Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN BAHAYA GEOLOGI & KAWASAN RAWAN BENCANA GEOLOGI

1. Penurunan Tanah
Penurunan tanah merupakan hal yang serius terutama apabila penurunan tanah terjadi di
daerah pesisir pantai. Kondisi ini karena daerah pesisir sangat rentan terhadap tekanan
lingkungan, baik yang berasal dari daratan maupun dari lautan.
Penurunan tanah yang terjadi memberikan dampak yang serius, yaitu genangan rob
semakin meluas karena sebagian daerah memiliki elevasi yang rendah terhadap muka laut.
Selain banjir rob, penurunan tanah juga menyebabkan kerusakan-kerusakan fisik bangunan
dan infrastruktur.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan tanah adalah sebagai berikut:
1) Penurunan muka tanah alami, disebabkan oleh proses-proses geologi seperti aktifitas
vulkanik dan tektonik, siklus geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan
sebagainya.
2) Penurunan muka tanah disebabkan oleh pengambilan bahan cair dari dalam tanah seperti
air tanah atau minyak bumi
3) Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban berat diatasnya seperti
struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah dibawahnya mengalami
kompaksi/konsolidasi (settlement)
4) Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah (aktifitas penambangan)
2. Gerakan Tanah
Gerakan tanah merupakan fenomena yang terjadi ketika massa tanah atau batuan mengalami
gangguan keseimbangan lereng, sehingga massa dari tanah dan batuan tersebut bergerak ke
arah tempat yang lebih rendah.
Gerakan tanah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
• Lereng
• Jenis litologi
• Perlapisan
• Patahan
• Retakan atau kekar
• Massa yang bergerak
• Kondisi kejenuhan air tanah pda bidang kegelinciran
Gerakan tanah dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu:
1) Erosi, endapat permukaan dan gunung api muda memiliki sifat yang belum padu dan masih
lepas, sehingga mudah tererosi ataupun runtuhnya tebing sungai akibat gerusan air sungai.
2) Campuran, sebaran endapan gunung apu terletak pada daerah pegunungan yang
mempunyai lereng (%) sedang hingga terjal, litologi setengah padu hingga sangat pady
dengan litologi tufa – pasir tufaan, dan terletak di atas batuan sedimen tersier yang sangat
kompak.
3) Runtuhan atau luncuran, sebaran batu gamping umumnya mempunyai rongga ataupun gua
dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah runtuhan, sedangan tanah pelapukan dapat
terjadi gerakan tanah luncuran.
4) Gelinciran, batuan sedimen terlipat dengan sumbu lipatan berarah barat laut- tenggara,
maka jenis gerakan tanahnya adalah gelinciran dikontrol oleh bidang perlapisan dengan
gerakam ke arah timur laut dan barat daya atau tegak lurus sumbu lipatan.
5) Komplek, batuan beku atau batu malihan merupakan batuan yang telah terkena proses
tektonik lebih dari satu kali, sehingga batuan dapat terkena patahan (sesar) dan kekar
(rekahan) dengan berbagai bidang kedudukan.
3. Gunung Berapi
Sebaran gunung api di Indonesia disebabkan adanya zona subduksi kerak samudera di
bawah kerak kepulauan (subduksi), proses ini akan menghasilkan adanya aktifitas viulkanisme
berupa gunung api dan terbentuknya batuan-batuan beku (intrusi). Aktifitas gunung api dalam
satu samuderanya. Apabila bloknya sama, maka memungkinkan mempunyai aktifitas yang
sama.
Terbentuknya gunung api ini disebabkan karena adanya gerakan magma sebagai arus
konveksi, dimana arus tersebut menyebabkan gerakan dari kerak bumi (kerak
samudera/oceanic plate dan kerak benua/continental plate). Gerakan kerak tersebut juga
disebut pergerakan antar lempeng (teori tektonik lempenhg), terbagi menjadi 3 bentuk gerakan:
1) Saling menjauh (divergent), menyebabkan terjadinya pemekaran kerak benua, magma
keluar melalui rekahan tersebut dan membentuk busur gunung api tengah samudera (mid-
ocean ridge)
2) Saling bertumbukan (convergent), kerak samudera menumbuk dan menunjam di bawah
kerak benua, membentuk zona subduksi (subdaction zone) dan terjadi peleburan batuan di
zona tersebut, magma bergerak dan menerobos sehingga membentuk busur gunung api tepi
benua (volcanic arc)
3) Saling bergeser sejajar berlawanan arah (transform), antar kerak benua yang menyebabkan
timbulnya rekahan, sesar mendatar (contoh sesar san andreas)
Tipe/bentuk gunung api yang dikenal ada enam, yaitu:
1) Tipe perisai (mengeluarkan lava bersifat encer dan membentuk gunung tersebut)
2) Tipe kerucut piroklastik (tersusun oleh material piroklastik berupa bom, lapili, abu, kerikil
pasir)
3) Tipe maar (membentuk kawah seperti mangkuk dengan lebar kawah relatif lebih besar dari
tinggi dinding kawah, sifat lava kental)
4) Tipe kaldera (terbentuk akibat letusan yang sangat besar sehingga bagian atas terpancung,
dan membentuk kawah yang lebar lebih dari 2 km)
5) Tipe strato (terbentuk oleh muntahan material gunung api berupa piroklastik yang
berselingan dengan lava)
6) Tipe kubah lava (material yang dikeluarkan berupa lava bersifat kental yang membentuk
badan gunung api tersebut)

4. Debris Avalance
Debris avalanche adalah tipe perpindahan tanah/batuan yang sangat cepat yang diawali
dengan hancuran di sepanjang permukaan runtuhan. Penyebab utamanya adalah rembesan air
tanah yang besar, curah hujan tinggi, gempa bumi atau rayapan yang berkembang sedikit demi
sedikit dari suatu perlapisan batuan. Umumnya keruntuhan terjadi tanpa didahului oleh tansa-
tanda serta tidak terduga terjadinya dan dampak kerusakan yang ditimbulkan pada daerah
permukiman sangat parah. Umumnya debris avlance terjadi pada tanah residual di daerah
pegunungan yang berlereng curam.
Proses terjadinya aliran debris sama dengan terjadinya debris avalanche. Perbedaan terletak
pada jumlah kadar air materialnya. Pada aliran debris, kadar air materialnya cukup besar
sehingga membawa debris mengalir seperti cairan kental (slurry).
5. Gempa Bumi
Akibat dari adanya bagian kerak samudera yang bergerak masuk ke bawah kerak
kepulauan, maka ini akan menyebabkan adanya energi yang terkumpulkan pada batas kedua
kerak tersebut. Setiap tahun pergerakan kerak samudera mempunyai besaran 2,5 – 7 cm/tahun,
dan pada waktu tertentu akan terjadi pelepasan energi karena massa abtuan pada pertemuan
kedua lempeng tak mampu menampung sejumlah energi tersebut.
Akhirnya saat pelepasan energi akan memberikan goncangan berupa gempa bumi pada
kerak samudera/kepulauan, kadangkala diikuti pula oleh runtuhnya massa batuan/kerak
samudera yang akan diikuti pula adanya gelombang pasang (tsunami). Dapat pula diikuti
terjadinya liquefaction atau peluluhan dari massa lapisan pasir yang mengandung air tanah,
sehingga keberadaan air tanah menjadi terganggu.
Para ahli menganggap bahwa terdapat empat faktor yang menyebabkan timbulnya gempa
bumi, yaitu:
1) Runtuhan lubang-lubang interior bumi
2) Tabrakan/impack
3) Letusan gunung api
4) Kegitan tektonik
DAFTAR PUSTAKA
Andreas, S. S. (2018). Gunung api. 1–13.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/HANDOUT_GUNUNGAPI.pdf
Ariana, R. (2016). Modul Pengertian Lereng. 1–23.
Banda, D., Nanggroe, P., & Darussalam, A. (2006). DAERAH BANDA ACEH dan MEULABOH.
Nandi. (2006). Geologi Lingkungan : Gempa Bumi. Handouts Geologi Lingkungan, 1–16.
Yuwono, B. D., Abidin, H. Z., & Hilmi, M. (2013). Analisa geospasial penyebab penurunan
muka tanah di Kota Semarang. Prosiding SNST Ke-4 Tahun 2013, January 2013, 1–12.

Anda mungkin juga menyukai