SUPARJO
E21010032
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BOYOLALI
1. LATAR BELAKANG
Anak menurut Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dikatakan bahwa
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak
yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi pidana. Undang-undang No. 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah peraturan yang secara khusus mengatur
hukum acara peradilan anak di Indonesia sebagai bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh
Negara dalam melindungi hak-hak anak. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap anak
mulai dari tahap penyidikan hingga tahap pelaksanaan putusan di Lembaga Pemasyarakatan tetap
menjamin hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum. Setiap anak memerlukan pembinaan dan
pengawasan sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial anak tidak diliputi oleh
hal-hal negatif sehingga mempengaruhi anak untuk melakukan suatu hal menyimpang yang
mengakibatkan anak berhadapan dengan hukum.
Berulangnya kasus kejahatan anak di tiap tahunnya menyimpan tanya. Mengapa hal tersebut sangat
sulit untuk dibendung? Terlebih ini adalah terkait dengan generasi bangsa. Jika, sejak awal generasi muda ini
sudah memiliki kepribadian yang buruk, lalu bagaimana nasib bangsa kedepannya? Penyimpangan tingkah laku
atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya
dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup. Sebagai orang tua, telah membawa
perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan
prilaku anak. Selain itu, anak kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan
dalam pengembangan sikap, prilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari orang tua wali, atau orang tua asuh
akan mudah terseretdalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungan yang kurang sehat dan merugikan
perkembangan pribadinya.
Sebagian besar berpendapat bahwa kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak atau remaja paling
dominan adalah karena pengaruh globalisasi dan komersialisasi. Demi mengikuti perkembangan jaman,
keinginan mengakses informasi lewat internet dan memiliki smartphone untuk berkomunikasi atau keinginan
memiliki hal apapun demi eksis di hadapan kalangan sebayanya, namun karena persoalan ekonomi yang rendah
membuat anak tersebut nekat untuk mendapatkan sesuatu dengan cepat.
Di sisi lain, peran orangtua yang kurang maksimal dalam mendidik anak dan memberikan pemahaman
agama serta lingkungan tempat anak bersosialisasi yang kurang kondusif, turut berpengaruh terhadap kejahatan
anak. Kesenjangan ekonomi, kemiskinan dan kerusakan moral meliputi mereka, menjadi pemicu kejahatan
anak. Namun, ketiga hal ini sesungguhnya hanyalah akibat dari penerapan sistem kapitalis liberal di negeri ini.
Maka dengan itu secara garis besar faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja bisah di
golongkan menjadi tiga antara lain:
a. Faktor Keluarga
Keluarga adalah sebuah wadah dari permulaan pembentukan peribadi serta tumpuhan dasar
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Lingkungan keluarga secara potensial
dapat membentuk peribadi anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha
pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk seorang anak yang lebih cenderung
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kriminal, padahal dalam hadist sudah diatur.
b. Faktor sekolah
Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih bersifat formal. Anak
remaja yang masih duduk dibanggku MTS, SLTP maupun SMU pada umumnya mereka
menghabiskan waktu mereka selama tujuh jam disekolah setiap hari, jadi jangan heran bila
lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak.
Kepala sekolah dan guru adalah pendidik, disamping melaksanakan tugas mengajar, yaitu
mengembangkan kemampuan berpikir, serta melatih membinah dan mengembangkan kemampuan anak
didiknya. Dalam aspek pendidikan yang merupakan tombak peradaban dan keberadaannya menjadi penentu
bagi generasi yang tercipta, dengan sistem yang diterapkan saat ini pun telah mengabaikan aspek pembentukan
kepribadian dan karakter siswa. Sekolah sebagai institusi pendidikan, alih-alih mencetak remaja yang
berkualitas yang memiliki kepribadian yang kuat, namun justru menciptakan remaja yang menciptakan banyak
masalah.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan
pilihan. Pada lingkungan inilah remaja dihadapkan berbagai bentuk kenyataan yang ada dalam
kehidupan masyarakat yang berbeda-beda, apalagi dasawarsa terakhir ini perkembangan moral
kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang dengan pesat, sehingga membawa
perubahan-perubahan yang sangat berarti tetapi juga timbul masalah yang mengejutkan. Maka
dalam situasi itulah yang menimbulkan melemahnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat akibat perbuatan sosial. Akibatnya remaja terpengaruh dengan adanya yang terjadi
dalam masyarakat yang mana kurang landasan agamanya, dan masyarakat yang acuh terhadap
lingkungan yang ada disekitarnya.
3. TUJUAN
Tujuan Penulisan Jurnal ini memiliki tujuan, yaitu agar pembaca memperoleh
pemahaman mengenai anak yang berkonflik dengan hukum, faktor yang menyebabkan anak
berhadapan dengan hukum dan upaya menanggulangi kenakalan anak.
dihadapinya.
2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan
keterampilan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti
dan etiket.
5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang
pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif
B. Upaya Represif
2. Upaya ini bisa diwujudkan dengan jalan memberi peringatan atau hukuman kepada
remaja diliquent terhadap setiap pelangaran yang dilakuan setiap remaja. Bentuk
hukuman tersebut bersifat psikologis yaitu mendidik dan menolong agar mereka
menyadari akan perbuatannya dan tidak akan mengulangi kesalahannya.
3. Dalam lingkungan sekolah tindakan represif dapat diambil sebagai langkah awal
adalah dengan memberi teguran dan peringatan jika anak didik kita melakukan
pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah. Bentuk hukuman tersebut bisa berupa
melarang bersekolah untuk sementara waktu. Hal ini dilakukan agar menjadi contoh
bagi siswa lainya, sehingga dengan demikian mereka tidak mudah melakukan
pelangaran atau tata tertib sekolah
a. Memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan agar anak
tersebut meninggalkan kegiatannya yang tidak sesuai dengan seperangkat norma
yang berlaku, yakni norma hukum, sosial, susila dan agama.
b. Membicarakan dengan orang tua anak yang bersangkutan dan dicarikan jalan
keluar untuk anak tersebut.
c. Sebagai langkah terakhir masyarakat untuk lebih berani melaporkan kepada yang
berwajib tentang adanya perbuatan dengan disertai bukti-bukti yang nyata,
sehingga bukti tersebut dapat dijadikan dasar yang kuat bagi instansi yang
berwenang didalam menyelesaikan kasus kenakalan remaja
Tindakan kuratif dan rehabilitasi dalam mengatasi kenakalan remaja berarti usaha untuk memulihkan
kembali (menolong) anak yang terlibat kenakalan agar kembali dalam perkembangan yang normal atau sesuai
dengan aturan-aturan/norma-norma hukum yang berlaku. Sehingga pada diri siswa tumbuh kesadaran dan
terhindar dari keputusasaan (frustasi). Penanggulangan ini dilakukan melalui pembinaan secara khusus maupun
perorangan yang ahli dalam bidang ini.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
merupakan suatu hal yang mengganggu keamanan masyarakat dilingkungan mereka tinggal, karena
kenakalan remaja adalah suatu tindak kejahatan yang merupakan perbuatan yang melanggar norma
hukum, kesusilaan dan bahkan norma agama, terdapat upaya menanggulangi kenakalan anak yaitu
berupa tindakan preventif, hukuman, dan kuratif. Dengan adanya Undang-undang No. 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah peraturan yang secara khusus mengatur hukum acara
peradilan anak di Indonesia agar benar-benar terwujudnya jaminan hak-hak anak yang berhadapan
dengan hukum.