Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling
menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah
penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan
Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara
Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan
itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur
kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api
yang ada di Indonesia berjumlah 129. Angka itu merupakan 13% dari jumlah
gunung api aktif dunia. Dengan demikian Indonesia rawan terhadap bencana
letusan gunung api dan gempa bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai
sedang hingga curam, jika terjadi gempa bumi dengan sumber berada di dasar
laut atau samudera dapat menimbulkan gelombang Tsunami.

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil


letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung
dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas
batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang
hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan
dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada
tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana
tanah longsor.

1.2 Maksud Dan Tujuan


Tujuan penulis membuat makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui gejala umum terjadinya pergerakan tanah dan
pencegahan terjadinya bencana alam dari pergerakan tanah
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pergerakan tanah.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas maka kami merumuskan masalah
yang perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1) Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pergerakan tanah ?
2) Bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya
bencana yang diakibatkan oleh pergerakan tanah ?

1.4 Manfaat
1. Mengetahui penyebab terjadinya pergerakan tanah
2. Mengetahui solusi serta penanggulangan yang bisa dilakukan saat terjadi
pergerakan tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori


Gerakan tanah merupakan bencana alam yang sangat sering terjadi di
Indonesia. Bencana Alam ini sangat perlu di waspadai, kejadian tersebut
dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada manuasia. Penyebab
gerakan tanah ini bukan hanya karena faktor geologi dan cuaca saja, namun
juga merupakan akumuluasi dari kegiatan manusia selain itu gerakan tanah
ini juga sangat dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari gaya berat (gravitasi).

Peta Ancaman Gerakan Tanah Peta Zonasi Bencana Gerakan Tanah Di


Indonesia

Faktor yang lainnya yang berpengaruh dalam pemicu terjadinya gerakan


tanah yaitu kemiringan lereng. Karena adanya faktor faktor yang dapat
mengganggu kestabilan lereng tersebut maka dapat mempercepat proses
hilangnya kestabilan suatu lereng lereng tersebut.

Gerakan tanah seperti tanah longsor adalah suatu bencana alam yang
terjadi akibat gangguan keseimbangan kestabilan lereng, baik yang terjadi
secara alamiah maupun yang disebabkan oleh ulah manusia. Gerakan tanah
akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang
akhirnya menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan
sebagian dari lereng tersebut bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan
selanjutnya setelah terjadi longsor, lereng akan seimbang atau stabil kembali.
Yang terjadi biasanya apabila gerakan tanah seperti longsor tersebut telah
berhenti maka gaya yang menyebabkan pergerakan tanah tadi telah habis, jadi
dimungkinkan kalau lereng yang mengalami pergerakan tanah tadi sudah
mulai kembali aman.

Memang di negara kita ini sering terjadinya longsor . Indonesia telah


terjadi 111 kali bencana longsor yang tersebar di 19 provinsi. Jawa Barat
menempati peringkat pertama dengan jumlah bencana longsor yang lumayan
banyak, yakni 65 kali kejadian bencana longsor, disusul Jawa Tengah 12 kali
kejadian bencana longsor serta Jawa Timur ada enam kali kejadian bencana
longsor. Seluruh bencana longsor itu telah menyebabkan 158 orang
meninggal dunia sejak awal tahun ini hingga Agustus 2014. Bencana longsor
itu mengakibatkan 619 rumah hancur, 5.493 rumah rusak, puluhan fasilitas
umum rusak, serta lebih dari 2 ribu hektare lahan pertanian rusak. Korban
meninggal terbanyak akbiat bencana longsor terjadi di Jawa Barat, yakni 47
orang tewas disusul Papua 32 orang tewas serta Sumatera Barat 20 orang
tewas..
Menurut saya Longsor terjadi karena beberapa faktor, antara lain struktur
tanah lapuk akibat iklim tropis yang terik dan banyak hujan. Tanah longsor
biasanya terjadi pada masa peralihan musim karena hujan dengan curah
sangat tinggi mengguyur dalam waktu singkat. Intensitas hujan yang tinggi
membuat kandungan air tanah cepat jenuh.

Dampaknya terjadi longsor di daerah lereng. Air yang terakumulasi di


dasar lereng menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, tanah menjadi licin
dan tanah lapuk di atasnya akan bergerak keluar lereng

Fenomena pergerakan tanah ini merupakan suatu hal yang biasa atau
sangat terjadi di Indonesia dan penanggulangan bencana alam ini dapat
diatasi atau diminimalisirkan. Dalam hal ini Indonesia merupakan daerah
yang rawan gempa, dimana gempa tersebut juga bisa sebagai pemicu
terjadinya gerakan tanah apalagi setelah gempa terjadi, maka mengakibatkan
retakan retakan pada tanah dan pengurangan kepadatan dari tanah yang
apabila terjadi hujan dengan densitas yang tinggi maka air hujan tersebut
mengisi retakan retakan yang ada pada tanah tersebut, yang kemudian
terjadi adalah massa dari bobot tanah semakin besar tapi gaya penahan dari
tanah tersebut semakin kecil, sehingga bencana tanah longsor dapat terjadi.
Dan bencana alam seperti ini perlu diwaspadai untuk mencegah terjadinya
kerusakan yang parah.

Dilihat dari gambar diatas, jenis gerakan tanah berdasarkan kecepatan


gerakannya dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

a. Translasi
==> merupakan longsoran massa tanah yang bergerak dengan bidang
luncur yang relatif datar, massa tanah yang bergerak menumpuk di
bagian bawah.
b. Rotasi
==> merupakan longsoran massa tanah yang bergerak lamban dengan
bidang luncur yang melengkung, dengan bekas longsoran berbentuk
tapal kuda.
c. Pergeseran blok
==> merupakan material longsoran baik berupa batu maupun tanah yang
putus kemudian bergerak dengan bidang luncur yang relatif datar pada
suatu tebing.
d. Runtuhan batu
==> runtuhan batu ini umumnya material longsoran baik berupa batu
maupun tanah bergerak cepat sampai sangat cepat pada suatu tebing.
e. Aliran
==> merupakan longsoran massa tanah yang bergerak secara perlahan-
lahan menuruni lereng.
f. Aliran bahan rombakan/debris
==> merupakan longsoran yang berkembang dari runtuhan atau
longsoran dan berkembang lebih lanjut menjadi aliran.

Secara umum ganguan yang memicu gerakan tanah dapat berupa :


a. Hujan, hujan merupakan pemicu yang bersifat alamiah : curah hujan
yang tinggi dan berlangsung selama periode waktu tertentu, air
tersebut akan meresap ke dalam lereng dan mendorong massa tanah
untuk longsor.
b. Getaran, dalam hal ini getaran dapat bersifat alamiah (misalnya
gempabumi) ataupun non alamiah (misalnya ledakan atau getaran lalu
lintas). Getaran memicu longsoran dengan cara melemahkan
hubungan antar butir partikel-partikel penyusun tanah/ batuan pada
lereng. Jadi getaran berperan dalam menambah gaya penggerak dan
sekaligus mengurangi gaya penahan.
c. Aktivitas manusia, aktivitas manusia seperti penggalian atau
pemotongan pada lereng dan pembebanan merupakan pemicu yang
bersifat non alamiah. Pembukaan hutan secara sembarangan,
penanaman jenis pohon yang terlalu berat dengan jarak tanam terlalu
rapat, pemotongan tebing/ lereng untuk jalan dan pemukiman
merupakan pola penggunaan lahan yang dijumpai di daerah yang
longsor.
2.2 Penurunan Permukaan Tanah

Penurunan Permukaan Tanah adalah peristiwa turunnya permukaan tanah


yang disebabkan oleh adanya perubahan pada volume lapisan batuan yang ada
dibawahnya. Biasanya peristiwa ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama,
sehingga apabila tidak dicegah atau diatasi akan menimbulkan dampak bagi
lingkungan sekitar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peristiwa ini
sering terjadi di wilayah Jakarta dengan tingkat penurunan tanah sekitar 5-10 cm
yang menyebabkan 40% wilayah dari Jakarta menjadi berada dibawah permukaan
laut atau berada di dataran rendah.

2.3 Faktor Penyebab

Pada tahun 1989 Whittaker dan Reddish mengemukakan tentang faktor


penyebab terjadinya penurunan permukaan secara umum. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Alami (Natural Subsidence)

Penurunan tanah alami adalah peristiwa menurunnya tanah karena pengaruh


dari proses geologi bumi. Adapun faktor yang menyebabkan turunnya tanah
secara alami dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu siklus geologi dan
sedimentasi di daerah cekungan. Siklus geologi merupakan siklus yang terdiri atas
pelapukan, pengendapan serta terjadinya pergerakan kerak bumi. Sedangkan
sedimentasi di daerah cekungan merupakan sedimentasi yang terjadi di daerah
lempeng utama dekat perbatasan lempeng. Biasanya sedimentasi yang ada di
cekungan semakin lama akan semakin banyak dan akan meningkatkan massa
suatu endapan tersebut. Hal ini tentunya dapat menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah pada bagian tersebut.

b. Faktor Pengambilan Air Tanah (Groundwater Extraction)

Faktor penyebab yang berikutnya adalah adanya pengambilan air tanah dalam
volume yang cukup banyak sehingga hal ini dapat menyebabkan berkurangnya
volume air pada tanah pada suatu lapisan tanah. Kurangnya air tanah ini akan
memberikan dampak pada pori-pori tanah, sehingga tekanan hidrostatik yang ada
di bawah permukaan tanah menjadi berkurang. Dalam peristiwa ini tentunya akan
terjadi peristiwa pemampatan pada lapisan akuifer. Lapisan akuifer merupakan
lapisan yang berada dibawah tanah dan mengandung air. Lapisan inilah yang
membuat air ditanah dapat diambil dan dimanfaatkan.

c. Faktor Massa Bangunan (Settlement)

Tanah merupakan suatu wadah yang sangat penting dalam suatu konstruksi
bangunan. Umumnya, tanah dijadikan sebagai pondasi pendukung dalam
konstruksi bangunan atau bahkan dapat dijadikan sebagai bahan dari bangunan
tersebut seperti halnya sebuah bendungan atau tanggul. Adanya bangunan yang
dibangun diatas permukaan tanah inilah yang dapat menyebabkan lapisan tanah
yang berada dibawah mengalami pemampatan. Pemampatan ini terjadi karena
pengaruh deformasi dari partikel tanah, relokasi partikel serta keluarnya air atau
udara dari dalam pori tanah tersebut. Jadi, semakin besar massa suatu bangunan
tersebut maka tingkat penurunan tanah di wilayah tersebut juga semakin dalam.
Tidak heran jika di wilayah Jakarta dan kota-kota besar yang memiliki banyak
gedung tinggi sering mengalami banjir.

2.4 Dampak Bagi Lingkungan

Adapun dampak dari penurunan permukaan tanah bagi lingkungan maupun


bagi masyarakat adalah sebagai berikut:

Menyebabkan Banjir Rob Banjir rob merupakan bencana alam yang


disebabkan karena adanya penurunan muka air tanah yang cukup drastis
hingga melewati batas ketinggian muka air laut. Adapun penyebab
terjadinya genangan air laut di daratan adalah karena adanya kenaikan
volume air laut yang disebabkan oleh mencairnya glester. Mencairnya
gletser ini tentunya tidak luput karena ulah manusia sendiri sehingga terjadi
pemanasan global serta efek rumah kaca yang disebabkan oleh CO2, CFC
ataupun asap dari kendaraan bermotor.
Terdapat Genangan Air Hujan Penurunan permukaan tanah di suatu
wilayah akan menghasilkan suatu genangan air hujan. Jika hujan turun
dalam volume yang banyak dan dalam waktu yang lama maka yang terjadi
adalah banjir bandang. Banjir bandang merupakan banjir yang cukup
merugikan masyarakat.
Rusaknya Infrastruktur Dampak yang selanjutnya adalah terjadinya
kerusakan pada bangunan, fasilitas umum seperti jembatan dan jalan. Hal ini
terjadi karena penurunan permukaan tanah dapat menyebabkan tanah ambles
dan tentunya infrastruktur tersebut akan mengalami perubahan posisi. Hal
ini tentunya tidak hanya merugikan bangunan saja akan tetapi juga
menimbulkan kerugian dalam bidang ekonomi.
Intrusi Air Laut Berdasarkan faktor yang telah dijelaskan sebelumnya,
terdapat faktor eksploitasi air tanah yang menyebabkan penurunan tersebut.
Kegiatan manusia setiap harinya padat dan terus meningkat hingg saat ini,
begitu juga dengan konsumtifitas ar bersih juga meningkat. Apabila
menggunaan air bersih semakin banyak dan tidak diimbangi dengan
pengelolaan lebih lanjut akan air yang ada di tanah, maka eksploitasi
tersebut akan menyebabkan terjadinya intrusi air laut.
Kualitas Hidup Menurun Adanya bencana banjir serta genangan air
yang terjadi karena penurunan permukaan tanah dapat menyebabkan kualitas
hidup warga yang mengalami bencana tersebut menjadi menurun. Dari
genangan air tersebut juga dapat dijadikan sebagai sarang nyamuk demam
berdarah dan menimbulkan penyakit. Selain itu, banjir yang terjadi akan
menimbulkan penyakit seperti penyakit kulit dan lain sebagainya.
2.5 Upaya Penanggulangan dari Penurunan Permukaan Tanah

Adapun upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah penurunan


permukaan tanah di wilayah tersebut adalah:

Penggunaan ABT Sebisa mungkin dengan memanfaatkan penggunaan


air bawah tanah seefisien mungkin dan tidak melakukan eksploitasi yang
berlebihan agar tidak terjadi kekurangan air tanah yang dapat menyebabkan
penurunan muka tanah.
Membuat Sumur Resapan Sumur resapan merupakan metode
pengolahan air tanah dengan cara membuat lubang pada permukaan tanah
dengan tujuan untuk menampung air hujan kemudian dialirkan ke tanah
agar air di dalam tanah tetap terjaga.
Penerapan Injeksi Air Tanah Injeksi air tanah merupakan kegiatan
yang dilakukan manusia dengan memasukkan air ke tanah dengan metode
gravitasi ataupun dengan pompa. Dengan menerapkan prinsip ini maka
diharapkan dapat menjaga ketersediaan air di tanah agar tidak terjadi
penurunan muka tanah.
Menerapkan Prinsip Rainwater Harvesting Rainwater harvesting
adalah metode yang digunakan dengan tujuan untuk mengumpulkan air
yang berasal dari air hujan yang turun untuk dimanfaatkan dan diolah
kembali menjadi air bersih layak pakai.
Penerapan Ruang Terbuka Hijau Penerapan ruang terbuka hijau ini
diharapkan dapat mencegah terjadinya banjir dan dapat meningkatkan
efisiensi dari air tanah. Selain itu diharapkan dapat memberikan ruang
interaksi sosial bagi masyarakat.

2.6 Dampak Bencana Longsor Bagi Kehidupan Dan Lingkungan


Banyak dampak yang di timbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik
dampak terhadap kehidupan manusia,Hewan dan tumbuhan maupun
dampaknya terhadap keseimbangan lingkungan.
a. Dampak terhadap kehidupan
Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang sangat besar
terhadap kehidupan, khususnya manusia.bila tanah longsor itu terjadi pada
wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi,maka korban jiwa
yang di timbulkan akan sangat besar,tertutama bencana tanah longsor yang
terjadi secara tiba-tiba tanpa di awali tanda-tanda akan terjadinya tanah
longsor.
Adapun dampak yang di timbulkan dengan terjadinya tanah longsor
terhadap kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Bencana longsor banyak menimbulkan korban jiwa.
2. Terjadinya kerusakan Infrastruktur public seperti jalan,jembatan dan
sebagainya.
3. Kerusakan bangunan-bangunan seperti gedung perkantoran dan
perumahan penduduk serta sarana peribadatan.
4. Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik
masyarakat yang terdapat disekitar bencana maupun pemerintah.
b. Dampak terhadap Lingkungan
Adapun dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan akibat
terjadinya tanah longsor adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya kerusakan Lahan
2. Hilangnya Vegetasi penutup lahan
3. Terganggunya keseimbangan ekosistem
4. Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis.
5. Terjadinya tanah longsor dapat penutup lahan yang lain seperti
sawah,kebun dan lahan produktif lainnya.

2.7 Penanggulangan Dan Solusi Serta Pencegahan Terhadap Bencana


Upaya yang dilakukan dalam penanggulangan bencana gerakan tanah
ini:
a. Identifikasi zona yang rentan bergerak
b. Identifikasi faktor kunci penyebab gerakan tanah
c. Menerapkan rekayasa untuk meminimalkan pemicu atau pengaruh
pemicu dan memperkuat lereng.

Berikut untuk menangkap pertanda awal terjadinya longsor yang kami


ketahui :
Inovasi Sistem Terpadu untuk Monitoring Lereng Rawan Longsor
memanfaatkan perubahan fisis pada lereng rawan longsor berupa curah hujan,
strain tanah, perubahan kemiringan dan pergeseran tanah untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya tanah longsor.

Slope Monitoring adalah sebuah instrument yang berfungsi untuk


memantau pergerakan tanah di suatu lereng.
Dengan menggunakan Slope Monitoring maka akan diketahui pergerakan
tanah dari suatu lereng. Slope monitoring menggunakan Teknologi Global
Positioning Unit (GPS) sebagai alat untuk mengirim data ke satelit yang

selanjutnya data akan dikirim ke tempat pemantauan.

Sistem ini dilengkapi oleh tiga buah sensor sebagai pengukur parameter
pergerakan tanah, akuisisi data dan sistem telemetri berbasis GSM dan
internet. Pengiriman informasi yang cepat, memungkinkan proses evakuasi
lebih dini guna menekan korban jiwa ataupun kerugian materiil lainnya

2.8 Pemecahan Masalah Apabila Sudah Terjadi Bencana

1. Tanggap Darurat
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan
dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain Kondisi medan, Kondisi
bencana, Peralatan, Informasi bencana
2. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial,
ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan
tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak
berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah
longsor sulit dikendalikan.
3. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor
tidak menjadi pertimbangan utama untuk kerusakan yang disebabkan oleh
tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang
dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

2.9 Solusi/Pencegahan terhadap bencana pergerakan tanah antara lain:

1. Bencana itu dapat dicegah dengan menjaga pepohonan di lereng.


Tumbuhan akan menyerap air dan akarnya mengikat tanah. Tanah gundul
di lereng harus dihijaukan.
2. Lereng yang terjal yang sering terjadinya longosor sebaiknya anda
tidakmembangun rumah atau gedung. karena itu sangat berbahaya, dan
berpotensi terjadinya longsor.
3. Stabilisasi lereng juga dapat dilakukan dengan pendekatan TEKNIK
SIPIL, yaitu dengan membuat dinding beton bertulang atau batu.
4. Alternatif lain adalah memasang batu beton cetakan yang saling terikat.
5. Dinding ini dapat menerima gaya-gaya yang tidak merata, yang pada
dinding beton konvensional dapat menimbulkan keretakan. Dinding
cetakan itu pembangunannya cepat, lebih murah, dan kuat.
6. Pemerintah harus sering melakukan penyuluhan tentang pencegahan tanah
longsor dan lebih mengenali tanda tanda awal tanah longsor.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat yang berjudul Solusi Pergerakan Tanah
dapat menarik kesimpulan, diantaranya: Faktor penyebab terjadinya gerakan
pada tanah juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng,
struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada
lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami
dan manusia.

Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan


memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan
longsor, gejala awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan,
sehingga pengembangan dan penyempurnaan manajemen gerakan tanah baik
dalam skala nasional, regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menggalang
kebersamaan segenap lapisan masyarakat.

3.2 Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah
untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
1. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
2. Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
3. Vegetasi kembali lereng-lereng
4. Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi
hunian.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2007. Tanah Longsor. http://id.wikipedia.org/wiki/tanah_longsor.


diakses Maret 2008.
Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pengenalan Gerakan
Tanah. Jakarta : Mancamedia.
http://ranupatjeh7.blogspot.com/2013/03/makalah-tanah-longsor.html
http://www.testindo.com.

Anda mungkin juga menyukai