Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan rahmat serta
karunianya sehingga Tugas makalah Pendidikan Lingkungan Hidup ini dapat terselesaikan.

Makalah ini di susun berdasarkan tugas yang di berikan kepada kelompok kami,yaitu tentang
bencana tanah longsor,makalah ini berisikan tentang definisi tanah longsor ,proses terjadinya
tanah longsor,penyebab terjadinya tanah longsor dan cara mengatasi / penanggulangan tanah
longsor

Makalh ini di susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang kelompok kami terima,maka
untuk menyelesaikan tugas ini,kelompok kami harus benar-benar dalam mengerjakan nya.

Penyusun sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna.oleh karena itu kritik dan saran
yang konstruktif sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini, untuk
itu secara khusus kami selaku tim penyusun menyampaikan terima kasih,semoga makalah ini
bermanfaat bagi kitta semua.amin.
Daftar Isi
Kata Pengantar : 1
Daftar Isi ; 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang : 3
2. Rumusan Masalah : 3
3. Tujuan Penelitian : 3
4. Metode Penelitian : 4

BAB II LANDASAN TEORI


A. Definisi Tanah Longsor : 5
B. Jenis-Jenis Tanah Longsor :6
C. Proses Terjadinya Tanah Longsor : 7
D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor :7
E. Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor : 8
F. Pencegahan Terjadinya Tanah Longsor : 8
G. Hal-Hal Yang Dilakukan Selama Dan Sesudah Terjadinya Bencana : 9
H. Defenisi Air Tanah
I. Proses terbentuknya Air tanah
J. Kandungan unsur air tanah
K. Karakteristik akuifer air tanah
L. Jenis air tanah
sBAB III METODOLOGI
A. Sebeluum Bencana Alam Tanah Longsr Terjadi : 10
B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi : 10
C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsoe Terjadi : 11
D. Metode Mapping Analisis : 11

BAB IV
Tipe/Jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978) : 14

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan : 18
B. Saran : 18

DAFTAR PUSTAKA : 20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.. Latar Belakang

Bencana tanah longsor kerap terjadi di negeri ini, akhir-akhir ini banyak media
melaporkan tentang kejadian tanah longsor yang bukan hanya merusak fisik dan bangunan,
namun sampai merengutnya masyarakat. Kenapa hal itu bisa terjadi berulang-ulang, yah
bukan saja merupakan sebuah musibah namun tak kurang warga yang bermukim di tempat-
tempat rawan longsor. Pemerintah selalu menghimbau kepada masyarakat untuk selalu
waspada akan terjadinya bencana alam, baik itu longsor, banjir, gunung meletus, dan
gempa bumi bahkan pemerintah pun mengintruksikan kepada pihak pihak yang terkait
seperti Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satkorlak PB) agar lebih
meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap bencana tanah longsor, serta peran
penting masyarakat yang tanggap dengan bencana longsor pada titik-titik rawa longsor.

2. Rumusan Masalah

Dilihat dari materi diatas maka makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Longsor?
2. Apa Penyebab terjadinya Longsor?
3. Bagai Mana Tanda-tanda akan terjadinya Longsor?
4. Bagaimana Akibat dari bencana longsor?
5. Bagaimana cara menaggulangi bencana Longsor?
6. Bagaimana Cara untuk mencegah terjadinya korban longsor?

3. Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui pengertian dari longsor
2. untuk mengetahui apa penyebab terjadinya longsor
3. untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda akan terjadinya longsor
4. untuk mengetahui cara menanggulangi dann mencegah longsor
5. untuk sekedar berbagi pengetahuan tentang bencana longsor
4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan ini di harapkan :
1. Masyarakat lebih memahami dan mengerti akan pentingnya menjaga
keseimbangan lingkungan hidup .
2. Masyarakat akan mengetahui tentang dampak/aibat yang di timbulkan
apabila tidak menjag lingkungan hidup dengan baik .
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi
suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut
berpengaruh:

Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau
gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan
hujan lebat
Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral
dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya
lereng-lereng tersebut
Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan
aliran debu-debu
Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan
petir
Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

B. Jenis-jenis tanah longsor


Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis longsor yang
paling sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi. Sementara itu, jenis tanah
longsor yang paling banyak memakan korban jiwa adalah aliran bahan rombakan.

1. Longsor Translasi
Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsor Rotasi
Longsoran ini muncul akibat bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain bergerak kebawah dengan
cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang terjal sampai menggantung,
terutama di daerah pantai.

5. Rayapan Tanah
Longsor ini bergerak lambat serta serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus.
Longsor ini hampir tidak dapat dikenal. Setelah beberapa lama terjadi longsor jenis rayapan,
posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring kebawah.

6. Aliran Bahan Rombakan


Longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang
lembah yang mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatan bergantung pada kemiringan
lereng, volume air, tekanan air dan jenis materialnya.
C. Proses Terjadinya Tanah Longsor

Air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut
menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluarlereng.

D. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya
penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban
serta berat jenis tanah batuan.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan
dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan
lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai factor alami
dan manusia:

1. Faktor alam

Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan
batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan
gunung_api.

b. Iklim: curah hujan yang tinggi.

c. Keadaan topografi: lereng yang curam.

d. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam,
pelarutan dan tekanan hidrostatika.

e. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.

2.Faktor manusia

Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:

a. Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.


b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Penggundulan hutan.
e. Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat,
sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

E. Gejala Umum Terjadinya Tanah Longsor

Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.

Biasanya terjadi setelah hujan.

Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.

Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

F. Pencegahan Terjadinya Bencana Alam Tanah Longsor

Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
dekat pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun
permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi
Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)
Jangan membangun rumah di bawah tebing

G. Hal Hal Yang di Lakukan Selama dan sesudah Terjadi Bencana


1. Tanggap Darurat

Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan
pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan,
2. Rehabilitasi

Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana
transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya
supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila
tanah longsor sulit dikendalikan.

3. Rekonstruksi

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi


pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena
kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

I. Pengertian Air Tanah

Selain air sungai dan air hujan, air tanah mempunyai peranan yang sangat penting,
terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan
rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Kebanyakan orang
menganggap air tanah sebagai sebuah danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah.
Padahal, kondisi ini benar hanya pada kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah
tanah.
Secara umum air tanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat
kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Batuan yang mampu menyimpan dan
mengalirkan air tanah ini kita sebut dengan akuifer (Rachmat F. Lubis, 2006). Undang
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mendefinisikan air tanah sebagai air
yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sedangkan
menurut para ahli, air tanah didefinisikan sebagai berikut :

Air tanah adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan
tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan
gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut biasa dikenal dengan air tanah
(Asdak, 2002).
Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan
dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.
Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
Air tanah adalah air yang tersimpan pada lajur jenuh, yang kemudian bergerak
sebagai aliran melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi sampai air
tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam, danau, sungai, dan
laut (Fetter, 1994). Batas atas lajur jenuh air disebut dengan muka air tanah (water
table).
Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. Lapisan
tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh (saturated
zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh sampai ke permukaan tanah,
yang rongga-rongganya berisi air dan udara (Soemarto, 1989).
II. Proses Terbentuknya Air Tanah

Air hujan sebagian besar akan mengalir di permukaan sebagai air permukaan seperti sungai,
danau, atau rawa. Sebagian kecil akan meresap ke dalam tanah, yang bila meresap terus
hingga zona jenuh akan menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan
diuapkan kembali lewat tanaman yang kita kenal dengan evapotranspiration. Penguapan
evaporation terjadi langsung pada tubuh air yang terbuka.

Air tanah mempunyai peranan yang sangat penting untuk kepentingan rumah tangga maupun
untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air
tanah telah mencapai 70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air
yang mempersatukan kumpulan air yang ada di permukaan.

Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa ratus meter di bawah
permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air atau biasa disebut permeable dan ada
pula yang tidak lolos atau kedap air yang biasa disebut impermeable. Lapisan lolos air
misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-retak, sedangkan
lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung. Sebetulnya
tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak dapat lagi
menyerap air.

Air hujan dan air permukan akan meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of
aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air
dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi, yakni suatu
peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer.

Dari daur hidrologi dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat seperti bentuk topografi, jenis batuan penutup,
penggunaan lahan, tumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permukaan. Air tanah
dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi pemompaan, pencemaran
terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

III. Sumber Air Tanah

Berdasarkan Perkiraan Jumlah Air di Bumi (UNESCO, 1978 dalam Chow et al, 1988)
dijelaskan bahwa sebenarnya jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar
dibanding jumlah air permukaan. 98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah
permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Ada dua sumber air tanah
yaitu:
1. Air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam formasi
batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah.
2. Air dari aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang meresap
melalui tanah ke dalam lajur jenuh.

Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai ketergantungan satu
sama lain. Air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat penting, terutama di daerah-
daerah di mana musim kemarau atau kekeringan yang panjang menyebabkan berhentinya
aliran sungai. Banyak sungai di permukaan tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari
air tanah, sebaliknya juga aliran air sungai merupakan sumber utama untuk imbuhan air
tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur
hidrologi, yakni proses alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.

IV. Kandungan Unsur Air Tanah

Air hujan yang meresap ke bawah permukaan tanah dalam bentuk penelusan maupun
peresapan, membawa unsur-unsur kimia. Komposisi zat terlarut dalam air tanah dapat
dikelompokkan menjadi 4 kelompok (Hadipurwo, 2006):

1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0-1000 mg/l, yakni: natrium,
kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, klorida, silika.
2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01-10 mg/l, yakni besi,
strountium, kalium, kabornat, nitrat, florida, boron.
3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan 0,0001-0,1 mg/l, yakni atimon,
aluminium, arsen, barium, brom, cadmium, krom, kobalt, tembaga, germanium,
jodium, timbal, litium, mangan, molibdiunum, nikel, fosfat, rubidium, selenium,
titanium, uranium, vanadium, seng.
4. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya kurang dari 0,001
mg/l, yakni berilium, bismut, cerium, cesium, galium, emas, indium, lanthanum,
niobium, platina, radium, ruthenium, scandium, perak, thalium, tharium, timah,
tungsten, yttrium, zirkon.

V. Karakteristik Akuifer Air Tanah

Air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berlangsung di alam, serta terdapat
dalam batuan yang berada di bawah permukaan tanah meliputi keterdapatan, penyebaran dan
pergerakan air tanah dengan penekanan pada hubungannya terhadap kondisi geologi suatu
daerah (Danaryanto,dkk,2005). Berdasarkan atas sikap batuan terhadap air, dikenal adanya
beberapa karakteristik batuan yaitu : Akuifer (aquifer), Akuiklud (aquiclude), Akuitar
(aquitard), Akuifug (aquifuge).

Akuifer (aquifer) ; Akuifer adalah lapisan pembawa air, lapisan batuan in mempunyai
susunan sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah
yang cukup berarti di bawah kondisi lapang. Batuan dari akuifer ini bersifat permeabel,
contoh batuan permeabel adalah pasir, kerikil, batupasir yang retak-retak dan batu gamping
yang berlubang-lubang.
Akuiklud (aquiclude) ; Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air, tetapi
tidak dapat meloloskan air dalam jumlah yang berarti. Contoh : lempung, shale, tuf halus, silt.

Akuitar (aquitard) ; Akuitar adalah lapisan atau formasi batuan yang dapat menyimpan air
tetapi hanya dapat meloloskan air dalam jumlah terbatas.
Akuifug (aquifuge) ; Akuifug adalah lapisan atau formasi batuan yang tidak dapat
menyimpan dan meloloskan air. Contoh : granit dan batuan yang kompak dan padat.

Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, cekungan air tanah
adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
Tipe akuifer digolongkan menjadi tiga (Kodoatie, 2012), yaitu : Akuifer bebas (unconfined
aquifer), Akuifer tertekan (confined aquifer), dan Akuifer semi tertekan (leaky aquifer).
Akuifer bebas (unconfined aquifer) ; merupakan akuifer jenuh air dimana lapisan
pembatasnya hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas di lapisan atasnya (batas
di lapisan atas berupa muka air tanah).
Akuifer tertekan (confined aquifer) ; adalah akuifer yang batas lapisan atas dan lapisan
bawah adalah formasi tidak tembus air, muka air akan muncul diatas formasi tertekan
bawah. Akuifer ini terisi penuh oleh air tanah sehingga pengeboran yang menembus akuifer
ini akan menyebabkan naiknya muka air tanah di dalam sumur bor yang melebihi kedudukan
semula.

Akuifer semi tertekan (leaky aquifer) ; merupakan akuifer jenuh air yang dibatasi oleh
lapisan atas berupa akuitard dan lapisan bawahnya merupakan akuiklud. Akuifer semi-
tertekan atau aquifer bocor adalah akuifer jenuh yang sempurna, pada bagian atas dibatasi
oleh lapisan semi-lulus air dan bagian bawah merupakan lapisan lulus air ataupun semi-lulus
air.

VI. Jenis Air Tanah

Air tanah dapat dikelompokan berdasarkan letaknya pada permukaan tanah dan berdasarkan
asalnya. Berdasarkan letaknya, air tanah dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Air Tanah
Freatik dan Air Tanah Dalam (Artesis).
Air Tanah Freatik merupakan air tanah dangkal yang letaknya tidak jauh dari permukaan
tanah serta berada di atas lapisan kedap air/impermeable. Contohnya air sumur yang terletak
di antara air permukaan dan lapisan kedap air (impermeable). Air Tanah Dalam (Artesis)
meruapakan air tanah dalam yang terletak di antara lapisan akuifer dengan lapisan batuan
kedap air (akuifer terkekang).
BAB III

METODOLOGI

Bencana alam tanah longsor biasanya terjadi ketika musim penghujan. Kapan
terjadinya bencana alam tanah longsor ini hampir bisa dipastikan kapan dan tempatnya di
kawasan perbukitan terjal dengan ketebalan lapisan tanah yang tebal. Kawasan-kawasan
perbukitan terjal yang sudah gundul karena penebangan pohon merupakan salah indikasi
kawasan yang rawan bencana alam tanah longsor. Dalam upaya pengurangan resiko bencana
alam tanah longsor, berikut ini ada beberapa metode dan hal yang harus dilakukan sebelum,
ketika, dan sesudah bencana alam tanah longsor terjadi.

A. Sebelum Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi


Sebelum bencana alam tanah longsor terjadi, lakukanlah hal-hal berikut ini:

1. Hindari membangun rumah, perkantoran, pabrik, dll di kawasan yang memiliki


kemiringan lereng terjal.

2. Rencanakan sarana komunikasi dengan sesama anggota keluarga baik itu menyedian
HP, WT, HT dan saranan komunikasi lainnya.

3. Tentukan tempat yang aman untuk berkumpul apabila bencana alam tanah longsor
terjadi.

4. Siapkan perlengkapan darurat dalam Tas Siaga Bencana.

5. Melakukan Town Watching atau berkeliling tempat anda tinggal dan mengamati
kawasan-kawasan yang berbahaya dan kawasan-kawasan yang aman apabilan bencana alam
tanah longsor terjadi.

6. Perkuat tebing di kawasan anda tinggal dengan retaining wall atau metode penguatan
tebing lainnya.

7. Kenali tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.

B. Ketika Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi


Apabila anda sudah melakukan beberapa tips di atas dan bencana alam tanah longsor tidak
dapat dihindari, maka ketika terjadi bencana alam tanah longsor, lakukan hal-hal berikut ini:
1. Ketika musim penghujan tiba, tetaplah terjaga karena banyak korban tanah longsor yang
terjadi pada malam hari karena mereka tertidur. Usahakan membuat jadwal piket selama
musim penghujan.

2. Dengarkan informasi terkini dari radio, jadi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan
rawan longsor harus memiliki radio baterai.

3. Segera menuju ke tempat evakuasi yang telah anda rencanakan sebelumnya

C. Setelah Bencana Alam Tanah Longsor Terjadi


Berikut ini hal-hal yang harus anda lakukan:

1. Tetap menjauh dari kawasan bekas tanah longsor.

2. Mendengarkan informasi melalui radio untuk mendapat kondisi terkini tentang kejadian
bencana alam tanah longsor yang melanda kawasan anda.

3. Lakukan pertolongan kepada orang lain yang menjadi korban bencana alam tanah
longsor.

4. Apabila anda melihat kawasan-kawasan yang rusak parah seperti jalan dan jembatan
yang putus, segera laporkan kepada pihak yang berwenang. Informasi anda sangat
bermanfaat dalam tindakan penyaluran bantuan dan pihak terkait bisa memikirkan jalur
alternatif.

E. Metode Mapping Analisis


Kita bisa menggunakan Ilmu mapping untuk mengatasi masalah ini, kita akan menggunakan
bantuan citra satelit untuk melakukan proses evakuasi. Tahapanya dijelaskan sebagai berikut :

1. Dapatkan infromasi tentang jam bencana tanah longsor ini terjadi. Jika terjadinya pada
waktu malam hari maka metode ini akan sangat membantu. Jika terjadi bencana pada waktu
malam hari kemungkinan besar semua penduduk sedang berada di dalam rumah sehingga
akan lebih mudah diprediksi
2. Melakukan survey cepat dengan datang ke lokasi bencana dengan membawa GPS. Ambil
koordinat titik titik tertentu sebagai bahan analisis, misalnya titik bagian pinggir pinggir
lokasi dan titik tengah lokasi jika memungkinkan.
3. Kemudian kita input koordinat yang telah diambil dan kita lakukan analisis dengan
menggunakan citra satelit. Perhatikan gambar berikut !
Titik bulat berwarna kuning adalah koordinat yang kita dapatkan di lapangan, hanya
berfungsi untuk mencari tahu lokasi bencana di citra satelit. Kemudian mulai dilakukan
analisis singkat persebaran korban. Kita tidak akan mencari korban di titik A dan titik B
karena lokasi tersebut adalah tanah kosong. Kita akan mencari korban di sekitar titik D, titik
C dan titik E karena lokasi tersebut adalah perumahan padat yang memungkinkan terdapat
banyak orang disana. Dengan pergerakan longsoran tanah yang sangat cepat kemungkinan
besar korban tidak bergerak dari rumah terlalu jauh.

4. Kita lacak koordinat titik lokasi yang akan kita gali menggunakan software, kemudian kita
input ke dalam GPS. Tidak lupa kita cetak citra satelit tersebut untuk mempermudah
pencarian. Selanjutnya adalah melakukan pencarian menggunakan GPS dan peta Citra
tersebut. Dengan ketelitian GPS navigasi yang mencapai 5-10 meter saya rasa sudah cukup
untuk digunakan dalam situasi mendesak seperti ini.

Asalkan ada sebuah laptop dengan sambungan internet yang bagus. Analisis ini bisa
diselesaikan tidak lebih dari 1 jam, sudah termasuk input data GPS, menentukan lokasi
pencarian hingga input data koordinat pada GPS. Kita bisa memanfaatkan Citra satelit yang
disediakan di secara gratis di Internet. Dengan cara seperti ini kita bisa mencari korban
dengan lebih efisien. Jika pada lokasi yang kita perkirakan korban tidak ditemukan baru
dilakukan pencarian di lokasi yang lain.

Pengembangan :
Bisa juga kita lakukan metode pelacakan "per rumah". Kita cari satu persatu Koordinat
rumahnya kemudian kita gali lokasi perkiraan tersebut. Hal ini dilakukan jika bencana
terjadi di pemukiman jarang penduduk yang mungkin jarak antar satu rumah dengan rumah
lain berjauhan

Catatan : Metode ini hanya berlaku jika lokasi tersebut tertimbun oleh tanah yang longsor
dari tempat lain, seperti bukit, gunung dan tebing di sekitarnya dan tidak berlaku jika lokasi
tersebut menjadi objek longsoran sehingga lokasi tersebut hanyut dan berpindah menuju
tempat lain.
BAB IV
PENUTUP

Istilah "Tanah Longsor" atau "Landslide", seperti yang didefinisikan oleh Cruden (1991)
adalah gerakan massa batuan, puing-puing atau tanah yang menuruni sebuah lereng. Varnes
(1978) mendefinisikan tanah longsor sebagai gerakan material ke bawah dan ke luar dari
sebuah lereng di bawah pengaruh gravitasi. Brunsden (1984) lebih memilih istilah gerakan
massa dan Dikau dkk (1996) mendefinisikan sebagai perpindahan massa pada suatu proses
yang tidak memerlukan media transportasi seperti air, udara atau es. Fenomena tanah longsor
tidak hanya sebatas "tanah" dan "longsor". Penggunaan kata "tanah longsor" memiliki makna
yang jauh lebih luas.
A. Tipe / Jenis Tanah Longsor (Varnes, 1978)
Berbagai jenis tanah longsor dapat dibedakan dari jenis material longsoran. Sistem
klasifikasi lainnya menggabungkan variabel tambahan, seperti tingkat gerakan dan air, udara,
atau konten es.
Meskipun longsor pada umumnya terjadi di daerah pegunungan, longsor dapat juga
terjadi di daerah-daerah berelief rendah. Di daerah ini, longsor terjadi karena faktor cut and
fill, sebagai contoh; penggalian jalan dan bangunan, tebing sungai, runtuhnya tumpukan
galian tambang (terutama tambang batubara), dan berbagai kegagalan lereng lainnya terkait
dengan pertambangan khususnya tambang terbuka.

1. SLIDE: terdiri dari Rotational Slide, Translational Slide dan Block Slide.

Rotational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung ke atas, dan pergerakan longsornya secara umum berputar
pada satu sumbu yang sejajar dengan permukaan tanah.
Translational Slide adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata dengan sedikit rotasi atau miring ke belakang.
Block Slide adalah pergerakan batuan yang hampir sama dengan Translational
Slide, tetapi massa yang bergerak terdiri dari blok-blok yang koheren.
2. FALL: adalah gerakan secara tiba-tiba dari bongkahan batu yang jatuh dari lereng yang
curam atau tebing. Pemisahan terjadi di sepanjang kekar dan perlapisan batuan. Gerakan ini
dicirikan dengan terjun bebas, mental dan menggelinding. Sangat dipengaruhi oleh gravitasi,
pelapukan mekanik, dan keberadaan air pada batuan.

3. TOPPLES: gerakan ini dicirikan dengan robohnya unit batuan dengan cara berputar
kedepan pada satu titik sumbu (bagian dari unit batuan yang lebih rendah) yang disebabkan
oleh gravitasi dan kandungan air pada rekahan batuan.

4. FLOWS: gerakan ini terdiri dari 5 ketegori yang mendasar.

Debris Flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat di mana campuran tanah
yang gembur, batu, bahan organik, udara, dan air bergerak seperti bubur yang
mengalir pada suatu lereng. Debris flow biasanya disebabkan oleh aliran permukaan
air yang intens, karena hujan lebat atau pencairan salju yang cepat, yang mengikis dan
memobilisasi tanah gembur atau batuan pada lereng yang curam.
Debris Avalance adalah longsoran es pada lereng yang terjal. Jenis ini adalah
merupakan jenis aliran debris yang pergerakannya terjadi sangat cepat.
Earthflow berbentuk seperti "jam pasir". Pergerakan memanjang dari material
halus atau batuan yang mengandung mineral lempung di lereng moderat dan dalam
kondisi jenuh air, membentuk mangkuk atau suatu depresi di bagian atasnya.
Mudflow adalah sebuah luapan lumpur (hampir sama seperti Earthflow) terdiri
dari bahan yang cukup basah, mengalir cepat dan terdiri dari setidaknya 50% pasir,
lanau, dan partikel berukuran tanah liat.
Creep adalah perpindahn tanah atau batuan pada suatu lereng secara lambat
dan stabil. Gerakan ini disebabkan oleh shear stress, pada umumnya terdiri dari 3
jenis:
o Seasonal, di mana gerakan berada dalam kedalaman tanah, dipengaruhi
oleh perubahan kelembaban dan suhu tanah yang terjadi secara musiman.
o Continuous, di mana shear stress terjadi secara terus menerus melebihi
ketahanan material longsoran.
o Progressive, di mana lereng mencapai titik failur untuk menghasilkan
suatu gerakan massa. Creep ditandai dengan adanya batang pohon yang
melengkung, pagar atau dinding penahan yang bengkok, dan adanya riak tanah
kecil atau pegunungan.

5. LATERAL SPREADS: umumnya terjadi pada lereng yang landai atau medan datar.
Gerakan utamanya adalah ekstensi lateral yang disertai dengan kekar geser atau kekar tarik.
Ini disebabkan oleh likuifaksi, suatu proses dimana tanah menjadi jenuh terhadap air, loose,
kohesi sedimen (biasanya pasir dan lanau) perubahan dari padat ke keadaan cair.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam tanah akan menambah
bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Konsekuensi dari tumbukan
itu maka terbentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan,
sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi.

Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat
hunian, antara lain :
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)
Vegetasi kembali lereng-lereng.
Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana tanah longsor adalah :
Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman
Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan.
Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
Dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai