Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KASUS PUTUSAN TATA USAHA NEGARA

SERANG

Nomor. 36/G/2017/PTUN-SRG

SONYA HERMINA KUSUMANING MARURU

E21010014

JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS


HUKUM
UNIVERSITAS BOYOLALI
PUTUSAN Nomor 36/G/2017/PTUN-SRG

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Tata Usaha Negara Serang yang memeriksa , memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara dalam tingkat pertama dengan acara biasa telah menjatuhkan
putusan, dalam perkara
ANTARA
➢ Penggugat:
ADI ROPIYADI, kewarganegaraan Indonesia, beralamat di Kp. Cikumbeum, RT
001/001, Desi Cikumbeum. Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten, pekerjaan Wiraswasta.
Selanjutnya disebut sebagai Penggugat;

MELAWAN
➢ Tergugat:
CAMAT MANDALAWANGI, berkedudukan di Jalan Raya Pandeglang Pari KM 14
Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Selanjutnya disebut sebagai Tergugat;
➢ Objek Sengketa:
Surat Keputusan (SK) Camat mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
tentang Surat Keputusan tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor: 140/Kep. 32-kec.Mdl/2017,
tertanggal 28 Agustus 2017
➢ Kepentingan Penggugat
Penggugat memiliki kepentingan terhadap Surat Keputusan (SK) Camat
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten tentang Panitia Pemilihan
Kepala Desa Tingkat Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor:
140/Kep.32-kec.Mdl/2017 tertanggal 28 Agustus 2017. Dengan turunannya Surat
Keputusan Bersama Panitia Bersama Panitia Pemilihan Kepala Desa Cikumbeum
Penanggung Jawab Pemilihan, dan Panitia Pemilihan Tingkat Kecamatan Nomor:
01/KEP/PANBER/X/2017, tentang Penetapan Para Calon Kepala Desa Cikumbeum
yang Berhak/Tidak Berhak mengikuti Pemilihan Kepala Desa Cikumbeum Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, yang menyatakan bahwa Penggugat tidak
berhak sebagai Calon Kepala Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawang
Kabupaten Pandeglang, dimana hal tersebut telah merugikan kepentingan hukum
Penggugat dan Hak Konstitusional sebagai Warga Negara
Indonesia.

➢ Uraian Singkat
Pada Oktober 2017, Penggugat telah mengajukan diri sebagai Calon Kepala
Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawangi dengan melengkapi berkas-berkas
syarat Calon Kepala Desa sesuai Undang-Undang dan telah mendapat Lembar Ceklis
Kelengkapan dan dinyatakan telah lengkap secara administratif. Kemudian pada 17
Oktober 2017, Penggugat mengikuti proses seleksi penilaian kemampuan, berdasarkan
Surat Keputusan Bersama Panitia Bersama Panitia Pemilihan Kepala Desa
Cikumbeum Penanggung Jawab Pemilihan, dan Panitia Pemilihan Tingkat Kecamatan
Nomor: 01/KEP/PANBER/X/2017. Penggugat dinyatakan tidak berhak untuk
mengikuti Pemilihan Calon Kepala Desa Cikumbeum Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang.
Setelah mengetahui dinyatakan tidak berhak mencalonkan sebagai Calon Kepala
Desa, penggugat meminta penjelasan dan transparansi dari proses seleksi kemampuan
bakal calon kepada panitia Pelaksana Pemilihan Kepala Desa Cikumbeum, namun
pihak Panitia tidak memberikan jawaban atas permohonan tersebut Berdasarkan
aturan-aturan Perundang-Undangan dan Peraturan turunannya dalam Proses Pemilihan
Kepala Desa, maka kewenangan membentuk Tim Panitia Pemilihan Kepala Desa
ditentukan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), oleh sebab itu, dengan adanya
SK Panitia yang diterbitkan oleh Camat Mandalawangi, dapat dikatakan perbuatan
tersebut merupakan suatu pelanggaran atas ketentuan Pelaksanaan Proses Pemilihan
Kepala Desa di Desa Cikumbeum Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten, yang kemudian berakibat hukum atas proses selanjutnya yaitu
terbitnya Surat Keputusan Bersama Nomor: 01/KEP/PANBER/X/2017 tentang
Penetapan Para Calon Kepala Desa Cikumbeun yang Berhak Tidak Berhak Mengikuti
Pemilihan Kepala Desa Cikumbeun Kecamatan Mandalawangi Kabupaten
Pandeglang.
Selain itu, Pelaksanaan Ujian Lisan terkait kemampuan akademis dan
kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Camat Mandalawangi, Komandan Rayon
Militer Mandalawangi dan Kepala Kepolisian Sektor Mandalawangi, adalah
suatu pelanggaran Undang-Undang dimana posisi TNI dan Kepolisian telah diatur
tugas dan fungsi pokoknya dengan Undang- Undang Khusus, dan tidak memiliki
dasar hukum untuk ikut serta melakukan proses Seleksi Kepala Desa. Terbitnya
(SK) Camat Mandalawangi tersebut, merupakan pelanggaran atas Asas-Asas
Umum
Pemerintahan yang baik yang Baik (AAUPB) menurut penjelasan Pasal 53 UU No.9 Tahun
2004 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor: 28: Tahun 1999, yang terdiri dari azaz
kepastian hukum, asas keterbukaan, asas Proporsionalitas, asas akuntabilitas, asas tertib
penyelenggaraan negara dan asas kepentingan umum.
Selain itu, SK tersebut dapat dikatakan sebagai pelanggaran atas ketentuan Pasal
53 UU PTUN, meliputi 3 aspek yaitu:
a. Aspek kewenangan, yaitu meliputi hal berwenang, tidak berwenang atau
melanggart kewenangan
b. Aspek Substansi/Materi, yaitu meliputi pelaksanaan atau penggunaan
kewenangannya apakah secara materi/substansi telah sesuai dengan
ketentuanketentuan hukum atau peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
c. Aspek Prosedural, yaitu apakah prosedur pengambilan keputusan Tata Usaha
Negara yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan
kewenangan tersebut telah ditempuh atau tidak.

Bahwa berdasarkan Fakta-fakta hukum dan dasar-dasar hukum diatas,


terbitnya Surat Keputusan Nomor 01/KEP/PANBER/X/2017, menyatakan bahwa
penggugat tidak berhak sebagai Calon Kepala Desa Cikumbeum kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Merupakan suatu pelanggaran Hukum
Administrasi terkait kewenangan dan dapat dikatakan suatu bentuk Abuse of Power
yang menimbulkan kerugian kepada kepentingan Hukum Penggugat sebagai warga
Negara yang dilindungi hak konsitusionalnya.

1.2 PETITUM
Dalam Pokok Perkara/Sengketa:
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat seluruhnya
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan (SK) Camat Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten,tentang pemilihan Kepala Desa Tingkat
kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor: 140/Kep.32-kec.Mdl/2017
tertanggal 28 Agustus 2017
3. Mewajibkan kepada tergugat, untuk Mencabut Surat Keputusan (SK) Camat
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, tentang Panitia Pemilihan
kepala Desa Tingkat Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor:
140/Kep.32-kec.Mdl/2017 tertanggal 28 Agustus 2017, dari daftar Arsip Kecamatan
Kabupaten Pandeglang.
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara.

1.3 PERTIMBANGAN HAKIM


Menimbang, bahwa objek sengketa yang dimohonkan Penggugat untuk dinyatakan batal
atau tidak sah oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Serang dalam sengketa ini adalah Surat
Keputusan Camat Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Nomor: 140/Kep.32-
Kec.Mdl./2017 Tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang Tahun 2017 tanggal 28Agustus 2017.

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah mengajukan
Jawabannya tanggal 19 Desember 2017 yang pada pokoknya membantah dalil- dalil gugatan
Penggugat dan juga memuat eksepsi yang pada pokoknya, sebagai berikut:

1. Eksepsi tentang Pengadilan Tata Usaha Negara Serang tidak berwenang


memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo
2. Eksepsi tentang Gugatan Kabur( Obscuur Libel)
3. Eksepsi tentang Gugatan Prematur
4. Eksepsi tentang Penggugat kurang pihak

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan eksepsi-eksepsi Tergugat tersebut,


Majelis Hakim perlu mempertimbangkan terlebih dahulu dari segi formal gugatan Penggugat
yakni terkait Hak Gugat atau Legal Standing dari Penggugat. Berdasarkan Ketentuan Pasal 53
ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi: "Orang atau badan
hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak
sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi." Menimbang, bahwa
sebagaimana ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adanya unsur Kepentingan dalam mengajukan
gugatan merupakan hal yang sangat urgent dalam sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara,
sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, maka gugatan haruslah ada kepentingan Penggugat
yang dirugikan atas dikeluarkannya keputusan tata usaha negara yang menjadi objek sengketa.
Menimbang, bahwa bertitik tolak pada doktrin tersebut, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa
Penggugat dalam mengajukan gugatan haruslah memiliki kepentingan yang dirugikan secara
langsung terhadap Surat Keputusan Objek Sengketa, barulah dapat berproses atau dalam hal ini
mengajukan gugatan..

Menimbang, bahwa dari uraian fakta hukum diatas dikaitkan dengan objek sengketa
dalam perkara a quo, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak ada kepentingan Penggugat
yang dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi objek sengketa in casu
dikarenakan kepentingan Penggugat baru dirugikan setelah adanya SK Bersama Panitia
Pemilihan Kepala Desa Cikumbeum Penanggung Jawab Pemilihan dan Panitia Pemilihan
Tingkat Kecamatan Nomor: 01/KEP/PANBER/X/2017 Tentang Penetapan Para Calon Kepala
Desa Cikumbeum yang berhak tidak berhak mengikuti pemilihan Kepala Desa Cikumbeum
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang yang menyatakan Penggugat tidak berhak
mengikuti pemilihan Kepala Desa Cikumbeum.

Menimbang, bahwa objek sengketa dalam perkara ini adalah SK Camat Mandalawangi
terkait Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang Tahun. Oleh karena itu, Majelis Hakim berpendapat bahwa sudah jelas
objek sengketa a quo tidak mempunyai hubungan kausal secara langsung dengan kepentingan
Penggugat. Menimbang, bahwa sebagaimana ada adagium no interest no action" yang artinya
tidak ada kepentingan tidak ada gugatan, maka apabila Penggugat tidak memiliki kepentingan
yang dirugikan secara langsung terhadap objek sengketa a quo maka Penggugat tidak
mempunyai legal standing untuk mengajukan gugatan.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas Majelis Hakim berpendapat


bahwa oleh karena Penggugat tidak mempunyai kepentingan mengajukan gugatan terhadap
objek sengketa in casu, maka gugatan Penggugat tidak memenuhi syarat formil gugatan
sebagaimana ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, dengan demikian Gugatan Penggugat haruslah dinyatakan ditolak
Menimbang bahwa oleh karena Gugatan Penggugat telah dinyatakan ditolak maka
mengenai materi eksepsi yang diajukan Tergugat tidak ada urgensinya untuk dipertimbangkan
dan pertimbangan mengenai pokok sengketa juga tidak perlu dipertimbangkan lagi,
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap alat bukti
berupa bukti-bukti surat lain yang diajukan baik oleh pihak Penggugat maupun oleh pihak
Tergugat tetap dipertimbangkan seluruhnya, akan tetapi menurut Majelis Hakim tidak dapat
menjadi dasar bagi Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan terhadap perkara a quo
dikarenakan tidak ada relevansinya dengan perkara ini. namun tetap termuat dalam berkas
perkara ini dan menjadi satu kesatuan dengan putusan ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh karena pihak Penggugat adalah pihak yang
kalah dalam perkara mi, maka kepada Penggugat dibebankan untuk membayar biaya perkara
yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan

1.4 AMAR PUTUSAN

MENGADILI
1. Menolak Gugatan Penggugat
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp529.000,00
(Lima Ratus Dua Puluh Sembilan Ribu Rupiah).

ANALISIS

Berdasarkan umar putusan di atas, majelis hakim menolak gugatan penggugat


dikarenakan Penggugat tidak memiliki kepentingan yang dirugikan secara langsung terhadap
objek sengketa a que, maka penggugat tidak mempunyai legal standing untuk mengajukan
gugatan. Saya setuju atau sependapat dengan putusan dan pertimbangan yang dipakai oleh
majelis hakim dalam kasus di atas. Terkait dengan legal sathing dalam acara peradilan tata usaha
negara didasarkan pada ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tabun 2004
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara yang berbunye "Orang asa halan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan
oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan
yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan
itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti regi dan/atau
direhabilitasi

Orang dalam rumusan itu adalah seseorang dalam pengertian alami (natuurlijke persoon).
Maka dapat diidentifikasi bahwa penggagat masuk dalam ketegori orang, bukan badan hukum
perdata. Namun sesuai dengan ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004, ada persayaratan bahwa kepentingan penggugat dirugikan atas suatu keputusan tata usaha
negara. Saya juga sependapat dengan doktrin yang dipakai oleh majelis hakim yaitu pendapat
Indroharto, S.H. yang ditulis dalam bukunya. Sehingga pada akhirnya majelis hakim
berkesimpulan bahwa Penggugat dalam mengajukan gugatan haruslah memiliki kepentingan
yang dingikan secara langsung terhadap Surat Keputusan Objek Sengketa, setelah itu barulah
dapat berproses atau dalam hal ini mengajukan gugatan. Padahal, apabila menilik kepada
KTUN yang menjadi objek sengketa, yaitu Surat Keputusan (SK) Camat mandalawangi Nomor:
140/Kep 32-kec.Mill/2017, tertanggal 28 Agustus 2017, sebenarnya tidak memiliki hubungan
kausal secara langsung terhadap kepentingan penggugat Kepentingan penggugat baru dirugikan
setelah terbitnya Surat Keputusan Bersama Panitia Pemilihan Kepala Desa Cikumbeum,
Penanggung Jawab Pemilihan dan Panitia Pemilihan Tingkat Kecamatan Nomor:
01/KEP/PANBER/X/2017 Tentang Penetapan Para Calon Kepala Desa Cikumbeum yang
berhak / tidak berhak mengikuti pemilihan Kepala Desa Cikumbeum Kecamatan Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang. Oleh sebab itu, majelis hakim sudah selayaknya untuk menolak
gugatan penggugat tersebut karena tidak memenuhi syarat formil gugatan.

Anda mungkin juga menyukai