Anda di halaman 1dari 10

GERAKAN TANAH

Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batua pada daearah tegak,

datar,atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada gangguan

kesetimbangan pada saat itu.

JENIS GERAKAN TANAH

Ada empat jenis utama gerakan massa :

1. Falls [runtuhan]

Ada 3 macam, yaitu :

Runtuhan batuan

Suatu massa batuan yang jatuh ke bawah karena terlepas

dari batuan induknya. Terjadi pada tebing tebing yang

terjal. Gerakannya ekstrim cepat.

Runtuhan tanah

Seperti pada runtuhan batuan, hanya saja yang jatuh ke

bawah berupa massa tanah. Gerakannya sangat cepat.

Runtuhan bahan rombakan

Seperti pada runtuhan batuan, hanya saja yang jatuh ke

bawah berupa massa bahan tombakan. Gerakannya sangat

cepat.

2. Slides [longsoran]

Ada 4 macam, yaitu :


Nendatan [slump]

Gerakan yang terputus putus atau tersendat sendat

dari massa tanah atau batuan ke arah bawah dalam jarak

yang relatif pendek, melalui bidang lengkung dengan

kecepatan ekstrim lambat sampai agak cepat. Pada

umumnya, sesuai dengan prosesnya yang terputus putus,

sehingga mempunyai lebih dari satu bidang longsor yang

kurang lebih sejajr atau searah satu sama lain.

Blok glide

Gerakan turun ke bawah dari massa tanah atau batuan

yang berupa blok dengan kecepatan lambat sampai agak

cepat. Blok yang turun dapat disebabkan atau dibatasi oleh

kekar, sesar.

Longsoran batuan

Gerakan massa batuan ke arah bawah yang biasanya

melalui bidang perlapisan, rekahan rekahan, bidang

sesar. Dalam hal ini kemiringan lereng searah dengan

kemiringan perlapisan batuan. Lapisan batuan yang dapat

bertindak sebagai bidang longsor adalah batuan yang

berukuran sangat halus [lempung, tuf halus, napal, dsb].

Kecepatan gerakan amat lambat sampai cepat.

Longsoran bahan rombakan

Gerakan massa tanah atau hasil pelapukan batuan melalui

bidang longsor yang relatif turun secara meluncur atau


menggelinding. Bidang longsor merupakan bidang batas

antara tanah dengan batuan induknya.

3. Flows [aliran]

Ada 6 macam, yaitu :

Aliran tanah

Gerakan dari massa tanah secara mengalir dengan

kecepatan lambat sampai cepat. Material [massa] tanah

yang sangat plastis biasanya dengan kecepatan lambat

cepat dan lumpur dengan kecepatan sangat cepat sehingga

ada yang disebut aliran tanah lambat dan aliran tanah

cepat. Disini faktor kandungan air sangat penting.

Aliran fragmen batuan

Gerakan secara mengalir dari massa batuan yang berupa

fragmen fragmen dengan kecepatan ekstrim cepat dan

kering. Macam aliran fragmen batuan, misalnya rockfall

avalenche. Massa yang bergerak sangat luas baik berupa

runtuhan batuan atau longsoran batuan dengan kecepatan

ekstrim cepat.

Sand run

Gerakan dari massa pasir secara mengalir dengan

kecepatan cepat sampai sangat cepat dalam keadaan

kering.

Loess flow [dry]


Aliran loess kering, massa yang mengalir berupa loes yang

sangat kering. Biasanya disebabkan oleh gempa bumi.

Kecepatan aliran ekstrim cepat.

Debris avalanche

Gerakan bahan rombakan dalam keadaan agak basah

dengan kecepatan sangat cepat sampai ekstrim cepat.

Kalau keadaannya basah disebut debris flow [aliran bahan

rombakan].

Sand flow dan Silt flow

Seperti pada sand run, hanya di sini dalam keadaan basah.

Jika material yang mengalir berupa pasir disebut aliran

pasir, sedangkan kalau berupa lumpur disebut aliran batu

lumpur. Kecepatan aliran cepat sampai sangat cepat.

4. Kompleks

Merupakan gabungan dari berbagai macam gerakan tanah,

biasanya satu macam gerakan tanah lalu diikuti oleh macam

gerakan tanah yang lain.

Faktor Pergerakan Massa Tanah

Menurut Karnawati (2005) faktor-faktor pengontrol pergerakan massa tanah

merupakan fenomena yang mengkondisikan suatu lereng berpotensi untuk


bergerak, meskipun pada saat tertentu lereng tersebut masih stabil atau belum

bergerak/longsor.Lereng yang berpotensi untuk bergerak, apabila ada gangguan

yang memicu terjadinya gerakan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan mengacu pula pada Sampurno (1975),

Varnes (1978), Tjojudo (1983), Heath et al. (1988), dan Sarosa (1992), maka

Karnawati (1996a) mengidentifikasi faktor-faktor pengontrol terjadinya gerakan

tanah di Indonesia, sebagai berikut:

1. Kondisi geomorfologi (kemiringan lereng)

Sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan wilayah perbukitan dan

pegunungan, sehingga banyak dijumpai lahan miring atau perbukitan.Lereng pada

lahan yang miring ini berpotensi untuk mengalami gerakan tanah. Semakin curam

kemiringan (sudut kemiringan) suatu lereng, akan semakin besar gaya penggerak

massa tanah/ batuan penyusun lereng.

2. Kondisi geologi

Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang kondisi geologinya

dinamis. Hal ini disebabkan oleh terjadinya gerakan Lempeng Australia dan

Lempeng Pasifik yang menumbuk di bawah Lempeng Benua Eurasia, sehingga

terjadi zona penujaman. Akibat dari penujaman lempeng tersebut maka terjadi

aktifitas gempa dan gunung api yang melampar sesuai jalur penujaman tadi.

Getaran gempa bumi pada lereng gunung api atau pegunungan dapat memicu

longsoran, karena getaran gempa dapat memperbesar gaya atau tegangan


penggerak massa tanah/ batuan pada lereng, yang sekaligus juga mengurangi

besarnya gaya atau tegangan penahan gerakan. Kehadiran gunung api tentunya

mengakibatkan suatu lahan menjadi miring. Semakin

miring suatu lahan, maka gaya penggerak massa tanah pada lereng akan semakin

besar apabila tanah penyusun lereng merupakan tanah lepas-lepas atau merupakan

batan yang rapuh.

3. Kondisi tanah/batuan penyusun penyusun lereng

Kondisi tanah/ batuan penyusun lereng sangat berperan dalam mengontrol

terjadinya gerakan tanah. Meskipun suatu lereng cukup curam, namun gerakan

tanah belum tentu terjadi apabila kondisi tanah/ batuan penyusun lereng tersebut

cukup kompak dan kuat. Tanah-tanah residual hasi pelapukan batuan yang belum

mengalami pergerakan (masih insitu) dan tanah kolovial, serta lapisan batu

lempung jenis smektif, lapisan napal dan serpih seringkali merupakan massa

tanah/batuan yang rentan bergerak, terutama apabila kemiringan lapisan batuan

searah kemiringan lereng.

4. Kondisi iklim

Kondisi iklim di Indonesia sangat berperan dalam mengontrol terjadinya longsor.

Temperatur dan curah hujan yang tinggi sangat mendukung terjadinya proses

pelapukan batuan pada lereng. Akibatnya sangat sering kita jumpai lereng yang

tersusun oleh tumpukan tanah yang tebal, dengan ketebalan mencapai lebih dari
10 meter.Dari hasil pengamatan lapangan dapat diketahui bahwa lereng dengan

tumpukan tanah yang lebih tebal relatif lebih rentan terhadap gerakan tanah.

Curah hujan yang tinggi atau menengah dan berlangsung lama sangat berperan

dalam memicu terjadinya gerakan tanah. Air hujan yang meresap ke dalam lereng

dapat meningkatkan kejenuhan tanah pada lereng, sehingga tekan air untuk

merenggangkan ikatan tanah meningkat pula, dan akhirnya massa tanah terangkut

oleh aliran air dalam lereng.

5. Kondisi hidrologi lereng

Kondisi hidrologi dalam lereng berperan dalam hal meningkatkan tekanan

hidrostatis air, sehingga kuat tanah/ batuan akan sangat berkurang dan gerakan

tanah terjadi. Lereng yang air tanahnya dangkal atau lereng dengan akuifiler

menggantung, sangat sangat sensitif mengalami kenaikan tekanan hidrostatis

apabila air permukaan meresap ke dalam lereng.Selain itu, retakan batuan atau

kekar sering pula menjadi saluran air masuk ke dalam lereng. Apabila semakin

banyak air yang masuk melewati retakan atau kekar tersebut, tekanan air juga

akan semakin meningkat. Mengingat jalurjalur tersebut merupakan bidang dengan

kuat geser lemah, maka kenaikan tekanan air ini akan sangat mudah menggerakan

lereng melalui jalur

tersebut. Di antara kondisi alam di atas, satu-satunya kondisi yang relative mudah

dikontrol adalah kondisi hidrologi (sistem tata air) pada lereng yang rawan

longsor. Kondisi tata air inilah yang paling sensitif untuk berubah baik dalam
dimensi waktu maupun ruang, akibat adanya air hujan yang meresap masuk ke

dalam lereng (Hencher dan Masey, 1984; Karnawati, 1996a dan 2000b)

Erosi adalah proses terjadinya pengikisan pada bagian

bagian tertentu di muka bumi. Materi dari bagian yang mengalami

pengikisan tersebut dapat mengalami perpindahan dari tempat

asalnya. Proses perpindahan materi tersebut dinamakan

transportasi. Erosi merupakan peristiwa pengikisan tanah oleh air,

angin, atau es. Penyebab alami erosi adalah karakteristik dan

intensitas curah hujan, kemiringan lereng, vegetasi (tanaman

penutup), serta kemampuan tanah untuk menyerap dan melepas air

(absorpsi).

Air yang mengalir di sungai dapat mengakibatkan runtuhnya

dinding-dinding sungai. Proses runtuhnya dinding sungai didahului

dengan pengikisan oleh aliran air. Proses pengikisan ini disebut

sebagai erosi. Erosi tidak hanya terjadi akibat tenaga air, tetapi juga

angin, gelombang laut, dan es.


(a) Bentukan deflasi akibat angin yang terjadi di daerah pantai, (b) erosi oleh air atau abrasi.
Berdasarkan penyebabnya, erosi dapat dibedakan menjadi lima

jenis.

Jenis-jenis erosi tersebut antara lain:

a. Ablasi

Ablasi, yaitu erosi yang terjadi karena aliran air yang mengikis

batuan atau permukaan bumi. Saat terjadi hujan di gunung, batuan

dan tanah yang ada di permukaan gunung terkikis oleh air hujan

yang mengalir dari puncak ke kaki gunung.

b. Deflasi

Deflasi terjadi karena adanya hembusan angin yang mengikis

permukaan bumi. Contohnya, angin laut yang berhembus dari laut

ke daratan dapat mengikis batuan dan pasir yang ada di daerah

pantai.

c. Korosi

Korosi terjadi karena hembusan angin yang membawa butiran


pasir. Angin yang meniupkan butiran pasir menerpa bagian batuan

tertentu sehingga batuan tersebut melapuk dan terkikis.

d. Abrasi

Abrasi terjadi di pantai karena gelombang air laut mengikis tepian

pantai. Contohnya, pasir pantai dan karang yang tergerus oleh

gelombang laut yang

Anda mungkin juga menyukai