Disusun oleh:
AFIANA BERLIN
NIM.23012068
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah longsor adalah sebuah bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Tanah longsor merupakan bentuk perpindahan massa alami dan
menyebar dalam jumlah besar dalam waktu singkat (Setiawan dkk., 2017).
Dalam hal topografi, daerah yang rawan longsor adalah lereng gunung dan
bukit, dengan lereng sedang hingga curam, adapun Gempa bumi dan aktivitas
manusia mempengaruhi stabilitas lereng (Subekti, 2012).
Ada banyak jenis tanah longsor, tergantung penyebabnya. Secara
umum, ada dua faktor yang menyebabkan bencana tanah longsor, yaitu yang
pertama faktor pendorong dan yang kedua faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor yang mempengaruhi material sehingga material didorong untuk
bergerak. Faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan material bergerak
dan tanah longsor terjadi. Penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi yang
menarik tanah ke bawah. Namun ada juga faktor-faktor lain.yang menyebabkan
situasi atau sumber tanah longsor, seperti: Erosi Tanah, Gempa Bumi, Gunung
Meletus, Penebangan Hutan Secara Berlebihan, dll. Tanah longsor adalah
bencana alam yang membawa banyak kerugian bagi manusia dan lingkungan
alam di sekitar tanah longsor. Meskipun tidak dapat dicegah, kita dapat
mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mencegah tanah longsor.
Dampak paling signifikan yang diakibatan tanah longsor adalah
terputusnya jalur transportasi, timbulnya korban jiwa, ataupun hilangnya mata
pencaharian dan rusaknya objek-objek pariwisata yang berada didekatnya.
Masalah kesehatan yang mungkin muncul dari adanya bencana tanah longsor
meliputi Infeksi Saluran Pernapasan Akut, Diare, serta Demam Tifoid. Hal
demikian tentunya sangat merugikan pemerintah dan masyarakat yang ada.Dari
penjelasan di atas maka penulis dalam makalah ini ingin memaparkan terkait
pengertian, penyebab, karakteristik, cara penyelamatan serta masalah
kesehatan terkait kebakaran hutan dan insidensi kebakaran hutan yang terjadi
dalam lingkup nasional dan internasional.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tanah longsor?
2. Apa penyebab tanah longsor?
3. Bagaimana karakteristik tanah longsor?
4. Bagaimana cara penyelamatan diri dari tanah longsor?
5. Apa saja masalah kesehatan terkait tanah longsor?
6. Apa saja insiden tanah longsor yang pernah terjadi baik dalam lingkup
nasional maupun internasional?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Penyebab Tanah Longsor
Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara umum ditandai dengan
munculnya retakan-retakan dilerang yang sejajar dengan arah tebing. Tanah
longsor biasanya terjadi setelah hujan, karena banyak muncul mata air baru
secara tiba-tiba, tebing menjadi rapuh, dan banyak kerikil yang mulai
berjatuhan. Disamping faktor penyebab secara umum tersebut, faktor-faktor
lainnya yaitu:
1. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena adanya pengikisan air sungai, mata air,
air laut, dan angin. Lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong,
sehingga apabila sudut lereng tersebut mencapai 180o maka akan sangat
rawan terjadi longsor.
2. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah tersebut memiliki potensi
untuk terjadinta tanah longsor, apabila terjadi hujan. Disamping itu, tanah ini
sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena lembek terkena air dan
pecah akibat terkena panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila
terdapat pada daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh terhadap air sehingga mudah terjadi
longsor. Sedangkan di daerah perladangan, penyebab longsor adalah akar
pohon tidak mampu menembus bidang longsoran yang dalam dan biasanya
terjadi di daerah longsoran yang lama.
5. Getaran
Getaran diakibatkan karena adanya gempa bumi, gunung meletus, getaran
mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
6. Surutnya Muka Air Danau
4
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka dapat
menyebabkan gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut
kemiringannya 220o sehingga mudah terjadi longsor dan penurunan tanah
yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya Beban Tambahan
Akibat adanya beban tambahan, seperti beban bangunan pada lereng dan
kendaraan, maka akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,
terutama di daerah tikungan jalan di daerah lembah. Akibatnya aka nada
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke lembah.
8. Pengikisan (Erosi)
Pengikisan banyak terjadi di aliran sungai yang menuju tebing dank arena
adanya penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, sehingga
mengakibatkan tebing menjadi terjal.
9. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Dalam memperluas dan mengembangkan lahan permukiman, umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan
pada lembah tersebut belum menjadi sempurna seperti tanah asli yang
berada di bawahnya. Dengan demikian, apabila terjadi hujan maka akan
terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
10. Longsoran Lama
Longsoran lama pada umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada
saat dan sesudah terjadi patahan kulit bumi.
11. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang-bidang yang tidak berkesinambungan tersebut merupakan bidang-
bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
12. Penggundulan Hutan
Tanah longsor terjadi akibat adanya penggundulan hutan, karena pengikatan
air tanah sangat kurang.
13. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam
jumlah yang banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah
dengan guyuran air hujan.
5
2.3. Karakteristik Tanah Longsor
6
dahi ke lutut yang tertekuk. Posisi ini bertujuan untuk melindungi kepala
Anda.
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA