disimpulkan bahwa uap air di
Kamojang dapat digunakan sebagi pembangkit listrik. Kemudian dibangun PLTP Kamojang
sebesar 30 MW dan mulai beroperasi tanggal 7 februari 1983. Lapangan terus
dikembangkan. Unit II dan mmasing-masing sebesar 55 MW milai dioperasikan berturut-
tirut tanggal 29 juli 1987 dan 13 september 1987, sehingga daya PLTP kaojang menjadi
140.25 MW. Untuk memenuhi kebutuhan listrik,dimanfaatkan 26 dari 47 sumur. Sejak
pertengahan tahun 1988, engoperasian Mono Blok 0.25 MW dihentikan. Hingga saat ini
jumlah daya terpasang PLTP masih sebesar 140 MW.


1. Lapangan Panas Bumi Darajat
Lapangan darajat terletak di jawa barat, sekitar 10 km dari lapangan kamojang
pengembangan lapangan darajat dimulai pada tahun 1984 dengan ditandatanganinya
kontrak operasi bersama antar pemerintah Indonesia dengan Amoseas Ltd. Sejarahnya
sebagai berikut :
1972 1975 : kegiatan eksplorsi rinci
1976 1978 : tiga sumur eksplorasi dibor, menghasilkan uap kering, temperatur reservoir 235-247 0 C
1984 : KOB
1987 1988 : pemboran sumur produksi
Sept. 1994 : PLTP darajat (55 MW) dioperasikan


1. Lapangan Panas Bumi Dieng
Eksplorasi Dimulai tahun 1972, dilanjutkan pemboran eksplorasi pada tahun 1977.
Sejarahnya yaitu :
1972 : Kegiatan eksplorasi dimulai
1977 : Sumur eksplorasi pertama di bor
1981 : Tiga sumur dibor menghasilkan fluida tiga fasa, uap-air. Temperaturrservoar 180-320 0 C
14 mei 1984 : Pembangkit listrik mono blok 2 MW dioperasikan
s/d 1995 : Telah dibor 29 sumur
status : KOB dengan Himpurna California energy
Lapangan di dieng ini menghasilkan fluida dua fasa (uap-air). Sampai akhir 1995 telah dibor
sebanyak 29 sumur, akan tetapi belum diperoleh gambaran yang baik mengenai sistem
panas bumi yang terdapat di daerah ini. Selain itu, sumur-sumur ini berproduksi
mengandung H2S dan CO2 yang cukup tinggi, sehingga lapangan di daerah ini belum
dikembangkan.


1. Lapangan Panas Bumi Lahendong
Merupakan lapangan panas bumi yang dikembangkan diluar jawa, 9 sumur yang terdiri dari
7 sumur eksplorasi dan 2 sumur eksploitasi telah dibor. Sumur ini menghasilkan fluida dua
fasa (uap-air) bertemperatur tinggi dengan potensi sumur rata-rata 6 MWe. Reservoir
mempunyai temperature 280-325oC. Di lapangan ini telah dibangun sebuah pembangkit
listrik panas bumi binary geothermal powerplan berkapasitas 2,5 MW. Pada pembangkit ini
sudu-sudu turbin pembangkit binary digerakkan oleh uap fluida organik yang dipanasi oleh
fluida panas bumi melalui mesin penukar kalor (heat exchanger). Saat ini sedang dibuat
rencana pengembangan lapangan lahendong untuk pembangunan pusat listrik panas bumi
berkapasitas 20 MW.


I. RESIKO EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN LAPANGAN PANAS BUMI
1. Resiko yang berkaitan dengan sumber daya, yaitu resiko yang berkaitan dengan :
Kemungkinan tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang sedang
dieksplorasi (resiko eksplorasi).
Kemungkinan besarnya cadangan dan potensi litrik didaerah itu lebih kecil dari yang
diperkirakan atau tidak bernilai komersial (resiko eksplorasi).
kemungkinan jumlah sumur explorasi yg berhasil lebih sedikit dari yg diharapkan
kemungkinan potensi sumur (well output), baik sumur explorasi lebih kecil dari yg
diperkirakan semula (resiko eksplorasi)
kemungkinan jumlah sumur pengembangan yg berhasil lebih sedikit dari yg
diharapkan (resiko pengembangan)
kemungkinan biaya eksplorasi, pengembangan lapangan dan pengembangan PLTP
lebih mahal dari yg diperkirakan semula
kemungkinan terjadinya problem-problem teknis, seperti korosi dan scaling(resiko
teknologi) dan problem2 lingkungan
1. Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan penurunan laju produksi / penurunan
temperatur lebih cepat dari yang diperkirakan semula (resource degradation)
2. Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan pasar dan harga (market
access dan price risk)
3. Resiko pembangunan (construction risk)
4. Resiko yang berkaitan dengan perubahan management
5. Resiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan kemungkinan perubahan
kebijaksanaan pemerintahan (legal dan regulatory risk)
6. Resiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan bunga bank dan laju inflasi
(interest dan inflation risk)
7. Force majeure
Resiko pertama dalam proyek panas bumi (dihadapi pada waktu eksplorasi dan awal
pemboran sumur eksplorasi) adalah resiko yang berkaitan dengan kemungkinan tidak
ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi atau sumber
energi yang ditemukan tidak komersial.
Lembaga keuangan tidak akan meminjamkan dana untuk pengembangan lapangan
sebelum hasil pemboran dan pengujian sumur membuktikan bahwa di daerah tersebut
terdapat sumber energi panas bumi dengan potensi ekonomi yg menjanjikan.
Resiko masih tetap ada meskipun hasil eksplorasi telah membuktikan bahwa di daerah
tersebut terdapat sumber panas bumi. hal ini disebabkan karena masih adanya
ketidakpastian mengenai besarnya cadangan (recoverable reserve) potensi listrik dan
kemampuan produksi (well output) dr sumur-sumur yang akan dibor di masa yang akan
datang.
Lembaga keuangan tdk akan meminjamkan dana untuk membiayai proyek yang
ditawarkan sampai membuktikan bahwa di daerah tersebut terdapat cadangan energi panas
bumi dengan potensi ekonomi yang menjanjikan.
Apabila di daerah tersbut terdapat lapangan panas bumi yang telah berhasil
dikembangkan, biasanya kepastian mengenai adanya cadangan yang memadai cukup
ditunjukan oleh adanya satu atau dua sumur yang berhasil memproduksi fluida panas bumi.
Tetapi apabila belum ada lapangan panas bumi yang dikembangkan di daerah
tersebut, setidaknya harus sudah terbukti mampu menghasilkan fluida produksi 10-30%
dari total fluida produksi yg dibutuhkan oleh PLTP.
Selain itu bank juga membutuhkan bukti bahwa penginjeksian kembali fluida kedalam
reservoir (setelah energinya digunakan untuk membangkitkan listrik) tidak menimbulkan
permasalahan baik permasalahan teknis (operasional) maupun permasalahan lingkungan.
Meskipun besar cadangan/ potensi listrik, kemampuan produksi sumur dan kapasitas
injeksi telah diketahui dengan lebih pasti, tetapi resiko masih tetap ada karena masih ada
ketidakpastian mengenai besarnya biaya yang diperlukan dari tahun ke tahun untuk
menunjang kegiatan operasional dan menjaga jumlah pasok uap ke PLTP. Hal ini dapat
menimbulkan kekhawatiran terhadap lembaga yg meminjamkan dana karena pengembalian
dana yang dipinjamkan tidak sesuai dengan keuntungan yang diproyeksikan.
Resiko yang berkaitan dengan permasalahan teknik seperti terjadinya korosi di dalam
sumur dan di dalam pipa akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan dan mungkin juga
dapat menyebabkan ditolaknya usulan perluasan lapangan untuk meningkatkan kapasitas
PLTP.
Resiko lain yang berkaitan dengan sumber daya adalah kemungkinan penurunan laju
dan temperatur fluida produksi (enthalpy), kenaikan tekanan injeksi, perubahan kandungan
kimia fluida terhadap waktu, yang mengakibatkan berkurangnya keuntungan atau bahkan
hllangnya keuntungan bila penurunan produksi teerlalu cepat. Penurunan kinerja reservoir
terhadap waktu sebenarnya, dapat diramalkan dengan cara simulasi reservoir. Hasil
peramanalan kinerja reservoir dapat dipercaya apabila model kalibrasi dengan
menggunakan data produksi yang cukup lama, tapi jika model hanya dikalibrasi dengan
data produksi yang relatif singkat maka hasil peramalan kinerja reservoir masih
mengandung tingkat ketidakpastian yang tinggi.
Di beberapa proyek masalah-masalah manajemen dan operasional yang tidak terduga
ada yang tidak terpecahkan dengan biaya tinggi. Resiko yang disebabkan oleh hal tersebut
relatif lebih sulit dinilai dibandingkan dengan resiko lain, termasuk di dalamnya
permasalahan-permasalahan yang timbul akibat kelalaian manusia dan kekurangcakapan
sumber daya manusia dan manajemen.
Berbagai upaya telah dicoba untuk mengurangi resiko yang berkaitan dengan sumber
daya, di antaranya :
1. Kegiatan eksplorasi telah cukup dilakukan sebelum rencana pengembangan lapangan
dibuat.
2. Menentukan kriteria keuntungan yang jelas.
3. Memilih proyek dengan lebih hati-hati, dengan cara melihat pengalaman pengembang
sebelumnya, baik secara teknis maupun secara manajerial.
4. Mengkaji rencana pengembangan secara hati-hati sebelum menandatangani
perjanjian pendanaan.
5. Memeriksa rencana pengembangan dan menguji rencana operasi berdasarkan
skenario yang terjelek.
6. Mentaati peraturan yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan.
7. Merancang dan menerapkan program sesuai dengan tujuan dan berdasarkan jadwal
waktu pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan.
8. Melaksanakan simulasi (pemodelan) untuk meramalkan kinerja reservoir dan sumur
untuk berbagai skenario pengembangan lapangan.
9. Mengadakan pertemuan secara teratur untuk mengevaluasi pelaksanaan program
untuk mengetahui apakah kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak.

http://migaswisnuadik.blogspot.com/2013/07/kegiatan-eksplorasi-minyak-bumi.html
Tahap Pengembangan Lapangan Migas
Pengembangaan sebuah lapangan minyak dan gas di Indonesia terdiri atas tiga tahap utama,
yakni tahap Exploration, Development dan Production.
Eksplorasi adalah tahap awal untuk menemukan prospek atau potensi cadangan migas.
Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS, yakni perusahaan migas) mendapatkan lapangan
Eksplorasi dari pembelian kontrak kandidat lapangan migas yang ditawarkan pemerintah (BP
Migas). Pada tahap eksplorasi ini, KKKS diberikan waktu 10 tahun untuk melakukan eksplorasi.
KKKS mempunyai keharusan untuk mengeluarkan biaya investasi yang besar dimana resiko
sepenuhnya ditanggung KKKS. Kewajiban KKKS untuk melakukan aktivitas eksplorasi akan
dievaluasi oleh pemerintah 3 tahun pertama (komitmen pasti), 3 tahun kedua (komitmen
lanjutan), dan 4 tahun terakhir (komitmen tambahan).
Dalam waktu eksplorasi tersebut, KKKS bisa menyerahkan kembali prospek tersebut termasuk
semua data yang didapat selama aktivitas eksplorasi kepada Pemerintah. Atau jika
selambatnya 10 tahun KKKS tidak berhasil menemukan potensi lapangan migas, maka
lapangan tersebut (termasuk data) wajib diserahkan kembali ke pemerintah. Dengan skema
tersebut, sangat terlihat besarnya resiko KKKS dalam kegiatan eksplorasi. Biaya eksplorasi
yang gagal bagi KKKS akan menjadi sunk cost dan tidak akan ditanggung oleh pemerintah.
Lain ceritanya jika prospek tersebut terbukti merupakan cadangan migas (tanpa harus
menunggu 10 tahun eksplorasi), maka tahap berikutnya adalah pembuatan POD (Plan of
Development) lapangan /blok migas yang diajukan KKKS kepada pemeirntah (Menteri ESDM).
Secara khusus, tujuan POD adalah melihat tingkat ke-ekonomi-an sebuah blok migas. Dengan
disetujuinya POD, maka skema Cost Recovery mulai berlaku ( baca artikel penulis tentang cost
recovery). Artinya, semua biaya eksplorasi akan diganti oleh Negara melalui skema bagi hasil
PSC (Production Sharing Contract). Bagi pemerintah, POD adalah sebuah langkah kritikal
pengambilan keputusan migas karena menyangkut pendapatan atau kerugian negara (akibat
tidak ekonomis) di masa datang.
Setelah Eksplorasi dan POD, maka tahap berikutnya Development dan Production dengan
konsesi 20 tahun atau sesuai kontrak khusus. Development adalah tahap dimana KKKS
melakukan kegiatan analisa lebih dalam mengenai kondisi blok migas. Misal, jika dalam
eksplorasi KKKS hanya melakukan drilling 2 exploration wells untuk identifikasi potensi
cadangan, maka pada development KKKS akan melakukan development drilling 3 wells untuk
menganalisa lebih pasti volume reservoir.
Pada tahap Development ini sekalipun cost recovery sudah diberlakukan, namun biaya masih
dibiayai oleh KKKS karena cost recovery dalam PSC adalah pembagian hasil produksi, bukan
pembayaran penggantian (not-reimbursable). Dalam tahap ini juga mulai dibangun fasilitas
produksi yang juga menjadi tanggungan KKKS. Sehingga praktis biaya eksplorasi dan
development cukup menguras kas KKKS (lihat skema).
Setelah tahap development selesai (dan masih memungkinkan dilakukan revisi POD), maka
tahap berikutnya adalah Production yakni melakukan eksploitasi migas. Produksi migas mulai
mengalir, revenue pun mulai masuk, sehingga beban kas akibat biaya eksplorasi+development
dan biaya produksi semakin berkurang. Dalam proses ini, pemerintah hanya mendapatkan FTP
dan DMO sesuai dengan skema PSC. Sampai akhirnya semua biaya (termasuk biaya produksi
rutin) habis cost recovery, maka pemerintah mulai mendapatkan Equity (jatah). Hal inilah yang
menjadi titik impas Break Even Point (BEP) untuk pengambilan keputusan pemerintah dalam
POD, sampai berapa lama pemerintah mulai penuh mendapatkan Equity sesuai skema PSC
(85%).
Merupakan kondisi alami blok migas mengalami penurunan produksi, sehingga revenue juga
semakin turun. Padahal di sisi lain, biaya produksi semakin naik karena lapangan minyak yang
semakin berumur. KKKS harus memperhitungkan batas ekonomis (economical limit), yakni
batas ke-ekonomi-an sebuah blok migas menurut cost benefit KKKS. Hingga pada waktu cash
positif KKKS akan cenderung turun lagi (karena produksi turun) sehingga akan melewati
economical limit, maka KKKS cenderung untuk melepas atau berbagi kepemilikan blok dengan
KKKS lain.
Tingkat ekonomis sendiri berbeda antara KKKS satu dan lainnya, antar perusahaan migas
nasional dan multinasional, karena biaya untuk memproduksi migas masing-masing akan
berbeda. Namun semua perusahaan akan mendapat perlakuan yang sama di depan
pemerintah dalam kontrak migas (kecuali perusahaan migas BUMN). Kebijakan pemerintah
terhadap kontrak migas KKKS juga menjadi salah satu faktor economical limit bagi KKKS. Dan
untuk mendukung investasi migas di tengah semakin menurunnya produksi dan cadangan
migas nasional, sudah semestinya pemerintah memberikan iklim investasi yang semakin baik
untuk pengembangan lapangan migas di Indonesia.
http://3an.blogspot.com/2010/01/tahap-pengembangan-lapangan-migas.html
Minyak dan gas bumi (migas) adalah sumber daya hidrokarbon yang tidak dapat diperbaharui.
Untuk menemukan dan menambah cadangan migas, cara yang harus ditempuh adalah melalui
kegiatan eksplorasi. Sebab, pada hakikatnya, setiap migas yang diproduksi wajib diganti dengan
cadangan baru sebesar migas yang diproduksi. Ini yang dinamakan reserve replacement
ratio (RRR). Namun, tentu saja kegiatan eksplorasi membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
sedikit.
Eksplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian, merupakan tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu. Dalam dunia migas, eksplorasi atau
pencarian migas merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian
kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-
orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas
pencarian hidrokarbon tersebut.
Kajian geologi merupakan kajian regional. Jika secara regional tidak memungkinkan untuk
mendapat hidrokarbon, maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Setelah kajian secara regional
dengan menggunakan metoda geologi dilakukan, dan hasilnya mengindikasikan potensi
hidrokarbon, tahap selanjutnya adalah tahapan kajian geofisika. Pada tahapan ini, metoda-
metoda khusus digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat guna memastikan
keberadaan hidrokarbon dan kemungkinannya untuk dapat diekploitasi.
Metode Seismik
Salah satu metode geofisika yang dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi di bawah
permukaan adalah metode seismik. Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina EP Doddy
Priambodo memaparkan pencapaian kinerja eksplorasi yang signifikan dengan menggunakan
survei seismik 3D di lapangan Akasia Bagus, Indramayu, Jawa Barat. Eksplorasi ini terluas
sepanjang sejarah eksplorasi Pertamina yang menggunakan seismik 3D sepanjang 2011-2012
dengan total luas 1012 km persegi dengan durasi pekerjaan lebih cepat 3 bulan dari rencana awal
dan tanpa kecelakaan kerja, ujarnya.
Selain itu, Doddy juga mengatakan, pihaknya juga telah melakukan survei seismik
2D offshore (lepas pantai) terpanjang dalam sejarah eksplorasi di lapangan Matindok, di
cekungan Banggai Sulawesi dengan total panjang lintasan 3,060 km. Survei dilaksanakan selama
40 hari hingga Oktober 2012 dan tanpa kecelakaan kerja.
Data-data yang dihasilkan dari pengukuran-pengukuran merupakan cerminan kondisi dan sifat-
sifat batuan di dalam bumi. Ini penting sekali untuk mengetahui apakan batuan tersebut memiliki
sifat-sifat sebagai batuan sumber, reservoir, batuan perangkap atau hanya batuan yang tidak
penting dalam artian hidrokarbon. Setelah melakukan eksplorasi seismik, selanjutnya perlu
dilakukan pengecekan data-data seismik tersebut melalui pengeboran eksplorasi.
Rencana pengeboran juga melalui berbagai pertimbangan, yaitu menentukan lokasi, kedalaman
akhir, latar belakang geologi, serta jenis bor yang diperlukan. Berdasarkan data Direktorat
Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kegiatan pengeboran eksplorasi
tiap tahunnya terus menunjukkan peningkatan. Pada 2010 terjadi pengboran eksplorasi atas 90
sumur dari 126 sumur yang direncanakan. Dari jumlah itu, 27 sumur teridentifikasi kandungan
migas dengan success ratio 30 persen.
Jumlah pengeboran itu lebih tinggi dibandingkan 2009 yang mencapai 75 sumur dari 84 sumur
yang direncanakan. Dari 75 sumur tersebut, 35 sumur teridentifikasi kandungan migas dengan
success rasio 47 persen. Sedangkan pada 2008 dilakukan pengeboran pada 70 sumur dari 145
sumur yang direncanakan. Dari jumlah itu, teridentifikasi 34 sumur mengandung migas dengan
success ratio 49 persen.
Tingkat Success Ratio
Doddy menjelaskan, status tindak lanjut sumur-sumur pengeboran eksplorasi 2008-2012 yang
dilakukan dan berada di lahan milik Pertamina EP, success ratio-nya mencapai 80 persen dari 83
sumur yang dilakukan ekplorasi. Sebanyak 20 sumur dinyatakan dry hole (kosong), 26 sumur
produksi, 14 sumur tahap evaluasi, 9 sumur tahap pengembangan (POD/plan of development),
dan sisanya 17 sumur dalam rencana produksi.
Temuan eksplorasi dari tahun ke tahun sebenarnya naik. Pada 2012, Pertamina EP menemukan
hasil eksplorasi sebesar 229 MMBOE (Million Barrels of Oil Equivalent). Hal ini diperlihatkan
dari RRR telah mencapai 202 persen dengan cadangan terbukti yang ada sebesar 114 MMBOE,
terangnya.
Rencana dan Realisasi Pengeboran Eksplorasi Pertamina EP 2012
Rencana Pengeboran (WP&B Original) : 25 Sumur (13 Wildcat + 11 Delineasi + 1 Reentry)
Rencana Pengeboran (WP&B Revisi) : 29 Sumur (14 Wildcat + 14 Delineasi + 1 TW)
Selesai : 24 Sumur (9 Wildcat + 14 Delineasi + 1TW)
Ongoing : 4 Sumur (3 Wildcat + 1 Deliniasi)
Temuan Cadangan
Eksplorasi (INPLACE) (RECOVERABLE)
Target Temuan 223 MMBO 1683 BCFG 513 MMBOE 56 MMBO 1194 BCFG 262 MMBOE
Realiasi 293 MMBO 1046 BCFG 473 MMBOE 95 MMBO 777 BCFG 229 MMBOE

131% 62% 92% 169% 65% 87%

Biaya Ekplorasi
Kegiatan eksplorasi Pertamina EP pada 2013 menargetkan melakukan pengeboran sebanyak 28
sumur. Adapun target survei seismik 2D eksplorasi sebanyak 817 km dan survei seismik 3D
adalah 1488 km persegi. Jumlah studi yang akan dilaksanakan pada 2013 adalah 6 studi. Tentu,
untuk melakukannya paling tidak membutuhkan biaya yang cukup besar. Doddy juga
mengatakan, Pertamina EP telah mengalokasikan anggaran sebesar US$300 juta untuk
melakukan kegiatan eksplorasi migas tersebut.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK
Migas), biaya eksplorasi migas sejak 2002-2012 tercatat mencapai US$1,327 miliar. Biaya
tersebut merupakan total biaya eksplorasi yang dikeluarkan oleh kontraktor kontrak kerja Sama
(KKKS). Perlu diketahui, biaya tersebut tidak dimasukkan dalam cost recovery sehingga nilai
tersebut menjadi tanggungan KKKS meski tidak menghasilkan cadangan migas komersial untuk
dikembangkan dan tidak dapat diproduksi.
Besarnya risiko kegiatan menemukan cadangan migas menjadi pertimbangan bagi perusahaan
migas untuk melakukan eksplorasi. Tetapi, begitu cadangan tersebut ditemukan dan memiliki
nilai komersial, tentu menjadi barang rebutan bagi siapapun. (anovianti muharti)
- See more at: http://migasreview.com/peran-ahli-geologi-dalam-penemuan-cadangan-migas-melalui-
eksplorasi.html#sthash.UrrfQDFI.dpuf
http://migasreview.com/peran-ahli-geologi-dalam-penemuan-cadangan-migas-melalui-eksplorasi.html

Anda mungkin juga menyukai