Anda di halaman 1dari 17

Kelas X – Geografi – Dinamika Lithosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

Mata Pelajaran : Geografi

Kelas : X (Sepuluh)

Semester : Genap

Kompetensi Dasar : Dinamika Lithosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

MATERI

A. Hakikat Lithosfer

1. Definisi Lithosfer

Lithosfer berasal bahasa Yunani, kata Lithos yang artinya tanah dan Sphere yang artinya
Lapisan. Jadi secara istilah, Lithosfer berarti Lapisan Tanah. Selain itu, Lithosfer merupakan
percabangan dari Objek Kajian Fisik Geografi yang mempelajari atau membahas tentang tanah,
batu, dan unsur-unsur padar bumi lainnya. Adapula yang mengartikan Lithosfer sebagai lapisan
kulit bumi paling luar berupa batuan padat (tepatnya lapisan bumi yang kita pijak dibawah kaki,
jalan atau bangunan kita). Karena Geografi adalah termasuk kedalam irisan antara Ilmu Sosial
dan Ilmu Alam, maka definisi tentang lithosfer dapat berubah-ubah sesuai tafsiran para peneliti
atau Geograf.

2. Lapisan-Lapisan Lithosfer

Lithosfer adalah lapisan tanah (bumi) oleh karena itu kita perlu mengenal tentang lapisan-lapisan
yang menyusun Bumi agar dapat memahami karakteristik kandungan tanah dan batuan yang
akan kita bahas selanjutnya.

1. Lapisan paling luar disebut Lithosfer, terdiri dari Lempeng Benua dan Lempeng
Samudra. Sifat Lempeng Benua adalah lebih ringan ketimbang Lempeng Samudra,
sehingga apabila terjadi tumbukan, tabrakan, gesekan atau pergerakan tektonik, Lempeng
Samudra akan menunjam kebawah dan Lempeng Benua akan mencuat keatas. Hasil dari
peristiwa tersebut disebut dengan Zona Subduksi (Subduction Zone).

2. Lapisan dibawahnya disebut dengan Selimut Bumi atau disebut dengan Astenosfer.
Lapisan ini terdiri dari magma, lahar, lava, mineral cair yang bersuhu luar biasa panas,
yang merupakan cikal bakal dari segala jenis tanah dan batu yang ada di dalam dan atas
permukaan bumi.
3. Lapisan Ketiga dan yang merupakan intinya disebut dengan Barisfer. Lapisan ini terdiri
dari dua bagian, Luar dan Dalam. Bagian Inti Luar, telah terdeteksi sebagai bagian dalam
bumi yang berisi lahar, lava, atau magma yang jauh lebih panas dari lapisan Astenosfer.
Inti Dalam masih belum dijelajahi sepenuhnya, sebab belum ada teknologi yang mampu
mendetksi atau menjangkaunya.

4. Batuan Penyusun Lithosfer

a. Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Ciri-cirinya adalah
bersifat homogeny, kompak, tidak ada pelapisan, serta tidak mengandung fosil. Berdasarkan
letak dibentuknya terbagi menjadi 3;

 Batuan Beku Dalam (plutonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.

 Batuan Beku korok / gang (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung
berapi.

 Batuan Beku Luar (efusif), terbentuk di dekat permukaan bumi.

b. Batuan Sedimen

Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk melalui proses pengendapan (sedimentasi). Butir-
butir batuan sedimen berasal dari berbagai macam batuan yang mengalami pelapukan.
Berdasarkan tenaga pembentuknya terbagi menjadi 3;

 Batuan Sedimen Klasik / Klastik / Fisik

Batuan Sedimen Klasik merupakan batuan sedimen yang berasal dari campuran hancuran batuan
beku. Contohnya Breksi dan Konglomerat.
 Batuan Sedimen Kimiawi

Batuan sedimen kimiawi merupakan batuan sedimen yang berasal dari endapan hasil pelarutan.
Contohnya batu kapur.

 Batuan Sedimen Organik

Batuan sedimen organic merupakan batuan sedimen yang berasal dari endapan sisa hewan dan
tumbuhan laut. Contohnya batu koral.

c. Batuan Malihan (Metamorf)

Batuan malihan (metamorf) merupakan batuan yang mengalami perubahan fisik maupun
kimiawi. Proses pembentukannya dipengaruhi oleh suhu yang tinggi, tekanan yang kuat, dan
waktu yang lama. Berdasarkan proses pembentukannya terbagi menjadi 3;

1) Metamorfisma Thermal (kotak)

Terjadi karena perubahan suhu yang tinggi karena adanya aktivitas magma.

2) Metamorfisma Dinamo

Terjadi akibat pengaruh tekanan kuat dalam waktu yang lama.

3) Metamorfisma Dinamo Thermal (Regional)

Terjadi akibat penambahan tekanan dan kenaikan temperatur.

B. Tenaga Endogen dan Dampaknya

1. Definisi dan Pembagian Tenaga Endogen

Secara istilah Endogen berarti Tenaga Penggerak dari dalam bumi. Endogen adalah Tenaga
Penggerak yang membentuk penampang, relief, morfologi, rupa muka bumi yang berasal dari
bumi itu sendiri. Tenaga Endogen terbagi menjadi 3; Tektonisme, Vulkanisme dan Seisme.
Masing-masing memiliki dampak bentukannya sendiri-sendiri.
2. Tektonisme

Tektonis adalah tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan letak lapisan
permukaan bumi secara mendatar atau vertikal. Tenaga Tektonik dapat membentuk penampang
muka bumi seperti Dataran Tinggi, Dataran Rendah, Jurang, Palung bawah laut, Pematang
Samudra, dll.

a. Berdasarkan arah gerakannya, Tektonis dibagi 3;

a). Konvergen

Gerakan Kedua Lempeng yang saling berdekatan sehingga terjadinya tumbukan pada salah satu
lempeng. Dampaknya adalah terbentukanya Zona Subduksi (Subduction Zone).

b). Divergen

Gerakan Kedua Lempeng yang saling berjauhan sehingga terjadinya pemisahan atau patah
terpisah pada suatu lempeng atau kedua lempeng yang sama jenisnya (Benua-Benua / Samudra-
Samudra) ataupun Lempeng yang berbeda jenis (Benua-Samudra). Dampaknya adalah
terbentuknya palung samudra dibawah laut atau jurang pemisah jika terjadi di daratan.

c). Transform

Gerakan saling bergesakan secara vertikal, baik saling menjauh atau saling mendekat. Gerakan
Tarnsform tidak menyebabkan Penunjaman atau Pemisahan melainkan membentuk Patahan
Lempengan yang dapat menyebabkan Gempa. Dari Gempa tersebut, Relief permukaan bumi
dapat berubah.

Dari Ketiga Gerak diatas, kita dapat melihat bawah Tenaga Endogen memiliki dampak yang
besar dalam kehidupan kita, oleh karena itu kita harus lebih mendalami lagi pembahasan ini.
b. Tektonis Epirogenesa

Tektonis Epirogenesa merupakan proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga
yang lambat denga arah vertikal, meliputi wilayah yang luas. Berdasarkan hasil bentukannya,
terbagi menjadi dua;

 Epirogenesa Positif

Epirogenesa Positif adalah gerak naik turunnya suatu daratan sehingga terlihat permukaan air
laut naik. Contohnya tenggelamnya Dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul.

 Epirogenesa Negatif

Epirogenesa Negatif adalah gerak naiknya suatu daratan sehingga kelihatan permukaan air laut
turun. Contohnya terangkatnya Pulau Timor dan Pulau Buton.

c. Tektonis Orogenesa

Tektonis Orogenesa merupakan pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat meliputi wilayah
yang sempit, disebabkan oleh tabrakan lempeng benua, sesar bawah benua, perekahan kontinen
atau pergeseran punggung samudra dengan benua (antar lempeng). Berdasarkan hasil
bentukannya terbagi menjadi 4;
 Lipatan (Fold)

Lipatan adalah bentukan muka bumi yang terjadi karena tekanan yang lemah, tetapi berlangsung
terus menerus. Puncak Lipatan disebut Antiklinal dan Lembah Lipatan disebut Sinklinal. Tipe-
Tipe lipatan berdasarkan bentuknya terbagi 4; Tegak, Miring, Rebah dan Menutup.

 Patahan (Fault)

Patahan adalah bentukan muka bumi yang terjadi karena adanya tekanan yang kuat melampaui
titik patah batuan dan berlangsung sangat cepat. Hasil bentuk Patahan yang bergerak ke atas
disebut Horst (Tanah Naik) dan Hasil bentuk Patahan yang bergerak ke bawah/turun disebut
Graben / Slenk (Tanah Turun).

 Retakan (Joint)

Retakan merupakan bentukan lahan yang terjadi karena pengaruh gaya renggangan, sehingga
batuan mengalami retak-retak tetapi masih bersambung. Berdasarkan cara pembentukannya, ada
dua macam retakan; Tekanan dan Tarikan.
 Pelengkungan (Warp)

Pelengkungan merupakan bentukan lahan karena gerak vertikal yang tidak merata pada suatu
daerah, khususnya yang berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang
mulanya horizontal menjadi melengkung. Jika melengkung ke atas disebut kubah (dome) jika
melengkung ke bawah disebut cekungan (basin).

3. Vulkanisme

Vulkanis merupakan aktifitas atau Tenaga penggerak bentuk muka bumi yang merupakan akibat
dari naiknya magma dari dalam perut bumi. Aktifitas Vulkanik dapat mempengaruhi kehidupan
manusia secara langsung baik yang berada pada sekitar gunung berapi maupun yang berada jauh
darinya. Ring Of Fire, Kawasan rangkaian pengunungan api aktif yang berada dilingkungan
sirkum mediterania dan sirkum pasifik, merupakan tempat paling sering terjadi aktifitas
Vulkanis. Oleh karena Indonesia menjadi salah satu Negara yang dilalui oleh Ring of Fire, kita
harus memahami dengan betul konsekuensinya. Magma adalah campuran batu-batuan dalam
wujud cair, liat, serta sangat panas. Intrusi Magma adalah aktifitas magma di dalam lapisan
lithosfer, memotong atau menyingsip lithosfer dan tidak mencapai permukaan bumi, sering juga
disebut plutonis. Ekstrusi Magma adalah peristiwa magma yang mencapai permukaan bumi,
ekstrusi magma merupakan lanjutan dari intrusi magma.
Bentuk-bentuk Gunung Api terbagi menjadi 3;

1) Gunung Api Strato (Campuran)

Gunung Api Strato yakni gunung api yang timbunan lerengnya berlapis-lapis dan bentuk badan
keseluruhannya seperti kerucut. Lapis-lapis timbunan itu akibat erupsi beberapa kali. Saat
gunung api tipe strato dalam kondisi istirahat , pada bagian lorong magma yang beku masih ada
celah- celah yang berhubungan dengan dapur magma sehingga gas keluar berupa asap.

2) Gunung Api Maar (Embrya)

Gunung Api maar terbentuk karena erupsi eksplosif (ledakan yang kuat). Kebanyakan erupsi
gunung api maar hanya sekali karena dapur magmanya dangkal. Setelah erupsi, magma
membeku dan menjadi lapisan padat. Cekungan bekas Kawah Gunung berapi yang lebar dapat
menampung hujan, sehingga muncullah danau maar. Danau tersebut memiliki kandungan
belerang (Sulfur/Sulfida) dan bersifat panas oleh karena berada di kawah gunung berapi. Contoh
Gunung yang memiliki Danau Maar adalah Gunung Lamongan (Jawa Timur), Dataran Tinggi
Dieng (Jawa Tengah).

3) Gunung Api Perisai (Tameng)

Gunung api perisai yang memiliki alas luas dan lereng yang landau. Hal ini karena magma yang
keluar sewaktu erupsi sangat cair. Akibatnya, magma pijar cepat mengalir dan menyebar di areal
yang luas. Sifat erupsinya efusif, dapur magmanya dangkal, contoh gunung api perisai adalah
Mauna Loa, Kilauea, Mauna Kea di Kepulauan Hawai.
4) Gunung Api Kerucut (Piroklastik)

Gunung api kerucut piroklastika adalah kerucut gunung api yang tersusun atas material
piroklastika (bahan-bahan lepas gunung api). Pada umumnya tubuhnya tidak terlalu tinggi karena
endapan piroklastika yang masih lepas dan mudah tererosi.

Kelas X – Geografi – Dinamika Lithosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

4. Seisme

Seisme merupakan getaran yang dirasakan sebagai akibat dari adanya tenaga dari dalam perut
bumi. Hentakan tenaga yang dilepaskan menimbulkan getaran yang akan berpengaruh terhadap
aktifitas kehidupan di bumi. Seisme, berkaitan erat dengan Tektonis dan Vulkanis, sebab kedua
aktifitas tersebut sama-sama menyebakan getaran yang berdampak pada aktifitas manusia.

a. Jenis-jenis gempa berdasarkan Penyebab

1) Gempa Tektonik

Gempa tetktonik adalah gempa yang disebabkan oleh adanya pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar.

2) Gempa Tumbukan

Gempa Tumbukan adalah gempa yang disebabkan oleh tumbukan/tabrakan meteor atau asteroid
yang jatuh ke bumi.

3) Gempa Runtuhan

Gempa Runtuhan adalah gempa yang disebabkan oleh runtuhnya gua di penambangan. Bersifat
local karena hanya terasa / berdampak pada kawasan dekat tambang.

4) Gempa Buatan

Gempa Buatan adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti ledakan dinamit,
nuklir, atau pengeboran paku bumi.

5) Gempa Vulkanik

Gempa Vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas magma yang biasa terjadi
sebelum dan saat gunung api meletus.
b. Jenis-jenis gempa berdasarkan kedalaman

1.

1. Gempa dalam, pusatnya 300 – 700 km di dalam permukaan

2. Gempa sedang, pusatnya 70 – 300 Km di dalam permukaan

3. Gempa dangkal, pusatnya berada pada <70 Km di dalam permukaan

c. Jenis-jenis gempa berdasarkan gelombang atau getaran gempa

1.

1. Gelombang Primer, adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi
dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum
(pusat gempa di dalam bumi)

2. Gelombang Sekunder, adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti


gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang, yakni 4-7 km/detik.

d. Pengkuran Gempa

Alat mengukur gempa disebut Seismograf. Satuan ukur gempa disebut Skala Ritcher. Penting
untuk mengetahui waktu gempa bumi, pusat gempa bumi, kedalaman, dan kekuatan gempa
bumi. Dalam mengukur gempa, terdapat beberapa istilah yang harus diketahui, antara lain
Hiposentrum dan Episentrum. Hiposentrum merupakan pusat atau titik gempa berasal di dalam
permukaan tanah/air. Episentrum merupakan titik pada permukaan tanah/air yang satu garis lurus
dengan Hiposentrum yang memiliki dampak gempa paling dahsyat.
e. Dampak Gempa

Gempa Bumi menyebabkan kerusakan, sebab dalam terminology mitigasi bencana, Gempa Bumi
menjadi “Top Classified” yang mengancam jiwa, sebab datangnya tidak dapat terprediksi.
Berbeda dengan banjir, kekeringan, karhutla, dll.

C. Tenaga Eksogen dan Dampaknya

1. Definisi dan Pembagian Tenaga Eksogen

Tenaga Eksogen adalah tenaga yang membentuk permukaan bumi yang beasal dari luar sebagai
akibat dari aktivitas atmosfera (udara/angina), hidrosfera (air) dan biosfera (makhluk hidup,
tanaman, hewan, mikroorganisme). Pembentukan atau perubahan tersebut disebut dengan proses
geomorfologi atau proses pembentukan bentuk muka bumi. Berikut, Jenis-jenis Tenaga Eksogen
yang membentuk bentuk muka bumi;

2. Pelapukan

Pelapukan adalah proses penghancuran batuan kulit bumi pada tempatnya yang dipengaruhi
temperature dan kelembaban udara disekitarnya, susunan pembentuk batuan, dan kelebatan
vegetasi tumbuhan yang ada di sekitar batuan. Berdasarkan prosesnya, pelapukan dibedakan
menjadi 3 jenis;

a. Pelapukan Mekanis atau Fisik, disebabkan oleh perbedaan temperatur udara

b. Pelapukan Kimiawi, disebabkan penghancuran oleh zat cair seperti air hujan

c. Pelapukan Biologis, disebabkan oleh penghancuran oleh makhuk hidup

3. Erosi

Erosi adalah proses pengkikisan terhadap batuan atau tanah yang terjadi oleh air, angina, dan
gletser. Berdsarkan penyebabnya dibagi menjadi 3;
 Erosi Air, dibagi berdasarkan jenis airnya; Erosi Sungai, Erosi Hujan dan Erosi Air Laut
(Abrasi).

 Erosi Angin, pengikisan batuan oleh angina sehingga menghasilkan padang pasar, gurun
dan batu jamur.

 Erosi Gletser, Pengkisan oleh Es atau Salju atau sering juga disebut Eksarasi. Contohnya
adalah Sungai Salju (Gletser).

4. Sedimentasi

Sedimentasi atau Pengendapan adalah Proses penempatan atau penumpukan material hasil
pelapukan, erosi, dan mass wasting ke tempat tertentu oleh air, angina, maupun gletser. Hasil
bentukan sedimentasi di Muara Sungai dekat laut disebut Delta. Debu yang diangkut oleh angin
akan menghasilakn bukit pasir yang disebut sand dunes, dan masih banyak lagi.

5. Mass Wasting

Mass Wasting atau Mass Movement adalah proses perpindahan massa batuan atau tanah dalam
volume yang besar karena pengaruh gravitasi. Ada beberap gerakan tanah (Mass Wasting),
antara lain; Rayapan Tanah (soil creep), Tanah Amblas / Ambruk (subsidience), Tanah Mengalir
(earth flow), Tanah Longsor (land slide), Tanah Nendat (slumping), dan Lumpur Mengalir (mud
flow).
6. Ekstra Terestrial

Ekstra Terestrial adalah pembentukan muka bumi disebabkan oleh jatuhnya benda-benda langit
baik yang berasal dari atmosfer (selain hujan) maupun yang berasal dari luar atmosfer. Benda
tersebut dapat berupa meteorit, asteroid, satelit jatuh, pesawat jatuh dengan kecepatan cepat,
peristiwa-peristiwa tersebut akan menghasilkan berupa cekungan, lembah, penampang
permukaan bumi yang tidak rata turun ke bawah disebabkan oleh tumbukan benda asing pada
permukaan bumi.

Kelas X – Geografi – Dinamika Lithosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

D. Tanah

1. Definisi dan ilmu bantu tanah

Menurut Ensiklopedia Indonesia, tanah adalah campuran bagian-bagian batuan dengan material
serta bahan organic yang merupakan sisa kehidupan yang timbul pada permukaan bumi akibat
erosi dan pelapukan karena proses waktu. Tanah sangat vital peranannya bagi seluruh kehidupan
di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan meyediakan unsur hara, air,
mineral, sekaligus sebagai penopang akar. Dalam mempelajari tanah, terdapat beberapa ilmu
bantu yang digunakan untuk mengkaji tentang tanah, yaitu; pedologi (ilmu tanah) dan edafologi
(ilmu kesuburan tanah).

2. Jenis-Jenis Tanah

Beriku jenis-jenis tanah yang dapat ditemui di Indonesia;

a. Tanah Aluvial

Tanah Aluvial merupakan tanah yang berasal dari sedimen lumpur yang dibawa oleh air sungai.
Cirinya adalah memiliki warna kelabu dan sifatnya subur. Umumnya berada di wilayah dataran
rendah.

b. Tanah Vulkanis

Tanah Vulkanis merupakan tanah yang berasal dari abu gunung api atau vulkanis atau material
letusan gunung api yang sudah mengalami pelapukan. Cirinya mengandung banyak unsur hara
dan sifatnya sangat subur.

c. Tanah Humus

Tanah Humus adalah tanah yang muncul akibat tumbuh-tumbuhan yang membusuk.
Mengandung unsur hara yang tinggi dan bersifat subur.
d. Tanah Organosol

Tanah Organosol atau disebut tanah gambut, adalah tanah yang terbentuk dari proses pelapukan
bahan-bahan organik, seperti dari sisa pembusukan tanaman rawa. Bersifat asam sehingga
kurang baik untuk pertanian.

e. Tanah Pedzolik

Tanah Pedzolik merupkan tanah yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan
yang tinggi serta suhu yang rendah. Ciri Khas tanah Pedzolik adalah kandungan unsur haranya
yang sedikit, bersifat basa jika terkena air, mengandung kuarsa, bersifat yidak subur serta
memiliki warna merah sampai kuning.

f. Tanah Kapur

Tanah Kapur merupakan jenis tanah di Indonesia yang berasal dari batuan kapur yang
mengalami pelapukan oleh zat kimiawai atau air hujan. Tanah kapur bersifat tidak subur.
Walaupun tidak subur masih bisa ditanami Jati, Palawija, Jambu Mete dan Tembakau.

g. Tanah Pasir

Tanah Pasir merupakan tanah yang hnya memiliki kadar air sangat sedikit dan sangat memiliki
unsur hara. Tanah pasir berasal dari batuan pasir yang telah melapuk, bentukannya disebut sand
dunes atau bukit pasir.

h. Anah Laterit

Tanah Laterit merupakan jenis tanah yang sidatnya tidak subur atau bahkan dapat dikatakan
sudah hilang kesuburannya. Sebab Tanah Laterit banyak mengandung zat besi dan aluminium,
kandungan unsur haranya hilang karena terlarut oleh curah hujan yang tinggi Bersifat kering dan
tandus, warnanya kekuningan sampai kemerahan sering juga disebut Tanah Merah.

i. Tanah Litosol

Tanah Litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan batuan beku dan
sedimen. Tanah Litosol memiliki ciri khas butiran kasar berupa kerikil. Tanah ini sangat iskin
usnur hara sehingga tidak subur dan kurang baik untuk pertanian.
3. Struktur Lapisan Tanah

Dalam Pedologi (ilmu tanah) dikenal lapisan-lapisan tanah yang ditandai dengan symbol huruf.

a. Lapisan O

Lapisan O merupakan lapisan paling atas, mengandung bahan organik, tanah humus, dan kaya
akan unsur hara, tebalnya sekitar 5 cm.

b. Lapisan A (Top Soil)

Lapisan A (top soil) merupakan lapisan dibawah lapisan O, lebih gelap dari lapisan tanah
dibawahnya, terdiri dari bahan organic dan mineral, serta tempat berktivitasnya makhluk seperti
cacing, nematoda dan jamur, tebalnya sekitar 10 cm.

c. Lapisan B

Lapisan B merupakan lapisan tanah di bagian tengah yang mudah tercuci air, lapisan B sedikit
berwarna kecokelatan atau kemerahan, tebalnya sekitar 30 cm.

d. Lapisan C (Sub Soil)

Lapisan C merupakan lapisan yang mengandung beberapa batuan yang belum mengalami proses
pelapukan, kaya akan unsur besi, aluminium, dan senyawa mineral lain yang terikat oleh tanah
liat, Tebalnya sekitar 45 cm.

e. Lapisan D / R (Red Rock)

Lapisan D atau R merupakan lapisan dasar dan merupakan lapisan batuan induk yang sangat
keras, serta sulit digali oleh tangan, contoh batuan dasar di lapisan R antara lain granit dan basalt.
Kelas X – Geografi – Dinamika Lithosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

4. Proses Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun
pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini, batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai
bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus
berlangsung hingga kahirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini
menjadi awal terbentuknya tanah, sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan
dalam pembentukan tanah.

5. Faktor Pembentukan Tanah

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah;

a. Bahan Induk

variasi penyusun tanah mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan


yang terbentuk

b. Bahan Organik Tanah

Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian

c. Vegetasi

Vegetasi atau jenis tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang
mantap

d. Organisme Tanah

Organisme tanah dapat mepercepat terbentuknya agregat.

e. Waktu

Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan

f. Iklim

Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, dan pencairan.

6. Pemanfaatan, Pengelolaan, dan Konservasi Tanah

Pemanfaatan Tanah pada masing-masing daerah tentunya berbeda-beda. Hal ini terjadi karena
jenis tanah antara daerah satu dengan yang lain juga berbeda-beda. Tanah yang berada pada
lahan bekas erupsi gunung berapi memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi. Hal itu karena
abu vulkanis dari letusan gunung berapi dapat menyuburkan tanah. Meskipun tanpa dipupuk dan
disiangi, tanman terus tumbuh subur. Lain halnya dengan kawasan muara atau pesisir pantai,
tanahnya tidak cocok dijadikan bercocok tanam karena tidak memiliki banyak unsur hara, maka
dari itu dapat digunakan untuk keperluan lainnya.

Konservasi (pengawetan) tanah merupakan upaya pemnafaatan tanah dalam usaha tani dengan
memperhatikan kelas kemampuan tanah dan menerapkan kaidah-kaidah pengawetan tanah agar
tanah yang digunakan memberikan hasil yang optimal dan lestari. Berikut maksud atau aktivitas
yang dapat dilakukan dalam upaya konservasi tanah;

a.) Menggunakan tanah sesuai dengan kemampuannya

b.) Memperhatkan kesuburan dan produktivitas tanah dengan memperhatikan persyaratan-


persyaratan yang diperlukan agar tidak menimbulkan kerusakan

c.) Memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan produktivitas serta kesuburan tanah

d.) Menerapkan kaidah-kaidah konervasi tanah dalam bercocok tanam agar lahan usaha tani
tidak rusak.

Tujuan Konservasi tanah antara lain;

a) Mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan aliran permukaan

b) Memperbaiki tanah yang rusak / kritis

c) Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi yang optimal dalam
waktu tidak terbatas

d) Meningkatkan produktivitas lahan usaha tani

KESIMPULAN

Lithosfer berarti lapisan tanah. Lithosfer merupakan percabangan Objek Kajian Fisik Geografi
yang melingkupi Tenaga Pembentuk Muka Bumi (endogen-eksogen), tanah, dan batuan yang
memengaruhi aktivitas manusia. Dalam mengkaji Lithosfer kita tidak akan jauh dari Struktur
Lapisan Bumi, Batuan Penyusun Lithosfer, Tenaga Penggerak Pembentuk Muka Bumi, Tanah,
Pemanfaatan dan Konservasinya.

Aplikasi dari Lithosfer adalah kita dapat memanfaatkan tanah dan batuan dengan baik untuk
kepentingan manusia dengan tanpa merusak alam itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai