Menurut data survei Global Health Data Exchange 2017, ada 27,3 juta orang di Indonesia
mengalami masalah kesehataan kejiwaan. Artinya, satu dari sepuluh orang di negara ini
mengidap gangguan kesehatan jiwa.
“Waktu 18 bulan terakhir terasa sangat, amat berat bagi kita dan terutama bagi anak-anak.
Peraturan karantina nasional dan pembatasan mobilitas karena pandemi menyebabkan anak-anak
harus menghabiskan waktu-waktu yang berharga dalam kehidupan mereka terpisah dari
keluarga, teman, sekolah, dan kesempatan bermain – padahal, semua hal ini penting bagi masa
kanak-kanak,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore.
“Dampaknya besar dan yang tampak hanyalah puncak dari gunung es. Sebelum pandemi
sekalipun, telah ada begitu banyak anak terbebani masalah kesehatan mental yang tidak memiliki
jalan keluar. Investasi yang dikerahkan oleh pemerintah-pemerintah dunia untuk kebutuhan di
bidang ini terlalu sedikit. Belum banyak yang mengaitkan pentingnya kesehatan mental yang
baik dengan kualitas masa depan seseorang.”
Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang
besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa
kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, atau stres berat jangka panjang.
Awalnya, orang akan merasa bosan ketika harus banyak berdiam diri di rumah. Lama-kelamaan,
kebosanan itu bisa berkembang menjadi depresi dan gangguan kecemasan.
Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan
mental dapat mengubah cara seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain,
membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.
6. Berbuat baik
Tidak dapat dipungkiri akibat virus Corona, beberapa remaja mengalami aksi bullying. Cara
terbaik untuk mengatasi hal ini menurut Dr. Lisa adalah dengan jadi pembela untuk setiap
jenis bullying.
“Anak-anak dan remaja yang menjadi target bullying tidak seharusnya diminta untuk melawan
para pelaku bullying secara langsung. Justru, kita yang mesti mendorong mereka untuk mencari
pertolongan dan dukungan dari teman atau orang dewasa,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan jika menyaksikan ada teman yang di-bully, maka dekati mereka
dan tawarkan dukungan.
“Karena tidak melakukan apapun bisa membuat temanmu merasa bahwa tidak ada yang peduli
padanya. Ingatlah saat yang paling penting bagi kita untuk untuk lebih bijaksana dalam
memutuskan apa yang akan kita bagikan atau katakana kepada orang lain,” pungkas Dr. Lisa.
Itulah beberapa tips beserta penjelasan dari seorang ahli Psikolog Dr. Lisa. Tetap jaga kesehatan
kalian yaa tidak hanya fisik tapi juga mental kalian. SEMANGAT! n God Bless Us.