TEKNIK SIPIL
Di susun oleh :
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tanpa hambatan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Jatidiri STT Dumai,
Bapak Hutabarat yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada kami.Terlebih lagi dalam
penyusunan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.Terima kasih juga
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, yang tidak
bisa kami sebutkan satu-persatu.
Kami menyusun makalah yang berjudul “Pengertian Benar dan Perbedaan antara Baik, Bagus serta
Benar” ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Jatidiri STT Dumai yang diberikan oleh Bapak
Hutabarat.
Kemampuan maksimal dan usaha yang keras telah kami curahkan dalam menyusun makalah
ini. Semogausaha kami tidak sia-sia dan mendapatkan hasil yang baik.
Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna,
karena kami menyusun ini dalam rangka mengembangkan kemampuan diri.Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun baik lisan maupun tulisan sangat kami harapkan.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan tinggi tersebut dapat dicapai bila anggota sivitas akademika, yaitu dosen dan
mahasiswa mengerti serta melaksanakan sikap dan etika sebagai komunitas masyarakat pada
umumnya.Etika akademik sebagai panduan kehidupan masyarakat kampus yang dilandasi motivasi
keilmuan dan kecendekiaan.Oleh karena itu etika sering ditempatkan pada situasi yang kondisional
dalam kaitannya dengan kekhusasan suatu komunitas, tempat, dan waktu, serta konsistensi komunitas
tersebut yang secara konsekuen mempertahankan nilai-nilai baik-buruk dan benar-salah serta
kepantasan atau kepatutan social yang berlaku.
Pendidikan tinggi pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama
untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan nilai-nilai kebenaran.Semua orang
yang berhasrat untuk mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran.Kebenaran adalah satu
nilai utama di dalam kehidupan human.Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani
manusia.Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha
“memeluk” suatu kebenaran.
Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan
manusia.Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat
kebenaran itu?
Jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan
kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tanpa melaksanakan
kebenaran tersebut manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spikologis. Menurut para ahli
filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu
di bawah kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak
(absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran illahi, ada kebenaran khusus individual, ada
pula kebenaran umum universal.
Terminologi benar bisanya selalu tertuju pada kata kebenaran. Dalam dunia filsafat atau dalam
kehidupan sehari-hari, apakah dia sebagai filosof atau tidak konsep kebenaran selalu menjadi
persoalan utama bagi mereka. Sampai hari ini kenyataannya belum final, mungkin saja sampai hari
kiamat datang persoalan kebenaran tetap segar untuk dibicarakan. Betapa tidak, setiap generasi selalu
ingin tahu tentang konsep kebenaran. Disamping itu juga setiap masa konsep kebenaran harus pula
selalu diajarkan kepada generasi muda.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui arti kata benar
b. Mengetahui manfaat dan pengaruh pengembangan etika tersebut terhadap civitas akademika
perguruan tinggi.
c. Mengetahui bagaimana mengembangkan etika akademik yang benar di dalam pergaulan
masyarakat kampus.
1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sarana pembelajaran pengembangan etika akademik dalam masyarakat kampus.
b. Menambah pemahaman konsep kebenaran dalam kehidupan sosial
c. Melakukan tindakan yang sesuai dengan konsep kebenaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis-jenis Kebenaran :
1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)
2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)
3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human.Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi
rohani manusia.Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha
“memeluk” suatu kebenaran.
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya
terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang
kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik
spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran
dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan
dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
1. Teori korespondensi
Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita obyek (informasi,
fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan
yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.
Teori korispodensi (corespondence theory of truth) menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang
serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan).Teori ini
dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh
Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini.Teori kebenaran
corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah
pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu.Apa yang
diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di
dalam tingkah lakunya.Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan
nilai-nilai moral itu.
Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan
dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran
berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku.Apa yang ada di dalam
subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek
(realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesan yang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat
konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat
yang lain.
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenarna bukanlah didasarkan atas
hubungan subyek dengan realitas obyek.Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide dan
kesannya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang
satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam
pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam
penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi.Kedua teori ini lebih
bersifat melengkapi.Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori
korespondensi.Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran.Sedah teori
konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.
Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di
dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya
yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan
George Hegel.Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji.
Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar,
maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
3. Teori Pragmatisme
Pragtisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat
dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan.Menurut filsafat ini dinyatakan, bahwa sesuatu
ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat.Sesuatu dianggap
benar jika mendatangkan manfaat.Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia.eori, hipotesa
atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat
yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki niali praktis, maka dapat
dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran.
Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode
project atau medoe problem solving yang digunakan dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar
hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan.Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam
keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih
jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah.
Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar.Yang
dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau
dalil itu memliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi teori pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalah
Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-
1859).Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi,
pada hasil tindakan yang dilakukan.Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu
sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey
bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui
kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek
di dalam program solving.
Yang kedua konsep kata bagus, dapat pula dijelaskan secara konkrit.Terlebih dahulu
dikemukakan contoh-contoh untuk itu.Misalnya bagus sekali pendapatmu, bangunan itu
bagus.Kedua kenyataan tersebut diakui, pengakuan untuk itu digunakan kata bagus. Untuk
memberikan pengakuan terhadap contoh tersebut kita gunakan kata bagus.
Berdasarkan contoh-contoh diatas dapat diambil pengertian bagus, yakni sebuah kata yang
kita gunakan sebagai pernyataan atau pengakuan terhadap benda atau objek sebagai hasil dari
proses.
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika dan etika akademik adalah ciri terpenting dalam tata pergaulan manusia dan pergaulan
masyarakat kampus dalam memahami arti dari kebenaran.Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan
dari pemahaman (comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang
diluar subyek itu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.
Bahwa kebenaran itu ada yang relatif terbatas, ada pula yang umum.Bahkan ada pula yang mutlak,
abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah, jasmaniah, indera,
ada yang berupa ide-ide yang merupkan pemahaman potensi subjek (mental,r asio, intelektual).
Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam antaraksi kepribadian manusia dengan alam
semesta.Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.
Semua teori kebanrna itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata.Yang mana
masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.
SARAN
Kepada generasi pemuda terutama mahasiswa harus mempunyai etika akademik dan
dikembangkan dalam kehidupan kampus maupun kehidupan masyarakat.Dan setelah mengikuti
kuliah etika dan etika akademika, mahasiswa dapat menjelaskan etika akademik dan menerapkannya
secar konstekstual dalam dinamika kegiatan akademik.
DAFTAR PUSTAKA
http://atrofardians.blogspot.co.id/
https://van88.wordpress.com
https://jalius12.wordpress.com