Anda di halaman 1dari 6

Trend dan Issue Keperawatan Jiwa

A. Tren dan Issu Kesehatan Jiwa menurut WHO


Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang
disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar. Dimana, individu dapat bekerja secara
produktif dan menghasilkan serta berperan di lingkungannya. Kesehatan
mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesehatan mental juga
memberi perubahan besar perilaku manusia dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Kesehatan mental seringkali dipandang sebelah mata, padahal kesehatan
mental tak boleh disisihkan sebagai permasalahan ringan.
Beberapa gangguan mental yang dapat dialami seseorang antara lain
gangguan kecemasan, bipolar, depresi, post-traumatic stress disorder (PTSD),
schizophrenia, hingga gangguan makan. Pelecehan seksual saat masa anak-anak,
maupun korban perundungan menjadi penyebab utama depresi. "Kebanyakan
orang dengan gangguan mental tidak memiliki akses ke perawatan yang efektif.
WHO menyampaikan sebelum Covid-19 melanda, hanya sebagian kecil orang
yang membutuhkan bantuan, memiliki akses ke perawatan kesehatan mental
yang efektif, terjangkau, dan berkualitas.
Hubungan tak terpisahkan antara kesehatan mental dan kesehatan
masyarakat, hak asasi manusia, dan pembangunan sosial ekonomi mengartikan
bahwa mengubah kebijakan dan praktik dalam kesehatan mental dapat
memberikan manfaat nyata dan substantif bagi individu, komunitas, dan negara
di mana pun. Investasi untuk kesehatan mental adalah investasi untuk kehidupan
dan masa depan yang lebih baik untuk semua.

Dunia harus mengubah sikap, tindakan, dan pendekatan untuk mempromosikan


serta melindungi orang dengan gangguan kesehatan mental. Kemudian,
kemudahan akses untuk merawat mereka yang membutuhkan perlu menjadi
prioritas. “Kita dapat dan harus melakukan ini dengan mengubah lingkungan
yang memengaruhi kesehatan mental kita dan mengembangkan layanan
kesehatan mental berbasis masyarakat yang mampu mencapai cakupan
kesehatan universal untuk kesehatan mental.
B. Tren dan Issu Kesehatan Jiwa Sustainable Development Goals
Kesehatan mental yang merupakan kondisi yang berpengaruh pada kesehatan
jiwa menjadi salah satu target tujuan dalam SDG’s 2015 – 2030. Sustainable
Development Goals (SDGs) atau dalam istilah Indonesianya. Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) adalah kesepakatan pembangunan baru yang
mendorong perubahan-perubahan yang bergeser ke arah pembangunan
berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk
mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan. SDGs/TPB
diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk
meyakinkan bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one
Left Behind". SDGs terdiri dari 17 Tujuan dan 169 target. 17 tujuannya yaitu:
1. Tanpa kemiskinan
2. Tanpa kelaparan
3. Kehidupan sehat dan sejahtera
4. Pendidikan berkualitas
5. Kesetaraan gender
6. Air bersih dan sanitasi layak
7. Energi bersih dan terjangkau
8. Pekerjaan layak dan pertumbuhna ekonomi
9. Industri, inovasi dan infrastruktur
10. Berkurangnya kesenjangan
11. Kota dan pemuliman yang berkelanjutan
12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
13. Penanganan perubahan iklim
14. Ekosistem lautan
15. Ekosistem daratan
16. Perdamaian keadilan dan kelembagaan yang Tangguh
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan

Kesehatan mental tencantum pada poin tujuan tiga yaitu menjamin kehidupan
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan  seluruh penduduk semua
usia,dengan nomor target 3.4, indikator 3.4.2 dan 3.4.2 (a).
C. Tren Current Issu dan Kecenderungan dalam Keperawatan Jiwa
Pengaruh gadget terhadap kondisi mental. Gadget merupakan barang
yang canggih yang diciptakan dengan berbagai aplikasi yang dapat menyajikan
berbagai media berita, jejaring sosial, hobi, bahkan hiburan. Gadget terbagi
menjadi beberapa macam di antara nya seperti;smarthphone,laptop,tablet,kamera
digital dan lainnya.  Di era yang sudah maju ini keberadaan gadget tentu saja
sangat di butuhkan oleh banyak orang. Tidak hanya orang dewasa,bahkan saat
ini anak kecil pun turut memainkan gadget.
Gadget tentunya membawa pengaruh yang positif bagi kebanyakan orang
seperti mendapatkan informasi terupdate, mempemudah interaksi,
mempersingkat waktu dan jarak dan juga sebagai alat rekreasi di kala jenuh.
Namun, tak jarang juga gadget membawa pengaruh negatif bagi sebagian orang,
antara lain seperti; menjadi kurang konsentrasi, menjadi malas untuk
berinteraksi dengan orang lain, berkurangnya motivasi bekerja atau belajar,
akses informasi tanpa seleksi dan masih banyak lagi. Pengaruhnya terhadap
kesehatan mental adalah seperti:
1. Cyber bullying, karena mudahnya membuat akun palsu membuat seseorang
dengan mudah membully orang lain menggunakan kata kata yang tidak
pantas dan menyakiti hati orang tersebut. Menurut data yang diperoleh
1500an remaja di Singapura, usia 12-18 tahun 60% mengalami kasus cyber
bullying. Jagalah mulut,dan jagalah jarimu. Karena bisa saja kata kata yang
menurutmu biasa saja justru sangat menyakitkan bagi orang lain.
2. Adiksi game, anak- anak tentu saja akan menyukai permainan di gadget
mereka karena dinilai menarik dengan fitur fitur yang ada dan warna yang
mencolok serta karakter yang lucu membuat mereka tertarik untuk
memainkannya. Saat ini anak anak hingga remaja menghabiskan 75% waktu
mereka pada gadget,yang mengakibatkan mereka menjadi kurang
bersosialisasi kepada orang lain dan kondisi ini juga dapat menyebabkan
kesehatan mentalnya terganggu.
3. Adiksi Internet dan Sosial Media, di zaman sekarang ini mustahil orang
orang tidak memiliki sosial media. Sosial media merupakan tempat yang
sangat populer bagi orang orang di seluruh dunia,karena di tempat itu
mereka dapat mengunggah foto, video, melakukan percakapan, jual beli
barang, melakukan panggilan suara dan bahkan panggilan video. Menurut
data yang tercatat saat ini lebi dari 3,1 Milyar orang di seluruh dunia adalah
pengguna sosial media dan 210 Juta di antaranya mengalami adiksi internet
dan sosial media. Sosial media yang terkenal di antaranya seperti Facebook,
Instagram, Twitter, Telegram, WhatsApp dan lain sebagainya.
4. Adiksi Online Shopping. Ini juga menjadi pengaruh yang cukup besar dalam
kehidupan manusia di tambah lagi saat ini sedang era pandemi jadi kegiatan
belanja dianggap lebih efektif dengan  cara memesannya melalui aplikasi
online shop. Namun, kegiatan ini dinilai sebagai kegiatan yang sangat
merugikan bagi sebagian orang. Karena orang yang kecanduan belanja
online akan kesulitan untuk mengontrol diri mereka agar berhenti untuk
belanja, menghambur-hamburkan uang hingga mencapai titik dimana ia
tidak memiliki uang lagi. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kondisi
kesehatan mental orang tersebut.
5. Insomnia. Kesulitan untuk tidur atau kata lain nya adalah
insomnia,merupakan kondisi dimana sesorang mengalami masalah sulit tidur
dan sulit tidur nyenyak yang berkelanjutan. 71% orang yang menggunakan
gadget mengalami hal ini. Pengaruhnya antara lain karena tidak ingin
melepaskan gadget mereka dan ingin terus memainkan gadget mereka.
Menurut data 10% remaja mengecek gadget mereka >10 kali tiap malam.
Hal ini menyebabkan mereka menjadi sulit untuk tertidur dan mendapatkan
kualitas tidur yang buruk.
6. Cemas. Kondisi lainnya yang mempengaruhi kesehatan mental adalah
cemas,orang yang menggunakan gadget mereka lebih dari 12 jam sehari
akan mengalami rasa khawatir berlebihan apabila di jauhkan barang semenit
saja dengan gadget mereka. Menjadi tidak rileks,merasa kesulitan,panik atau
bahkan takut,tidak bisa tenang atau tetap diam,dan lain sebagainya.
7. Depresi. Depresi juga menjadi faktor pengaruh kesehatan mental. Menurut
data yang ada,remaja yang menghabiskan waktu dengan gadget mereka akan
mengalami depresi duakali lebih besar,selalu merasa bersalah,merasa putus
asa,rendah diri dan tidak berguna, suasana hati sering berubah ubah setelah
melihat suatu hal yang menyenangkan atau bahkan yang menakutkan, mudah
marah atau sensitif serta mudah menangis, kesulitan konsentrasi, berpikir
dan mengambil keputusan.
8. Gangguan Psikotik, merupakan kondisi dimana penderitanya mengalami
kesulitan untuk membedakan kenyataan dan imajinasi. Gejala yang muncul
dari penderita psikosis umumnya berupa delusi atau waham,dan halusinasi.
Hal ini dikarenakan terlalu terokupasi dengan gadget, mengindentikkan diri
dengan tokoh maya hingga membuat diri sendiri stress.
Maka dari itu, sebagai masyarakat yang berpendidikan kita harus bijak dalam
menggunakan gadget, pilah berita mana yang pantas untuk di simak dan buang
jauh jauh berita yang hanya akan berujung menjadi hoax belaka. Atur waktu
yang baik dalam menggunakan gadget dan dalam bersosialisasi dengan orang
lain, jangan sampai hanya karena terlalu fokus dengan gadget-mu kamu jadi
kehilangan orang orang yang berada di sisimu. Dan berikan contoh yang baik
kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
sains/read/2022/06/20/193000823/who--hampir-1-miliar-orang-di-dunia-alami-gangguan-
kesehatan-mental?page=all
Sutopo, A., dkk. (2014). Kajian indikator sustainable development goals (SDGs). Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
Videbeck, S. L. (2011). Phsychiatric-mental health nursing (5th ed.). Philadelphia: Wolter
Kluwer.
Yusuf,Ah, Rizky Fitryasari, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai