Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FIQH IBADAH THAHARAH

 A.    Latar belakang

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya manusia harus terlebih dahulu bersuci dan

disucikan. Allah mencintai sesuatu yang suci dan bersih. Dalam hukum islam bersuci dan

segala seluk beluknya adalah termasuk sebagian dari ilmu dan amalan yang penting karena

diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan

sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam

kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga

thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat

menjalankan ibadah.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim harus dan wajib

mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah bagi ummat Islam, dalam

kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-hal yang kotor sehingga sebelum memulai

aktifitas kita menghadap tuhan atau beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan

cara berwudhu, mandi maupun bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan teliti

hampir seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah ini menunjukan kan

kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan kepada kita betapa

pentingnya masalah thaharah ini.

Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun masih banyak dari

umat Islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di gunakan

untuk bersuci. makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus

mudah-mudahan dapat membuat teman-teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang

mendasar ini dan media belajar dan mempelajari masalah-masalah thaharah.


B.     Rumusan masalah

1.      Apa pengertian thoharoh thaharah?

2.      Ada dalil-dalil thoharoh?

3.      Macam macam air ?

4.      Berapakah macam-macam najis?

5.      Bagaimana cara bersuci dari hadas dan najis?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian thoharoh.

2.      Untuk dalil-dalil thoharoh.

3.      Untuk mengetahui macam-macam toharoh

4.      Untuk mengetahui macam-macam thoharoh.

5.      Untuk mengetahui cara bersuci dari hadas dan najis.


BAB II

PEMBAHASAN

1.      Pengertian Thaharoh

Menurut bahasa (etimologi) ath-thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran 1[1],

baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib dan dosa 2[2] seperti

kemaksiatan3[3]. Sedangkan ath thaharah menurut terminology syara’ adalah bersih atau suci

dari najis baik najis factual semisal istinja maupun secara hukmi, yaitu hadats4[4]. Suci dari

hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari najis ialah

menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:

a.       Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.

b.      Kaifiat (cara) bersuci.

c.       Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.


1[1] Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009, hlm 234

2[2] Saifuddin Mujtaba’, 2003:1

3[3]Prof. Dr .Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Gema Insani,Depok,2010, hlm 202

4[4] Abdul Aziz Muhammad SAW SAWd Azzam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah.
Jakarta . Amzah : 2013
d.      Benda yang wajib disucikan.

e.       Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran".

Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah

kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah

mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS.2:222).

Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:

a.       Menghilangkan najis.

b.      Berwudlu.

c.       Mandi.

d.      Tayammum.

Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan

sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

2.      Dasar hukum Thaharah

H. Abdul Khaliq Hasan mengemukakan salah satu landasan hukum thaharah adalah surah Al

Furqan Ayat 11 Artinya : Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira,

dekat sebelum kedatangan rahmatnya(hujan) dan kami turunkan air dari langit air yang

bersih(QS.Al-Furqan:48)

Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, maksud ayat ini adalah Allah

menurunkan air yang suci sebagai alat bersuci baik untuk tubuh, pakaian, maupun yang lain
sebab kata thahur berarti sesuatu yang digunakan untuk thaharah(bersuci), sebagaimana kata

wudhu yang di gunakan untuk berwudhu.5[5] Dan perhatikanlah surah al mudatsir ayat 3 dan 4

yang berbunyi sebagai berikut :

ْ‫ك فَطَهِّرْ َوالرُّ جْ َز فَا ْهجُر‬


َ َ‫َوثِيَاب‬

Artinya : dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala jauhilah

(QS.Al-Muddatsir : 4 )

Allah SWT menyuruh manusia untuk membersihkan pakaian dan segala kotoran yang

termasuk berhala. Membersihkan pakaian dapat di artikan dengan membersihak pakaian

lahir6[6] dan pakaian batin7[7]. Jadi dengan ayat diatas, Allah megatakan bahwa kebersihkan

dari lahir dan batin itu harus dipadukan, sebab diantara keduanya harus di padukan dan saling

berhubungan.

Dan perhatikan lah hadits nabi

)‫تنظفوالكل مااستطعتم فاان هلل تعلى بنى السالم على النظافةواليدخل الجنة االنطيف(رواه الطبرانى‬

Artinya : janganlah selalu kebersihan sedapat mungkin, karna Allah swt membangun Islam di

atas kebersihan, dan tidak akan masuk surge kecuali orang-orang yang bersih (H.R

Athabrany)8[8]

Kebersihan atau bersuci menjadi media utama mendekatkan diri kepada Allah karena Allah

mencintai orang-orang yang mensucikan dirinya, perhatikan lah surah Al-Baqorah ayat 222

5[5] H. Abd. Kholiq Hasan, Tafsir Ibadah, Pustaka Pesantren,Yogyakarta, 2008, hlm 15

6[6] Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian lahir adalah membersihkan diri dari hadast dan najis
dengan berwudhu dan mandi.

7[7] Yang dimaksud dengan membersihkan pakaian batin adalah membersihkan dari kesyirikan dan lain-lain

8[8] Ibid
u‫ن‬uَ ‫ي‬u‫ر‬u َ uَ‫ت‬u‫ ُم‬u‫ ا ْل‬u‫ب‬
ِ uِّ‫ه‬u‫ط‬ uُّ ‫ ِح‬uُ‫وي‬uَ ‫ن‬u uُّ u‫ُ ِح‬u‫ ي‬uَ ‫ن هّللا‬u
uَ ‫ي‬uِ‫اب‬u‫ َّو‬uَّ‫ت‬u‫ب ال‬ uَّ ِ‫إ‬

Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang

menyucikan diri (QS.Al-Baqarah:222). 9[9]

Adapun dalil- dalil yang di kemukakan oleh Wahbah Az Zuhaily adalah nabi Muhammad

SAW bersabda :

u‫يم‬u‫سل‬u‫ الت‬u‫ها‬u‫يل‬u‫حل‬u‫وي‬u‫ير‬u‫كب‬u‫لت‬u‫اا‬u‫مه‬u‫حري‬u‫وت‬u‫هور‬u‫ة الط‬u‫ال‬u‫ح الص‬u‫فت‬u‫م‬

Artinya : kunci sholat ialah suci, yang menyebabkan haram melakukan perkara – perkara

yang yang di halalkan sebelum sholat adalah takbiratul ihram dan yang menghalalkan

melakukan perkara yang diharamkan sewaktu sholat ialah salam 10[10][20].

Rasulullah saw juga bersabda :

u‫ان‬u‫يم‬u‫ال‬u‫ ا‬u‫ور شطر‬u‫طه‬u‫ال‬

Artinya : kesucian adalah sebahagian dari iman 11[11]

Prof. Dr. Zakiah Daradjad dalam bukunya mengemukakan dalil- dalil tentang thaharah

sebagai berikut

u‫روا‬u‫طه‬u‫ فا‬u‫با‬u‫ جن‬u‫م‬u‫نت‬u‫ ك‬u‫ن‬u‫وا‬

Artinya : dan jika kamu junub maka bersucilah(mandi)

3.      Macam-macam air

9[9] Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia, Fiqih Untuk X madrasah
aliyah, intimedia ciptanusantara, Jakarta, 2005, hlm 4

10[10] Dalam keterangan nya hadist ini shahih dan hasan yangdi petik oleh Abu Daud, Tarmidzi Dan Ibnu
Majah Dari Ali Bin Abi Thalib(Nasbur Rayah,Jilid 1 Hlm 307)

11[11] Hadis shahih diriwayatkan oleh muslim


Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam12[12]:

1.      Air hujan.

2.      Air sungai.

3.      Air laut.

4.      Air dari mata air.

5.      Air sumur.

6.      Air salju.

7.      Air embun.

Pembagian air

Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu13[13] :

1.      Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak

bercampur dengan sesuatu yang lain.

2.      Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu

air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.

3.      Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan

untuk bersuci.

4.      Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan

benda najis atau yang terkena najis.

4. Macam-Macam Thaharah

a.      Bersuci dari dosa (bertaubat).

12[12] Labib Mz, Pedoman Sholat Lengkap. Surabaya. Bintang Usaha Jaya: 2001 Hal : 11

13[13] Ibid hal : 12


Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode

mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa yang

dimaksudkan berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta maaf

kepada semua orang yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara

langsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an

  Artinya :

“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya,

niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah

ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik.

Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang

besar (kiamat)”.

Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-cirinya

adalah:

a.       Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.

b.      Berjanji tidak akan mengulanginya.

c.       Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.

d.      Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan baik

dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT.

b.     Bersuci menghilangkan najis.

Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal perbuatan.

Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat

tidak sah.

·         Benda-benda najis


a)      Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)

b)      Darah

c)      Babi

d)     Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan

e)      Anjing

f)       Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang

g)      Susu binatang yang haram dimakan dagingnya

h)      Wadi dan madzi

i)        Muntahan dari perut

·         Macam-macam najis

Najis dibagi menjadi 3 bagian:

1.      Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun

dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.

2.      Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia

dan binatang, kecuali air mani.

Najis ini dibagi menjadi dua:

a.        Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.

b.       Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak yang

sudah kering dan sebagainya.

3.      Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.

Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan

air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

5. Cara Bersuci dari Hadas


A. WUDHU

Pengertian Wudhu menurut (bahasa) berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara’

berarti membersihkan anggota-anggota wudhu’ untuk menghilangkan hadast kecil. 14[14]

Wudhu adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum orang mengerjakan

shalat. Perintah wajib wudhu ini sebagaimana firman Allah SWT.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu akan mengerjakan shalat, basuhlah

wajahmu dan dua tanganmu hingga kedua siku, sapulah kepalamu kemudian basuhlah kedua

kakimu hingga kedua mata kaki” (Q.S. Al-Maidah 6)

c.        Tujuan-Tujuan Wudhu

Ibadah yang oleh karenanya seorang berwudhu, dan itu antara lain:

1)      Shalat wajib atau sunah, firman Allah SWT dalam surah Al-Maidah ayat 6 :

2)      Tawaf

3)      Menyentuh tulisan Al-Qur’an

4)      Wudhu untuk iqamah.15[15]

d.       Syarat-Syarat Wudhu

Ada beberapa syarat-syarat harus dipenuhi dalam berwudhu, diantaranya:

a)       Air yang digunakan untuk berwudhu harus air mutlaq

b)       Air yang halal, bkan hasil ghasab

c)       Suci angota wudhu dari najis

d)      Untuk sahnya wudhu, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudhu dan shalat.

e)       Melakukan wudhu sendiri tidak diwakilkan

14 [14] Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang, Karya Toha Putra, 1978. Hlm., 63.

15 [15] Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. Terjemahan. Jakarta, Dar al-
Jawad,1984, Hlm., 48.
f)        Wajib berurutan dalam berwudhu

g)       Wajib bersifat segera atau tidak terputus.16[16]

Dan adapun syarat sah wudhu antara lain:

1)      Islam

2)      Tamyiz

3)      Tidak berhadats besar

4)      Dengan air suci lagi menyucikan (air mutlaq)

5)      Tidak ada sesuatu yang menghalangi air

6)      Tidak ada najis pada tubuh, sehingga berubah sifat air yang suci lagi menyucikan.

e.        Fardu wudhu

a.       Niat

b.      Membasuh seluruh muka ( dari tumbuh rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari

telinga kanan hingga telinga kiri)

c.       Membasuh kedua tangan sampai siku-siku

d.        Mengusap sebagian rambut kepala

e.       Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

f.       Tartib (berturut-turut)

f.         Sunah-Sunah Wudhu

Ada beberapa sunah wudhu, antara lain:

1.      Membaca basmallah pada permulaan wudhu

2.      Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan

3.      Berkumur-kumur
16 [16] Ibid. Hlm., 52
4.      Membasuh lubang hidung sebelum berniat

5.      Menyapu seluruh kepala dengan air

6.      Mendahulukan angota yang kanan daripada kiri

7.      Menyapu kedua telingga yang luar dan dalam

8.      Menyela jari-jari tangan dan kaki

9.      Membaca doa sesudah wudhu.17[17]

g.        Hal-hal yang membatalkan wudhu

Ø  Keluar sesuatu dari qubul dan dubur meskipun hanya angin

Ø  Hilang akal karena gila, pingsan, mabuk atau tidur nyenyak.

Ø  Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan tidak memakai

penutup.

Ø  Tersentuh kemaluan (qubul maupun dubur) dengan telapak tangan.

B. MANDI

a. Pengertian mandi

Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi

besar / junub / wajib mandi dengan mengunakan air suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan

mengalirkan air tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan

mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadast besar yang harus dihilangkan sebelum

melakukan sholat. Mandi itu di syariatkan berdasarkan firman Allah:

Artinya: “Dan jika kamu junub hendaklah bersuci”. (Q.S. Al-Maidah : 6).

b. Hal-Hal yang Mewajibkan Mandi

Mandi diwajibkan atas 5 perkara :


17 [17] Op. Cit. Hlm., 49.
1)   Keluar air mani disertai syahwat, baik diwaktu tidur maupun bangun, dari laki laki atau

perempuan.

2) Hubungan kelamin, yaitu memasukan alat kelamin pria ke dalam alat kelamin wanita,

walau tidak sampai keluar mani.

3)  Terhentinya haid dan nifas.

4)     Meninggal, bila menemui ajal wajiblah memandikan, berdasarkan ijma’.

5)     Orang kafir bila masuk Islam.18[18]

c. Rukun (Fardhu) dan syarat-syarat Mandi Besar.

Rukun mandi besar ada 2, antara lain:

1)  Niat (bersama dengan membasuh permulaan angota tubuh).

2) Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut sampai ujung

kaki.

Sedangkan syarat-syarat mandi besar yaitu:

a.       Beragama Islam

b.      Sudah tammyiz

c.       Bersih dari haid dan nifas

d.      Bersih dari sesuatu yang menghalangi sampainya air pada seluruh anggota tubuh.

e.       Pada angota tubuh harus tidak ada sesuatu yang bisa merubah sifat air, seperti, minyak

wanggi.

f.       Harus mengerti bahwa mandi besar hukumnya fardu (wajib)

g.      Salah satu rukun-rukun mandi tidak boleh di i’tikadkan sunah.

h.      Air yang digunakan harus suci dan menyucikan.

d. Sunah-Sunah Mandi Wajib


18 [18] Ibid. Hlm 144-151
Disunahkan bagi yang mandi memperhatikan perbuatan Rasulullah SAW ketika mandi itu:

a.  Mencuci kedua tangan hingga dua kali.

b. Membasuh kemaluan.

c. Berwudhu secara sempurna.

d.  Menuangkan air keatas kepala sebanyak 3 kali sambil menyela-nyela rambut.

e.   Mengalirkan air keseluruhan badan memulai dari kanan lalu sebelah kiri sampai rata.19[19]

C . TAYAMUM

a.      Pengertian Tayamum

Menurut bahasa, tayamum berarti menuju kedebu. Sedangkan menurut pengertian syariat,

tayamum ialah mengusap debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan

sholat atau lainya. Tayamum juga berarti sebagai penganti wudhu atau mandi, untuk orang

yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan Yaitu :

a. Uzur karena sakit (kalau ia memakai air bertambah sakitnya).

b. Karena dalam perjalanan.

c.  Karena tidak ada air.20[20]

b. Tata Cara Tayamum

1)      Membaca basmalah

2)      Rengangkan jari-jari, tempelkan kedebu, tekan-tekan hingga debu melekat.

3)   Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang menempel.

4)      Niat tayamum.

5)      Mengusap telapak tangan kemuka secara merata

6)      Bersihkan debu yang tersisa ditelapak tangan

19 [19] Sabiq Sayyid, Op, Cit, Hal., 164-165.

20 [20] Ibid, Hlm., 40.


7)     Ambil debu lagi dengan merengangkan jari-jari, tempelkan kedebu, tekan-tekan hingga

debu melekat.

8)     Angkat kedua tangan lalu tiup kearah berlainan dari sumber debu tadi.

9)     Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri.21[21]

c. Syarat Tayamum

a. Telah masuk waktu sholat

b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran.

c.  Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum.

d.  Sudah berupaya mencari air.

e.   Tidak haid maupun nifas bagi wanita.

f.    Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh.

d. Rukun Tayamum

1.  Niat tayamum

2.  Menyapu muka dengan debu.

3.  Menyapu kedua tangan dengan debu.

4.  Tartib.

e. Sunah Tayamum

a.   Membaca basmalah

b.   Menghadap kiblat

c.   Menghembus tanah dari dau tapak tangan supaya tanah yang diatas tangan itu tipis.
21 [21]Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,Semarang, Toha Putra ,1978. Hlm., 70-72.
d.   Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri.

e.   Membaca doa sesudah tayamum sebagaimana doa sesudah wudhu.22[22][21]

22 [22] Ibid, Hlm., 42-43.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Arti taharah menurut bahasa artinya “ bersih”, sedangkan menurut syara’ berarti bersih dari

hadast dan najis. Selain itu, arti taharah ialah memperbuat barang yang mengharuskan

sembahyang dan sebagainya seperti berwudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.

Pembagian thaharah ada dua, Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait

dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Thaharah Hukmi adalah

seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran tetapi ia wajib

berthaharah ulang, dengan cara berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti

shalat, thawaf dan lainya.

Wudhu menurut lugot (bahasa) berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara’ berarti

membersihkan anggota-anggota wudhu’ untuk menghilangkan hadast kecil.Mandi adalah

meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi besar / junub / wajib

mandi dengan mengunakan air suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air

tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tayamum berarti

menuju kedebu. Sedangkan menurut pengertian syariat, tayamum ialah mengusap debu ke

wajah dan kedua tangan dengan niat untuk mendirikan sholat atau lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978.

Sarani.M, Mabadi Ilmu Fiqih, Banjarmasin:TB. Murni, 1373.

Muqarrabin, Fiqih Awam, Demak: Media Ilmu, 1997.

Al-Gazzi. Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr, 2005.

Al-Banjari.Muhammad Arsyad, Sabilal Muhtadin, Surabaya: Bina Ilmu juz 1.

Sabiq. Said, Fiqh Sunnah 1, Bandung:Alma’arif, 1937.

Abu Bakar.Iman Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, Surabaya:Bina Imam, 2003.

Mughniyah. Muhammad Jawad, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. Jakarta:Dar al- Jawad, 1984.

Dainuri. Muhammad, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam, Magelang: Sinar Jaya.

T.Tahun

Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta. Almahira

Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf.

Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia. 2005.Fiqih

Untuk X madrasah aliyah, Jakarta. intimedia ciptanusantara

H.Abd.Kholiq Hasan. 2008. Tafsir Ibadah. Yogyakarta. Pustaka Pesantren.

Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009

Rifa’I .Moh. 2001. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang. PT.Karya Toha Putra.

Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam Dan Prof. Dr. Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.

2010. Fiqh Ibadah. Jakarta. Amzah

Anda mungkin juga menyukai