Anda di halaman 1dari 10

 

 
PENTINGNYA KONSELING REMAJA
PADA MASA
COVID 19

Anita Erlisa, Nurul Azmi, Muftiha Ayunda,


(Bimbingan Konseling Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara)

Abstrak
Pada masa covid-19 ini remaja perlu mendapatkan bimbingan konseling remaja, sehingga dalam
menjalani masa covid seperti ini, remaja tersebut bisa mengatasi dan mengambil langkah yang
baik untuk ke depannya. Karena dampak dari covid-19 ini juga banyak terjadi dan banyak kita
rasakan seperti saat ini, sehingga remaja harus pandai pandai dalam melakukan suatu hal, serta
meminimalisir kegiatan diluar rumah yang bersifat tidak penting, dengan adanya konseling
remaja ini diharapkan agar remaja Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masa covid
seperti ini.

Kata Kunci
Self concept: Remaja

Pendahuluan
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, bukan masa
transisi yang selama ini digaung-gaungkan. Karena mereka dicap telah mengalami kegamangan,
akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah di didik dengan baik oleh orang
tuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki
sebelumnya.

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood) biasa
berubah-ubah dengan sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk menemukan
identitas diri. Usaha pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku
coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika seorang remaja gagal menemukan identitas
dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau Identity Confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun  sosialnya. Dia sering merasa tertekan dan muram
atau justru menjadi individu yang perilakunya cenderung agresif. Pertengkaran dan perkelahian
sering kali terjadi akibat dari ketidak stabilan emosinya.

Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masa remaja adalah penyesuaian terhadap
perubahan hormon reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Setelah mendapatkan pengalaman
pertama dalam hal menstruasi untuk yang perempuan dan mimpi basah untuk yang laki-laki.
Selain itu juga keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks dan keingintahuan
tentang cara untuk menyalurkan dorongan seks. Karena seksualitas masih menjadi perihal yang
tabu oleh sebagian masyarakat kita, maka remaja seringkali mencari informasi seputar
seksualitas dari sumber-sumber yang kedudukannya seringkali tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Hal tersebut justru menimbulkan perilaku seks pada remaja yang salah. Selama ini
apabila kita berbicara mengenai seks maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang
adalah hubungan seks, padahal itu artinya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini membedakan
laki-laki dan perempuan secara biologis, sedangkan seksualitas menyangkut : dimensi biologis,
yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatannya. Dimensi
psikologis, dimana seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap
seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual. Dimensi sosial,
berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana
lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan
perilaku seks. Dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian
dari budaya yang ada di masyarakat. Dengan pandangan dan pengetahuan seks yang benar pada
remaja maka diharapkan dapat mencegah timbulnya pengaruh negatif bagi perkembangan
fisiologis dan psikologis remaja itu sendiri.

Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertanggung jawab, diperlukan


keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati dan dukungan
kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan melakukan konseling.
Mendapatkan informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua orang termasuk remaja.
Selama ini sarana-saran yang dipakai remaja untuk memenuhi keingintahuannya tentang masalah
seksualitas ini didapatkan dari berbagai sumber, buku-buku populer, diskusi dengan teman-
temannya, media elektronik, dan lain sebagainya. Melalui konseling seksualitas, remaja akan
memperoleh informasi yang benar, proporsional dan bertanggung jawab dari konselor yang
bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi dengan konselor mengenai problem seksualitas
sehingga pada akhirnya remaja bisa memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya,
serta belajar untuk mengambil keputusan lebih lanjut.

Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan dukungan
dari orang yang bisa memahami keadaannya. Juga perlu dirubahnya  image bahwa pengetahuan
seks untuk remaja itu tabu, harus dirubah menjadi pengetahuan tentang seks yang benar adalah
perlu untuk semua warga masyarakat, termasuk didalamnya remaja.

Seorang konselor harus bisa mengarahkan kepada hal-hal yang positif serta menjadi remaja
yang bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka, sehingga mereka akan tumbuh kematangan
kejiwaannya, kedewasaan dalam berfikir dan bertingkah laku sehingga menjadi remaja yang
tangguh dalam menghadapi berbagai problematika yang dialaminya dan memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Bagaimana konselor dapat membantu remaja yang ditanganinya

a.    Mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, buat mereka
nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam
Islam dan buat mereka patuh terhadap kewajiban sebagai seorang muslim.

b.    Bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon baru


yang mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka kelola. Konselor
dapat membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control) yang Islami. Ajarkan
mereka tentang kaidah-kaidah keagamaan, seperti wudlu dapat menurunkan kemarahan dan
meredam emosi, shalat bisa mencegah mereka dari perbuatan keji, dan puasa dapat
mematangkan emosi dan menumbuhkan kemandirian mereka. Dorong mereka untuk selalu
menjaga kesehatan, menggapai prestasi, sehingga mereka mampu membuat bangga di
lingkungannya.

c.    Dekatkan mereka pada Al-Qur’an. Buat mereka nyaman dan gemar berinteraksi dengan Al-
Qur’an agar terbiasa dan akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik bagi remaja. Karena
kedekatan seorang remaja dengan Al-Qur’an akan menjaga mereka dari berbagai pengaruh buruk
atau negatif.

d.   Tumbuhkan Muraqabah mereka pada Allah. Ingatkan mereka untuk takut pada Allah dan
pengawasannya yang tiada henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak terhadap diri
sendiri

Menjadi seorang remaja adalah hal yang tidak mudah, dan penyakit coronavirus
(COVID-19) bisa membuatnya semakin sulit. Dengan ditutupnya sekolah dan dibatalkannya
berbagai acara, banyak remaja kehilangan beberapa momen besar di kehidupan mereka — dan
juga momen keseharian seperti mengobrol dengan teman dan berpartisipasi di kelas.

Untuk para remaja yang merasakan perubahan hidup akibat wabah lalu merasa cemas,
terisolasi, dan kecewa karenanya, ketahuilah: kamu tidak sendirian. Kami berbicara dengan Dr.
Lisa Damour, seorang psikolog remaja, penulis best-seller dan kolumnis bulanan New York
Times, tentang hal-hal yang bisa kamu lakukan untuk mempraktikan perawatan diri dan menjaga
kesehatan mentalmu.
Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.


Populasi penelitian ini adalah siswa yang berada pada masa pubertas di kelas VII SMPN 13
Sijunjung dengan jumlah 110 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, sehingga didapatkan sampel penelitian sebanyak 79 orang. Alat yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket. Untuk setiap kemungkinan
jawaban, kuesioner/angket penelitian menggunakan kriteria lima pilihan jawaban yaitu: untuk
pernyataan pada bagian pengetahuan pilihan jawabannya adalah sangat paham, paham, kurang
paham, tidak paham, dan sangat tidak paham. Untuk bagian pengharapan pilihan jawabannya
adalah sangat berharap, berharap, kurang berharap, tidak berharap, dan sangat tidak berharap.
Sedangkan untuk bagian penilaian pilihan jawabannya adalah sangat baik, baik, kurang baik,
tidak baik, dan sangat tidak baik. Untuk melihat persentase hasil penelitian, peneliti
menggunakan rumus presentasi.

Hasil Pembahasan

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini, bahkan sangat penting
peranannya dalam sistem pendidikan kita. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen penting dalam pendidikan di Indonesia. Bimbingan dan konseling merupakan
terjemahan dari Guidence & Counseling dalam Bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka
bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai sebagai bantuan dan tuntunan. Namun untuk
sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan atau
tuntunan dapat diartikan sebagai Bimbingan (Guidence).

Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas dibawah ini akan dikutip beberapa
definisi.Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan1Menurut Crow & Cow, bimbingan dapat diartikan
sebagai “bantuan yang diberikan oleh seorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi
yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk
menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri
dan memikul bebannya sendiri”2

Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan bagian dari bimbingan, baik
sebagai layanan maupun sebagai teknik. Oleh karena itu perkataan bimbingan selalu
dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk. James F. Adams menjelaskan bahwa
konseling adalah “suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu, diamana yang seorang
(konselor) membantu yang lain (konseli), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam
masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.
Sedangkan menurut pakar lain, “konseling itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada
konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan
olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang”. (Moh. Surya,
1988:38).3

1
Dewa Ketut Sukardi Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta,
Rineka Cipta, 2008, hlm.36)
2
Djumhur dan Moh. Surya . “Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah” (Bandung, CV Ilmu, 1975, hlm 25)
3
Ibid, hlm. 38
2.    Bimbingan dan Konseling bagi Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, bukan masa
transisi yang selama ini digaung-gaungkan. Karena mereka dicap telah mengalami kegamangan,
akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah di didik dengan baik oleh orang
tuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki
sebelumnya.

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood) biasa
berubah-ubah dengan sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk menemukan
identitas diri. Usaha pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku
coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika seorang remaja gagal menemukan identitas
dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau Identity Confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun  sosialnya. Dia sering merasa tertekan dan muram
atau justru menjadi individu yang perilakunya cenderung agresif. Pertengkaran dan perkelahian
sering kali terjadi akibat dari ketidak stabilan emosinya.

Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masa remaja adalah penyesuaian terhadap
perubahan hormon reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Setelah mendapatkan pengalaman
pertama dalam hal menstruasi untuk yang perempuan dan mimpi basah untuk yang laki-laki.
Selain itu juga keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks dan keingintahuan
tentang cara untuk menyalurkan dorongan seks. Karena seksualitas masih menjadi perihal yang
tabu oleh sebagian masyarakat kita, maka remaja seringkali mencari informasi seputar
seksualitas dari sumber-sumber yang kedudukannya seringkali tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Hal tersebut justru menimbulkan perilaku seks pada remaja yang salah. Selama ini
apabila kita berbicara mengenai seks maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang
adalah hubungan seks, padahal itu artinya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini membedakan
laki-laki dan perempuan secara biologis, sedangkan seksualitas menyangkut : dimensi biologis,
yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatannya. Dimensi
psikologis, dimana seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap
seksualitas dan bagaimana menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual. Dimensi sosial,
berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana
lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan
perilaku seks. Dan dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan bagian
dari budaya yang ada di masyarakat. Dengan pandangan dan pengetahuan seks yang benar pada
remaja maka diharapkan dapat mencegah timbulnya pengaruh negatif bagi perkembangan
fisiologis dan psikologis remaja itu sendiri.4

4
http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014
Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertanggung jawab, diperlukan
keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati dan dukungan
kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan melakukan konseling.
Mendapatkan informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua orang termasuk remaja.
Selama ini sarana-saran yang dipakai remaja untuk memenuhi keingintahuannya tentang masalah
seksualitas ini didapatkan dari berbagai sumber, buku-buku populer, diskusi dengan teman-
temannya, media elektronik, dan lain sebagainya. Melalui konseling seksualitas, remaja akan
memperoleh informasi yang benar, proporsional dan bertanggung jawab dari konselor yang
bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi dengan konselor mengenai problem seksualitas
sehingga pada akhirnya remaja bisa memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya,
serta belajar untuk mengambil keputusan lebih lanjut.

Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan dukungan
dari orang yang bisa memahami keadaannya. Juga perlu dirubahnya  image bahwa pengetahuan
seks untuk remaja itu tabu, harus dirubah menjadi pengetahuan tentang seks yang benar adalah
perlu untuk semua warga masyarakat, termasuk didalamnya remaja.

Seorang konselor harus bisa mengarahkan kepada hal-hal yang positif serta menjadi remaja
yang bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka, sehingga mereka akan tumbuh kematangan
kejiwaannya, kedewasaan dalam berfikir dan bertingkah laku sehingga menjadi remaja yang
tangguh dalam menghadapi berbagai problematika yang dialaminya dan memiliki kemampuan
untuk mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Bagaimana konselor dapat membantu remaja yang ditanganinya5

a.    Mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, buat mereka
nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam
Islam dan buat mereka patuh terhadap kewajiban sebagai seorang muslim.

b.    Bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon baru


yang mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka kelola. Konselor
dapat membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control) yang Islami. Ajarkan
mereka tentang kaidah-kaidah keagamaan, seperti wudlu dapat menurunkan kemarahan dan
meredam emosi, shalat bisa mencegah mereka dari perbuatan keji, dan puasa dapat
mematangkan emosi dan menumbuhkan kemandirian mereka. Dorong mereka untuk selalu
menjaga kesehatan, menggapai prestasi, sehingga mereka mampu membuat bangga di
lingkungannya.

c.    Dekatkan mereka pada Al-Qur’an. Buat mereka nyaman dan gemar berinteraksi dengan Al-
Qur’an agar terbiasa dan akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik bagi remaja. Karena
5
http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-remaja.html. Di
akses 24-03-2014
kedekatan seorang remaja dengan Al-Qur’an akan menjaga mereka dari berbagai pengaruh buruk
atau negatif.

d.   Tumbuhkan Muraqabah mereka pada Allah. Ingatkan mereka untuk takut pada Allah dan
pengawasannya yang tiada henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak terhadap diri
sendiri6
3. Konseling Remaja Pada Masa Covid-19

Menjadi seorang remaja adalah hal yang tidak mudah, dan penyakit coronavirus
(COVID-19) bisa membuatnya semakin sulit. Dengan ditutupnya sekolah dan dibatalkannya
berbagai acara, banyak remaja kehilangan beberapa momen besar di kehidupan mereka — dan
juga momen keseharian seperti mengobrol dengan teman dan berpartisipasi di kelas.

Untuk para remaja yang merasakan perubahan hidup akibat wabah lalu merasa cemas,
terisolasi, dan kecewa karenanya, ketahuilah: kamu tidak sendirian. Kami berbicara dengan Dr.
Lisa Damour, seorang psikolog remaja, penulis best-seller dan kolumnis bulanan New York
Times, tentang hal-hal yang bisa kamu lakukan untuk mempraktikan perawatan diri dan menjaga
kesehatan mentalmu.

1. Sadari bahwa kecemasanmu adalah hal yang wajar

Jika penutupan sekolah dan judul-judul mengkhawatirkan di media membuatmu merasa cemas,
kamu tidak sendirian. Malah, itu adalah hal yang sudah seharusnya kamu rasakan. “Para psikolog
sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita
waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi
diri,” kata Dr. Damour. “Kecemasanmu akan membantumu mengambil keputusan yang harus
dibuat saat ini, seperti tidak menghabiskan waktu bersama orang lain atau dalam kelompok
besar, mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah.”Perasaan-perasaan tersebut tidak hanya
membantu menjaga dirimu, tapi juga orang lain. Hal inilah yang mencerminkan “bagaimana kita
ikut menjaga anggota masyarakat. Kita juga memikirkan orang-orang di sekitar kita, lho.”

Merasa cemas mengenai COVID-19 memang hal yang benar-benar bisa dimengerti,
tetapi pastikan bahwa kamu “menggunakan sumber yang terpercaya (seperti situs UNICEF atau
WHO) ketika mencari informasi, atau cek kembali informasi yang kamu dapatkan apakah
berasal dari saluran yang kurang bisa diandalkan reliabilitasnya,” nasihat Dr. Damour.

Jika kamu merasa mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan COVID-19, segera
bicara dengan orang tuamu. “Ingat bahwa penyakit akibat infeksi COVID-19 itu pada umumnya
ringan, terutama pada anak-anak dan dewasa muda,” kata Dr. Damour. Penting juga untuk
diingat, bahwa banyak gejala COVID-19 yang bisa diobati. Beliau menyarankan untuk memberi

6
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing.  (Jakarta : PT. BPK
Gunung Mulia, 1979). Hal. 21
tahu orang tua atau orang dewasa yang terpercaya jika kamu merasa tidak enak badan atau
merasa khawatir tentang virus, agar mereka bisa membantu.

Dan ingatlah: "Ada banyak hal efektif yang dapat kita lakukan untuk menjaga agar diri
kita dan orang lain tetap aman dan merasa lebih bisa mengendalikan keadaan kita: Sering
mencuci tangan, jangan menyentuh wajah, dan melakukan social distancing atau pembatasan
sosial."

2. Cari pengalihan

“Menurut para psikolog, ketika kita berada dalam kondisi yang sangat sulit, akan sangat
membantu untuk mengenali masalah menjadi dua kategori: Hal-hal yang bisa kita kendalikan,
dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan,” kata Dr. damour.

Saat ini ada banyak hal yang jatuh pada kategori kedua, dan itu tidak apa-apa. Tapi satu
hal yang bisa membantu kita untuk menghadapi situasi tersebut adalah dengan mencari
pengalihan untuk kita sendiri. Mengerjakan PR, menonton film kesukaan, atau membaca novel
sebelum tidur adalah hal-hal yang disarankan oleh Dr. Damour untuk mencari pelampiasan dan
menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Temukan cara baru untuk berkomunikasi dengan teman-temanmu

Jika kamu ingin bersosialisasi dengan teman di tengah kondisi social distancing, media
sosial adalah solusi yang bagus untuk berkomunikasi. Salurkan kreativitasmu: Ikuti Tik-Tok
challenge seperti #safehands, #dirumahaja, dan lain-lain. “saya tidak akan pernah meremehkan
kreativitas remaja,” kata Dr. Damour, “Menurut saya, remaja akan menemukan cara untuk
[terhubung] dengan satu sama lain secara online melalui cara yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.”

“[Tetapi] memiliki akses tanpa batas ke layar kaca atau media sosial itu bukan hal yang
bagus. Itu hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan bisa menambah rasa cemasmu,” kata
Dr. Damour, yang merekomendasikan agar kamu mendiskusikan dengan orangtua untuk
mengatur jadwal screen time (waktu yang Kamu habiskan di depan televisi/gadget) untukmu.

4. Fokuslah pada dirimu

Pernahkah kamu berniat untuk belajar hal baru, membaca buku baru, atau belajar cara
memainkan alat musik tertentu? Sekarang lah saatnya untuk melaksanakannya. Fokus pada diri
sendiri dan mencari cara untuk memanfaatkan waktu tambahan yang kamu dapatkan adalah cara
yang produktif untuk menjaga kesehatanmu. “Saya sendiri sudah membuat daftar buku-buku
yang ingin saya baca dan hal-hal yang dari dulu sudah ingin saya lakukan,” kata Dr. damour.

“Kalau sudah bicara tentang perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah
berusaha melaluinya.”
“Kalau sudah bicara tentang perasaan yang menyakitkan, satu-satunya jalan keluar adalah
berusaha melaluinya.”

5. Selami perasaanmu

Kehilangan kesempatan untuk mengikuti acara-acara dengan teman, acara untuk


menyalurkan hobi, atau pertandingan olahraga, adalah hal yang sangat mengecewakan. “Ini
adalah kehilangan dengan skala besar dan menjengkelkan, dan wajar untuk dirasakan oleh
remaja,” kata Dr. Damour. Cara terbaik untuk mengatasi kekecewaan ini? Biarkan dirimu
merasakan kekecewaan ini. “Kalau soal mengalami perasaan yang menyakitkan, satu-satunya
jalan keluar adalah berusaha melaluinya. Lanjutkan hidupmu dan jika merasa sedih, selami
perasaanmu. Jika kamu bisa membiarkan dirimu merasa sedih, akan lebih cepat pula kamu
merasa lebih baik.”

Setiap orang punya cara berbeda untuk mengolah perasaan. “Beberapa anak akan
menyalurkan perasaan mereka dengan membuat karya seni, beberapa anak memilih berbicara
dengan teman-teman mereka dan menggunakan kesedihan yang dirasakan bersama sebagai cara
untuk merasa terhubung di tengah situasi keteka mereka tidak bisa bertemu secara fisik,
sementara beberapa anak memilih untuk mencari cara untuk berdonasi makanan,” kata Dr.
Damour. Yang penting adalah kamu melakukan hal yang terasa benar bagimu.

6. Berbaik hatilah pada diri sendiri dan orang lain

Beberapa remaja mengalami bullying dan pelecehan di sekolah karena coronavirus.


“Menjadi bystander yang aktif (pembela) adalah cara terbaik untuk menghadapi segala jenis
bullying,” kata Dr. Damour. “Anak-anak dan remaja yang menjadi target bullying tidak
seharusnya diminta untuk melawan para pelaku bullying secara langsung. Justru, kita lah yang
mesti mendorong mereka untuk mencari pertolongan dan dukungan dari teman atau orang
dewasa.

Jika kamu menyaksikan temanmu dibuli, dekati mereka dan tawarkan dukungan. Tidak
melakukan apapun bisa membuat temanmu merasa bahwa tidak ada yang peduli padanya. Kata-
katamu bisa membuat perubahan.

Dan ingatlah: Sekarang, dibanding masa-masa sebelumnya, adalah saat yang paling
penting bagi kita untuk untuk lebih bijaksana dalam memutuskan apa yang akan kita bagikan
atau katakana kepada orang lain.

Kesimpulan

Daftar Pustaka
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta : PT. BPK
Gunung Mulia, 1979

I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence &


Counseling). Bandung: CV. Ilmu, 1975

http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-remaja.html. Di
akses 24-03-2014

http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014

Ketut Sukardi,Dewa. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di


Sekolah.  Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Anda mungkin juga menyukai