Anda di halaman 1dari 9

PROBLEMATIKA AKHLAK REMAJA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI CIPASUNG (STTC) TASIKMALAYA


2022

Disusun oleh :

Imanuel Haba Lado (10221022)

MATA KULIAH : AKHLAK


JURUSAN : INFORMATIKA
1.1. Latar Belakang Masalah

Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini merupakan permasalahan
yang perlu segera diselesaikan. Berbagai tayangan televisi yang saat ini secara tidak langsung
telah mempengaruhi perilaku dan pola pikir orang yang menyaksikan tayangan tersebut. Baik
pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Tanpa terkecuali remaja dan anak-anak. Banyak
sekali tayangan televisi yang dikhususkan untuk anak-anak, namun tidak sepenuhnya mendidik,
padahal anak akan mudah meniru apa yang anak lihat,dan apa yang anak dengar. Sehingga tidak
mengherankan apabila saat inibanyak perilaku anak yang menyimpang dari norma-norma yang
ada. Seperti kurang hormatnya murid pada guru, perkelahian, narkoba, pergaulan bebas,
melanggar tata tertib dan aturan-aturan yang ada, dan masih banyak lagi perilaku negatif remaja
yang ditiru dari tayangan-tayangan televisi yang ditontonnya. Kenakalan remaja yang semakin
meningkat memberikan evaluasibagi pakar pendidikan dan pendidik bahwa peran pendidikan
sampai detik ini belum berperan maksimal dalam mengatasi berbagai masalah pada lini-lini
kehidupan. Remaja adalah generasi penerus bangsa. Remaja dan masa depan adalah satu
kesatuan yang dapat diwujudkan untuk membentuk suatu generasi yang dibutuhkan oleh bangsa
terutama oleh yang sedang membangun. Peningkatan keterampilan, pembinaan mental dan moral
harus lebih ditingkatkan begitu juga dengan aspek-aspek lainnya. Hal ini yang menjadi tugas
besar bagi seluruh pendidik dan para pakar pendidikan untuk berusaha mengefektifkan
pendidikan di negara ini. Sedangkan kalau diperhatikan sasaran pendidikan pembangunan di
Indonesia meliputi berbagai aspek. Dari faktor internal problematika yang dialami remaja
sebenarnya adalah problema yang jamak bagi setiap orang yang sedang berlatih. Remaja adalah
orang yang sedang berlatih menjadi dewasa. Sesekali berbuat kesalahan dan belajar dari
kesalahan yg dibuatnya adalah sesuatu yang dibutuhkan. Dalam proses belajar dan pencarian
identitas diri ini, nilai-nilai yang tertanam dalam diri remaja sangat berperan.
Apakah dia akan menuju arah yang benar atau sebaliknya. Disamping itu, permasalahan remaja
menjadi semakin rumit dan menjadi-jadi, lebih sering disebabkan oleh sikap lingkungan sosial,
terutama orang tua dan guru yang salah. Remaja seringkali tidak diberi kesempatan untuk
berlatih menjadi dewasa. Remaja hanya dituntut untuk menjadi dewasa tetapi tidak diberi
kesempatan untuk berlatih. Memberi kesempatan untuk berlatih berarti memberi kepercayaan
kepada remaja bahwa dia mampu dan memberi kesempatan remaja untuk berbuat salah dan
kemudian belajar dari kesalahannya, atau di sisi yang lain ada orang tua yang memberikan
kebebasan sepenuhnya tanpa kontrol kepada remaja. Sikap seperti ini tidak akan memberikan
pengalaman kepada remaja untuk belajar bertanggung jawab dari kesalahan yang diperbuatnya,
atau bahkan tidak pernah merasa berbuat kesalahan. Respon yang tidak tepat dari lingkungan
inilah yang justru memperumit problematika remaja.
1.2. Islam Memandang Problematika Akhlak Remaja

Islam memandang usia remaja tidak terlepas dari proses pendidikan anak sejak dini
bahkan sejak dari kandungan. Islam mewajibkan orang tua untuk memberikan pendidikan agama
kepada anak sejak dari kandungan.Orang tua harus mempersiapkan bekal yang cukup kepada
anaknya untuk memasuki masa baligh. Yaitu masa dimana seorang anak sudah mukallaf,yaitu
dikenai seluruh kewajiban syari’at dan mempertanggung jawabkan sendiri seluruh apa yang
diperbuatnya di hadapan Allah, setelah sebelumnya ditanggung oleh orang tuanya. Baligh
dimulai ketika seorang anak mengalami mimpi basah bagi laki-laki dan haidh pertama bagi
wanita. Sejak saat inilah Islam mengajarkan untuk mulai memperlakukan anak sebagai orang
dewasa yang harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Kewajiban orang tua adalah
mempercepat proses menjadi dewasa sepenuhnya dengan memberikan kebebasan yang cukup
dan teguran terhadap kesalahan. Pada usia remaja ini yang ditekankan oleh islam adalah justru
bagaimana remaja memanfaatkan potensi yang dimilikioleh remaja. Yang ditekankan oleh
Rasululah adalah betapa banyaknya potensi yang dimiliki remaja sehingga masa remaja adalah
masa yang sangat penting sebagaimana sabdanya dalam sebuah hadist riwayat Ibnu

‘Abbas r.a. yang dikeluarkan oleh Al Hakim:

"Manfaatkan lima, sebelum datangnya yang lima: masa mudamu sebelum datangnya masa
tuamu, masa sehatmu sebelum datangnya masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa
miskinmu, masa hidupmu sebelum datangnya masa matimu, masa luangmu sebelum datang
masa sibukmu" Hadist ini sangat menekankan pentingnya masa muda lebih dari pada hal-hal
penting lainnya. Hal ini akan sangat mudah kita fahami karena secara psikologis usia-usia remaja
sedang mencapai puncak potensi. Seperti memiliki semangat yang tinggi, kekuatan fisik, akal
yang cerdas serta hati yang bersih.Peran positif para remaja ini dalam mendakwahkan dan
menegakkan Islam akan sangat jelas lagi ketika kita menelusuri siroh perjuangan
Rasulullah sollallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai penutup, tinggal terserah kita, apakah kita akan
memilih memandang usia remaja sebagai masa yang penuh problema, yang sebenarnya potensial
atau masa remaja adalah masa yang penuh potensi, walaupun bukan berarti tanpa problema.

1.3. Upaya Mengatasi Problematika Akhlak Remaja

1. Penanggulangan Kenakalan Remaja Menurut Para Ahli Banyak pendapat tentang


penanggulangan kenakalan remaja, namun yang disebut para ahli bimbingan dan konseling
adalah Zakiah Daradjat dan Sarlito Wirawan Sarwono. Menurut Zakiah Daradjat dan Sarlito
Wirawan Sarwono, penanggulangan kenakalan remaja dengan cara-cara:
a. Peningkatan pendidikan agama

Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil. Kadang-
kadang orang menyangka bahwa pendidikan agama itu terbatas pada ibadah, sholat, puasa,
mengaji dan sebagainya. Padahal pendidikan agama harus mencakup keseluruhan hidup dan
menjadi pengendali dalam segala tindakan. Dengan agama, manusia dilatih dan diberi jalan
bagaimana menguasai musuh-musuh dirinya yang jahat.Karena itulah agama menjadi sumber
moral dan sumber akhlak. Islam sendiri diturunkan dan Nabi Muhammad sollallahu ‘alaihi wa
sallam diutus, tidak lain adalah juga dalam rangka misi moral ini. Sebuah hadits yang
diriwayatkan Al Buhkori :

Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda:

ِ‫ق‬

ِْ‫َل ْخَ َل‬

‫ا‬

ِ‫رم‬

َ َ‫َمكا‬

ِ ‫مم‬

َ‫ت‬

ُُ‫ت ِل‬

ْ
َ‫ما بُ ِعث‬

َّ

‫اِن‬

“sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

b. Orang tua harus mengerti dasar-dasar

pendidikan Menurut Zakiah Daradjat apabila pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh si
anak sejak kecil merupakan sebab-sebab pokok dari kenakalan anak-anak, maka setiap orang tua
haruslah mengetahui betul-betul dasar-dasar pengetahuan yang minimal tentang jiwa si anak dan
pokok-pokok pendidikan yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam sifat si
anak. Untuk membekali orang tua dalam
menghadapi persoalan anak-anaknya yang dalam umur remaja, orang tua perlu pengertian
sederhana tentang ciri remaja, psikologi remaja.

c. Pengisian waktu luang dengan teratur

Dalam memikirkan cara pengisian waktu luang, kita tidak boleh membiarkan si anak mencari
jalan sendiri. Anak-anak terutama yang sedang meningkat usia remaja, sedang sibuk dengan
dirinya sendiri, karena mereka sedang menghadapi perubahan yang bermacam-macam dan
menemui banyak sekali problema-problema pribadi. Apabila mereka tidak pandai mengisi waktu
luang mungkin mereka akan tenggelam dalam memikirkan diri sendiri, akan menjadi penghayal
dan jauh dari kenyataan.

d. Membentuk markas-markas bimbingan dan penyuluhan

Untuk mengurangi kegelisahan dan kebingungan dalam menghadapi kesusahan dan problema
hidup perlu adanya biro konsultasi atau badan yang dapat memberikan bimbingan dan
penyuluhan. Persoalan hidup, baik yang oleh orang secara pribadi maupun berkelompok, jika
tidak segera diselesaikan, dapat bertambah berat dan menimbulkan komplikasi
jiwa karena kadang-kadang orang tidak mampu memahami persoalan.

e. Pengertian dan pengalaman ajaran agama


Apabila seseorang beragama tanpa mengerti ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama
tersebut, akan berakibat tidak diamalkannya agama tersebut. Maka orang tua yang demikian
tidak dapat diharapkan
akan memberikan pendidikan budi pekerti yang sesuai dengan agama kepada anak-anak. Bahkan
tindakan-tindakan orang tua yang kurang baik akan ditiru oleh anak-anaknya.

f. Penyaringan buku-buku cerita, komik, film dan sebagainya.

Hendaknya setiap cerita akhirnya yang dibaca, dilihat atau didengar oleh anak-anak
mempunyai mutu dan nilai-nilai paedagogis, agar jangan sampai mereka menemukan teladan-
teladan yang tidak baik dalam cerita-cerita tersebut.

Sebagai kesimpulan dapat kita katakan jika ingin mengubah dan memperbaiki anak-anak yang
nakal dan mencegah jangan sampai anak-anak kita pada suatu ketika menjadi nakal, maka faktor
dan masalah-masalah mulai dari rumah tangga, sekolah dan masyarakat harus kita perbaiki di
samping menolong anak-anak itu sendiri.

Sedangkan menurut Rogers (Adams & Gullataa) sebagaimana dikutip oleh Sarlito Wirawan
Sarwono, ada 5 ketentuan yang harus dipenuhi untuk membantu remaja:

1. Kepercayaan

Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog,
ulama dan sebagainya). Ia harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan
bahwa kata-kata penolong ini memang benar adanya. Untuk memenuhi ketentuan pertama,
seringkali tenaga profesional (psikolog, konselor) lebih efektif dari pada orang tua atau guru
sendiri, oleh karena remaja yang bersangkutan sudah terlanjur mempunyai penilaian tertentu
kepada orang tua atau gurunya sehingga apapun yang dilakukan orang tua atau guru tidak akan
dipercayainya lagi. Dipihak lain tenaga profesional ini tidak dikenal oleh remaja kecuali
dalamjam-jam konseling saja. Dengan demikian kata-kata psikolog atau konselor itu lebih bisa
dipercayainya karena tidak dibandingkan dengan tingkah laku sehari-hari dari psikolog atau
konselor itu sendiri.

2. Kemurnian hati
Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat.
Ia tidak suka kalau orang tua misalnya mengatakan “bener deh, mama sayang sama kamu, dan
mama bantu kamu, tapi kamu mesti ngerti dong, pelajaranmu itu kan penting. Pelajaranmu dulu
utamakan, nanti yang lainnya mama bantu deh, ini kan buat kepentinganmu sendiri”. Buat
remaja, kalau membantu, bantu saja, tidak perlu ditambahi “tetapi-tetapi”. Karena itulah remaja
lebih sering minta nasihat teman-temannya sendiri walaupun teman-temannya itu tidak bisa
memberi nasihat atau mencarikan jalan keluar yang baik.

3. Kemampuan mengerti dan menghayati (empati) perasaan remaja.

Dalam posisi yang berbeda antara anak dan orang dewasa (perbedaan usia, perbedaan status,
perbedaan cara berpikir dan sebagainya) sulit bagi orang dewasa (khususnya orang tua) untuk
berempati pada remaja karena setiap orang (khususnya yang tidak terlatih) akan cenderung untuk
melihat segala persoalan dari sudut pandangannya sendiri dan mendasarkan penilaian dan
reaksinya pada pandangannya sendiri itu. Di pihak remajanya sendiri ada kecenderungan sulit
untuk menerima uluran tangan orang dewasa, karena mereka tidak ada empati terkandung di
dalam uluran tangan itu. Berbeda dari reaksi teman-teman sebayanya sendiri yang bagaimanapun
juga akan memberikan reaksi yang penuh empati karena merasa senasib, walaupun mereka tidak
bisa menawarkan bantuan yang maksimal. Di sinilah diperlukan lagi bantuan tenaga profesional
yang memang sudah terlatih untuk membangun empati terhadap klien-klien yang dihadapinya.

4. Kejujuran
Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan apa adanya saja, termasuk hal-hal yang
kurang menyenangkan. Apa yang sudah dikatakan salah, apa yang benar, dikatakan benar. Yang
tidak bisa diterimanya adalah jika ada hal-hal yang ada pada dia, disalahkan, tetapi pada orang
lain atau pada orang tuanya sendiri dianggap benar.

5. Mengutamakan persepsi remaja sendiri


Sebagaimana sudah dikatakan di atas, sebagaimana halnya dengan semua orang lainnya,
remaja akan memandang segala sesuatu dari sudutnya sendiri. Terlepas dari kenyataan atau
pandangan orang lain yang ada, buat remaja, pandangannya sendiri itulah yang
merupakankenyataan dan ia bereaksi terhadap itu. Maka bila ia memandang guru Bahasa
Inggrisnya jahat, maka jahatlah guru itu dan remaja itupun akan membenci guru itu, walaupun
misalnya semua orang mengatakan bahwa guru itu baik. Kemampuan untuk mengerti pandangan
remaja berikut seluruh perasaan yang ada di balik pandangan itu merupakan modal
untukmembangun empati terhadap remaja.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasilkan penelitian diatas, mengenai hal-hal yang mendorong implikasi kenakalan
remaja, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pendorong terjadinya kenakalan remaja adalah karena faktor ekonomi yang membuat meraka
melakukan haltersebut dan juga dikarnakan adanya pengaruh yang tidak baik dari lingkungan
dan temaan sejawat hingga terjadinya perbuatan yang menyimpang dilakukan oleh remaja
sehinggamembuat orang tua jadi resah terhadap perlakuan anak-anaknya.

2. Usaha yang dilakukan oleh orangtua dalam mencegah penyimpangan prilaku remaja, orangtua
telah melakukan berbagai upaya, dari menanamkan ilmu agama pada anak, mengontrol
pergaulan anak, serta memukul anak jika ketahuan melakukan prilaku yang salah atau prilaku
menyimpang, itu semua tidak akan terwujud tampa contoh dari kedua orangtua dan kerabat
yang terdekat.

3. Bimbingan Akhlaq dan Agama yang harus dimulai dari keluarga atau yang disebut dengan
pendidikan agama dalam keluarga. Ini merupakan basis utama untuk membekali anak dari
hal-hal yang dapat menjerumuskannya kejurang kehancuran, oleh karena itu maka orang tua
harus berupaya secara maksimal dengan segala daya dan upaya untuk dapat menciptakan
keluarga yang harmonis yang didasari oleh nilai-nilai kasih sayang berdasarkan tuntunan
agama, istilah agama disini disebut dengan istilah keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah,
sehingga anak- anak memperoleh ketentraman dan kedamaian dalam keluarga.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan , perlu kiranya penulis memberikan saran atas
permasalahan yang terjadi :

1. Hendaknya orangtua dan tokoh masyarakat bekerja sama dalammemberantasi


penyimpangan prilaku remaja, dengan membuat peraturan tidak boleh mengadakan hiburan
malam dan mengadakan wirid remaja dankegiatan-kegiatan yang bermamfaat untuk hari
depan remaja,

2. Orang tua diharapkan memberikan suri tauladan yang baik kepada anak, agar bisa memberi
contoh bukan hanya memberi komando, dan orang tua diharapkan memahami perkembangan
anak, mengajak anak berkonsultasi dalam setiap permasalahan yang dihadapi oleh anak.
3. pondasi islam disetiap keluarga harus kuat, kalau dasarnya sudah kuat
diterpa apapun ia tidak akan pernah goyah dan runtuh. Upaya pencegahannya, Keluarga,
harus memperbaiki keluarga itu sendiri dimulai anak, ibu dan bapak (bagai mana bayangan
akan lurus kalau kayu nyabengkok ), Pendidikan agama islam dapat digunakan sebagai terapi
terhadap kenakalan remaja, karena sifat ajaran Islam unifersal adalah mawaddah wa rohmah,
bimbingan agama seperti ajaran moral yang diajarkan kepada mereka akan sangat
berpengaruh untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk. Selain itu nilai-nilai akhlak
yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah mereka untuk menjauhi hal-hal yang di larang
agama, karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan fitrah yang cenderung mencintai
kebaikan dan kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai