Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM TATA NEGARA
Jln. Letkol. H. Endro Suratmin, Sukarame , Bandar Lampung

SURAT PENGAJUAN JUDUL PROPOSAL SKRIPSI

Perihal : Pengajuan Judul Proposal Skripsi

Kepada
Ketua Jurusan Fakultas Syariah
UIN Raden Intan Lampung
Di – Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : M.Rizky Ramadhan
NPM : 2021020112
Jurusan : Hukum Tata Negara
Semester/Kelas : VII / G

Mengajukan permohonan persetujuan judul proposal skripsi untuk disidangkan pada sidang
judul,dengan judul sebagai berikut:
1. Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemberdayaan Tenaga
Kerja Lokal Perspektif Fiqh Siyasah . ( Studi Kasus Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi OKU ) .

2. Tinjauan Siyasah Tanfidziyyah Syar'iyyah Terhadap Implikasi Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-
XXI/2023 Tentang Ketentuan Tambahan Pengalaman Menjabat dari Keterpilihan Pemilu dalam Syarat Usia Minimal
Capres/Cawapres. ( Studi Kasus Kantor LBH Moenzar Law Firm & Partner ) .

Demikian pengajuan Judul Proposal Skripsi Ini, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Akademik Kaprodi Hukum Tata Negara

Gatot Bintoro Putro Aji , S.H.,M.E.SY. Frenki, M.Si.


NIP. 198311232019031005 NIP. 198003152009011024

Pemohon

M.Rizky Ramadhan
NPM. 2021020112
ABSTRAK

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Nomor 5 Tahun 2017
Tentang Pemberdayaan Tenaga Kerja Lokal Perspektif Fiqh Siyasah . ( Studi Kasus Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi OKU ) .

Pada prinsipnya tenaga kerja lokal adalah tenaga kerja tempatan atau tenaga kerja asli dari
suatu daerah, dengan kemampuan untuk mengeluarkan usaha suatu daerah , dengan kemampuan
untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang atau jasa , baik untuk
dirinya ataupun orang lain . Namun tenaga kerja lokal adalah tenaga kerja yang di ikat atau di atur
di dalam peraturan daerah penempatan tenaga kerja lokal . Metode pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yaitu suatu metode yang
digunakan untuk menganalisis dan menyusun argumentasi dengan cara mendeskripsikan,
membandingkan, menginterpretasikan data dan fakta yang ditemukan di lapangan. Dengan metode
ini penulis memaparkan dan menguraikan kata-kata yang di dapat, dimana selanjutnya penulis
menganalisa dan menginterprestasikan data dan dihubungkan dengan teori kemudian
mengambilkan kesimpulan dan saran.

Dalam penelitian ini analisis tugas pokok dan fungsi dinas tenaga kerja dalam penempatan
tenaga kerja lokal dilihat dari tugas pokok dan fungsi dinas tenaga kerja kota Baturaja dalam
penempatan tenaga kerja lokal terdiri dari tiga indikator yaitu pembinaan pelatihan dan
produktifitas, pembinaan penempatan dan perluasan kesempatan kerja, hubungan industrial dan
jaminan sosial tenaga kerja. Dari hasil pengukuran terhadap sub indikator penelitian yang
dilakukan maka dapat dikatakan bahwa analisis tugas pokok dan fungsi dinas tenaga kerja dalam
penempatan tenaga kerja belum terlaksana dengan baik karena dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsi dinas terhadap penempatan tenaga kerja lokal masih bergantung kepada dana yang diberikan
oleh pemerintah, sehingga berdampak terhadap kualitas program dari penempatan tenaga kerja
lokal yang dilakukan dinas.

Kata Kunci : Implementasi Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Mengenai Tenaga Kerja
Lokal
ABSTRAK
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA
Nomor 90/PUU-XXI/2023

Putusan ini merupakan putusan pengujian materil undang-undang yang diadili di Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia. Pemohon dalam putusan ini adalah Ketua dan Bendahara Pengurus
Yayasan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Pemohon mengajukan
permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD 1945,yaitu Pasal 169 huruf q UU NO.7
Tahun 2017 Pemohon untuk dapat memiliki presiden dan wakil presiden yang produktif, energik,
serta sehat secara rohani dan jasmani, setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang
wajar dapat dipastikan akan terjadi dan menimbulkan kerugian konstitusional apabila presiden dan
wakil presiden yang terpilih dari hasil pemilihan umum yang memiliki usia lebih dari 70 tahun.

Dalam pertimbangan hukum yang dibacakan oleh Hakim Konstitusi Daniel Yusmic P.
Foekh, Mahkamah mempertimbangkan objek dalam permohonan a quo adalah pengujian norma
Pasal 169 huruf q UU Pemilu, yang tidak berbeda dengan objek permohonan dalam Perkara
Nomor 90/PUU-XXI/2023. Dalam Putusan tersebut, Mahkamah menyatakan pendirian untuk Pasal
169 huruf q UU Pemilu, sebagaimana dimaksud dalam amar Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 90/PUU-XXI/2023 bertanggal 16 Oktober 2023. Amar Putusan tersebut menyatakan,
“Menyatakan Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
ang menyatakan, ‘berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun’ bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat, sepanjang tidak dimaknai ‘berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun atau
pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan
kepala daerah’. Sehingga, Pasal 169 huruf q UU Pemilu selengkapnya berbunyi “berusia paling
rendah 40 (empat puluh) tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui
pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah”. Oleh karena itu, lanjut Daniel, berkaitan
dengan norma Pasal 169 huruf q UU Pemilu yang menjadi objek permohonan a quo telah memiliki
pemaknaan baru yang berlaku sejak Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023
tersebut diucapkan, bukan lagi sebagaimana yang termaktub dalam permohonan para Pemohon.
“Dengan demikian, terlepas permohonan a quo memenuhi ketentuan Pasal 60 UU MK dan Pasal
78 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2021 tentang Tata Beracara Dalam Perkara
Pengujian Undang-Undang atau tidak, dalil para Pemohon berkaitan dengan pengujian
inkonstitusionalitas norma Pasal 169 huruf q UU 7/2017, adalah telah kehilangan objek,” ujar
Daniel. Pertimbangan serupa juga tertuang dalam Putusan MK Nomor 104/PU-XXI/2023 yang
dibacakan oleh Wakil Ketua MK Saldi Isra.

Dalam putusan tersebut, Hakim Konstitusi Suhartoyo memiliki pendapat berbeda


(dissenting opinion). Suhartoyo berpendapat pada Pemohon yang memohon agar norma Pasal 169
huruf q UU 7/2017 dimaknai sebagaimana selengkapnya dalam petitum permohonannya yang
bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, adalah juga tidak relevan untuk diberikan kedudukan
hukum (legal standing) untuk bertindak sebagai pemohon dalam permohonan a quo. Menurutnya,
pertimbangan hukum pendapat berbeda (dissenting opinion) miliknya dalam perkara Nomor
29/PUU-XXI/2023, Perkara Nomor 51/PUU-XXI/2023, Perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023, dan
Perkara Nomor 102/PUU-XXI/2023 mutatis mutandis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pertimbangan hukum dalam pendapat berbeda (dissenting opinion) dalam putusan permohonan a
quo. “Bahwa berdasarkan uraian pertimbangan hukum tersebut di atas, saya berpendapat terhadap
permohonan a quo sepanjang berkaitan dengan pengujian norma Pasal 169 huruf n dan huruf q UU
7/2017, Mahkamah Konstitusi seharusnya juga tidak memberikan kedudukan hukum (legal
standing) kepada Pemohon dan oleh karenanya tidak ada relevansinya untuk mempertimbangkan
pokok permohonan sepanjang berkenaan dengan konstitusionalitas norma Pasal 169 huruf n dan
huruf q UU 7/2017,” tegasnya.

Anda mungkin juga menyukai