Anda di halaman 1dari 7

KONSELING PADA REMAJA YANG BERPERILAKU MENYIMPANG

Oleh

Taufik Dzaki Amin

Progam Studi Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Abstrak

Dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan semangat dalam pencarian jati diri. Umumnya
mereka akan lebih tertarik pada hal-hal baru yang belum pernah dicobanya. Sesuatu yang baru
apabila berimplikasi kepada perbuatan yang positif tentu tidak masalah, namun apabila mengarah
kepada perbuatan yang negatif ini nantinya dapat menimbulkan masalah. Remaja yang memiliki
masalah dan dapat menyelesaikannya sendiri maka hal tersebut bernilai positif. Namun, sebaliknya
kalau memiliki masalah dan tidak dapat menyelesaikannya sendiri serta melampiaskannya pada
perbuatan yang negatif ini maka perlu bantuan dari orang lain. Secara sederhana dalam perspektif
bimbingan dan konseling, orang yang membantu menyelesaikan permasalahan orang lain disebut
sebagai konselor. Konselor inilah yang diharapkan dapat membantu remaja yang bermasalah untuk
dicarikan solusinya yang terbaik sesuai dengan tingkat problematika yang dihadapi oleh remaja
tersebut. Adapun faktor makro dan mikro yang menyebabkan perilaku menyimpang. Dan
selanjutnya teknik penanganan terhadap perilaku menyimpang remaja yaitu: pertama, penanganan
individual yang meliputi pemberian petunjuk atau nasihat, konseling, dan psikoterapi, kedua,
penanganan keluarga, ketiga, penanganan kelompok dan keempat penanganan pasangan.

Kata kunci : Konseling, remaja, perilaku menyimpang.

Abstract

The world of youth is a world filled with passion for self-discovery. Generally they will be more
interested in new things that have never been tried. Something new, if it implies positive actions, is
certainly not a problem, but if it leads to negative actions, it can cause problems later. Adolescents
who have problems and can solve them themselves have a positive value. However, on the other
hand, if you have a problem and can't solve it yourself and take it out on your negative actions, you
need help from others. Simply put, in the perspective of guidance and counseling, people who help
solve other people's problems are called counselors. This counselor is expected to be able to help
adolescents with problems to find the best solution according to the level of problems faced by
these adolescents. There are micro macro factors that cause deviant behavior. And then the
handling techniques for adolescent deviant behavior, namely: first, individual handling which
includes giving instructions or advice, counseling, and psychotherapy, second, family handling, third,
group handling and fourth handling couples.

Keyword : Counseling, adolescence, deviant behavior.

A. Pendahuluan

Pada anak-anak yang usianya sudah menginjak usia 12 atau 13 tahun sudah bisa disebut
sebagai remaja awal dan pada usia 21 atau 22 tahun disebut dengan remaja akhir. Dunia remaja
adalah dunia yang penuh semangat dalam pencarian jati diri. Umumnya mereka akan lebih
tertarik pada hal-hal baru yang belum pernah dicobanya. Sesuatu yang baru apabila berimplikasi
kepada perbuatan yang positif tentu tidak akan jadi masalah, namun apabila mengarah kepada
perbuatan yang negatif ini yang akan menimbulkan masalah nantinya.
Sebenarnya manusia pada usia berapa pun akan menghadapi masalah termasuk juga
mereka yang masih usia remaja. Remaja yang memiliki masalah dan dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri itu sangat bernilai positif. Namun, sebaliknya kalau memiliki masalah dan
tidak dapat menyelesaikannya sendiri serta melampiaskannya kepada perbuatan yang negatif ini
berarti remaja itu perlu bantuan dari orang lain. Secara sederhana dalam perspektif bimbingan
dan konseling, orang yang membantu menyelesaikan permasalahan orang lain disebut sebagai
konselor. Konselor inilah yang diharapkan bisa membantu remaja yang sedang bermasalah
untuk dicarikan solusi yang terbaik dari problematika yang dihadapi oleh remaja tersebut.
Konselor ataupun psikolog memiliki peran yang penting dalam mencegah penyimpangan yang
dilakukan oleh remaja, selain orang tua, guru disekolah, dan masyarakat.

Berangkat dari hal tersebut, maka yang menjadi pertanyaan dan permasalahan adalah siapa
yang disebut remaja? Apa saja problematika para remaja? Apa faktor perilaku menyimpang pada
remaja? Bagaimana cara konselor atau psikolog untuk mencegah penyimpangan tersebut? Dan
teknik apa saja yang bisa digunakan untuk konseling pada remaja?

B. Pembahasan
a. Pengertian remaja

Santrock (2003), remaja dimaksudkan sebagai masa perkembangan peralihan antara


masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-
emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang yang terjadi berkisar dari
perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Masa
remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan sekolah menengah pertama dan
mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence)
menunjuk kira-kira setelah usia 15 tahun.

b. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008) masa remaja memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode penting.


Perkembangan fisik yang sangat cepat dan penting serta dengan dibarengi cepatnya
perkembangan mental yang sangat cepat pula akan menimbulkan penyesuaian
mental dan membentuk sikap, nilai, dan minat yang baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
sehingga mereka harus meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-kanakan
kemudian mempelajari pola perilaku dan sikap yang baru untuk tumbuh menjadi
pribadi yang dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja antara lain adalah meningginya
emosi, perubahan postur tubuh, minat dan peran yang diharapkan, berubahnya
minat dan pola perilaku serta adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Adanya perubahan sikap dan prilaku selama masa remaja setara dengan tingkat
pertumbuhan fisiknya. Ketika perubahan fisik berlangsung lebih cepat, maka
perubahan sikap dan perilakupun berlangsung dengan cepat, demikian juga
sebaliknya. Inilah yang dimaksud dengan masa remaja sebagai periode perubahan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
Pada masa ini remaja mulai mendambakan identitas diri yang cenderung
menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis identitas. Pada saat ini remaja
berusaha untuk menunjukan siapa dirinya dan apa peranannya dalam hidup
dimasyarakat.
e. Masa Usia bermasalah.
Masalah remaja sering menjadi persoalan yang pelik untuk dipecahkan, baik oleh
anak laki-laki ataupun anak perempuan. Dalam hal ini ada dua alasan, mengapa para
remaja sangat sulit untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Pada masa remaja,
penyelesaian masalah sudah tidak lagi dibantu oleh orangtua dan gurunya. Masalah
yang dihadapi remaja akan diselesaikan secara mandiri, mereka akan enggan untuk
menerima bantuan dari orangtua dan guru lagi.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan atau kesulitan.
Timbulnya pandangan negatif terhadap remaja akan menimbulkan stereotip yang
mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya. Hal tersebut
menjadikan remaja sulit untuk melakukan peralihan menuju masa dewasa.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Pada masa ini remaja cenderung memandang dirinya dan orang lain sesuai yang
diinginkan remaja itu sendiri dan bukan sebagaimana adanya. Hal tersebut memicu
emosi yang meninggi dan apabila keinginannya tidak tercapai maka remaja akan
mudah marah. Semakin bertambahnya pengalaman pribadi dan sosialnya serta
kemampuan berfikir rasional remaja dalam memandang diri dan orang lain, maka
akan semakin realistik.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja akan menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa. Ternyata, berpakaian dan berperilaku seperti orang
dewasa belum cukup untuk mengukuhkan dirinya menjadi orang dewasa. Pada masa
menginjak masa dewasa, maka mereka mulai berperilaku sebagai status orang
dewasa kebanyakan seperti cara berpakaian, menghisap rokok, menggunakan obat-
obatan yang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan remaja tersebut.

Menurut pendapat Hurlock diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja yaitu
masa yang penting dimana remaja akan mengalami periode perubahan, peralihan,
mencari identitas, usia bermasalah, usia yang menimbulkan ketakutan atau
kesulitan, masa yang tidak realistik dan ambang masa dewasa.

c. Problematika pada remaja

Problematika pada remaja biasanya adalah masalah yang sering dihadapi oleh para
remaja dan berkaitan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam tahap
penyesuaian diri pada lingkungannya.

Adapun masalah pada remaja diantaranya:

1. Masalah yang berkaitan dengan jasmani.


Pada permulaan usia remaja, terjadi pertumbuhan jasmani yang cepat. Perkembangan
kelenjar atau hormonnya serta organ seks yang juga cepat, begitu dengan suaranya juga
akan berubah lebih keras. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat itu bila tidak
dipahami oleh remaja, maka akan menimbulkan keresahan dan ketakutan pada dirinya
sendiri. Ia akan berprasangka buruk kalau nantinya akan tumbuh menjadi tidak tampan
atau tidak cantik dan berkelainan. Hal ini akan menimbulkan kecemasan yang akan
mengguncang jiwanya.
2. Masalah hubungan dengan orang tua.
Yang sering menimbulkan kekecewaan remaja terhadap orang tuanya adalah kurangnya
pengertian dari orang tua terhadap perubahan yang sedang dilaluinya. Orang tua masih
memperlakukannya seperti anak-anak.
3. Masalah agama.
Perasaan yang bermacam-macam yang sedang bercampur dalam diri remaja
menyebabkan semakin tidak tenang, gelisah, cemas, marah, kepercayaan kepada Tuhan
juga kadang-kadang akan terganggu, sifat-sifat Tuhan diragukannya tetapi ia
memerlukan-Nya menyebabkan kadang ia tiba-tiba sangat rajin beribadah, kadang
berhenti dan lalai.
4. Masalah hari depan.
Remaja akan sering mengeluh tentang masa depannya mengenai bekerja dimana dan
profesi apa yang cocok untuknya nanti. Semua itu terasa suram bagi remaja sering
berkhayal hari depan yang gemilang, hidup enak,dan bahagia. Tetapi di lain sisi ia tidak
melihat jalan untuk menuju kepada arah itu, karena lingkungan masyarakat yang tidak
memberikan kepastian kepadanya (termasuk sekolahnya).
5. Masalah sosial.
Remaja ingin diterima oleh kawan-kawan sebayanya dan merasa sedih bila dikucilkan
kawan sebayanya. Karena itu ia meniru tingkah laku, pakaian, sikap, dan tindakan
temannya. Dia dihadapkan pada pilihan untuk mematuhi orang tua atau hanyut dalam
pergaulan yang menyenangkan. Iniadalah masalah yang paling berat bagi para remaja.
6. Masalah akhlak.
Ketidakpuasan terhadap kehidupan yang dilalui menyebabkan kenakalan remaja,
perkelahian, penyalahgunaan narkotika, tidak semangat belajar dan cenderung akan
melanggar aturan yang diberikan orang tuanya.

d. Faktor perilaku menyimpang pada remaja

Menurut Samsul Munir Amin (2013: 370-374) ada beberapa faktor yang
menyebabkan remaja melakukan perilaku yang menyimpang, yaitu faktor makro yang
berkaitan dengan faktor sekitar atau lingkungan dan faktor mikro yang berkaitan dengan
kepribadian remaja itu sendiri. Adapun faktor makro yang menyebabkan perilaku
menyimpang adalah: pertama, keadaan ekonomi masyarakat. Keadaan ekonomi masyarakat
yang berada di bawah standar dapat mengakibatkan remaja melakukan perbuatan yang
menyimpang, walaupun tidak semuanya. Kedua, masa atau daerah peralihan. Masa transisi
menyangkut dalam segala bidang, baik ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
kesemuanya ini dapat menyebabkan terjadinya masalah bagi para remaja. Dan
ketiga,keretakan hidup keluarga (broken home).Keluarga yang tidak harmonis dapat juga
mempengaruhi remaja untuk melakukan tindakan yang menyimpang.

Sedangkan faktor mikro meliputi: pertama, praktik atau cara mengasuh anak.
Pengasuhan anak-anak di dalam keluarga berada di bawah kendali kedua orang tua. Kedua
orang tuanyalah yang bertanggungjawab atas keberhasilannya. Cara mendidik dan
mengasuh yang keliru dapat menimbulkan penyimpangan pada remaja. Karena itu, orang
tua harus bijak ketika mendidik putra-putrinya. Kedua, pengaruh teman sebaya. Teman
sebaya juga dapat mempengaruhi penyimpangan pada remaja. Karena itu para anak-anak
yang sudah menginjak remaja harus diarahkan ketika mereka bergaul dengan teman-
temannya. Mereka tidak bisa dicegah untuk tidak bergaul, tetapi harus diarahkan dan
dibimbing sehingga tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Dan ketiga,pengaruh
pelaksanaan hukum. Yang tidak kalah pentingnya adalah masalah hukum. Apabila
penegakan hukum tidak berjalan dengan semestinya dan tidak adil maka hal itu juga
menyebabkan para remaja akan mudah mengulangi perbuatan-perbuatan yang
menyimpang.

e. Tujuan bimbingan dan konseling bagi remaja

Tujuan bimbingan dan konseling pada umumnya sama saja bagi siapapun termasuk bagi
remaja. Berikut ini beberapa di antara tujuan yang didukung secara eksplisit maupun implisit
oleh para konselor:

1. Pemahaman.
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah
kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol berpikir yang rasional
ketimbang perasaan dan tindakan.
2. Berhubungan dengan orang lain.
Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang memiliki nlai
dan memuaskan dengan orang lain, misalnya, dalam keluarga atau di tempat kerja.
3. Kesadaran diri.
Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau
ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaimana
penerimaan orang lain terhadap diri sendiri.
4. Penerimaan diri.
Pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri, yang ditandai oleh kemampuan
menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan.
5. Aktualisasi diri atau individuasi.
Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang
sebelumnya saling bertentangan.
6. Pencerahan.
Membantu klien mencapai kondisi spiritual yang lebih tinggi.
7. Pemecahan masalah.
Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh klien
seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan masalah.
8. Pendidikan psikologi.
Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol
tingkah laku.
9. Memiliki keterampilan sosial.
Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal seperti
mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif, atau pengendalian
kemarahan.
10. Reproduksi dan aksi sosial.
Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli terhadap
orang lain, membagi pengetahuan, dan mengkontribusikan kebaikan bersama (colletive
good) melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas (McLeod, 2010: 13-14).

f. Teknik Penanganan terhadap Perilaku Menyimpang Remaja


Remaja dengan masalah yang dihadapinya harus dicarikan penyelesaiannya. Tidak ada
masalah yang tidak bisa diselesaikan kecuali memang tidak ingin diselesaikan. Menurut
Sarlito W. Sarwono (2013: 287-293) ada beberapa cara penanganan terhadap perilaku
menyimpang pada remaja.

a. Penanganan Individual
Remaja akan ditangani sendiri dalam tatap muka empat mata dengan psikolog atau
konselor. Kalaupun diperlukan informasi dari orang tua atau orang lainnya, mereka
diwawancarai tersendirisecara terpisah dan pada waktu yang berlainan. Dalam
penanganan secara individual ini bisa dilakukan beberapa macam teknik:
1. Pemberian petunjuk atau nasihat.
Konselor atau psikolog disini memanfaatkan pengetahuannya yang lebih baik dari
klien untuk memberikan informasi atau mencarikan jalan keluar mengenai hal-hal
atau masalah-masalah yang belum diketahui oleh klien.
2. Konseling.
Disini konselor atau psikolog tidak mendudukkan dirinya pada posisi yang lebih tahu
dari kliennya, melainkan dari posisi yang sama rata untuk mencoba bersama dengan
klien memecahkan persoalannya. Masalah yang perlu ditangani dengan teknik ini
adalah jika menyangkut norma, nilai, atau perasaan yang subjektif sifatnya yang di
dalam diri klien itu sendiri menyebabkan konflik. Tugas konselor atau psikolog di sini
adalah menjadi mitra klien yang berfungsi sebagai tempat penyaluran perasaan atau
sebagai pedoman di kala bingung atau sebagai pemberi semangat di kala patah
semangat.
3. Psikoterapi.
Di sini ahlinya biasanya adalah psikolog atau psikiater yang telah mendapat latihan
khusus. Keterampilan khusus ini diperlukan karena teknik ini memang lebih sulit dan
rumit dibandingkan dua teknik sebelumnya dan kasus-kasus yang ditanganinya pun
adalah kasus-kasus yang lebih berat. Yang dimaksud dengan psikoterapi adalah
menyembuhkan jiwa yang mengalami gangguan, mulai dari gangguan ringan seperti
jiwa yang terkena stress sampai gangguan yang berat seperti psikoneurosis dan yang
sangat berat seperti psikosis. Sasarannya adalah untuk mengubah struktur kejiwaan
klien agar ia mampu dan dapat lebih menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
b. Penanganan Keluarga
Dalam rangka menangani masalah remaja adakalanya dilakukan terapi sekaligus
terhadap seluruh atau sebagian anggota keluarganya (bisa ayah, ibu dan anak-anak).
Biasanya hal ini dilakukan jika dinilai bahwa masalah yang dihadapi remaja berkaitan
erat dengan perilaku atau cara-cara pendekatan yang dilakukan oleh orang tua atau
anggota keluarga lainnya di rumah terhadap remaja yang bermasalah itu. Tujuan dari
teknik terapi keluarga ini adalah agar keluarga sebagai suatu kesatuan yang bisa
berfungsi dengan lebih baik dan setiap anggota keluarga bisa menjalankan perannya
masing-masing untuk saling mendukung dan saling mengisi kekosongan anggota
keluarga yang lainnya.
c. Penanganan Kelompok
Teknik yang hampir serupa dengan terapi keluarga diatas tadi, dengan penanganan atau
terapi kelompok. Tujuan dan dasar teorinya juga hampir sama dengan terapi keluarga,
tetapi anggota kelompok yang diterapi bersama-sama ini tidak perlu saling ada
hubungan keluarga, melainkan bisa orang lain. Biasanya konselor atau psikolog memilih
orang-orang yang persoalannya sama, keluhannya sama, usia atau latar belakang
keluarganya yang sama untuk dijadikan satu dalam suatu kelompok terapi. Konselor atau
psikolog memilih bertugas merangsang anggota terapi kelompok itu untuk saling
bertukar pikiran, saling mendorong, saling memperkuat motivasi, saling membantu
pecahkan persoalan, dan sebagainya.
d. Penanganan Pasangan
Jika dikehendaki terapi melalui hubungan yang intensif antara dua orang, bisa juga
dilakukan terapi pasangan. Klien ditangani berdua dengan temannya, sahabatnya atau
salah satu anggota keluarganya yang paling akrab atau dekat. Maksudnya adalah agar
masing-masing bisa benar-benar menghayati hubungan yang mendalam, mencoba saling
mengerti, saling memberi, saling membela, dan sebagainya.

Keempat teknik untuk menangani perilaku menyimpang bagi remaja tersebut dilakukan
sesuai dengan kondisi berat ataupun ringannya masalah yang dihadapi oleh para klien.
Karena itu, konselor atau psikolog pastinya akan mengidentifikasi masalah yang dihadapi
oleh kliennya baru kemudian mencarikan solusi yang tepat bagi kliennya. Dengan begitu
konselor akan mengharapkan kliennya cepat pulih kembali dan tidak mengalami
masalah yang lebih berat dari masalah sebelumnya.
C. Kesimpulan

D. Daftar pustaka

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Hurlock, Elizabeth B. . Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Jakarta :


Erlangga, 1980.

Panuju, Panut, dan Umami, Ida. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tiana Wacana Yoga, 2005.

Amin, Samsul Munir, 2013, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah.

McLeod, John, 2010, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, penerjemah A.K. Anwar, Jakarta:
Kencana.

Sarwono, Sarlito W., 2013, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai